Mahasiswa baru 2021 sudah di depan mata, tentunya jiwa-jiwa yang telah dipercayakan kepada setiap
mahasiswa Kristen yang ada di UK3 harus mendengar dan memahami mengenai injil, karena injil adalah
dasar dari pengenalan kita terhadap Kristus. Pada masa pandemi yang belum berakhir, penginjilan
mahasiswa baru harus dilakukan secara online. Penginjilan online tentunya tidak luput dari berbagai
kekurangan, selama melakukan penginjilan tentunya ada masalah-masalah yang belum pernah dihadapi
oleh penginjil secara offline. Di sisi lain kelebihan yang diberikan juga dapat dirasakan, mulai dari
fleksibilitas waktu dan ruang hingga kemudahan penjangkauan. Dengan melakukan sharing pengalaman
dalam melakukan penginjilan online, kiranya dapat lebih memperlengkapi rekan sekerja dalam
menghadapi penginjilan mahasiswa baru yang akan diadakan, tentunya dengan berlandaskan dasar,
semangat, tujuan, dan cara penginjilan yang benar.
Tujuan/Goals:
Memberikan wawasan lebih atas masalah yang dihadapi saat melakukan penginjilan online
Memberikan wawasan dalam hal kelebihan dan kemudahan yang dapat dilakukan saat penginjilan
online pada Tim PI dan PI fakultas
Membekali Tim PI dan PI fakultas dalam melakukan penginjilan mahasiswa baru 2021
(2 timotius 4:2)
2 Timotius 4:1-8
Penuhilah panggilan pelayananmu
4:1 Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang
hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-
Nya dan demi Kerajaan-Nya: 4:2 Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik
waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan
pengajaran. 4:3 Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran
sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan
keinginan telinganya. 4:4 Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan
membukanya bagi dongeng. 4:5 Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah
menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas
pelayananmu! 4:6 Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan
saat kematianku sudah dekat. 4:7 Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah
mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. 4:8 Sekarang telah tersedia
bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada
hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan
kedatangan-Nya.
4. 4) Roh Kudus mengingatkan semua yang tetap setia kepada Allah dan tunduk kepada Firman-Nya untuk
menantikan penganiayaan dan penderitaan karena kebenaran (2Tim 3:10-12; Mat 5:10-12). Selanjutnya, mereka
harus memisahkan diri dari kelompok, gereja dan lembaga yang menyangkal kuasa Allah dalam keselamatan dan
yang menyampaikan Injil yang berkompromi (2Tim 3:5; 1Tim 4:1-2; 2Pet 2:1; Yud 1:3; Wahy 2:24;
Kita harus selalu setia kepada Injil PB dan hamba Allah yang memberitakannya dengan benar. Setelah melakukan ini,
kita dapat yakin tentang persekutuan yang intim dengan Kristus (Wahy 3:20-22) dan menerima kesegaran rohani
dari Tuhan (Kis 3:19-20).
3. 3) Paulus sudah memelihara iman pada masa-masa ujian yang berat, keputusasaan yang hebat dan banyak
kesusahan baik ketika diserang oleh guru palsu maupun ditinggalkan oleh sahabat. Paulus tidak pernah
mengurangi kebenaran asli Injil (2Tim 1:13-14; 2:2; 3:14-16; 1Tim 6:12).
Paulus menasihati Timotius untuk memenuhi panggilan pelayanan yang telah Allah
percayakan kepadanya (1, 5). Adapun panggilan pelayanan yang ditekankan Paulus:
Pertama, panggilan dalam pemberitaan firman Tuhan (2). Paulus menegaskan, kapan pun
waktunya dan bagaimanapun keadaannya, Timotius senantiasa perlu siap sedia untuk
memberitakan firman, menegor, dan menasihati berdasarkan firman dan kasih (2). Kedua,
panggilan dalam pelayanan Kristen. Paulus mengingatkan Timotius agar menguasai diri
dan sabar menderita ketika ia melakukan pelayanannya (5). Kedua nasihat itu sangat
ditegaskan Paulus (1) dan hal itu terlihat pada penekanan kata "diamarturomai" dalam
bahasa Yunaninya. Arti katanya bisa bermakna pesan yang sungguh-sungguh, kesaksian
yang sepenuh hati, perintah yang ditegaskan, dorongan yang sangat kuat.
Paulus memang sangat mendesak Timotius untuk melakukan kedua panggilan pelayanan
itu. Ini bukan tanpa alasan karena memang situasi pada saat itu sungguh kritis. Pertama,
karena makin berkembangnya ajaran-ajaran palsu (3-4). Kedua, karena Paulus sadar
waktu hidupnya tidak lama lagi. Ia telah menyelesaikan pertandingan dengan baik dan akan
menerima mahkota kebenaran dari Allah (6-8). Tidak heran jika Paulus mendesak Timotius
agar sungguh-sungguh melaksanakan panggilan pelayanannya dengan segera.
Bagi kita yang melayani sebagai pemimpin, mari kita bangun kesadaran yang sungguh
untuk memenuhi panggilan pelayanan dengan setia. Setia dalam pemberitaan firman dan
setia dalam pelayanan yang telah Tuhan percayakan. Dengan demikian, kita dapat
mengarahkan jemaat di dalam kebenaran Tuhan sehingga mereka tidak mudah terseret
dalam kesesatan. Bagi kita semua, marilah kita mencintai firman Tuhan dengan lebih
sungguh lagi. Pelajari dengan lebih rajin dan tekun sehingga kita dapat membedakan
ajaran yang benar dan palsu, serta dapat melayani Tuhan di dalam kehendak-Nya. [MFS]
APA TUJUAN HIDUP KITA?
15 DEC, 2013 BY PDT. ANDI HALIM, M.TH
(Download Ringkasan)
Waktu saya merenungkan apa tujuan hidup manusia, sebenarnya waktu kita
lahir apakah kita langsung sudah tahu tujuan hidup kita? Kalau sekarang kita
ditanya, apa tujuan hidupmu? Mungkin sebagian besar dari kita bisa jawab, tapi
mungkin juga ada sebagian dari kita tidak bisa jawab, ada yang masih bergumul
tentang tujuan hidup. Untuk apa saya hidup, saya sendiri tidak mengerti, tetapi
sebetulnya itu yang benar, artinya orang hadir di dunia ini tidak mengerti harus
apa dan mau apa?
Sejak kecil kita sudah diajar untuk tertarik dengan dunia, dunia yang
menawarkan keindahan-keindahan dan kesenangan-kesenangan, wah… mulai
belajar jalan, belajar bicara, belajar coret-coret dsb., hidup penuh dengan
sukacita dan permainan-permainan, lalu sekarang banyak ditawarkan permainan
anak yang bermacam-macam, inilah hidup. Lalu dari kecil kita merasa, inilah
hidup yang menyenangkan, tetapi ternyata tidak selalu menyenangkan dan
menggembirakan, waktunya sekolah wah… harus belajar, ternyata kertas yang
kita coret-coret, kita sobek-sobek….eeh.. tenryata ada kertas penting yang tidak
boleh dicoret, tidak boleh disobek yaitu kertas lembaran uang.
Waktu anak kita mau mencoret uang 100 ribu kita berkata, eh.. jangan, ini kertas
berharga… anak kecil tidak mengerti bahwa uang kertas itu berharga, baginya
semua kertas sama saja, tidak mengerti. lalu waktu anak kita ajak ke
supermarket, dia minta ini, minta itu, lalu kertas berharga kita keluarkan, anak
kita baru mengerti… ooh… kertas ini bisa ditukar sama mainan dll., barulah anak
kita memahami pentingnya uang. Lalu orang tua kita juga mengajarkan bahwa
uang ini penting, kalau kamu tidak punya uang, kamu tidak bisa dapat apa-
apa…. oooh gitu ya… dan itu tertanam di dalam pikiran kita bahwa uang itu yang
berarti, lalu akhirnya kita baru memikirkan dan diajar oleh orang tua kita, kamu
harus sekolah, hidup bukan hanya untuk bermain, hidup harus sekolah supaya
pintar. Lalu ketika melihat anak kecil yang mengemis, kita berkata, lihat mereka
itu tidak sekolah, akhirnya jadi pengemis, mau seperti itu? Ya tidak mau,
makanya harus sekolah.
Kita terus diajar mengenai nilai-nilai, kamu harus sekolah agar pintar, setelah
pintar apa? Cari uang, kalau punya uang, kita bisa memakai uang ini untuk
segala sesuatu yang kita ingini, kalau kamu tidak punya uang, kamu tidak bisa
apa-apa. Maka tertanamlah dalam pikiran kita dan nilai hidup kita, yang namanya
berarti, yang namanya bernilai adalah uang dan mungkin 90% dalam hidup
manusia ini di dunia ini tujuannya adalah cari uang, karena sudah ditanamkan
sejak kecil. Sehingga sebetulnya hidup manusia tanpa sadar sudah melupakan
Sang Pencipta yang memberi dia hidup.
Rasul Paulus adalah salah satu contoh orang yang dibentuk oleh Tuhan secara
luar biasa, sampai mengenal apa sebenarnya merupakan nilai terdalam dalam
hidup manusia, apa sesungguhnya yang dicari oleh manusia. Dari orang-orang
kebanyakan cari uang, ada orang-orang tertentu yang jumlahnya tidak banyak,
yang melihat kepada nilai-nilai yang selain uang ada nilai yang lebih dari pada itu
dan itu bukan orang kristen. Orang-orang yang menjadi pemimpin agama,
bahkan orang yang menjadi teroris (mereka ini juga memiliki visi), mereka
memikirkan satu nilai yang lebih dari uang, yang mereka perjuangkan dengan
segala resiko yang harus mereka hadapi.
Alkitab berkata, where there is no vision the people perish, jika tidak ada visi
manusia akan binasa, di dalam bahasa Indonesia, jika tidak ada visi, tidak ada
penglihatan, maka liarlah manusia itu (Amsal 29:18), tidak tahu dia mau kemana
dan tidak tahu apa yang mau dia kerjakan. Manusia sudah condong hedonis,
hedonis adalah ya nikmati saja hidup ini, enjoy saja, hidup hanya sementara mau
apalagi (tetapi hidup sementara pun dilupakan), tidak, kita hidup memang untuk
menikmati. Apakah hidupmu hanya untuk uang? Sebelum saya bertobat, tujuan
hidup saya pun adalah untuk menjadi orang yang kaya raya, cari uang sebanyak
mungkin, pada waktu saya bertobat, tujuan hidup saya semua habis, saya baru
memahami arti hidup yang sebenarnya. Saya baru mengenal Allah adalah Allah
yang hidup, Allah yang berkarya, Allah yang mempunyai tujuan. Manusia tidak
hidup secara kebetulan dan apalagi kita yang sudah diperkenalkan akan Yesus
sebagai Tuhan, Allah yang menjadi manusia.
Apa arti dan tujuan hidup manusia? Karena itu rasul Paulus membagikan di
dalam 2 Timotius 4:1-8, yang sudah kita baca. Berbicara soal tujuan hidup,
Tuhan Yesus sendiri sebetulnya sudah mengatakan satu kebenaran yang sangat
mendasar kepada kita, “jangan kuatir akan apa yang kamu makan atau apa yang
kamu minum atau apa yang kamu pakai, karena hidup lebih penting dari
makanan, tubuh lebih penting dari pakaian”. Bagian ini mau menunjukkan, hal
yang primer dan hal yang sekunder, orang-orang sudah terbalik, membuat yang
primer jadi sekunder, yang sekunder jadi primer. Orang-orang mau berjuang dan
mengutakaman untuk yang namanya makanan, minuman dan pakaian, itu yang
terutama dalam hidup. Memang makanan, minuman, pakaian itu adalah simbol
semua yang dicari oleh manusia yaitu uang, harta, fasilitas hidup.
Apa arti hidup lebih penting dari makanan? Artinya adalah meskipun kita punya
makanan, tapi kalau kita tidak punya hidup, itu tidak ada gunanya, kalau kita
punya banyak pakaian, tapi kita tidak punya tubuh, itu juga tidak ada gunanya
dan penekanannya adalah hidup dan tubuh itu dari mana? Jawabannya adalah
dari Tuhan, itu merupakan anugerah dari Tuhan. Kalau saudara dan saya bisa
hidup, ini benar-benar adalah anugerah Tuhan, jadi jangan meremehkan hidup
itu, karena kita tidak bisa menciptakan hidup, ini mau membuktikan akan
anugerah Tuhan.
Hidup lebih penting dari makanan, seringkali kita membalik hal ini, makanan
penting sekali, hidup itu malah kita remehkan. Dan Tuhan Yesus mengatakan,
jangan kamu kuatir akan makanan, minuman, pakaian, kenapa? Karena itu dicari
oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Orang yang orientasi hidupnya
hanya makanan, minuman, pakaian, itu adalah orang-orang yang hanya
berorientasi di dunia ini saja. Dan orang yang orientasinya di dunia ini saja, itu
sama seperti bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Karena itu, kalau
kekristenan orientasinya saya menyembah Tuhan demi saya bisa makan,
minum, pakaian dan demi fasilitas, hidup kaya, sukses dsb., kalau kita
menyembah Tuhan karena tujuan seperti itu, sebenarnya kita tidak berbeda
dengan orang kafir. Hanya ada embel-embel Tuhan untuk saya bisa mencapai
apa yang saya mau tuju.
Sebenarnya itu adalah spirit paganisme, spirit penyembahan berhala, saya
memperalat Tuhan untuk kesuksesan saya, supaya saya bisa kaya, supaya apa
yang saya inginkan berhasil. Maka saya yakin, dalam perenungan ini banyak
gereja-gereja yang justru bukan mengantar orang kepada Tuhan yang benar,
tetapi mengantar kepada tuhan yang adalah berhala. Karena orientasi hidupnya
hanya untuk kepentingan diri sendiri, tanpa sadar kita seringkali juga seperti itu.
Mari kita renungkan baik-baik dan kembali lepada visi, where there is no vision
the people perish, jika tidak ada visi, manusia akan hancur, manusia tidak tahu
tujuan hidupnya mau kemana.
Pada saat kita lahir, kalau kita bisa langsung berbicara dan ditanya, apa tujuan
kita dilahirkan? Dan kita harus tahu itu, bahwa kita lahir di dunia yang bukan milik
kita. Banyak orang lupa, merasa ketika lahir di dunia ini, dunia ini miliknya,
bukan, ini adalah dunia asing bagi kita, sebagai ilustrasi fantasi saya, saudara
dan saya ini adalah mahluk-mahluk luar angkasa yang mendarat di bumi ini dan
kendaraan kita adalah rahim ibu kita. Jadi rahim itu kita umpamakan kendaraan
luar angkasa kita dan kendaraan ini mendarat di bumi ini, dan bumi ini diberitahu
bahwa bumi ini bukan milik anda, this world is not my home, this is my Father’s
world. Bagi orang-orang yang sudah bertobat, sadarilah bahwa kita sudah
mendarat di bumi yang merupakan milik Bapa anda, milik Bapa di sorga.
Maka sebenarnya yang mempunya tujuan hidup itu bukan kita, yang mempunyai
tujuan hidup, yang mempunyai tujuan kita mendarat di bumi ini adalah Allah yang
sudah menciptakan kita dan membuat kita mendarat di bumi ini untuk
menjalankan maksud-maksud Allah, bukan menjalankan maksud kita. Di dalam
katekismus singkat wesminster sangat jelas dalam pertanyaan pertama, apakah
tujuan hidup manusia? Tujuan hidup manusia adalah mempermuliakan Allah dan
menikmati hidup bersama dalam anugerahNya.
Pada saat saya merenungkan bagian ini, saya benar-benar menyadari saya ini
siapa dan kenapa saya hadir di dunia ini? Siapa yang menciptakan saya? Pada
saat seseorang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya akan
menyadari benar-benar bahwa hidupnya bukan dari dirinya, hidupnya dari Allah
dan hidup yang dari Allah ini, didaratkan di dunia ini dengan maksud-maksud
Allah, bukan maksud-maksud saya.
Pada saat seseorang tidak mengerti untuk apa dia lahir, pada saat seseorang
tidak tahu bahwa dia diciptakan Allah, pada saat dia tidak tahu dan mengenal
siapa Allah yang sedang mengutus dia datang ke dunia ini mau apa? Maka
manusia akan membuat mainan-mainan sendiri, menyibukkan diri sendiri dengan
kegiatan-kegiatan dan aktivitas-aktivitas dan dia mengangap bahwa itulah arti
hidup, dengan segala mainan-mainan dan kesibukan-kesibukan ini. Itu hidup
apa? Itu hidup yang penuh dengan kesibukan dan hidup dengan mainan yang
menarik. Apa sih yang berharga itu, ya kalau bisa memiliki mobil yang mahal,
inilah manusia yang hebat.
Ya memang sejak kecil kita sudah senang dengan mainan-mainan, semakin
besar minta mobil-mobilan, setelah semakin besar bukan mobil-mobilan tapi
mobil sungguhan, ini mainan baru yang lebih menarik, lalu mainan apa lagi, oh
semuanya penuh dengan mainan dan itulah arti hidup, menikmati mainan-
mainan itu, dan melupakan Sang Pencipta. Mari kita merenungkan baik-baik,
rasul Paulus benar-benar menyadari akan kebenaran nilai hidup yang tidak
main-main. Rasul Paulus benar-benar menyadari hidup itu untuk apa dan untuk
siapa?
Saya seringkali khotbah tentang kematian, jemaat saya bilang, jangan bicara
kematian pak, nanti mati sungguhan, lalu saya bilang, meskipun tidak berbicara
kematian, pasti akan mati sungguhan. Bagi saya, mati atau tidak mati bukan
urusan saya, itu urusan Tuhan, urusan saya adalah memberitakan kebenaran.
Sewaktu-waktu kita pasti akan dipanggil Tuhan, jadi apa tujuan hidup kita, apa
nilai hidup kita? Rasul Paulus menulis dalam Roma 14:7-9, dan itu juga menjadi
pegangan dan perjuangan hidup saya dan juga kita semua sebagai orang
percaya saat ini, nats ini jangan dilepaskan dari hidup kita (bukan berarti ayat
lain tidak penting, bukan, tapi bagian ini mau menunjukkan nilai, arti hidup bagi
manusia).
Tidak ada seorang pun yang hidup untuk dirinya sendiri, tidak ada seorang pun
yang mati untuk dirinya sendiri, kalau dia hidup, dia hidup untuk Tuhan kalau dia
mati, dia mati untuk Tuhan. Seperti ada seorang komunis yang berkata kepada
saya, saya dulu ketika masih komunis hidup bukan untuk diri sendiri, saya hidup
untuk komunis, mati, hidup berjuang demi komunis. Sekarang setelah saya ikut
Tuhan, seperti dulu saya berani hidup dan mati untuk komunis, sekarang saya
berani mengorbankan hidup saya untuk Tuhan. Kalau seorang komunis saja
berani mati untuk komunis, kita yang mengaku kristen tidak berani mati untuk
Tuhan, berarti omong kosong kita ikut Tuhan.
Dan inilah yang dilakukan oleh rasul Paulus, dia berkata, aku sudah meneteskan
darah penghabisan, aku sudah hampir mati, waktu rasul Paulus mengatakan itu,
dia sedang dalam penjara dan memang penjara zaman itu begitu mengerikan.
Paulus ditangkap dan dipenjara, dia merasa bahwa hidupnya sudah mau
berakhir, tetapi dia tidak kecewa sama sekali. Kalau kita bayangkan, orang-orang
yang ada di dalam penjara itu sangat tidak enak dan perjuangan mereka itu apa?
Perjuangan mereka adalah ingin bebas dari penjara.
Apa yang diperjuangkan Paulus saat dia dipenjara? Paulus tidak pernah berpikir
bagaimana saya bebas dari penjara, yang dipikirkan Paulus adalah bagaimana
kita bisa memberitakan kebenaran di tengah-tengah dunia yang telinganya
sudah tidak mau mendengar kebenaran. Telinganya hanya mau mendengar
kepuasan bagi dirinya sendiri, karena itu siap sedialah dalam segala waktu untuk
memberitakan kebenaran (ini bagian yang lebih fokus), kalau tadi manusia lahir
mau apa?
Tetapi kalau kita sadar bahwa kita diciptakan Tuhan, hidup kita adalah hidup dari
Tuhan, tubuh kita adalah tubuh dari Tuhan dan semuanya ini adalah pinjaman,
semuanya ini hanya sementara, semua ini hanya titipan lalu Tuhan mau apa
dengan semua yang Tuhan titipkan kepadaku? Saya mengutip bagian ini dari
seorang seniman, W.S Rendra – saya bukan mau mengatakan bahwa ini
menjadi standard bagi kekristenan, tidak. Saya hanya memikirkan, kalau yang
bukan kristen saja memikirkan hal seperti ini, lalu orang yang namanya kristen
malah tidak memikirkan hal ini, itu malah memalukan. W.S Rendra mengatakan,
rumahku, mobilku, hartaku, istri dan anak-anakku, semua titipan Tuhan, tetapi
satu hal yang tidak pernah saya bertanya kepada Sang Pencipta yaitu apa
maksud Tuhan menitipkan semuanya ini kepadaku?
Dia juga mengatakan hal yang begitu dalam ketika saya renungkan, pada saat
titipan itu diambil, saya mengatakannya sebagai musibah, padahal yang
menitipkan kalua dia mau ambil, itu haknya yang menitipkan, ini persis seperti
kata-kata Ayub, Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil. Dan kenapa
pada saat Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil saya katakan itu
sebagai musibah? Sebenarnya sama sekali saya tidak boleh mengucapkan hal
ini sebagai musibah, saya juga tidak boleh marah kepada Sang Pencipta yang
menitipkan semuanya ini kepadaku dan pada saat Dia mau mengambilnya
kembali, saya tidak boleh menuduh Allah jahat dsb., karena Dia berhak untuk
melakukan itu.
Rasul Paulus menyempurnakan konsep ini dengan mengatakan, tidak ada
seorangpun yang hidup bagi dirinya sendiri dan tidak ada seorangpun yang mati
bagi dirinya sendiri. kalau dia hidup, dia hidup bagi Tuhan, karena hidupnya
memang dari Tuhan, kalau dia mati, dia mati bagi Tuhan. Karena Tuhan
memang memberi hidup kepada dia untuk melaksanakan apa yang menjadi
rencana Tuhan, dia bukan melaksanakan apa yang menjadi rencananya.
Seorang pengusaha yang kelihatannya rohani mengatakan, saudara-saudara,
puji Tuhan, perusahaan kita bisa berhasil, semua ini karena apa? Karena kita
mengikutsertakan Tuhan di dalam mendukung usaha dan tujuan perusahaan ini,
kelihatannya kata-kata ini bagus dan rohani sekali, saya bisa katakan, kalimat ini
salah 100%.
Kenapa salah? Karena Tuhan hanya dijadikan ikut serta, Tuhan hanya dijadikan
tambal butuh, ayo Tuhan, saya punya tujuan ini, Tuhan sertai saya, Tuhan
dukung saya, jadi Tuhan itu hanya dibuat embel-embel, Tuhan hanya disuruh
ikut serta maunya saya. Saya yang punya mau, Tuhan yang ikut saya, apa benar
seperti itu? Ini salah besar, yang punya rencana terhadap dunia yang diciptakan,
yang punya rencana terhadap saudara dan saya adalah Allah. Maka seharusnya
bukan Tuhan yang ikut rencana saya, tapi saya yang harus belajar ikut rencana
Tuhan. Bukan saya mengikutsertakan Tuhan di dalam menggenapi rencana
saya, tetapi saya diikutsertakan Tuhan di dalam menggenapi rencanaNya.
Kita seringkali memperalat Tuhan untuk menggenapi rencana kita, seharusnya
kita adalah alat Tuhan untuk menggenapi rencanaNya dan itu yang disadari oleh
rasul Paulus. Semua yang Tuhan rencanakan itu digenapkan melalui hidupku,
aku sudah mencapai titik darah penghabisan dan aku sudah melakukan apa
yang dikehendaki oleh Tuhan. Mari dalam kehidupan ini kita benar-benar sadar,
this is my Father’s world, ini bukan duniaku, ini dunia Bapaku dan aku dihadirkan
dalam dunia Bapaku untuk menjalankan maksud-maksud Bapaku. Dunia ini
bukan rumahku, aku hanya mampir sementara saja, kata-kata ini tidak
bermaksud membuat kita tidak memiliki ambisi hidup, tidak seperti itu. Ini bukan
satu khotbath yang membuat kita pesimis, aah… tidak ada yang buat diri kita
sendiri, buat apa berjuang yang bukan untuk diri kita sendiri…. aaah semua
untuk Tuhan, laah… untuk saya mana? Kenapa kok semuanya untuk Tuhan?
Jadi apa gunanya hidup kalau semuanya untuk Tuhan, untuk saya mana?
Banyak orang yang berpikir seperti itu, itu pemikiran yang salah besar, kenapa?
Karena nilai hidup yang tertinggi justru bukan hidup untuk aku, nilai hidup yang
tertinggi adalah hidup bagi Allah, hidup bagi kemuliaanNya. Karena memang kita
diciptakan untuk kemuliaanNya, saudara dan saya diciptakan bukan untuk
berhawa nafsu memikirkan kepentingan diri sendiri. Apa yang ingin Allah mau
kerjakan dalam dunia ini, itu sudah ada jawabannya di dalam alkitab, hanya
manusia itu lupa dan manusia itu tidak peduli urusan Allah di dunia ini. Urusan
atau misi Allah di dunia ini apa? Urusan atau misi Kerajaan Allah.
Saya juga terus merenungkan, sebetulnya hidup ini apa sih? Hidup ini bergulir
terus dari generasi ke generasi, lalu hidup ini apa sih? Manusia yang lalu sudah
tidak ada lagi, sekarang sudah digantikan oleh saudara dan saya di sini, tetapi
nanti puluhan tahun lagi saudara dan saya juga akan lenyap, dan digantikan
generasi yang selanjutnya. Pertanyaannya, mau apa saudara dan saya hidup
dalam dunia yang sementara ini dan yang akan bergulir terus? Jawabannya
hanya satu, misi Kerajaan Allah, karena Allah memang adalah Raja, Dia yang
berkuasa, Dia yang punya rencana, Dia yang menciptakan, hidup kita berada di
sini untuk menjalankan misi Kerajaan Allah. Dan hal itu selalu kita doakan di
dalam doa Bapa kami, ketika kita berdoa datanglah KerajaanMu, artinya apa?
Dunia ini memang adalah dunia milik Kerajaan Allah dan dunia yang adalah milik
Kerajaan Allah, maka jadilah kehendakMu, bukan kehendak saya. Biarlah ini
menjadi komitmen saudara dan saya, mengerti visi Kerajaan Allah, kiranya ini
boleh menjadi berkat bagi kita semua. Amin.
Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah (AS)
– Diambil dari bacaan AIR HIDUP RENUNGAN HARIAN, EDISI 23 April 2008 –
Baca: 2 Timotius 4:1-8
“Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan
tunaikanlah tugas pelayananmu!” 2 Timotius 4:5
Bila mendengar kata ‘pelayanan’, yang ada dalam pikiran kita adalah kegiatan yang dilakukan para
hamba Tuhan/pendeta, misionaris, gembala sidang, majelis gereja, pemimpin pujian dan lain lain;
sesungguhnya melakukan pelayanan itu merupakan tanggungjawab anak Tuhan. Ada contoh yaitu ibu
mertua Petrus, setelah dijamah oleh Tuhan Yesus dan disembuhkan dari sakitnya “Ia pun bangunlah
dan melayani Dia.” (Matius 8:15b); jadi setelah menerima kesembuhan, ibu mertua Petrus melayani
Tuhan! Itulah yang dikehendaki Tuhan untuk kita perbuat. Dia memberkati kita agar kita menjadi berkat,
Dia menyelamatkan kita agar kita memberitakan kabar keselamatan itu kepada orang yang belum
mendengarnya, bukan untuk bermalas-malasan, seperti yang disampaikan Rasul Paulus kepada
Timotius, “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah,
tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.” (2 Timotius 4:2)
Keterlibatan kita dalam pelayanan sangat dibutuhkan dalam Tubuh Kristus, jadi masing-masing dari kita
memiliki peranan yang harus kita mainkan dan setiap peran itu penting; tidak ada pelayanan yang
kecil/tidak penting bagi Tuhan, semuanya berharga di mataNya! Pelayanan adalah inti dari kehidupan
orang Kristen, sebab Tuhan Yesus sendiri telah memberi satu teladan bagi kita, “…Anak Manusia juga
datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi
tebusan bagi banyak orang.” (Markus 10:45). ‘Melayani’ dan ‘memberi’ inilah yang serhatusnya menjadi
ciri hidup orang Kristen di tengah dunia ini.
Melayani adalah lawan dari sifat alamiah manusia yang lebih suka dilayani. Kita mengharapkan orang
lain mau melayani, memperhatikan, menghargai, menghormati kita terlebih dahulu, bukan sebaliknya,
padahal Alkitab menulis, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu,
perbuatlah demikian juga kepada mereka.” (Matius 7:12a). Oleh karena itu, gunakanlah kesempatan
yang ada saat ini sebaik mungkin, karena kesempatan itu belum tentu datang lagi menghampiri kita.
Orang Kristen yang dewasa pasti terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan!
Kotbah Ekspositori - Beritakanlah Firman
Tuhan (2 Timotius 4:1-5)
Introduksi.
Setiap hendak memarkirkan mobil selalu saja pak pendeta mengalami persoalan padahal sudah
disediakan tempat parkir untuk kendaraannya. Persoalannya dikarenakan, para pengunjung gereja
menggunakan tempat parkirnya seenaknya sendiri, walaupun dengan jelas ada tanda peringatan
larangan untuk memarkirkan kendaraan di tempat itu. Awalnya pak pendeta mengira bahwa tandanya
kurang jelas sehingga ia minta ditambahkan dengan kalimat penegasan, ”Disediakan khusus untuk
Pendeta.” Walaupun larangan sudah diberikan, para pengunjung gereja masih saja tidak
mengindahkannya. Mungkin diperlukan tanda yang lebih tegas lagi, pikir sang pendeta. Kemudian ia
mengubah dengan kalimat yang lebih tegas, "Tuhan menyediakan tempat ini hanya untuk hamba-Nya".
Namun hal ini pun tidak membuahkan sesuatu yang diharapkan.
Dalam keadaan kesal dan sebal tampaknya pak pendeta mendapatkan suatu ide yang cemerlang
dan memang hasilnya sangatlah memuaskan karena sejak dipasang tanda larangan yang terakhir itu,
tidak seorang pun jemaat yang memarkir lagi mobilnya di tempat khusus itu. Tahukan anda apa kalimat
yang tertera dalam tanda larangan parkir tersebut? Bunyi demikian, "Siapa yang memarkirkan mobilnya
di tempat ini diharuskan berkhotbah pada hari Minggu berikutnya.
Melalui pembahasan dalam nats ini, setiap kita diingatkan kembali akan hak dan tanggung
jawabnya dalam memberitakan firman Tuhan. Mengapa firman Tuhan harus diberitakan secara benar?
Untuk memudahkan kita mengingatnya, ada 3 M yang menjadi alasannya.
Apakah yang menjadi alasan mengapa kita harus memberitakan firman Tuhan?
- Panggilan berkotbah adalah panggilan setiap orang percaya. Memang dalam surat ini secara khusus
Paulus memberi mandat kepada Timotius untuk memberitakan firman Tuhan, tetapi perintah atau
mandat untuk memberitakan firman Tuhan, bukan berasal dari Paulus, tetapi dari Allah (lihat ayat1-2
band. Mat. 28:18-20; Mrk. 16;15; Kis.1:8). Begitu pula cakupannya, bukan semata ditujukan kepada
Timotius, tetapi juga ditujukan kepada setiap orang percaya, karena setiap orang percaya adalah imamat
yang rajani (band. 1 Ptr. 2:9). Ini konsep yang baru dan berbeda dengan era dalam Perjanjian Lama di
mana pemberita firman Tuhan hanya sebatas kepada orang-orang tertentu (imamat meditorial).
- Setiap orang percaya berhak dan bertanggung jawab untuk memberitakan firman Tuhan. Tetapi sebagai
pemberita ada hal penting yang perlu diketahui agar memiliki pemahaman yang benar dalam
memberitakan firman Tuhan. Nats di atas menunjukkan, ada empat hal yang perlu dicermati di balik
perintah Allah demi terwujudnya kesadaran dari segenap umat untuk memberitakan firman
Tuhan. Pertama, perintah ini bersifat penting dan mendesak. Paulus berkata, ”aku berpesan dengan
sungguh-sungguh kepadamu” (ayat 1b). Mengingat penting dan mendesaknya pemberitaan firman
Tuhan maka Paulus menegaskan agar pelaksanaannya tidak boleh ditawar-tawar, baik dalam situasi dan
kondisi apapun – ”siap sedialah baik atau tidak baik waktunya” (band. ayat 2). Dan dua hal yang menjadi
alasan mengapa pemberitaan firman Tuhan itu bersifat penting dan mendesak, yaitu: pertama, karena
pemberitaan firman Tuhan membahas masalah kehidupan Allah sendiri (ayat 1) dan kedua, pemberitaan
firman Tuhan membahas masalah kehidupan jemaat Tuhan (ayat 2-4).
- Kedua, perintah ini bersifat sakral – ”Di hadapan Allah dan Kristus Yesus...” (ayat 1a). Perintah ini kian
menjadi sakral di mana Paulus mengungkapkan pernyataan, ”Demi penyataan-Nya dan demi kerajaan-
Nya” (ayat 1c). Gagasannya seperti seseorang yang sedang bersumpah!
- Ketiga, perintah ini bersifat imperative bukan alternative. Dalam gramatikal Yunani ditegaskan bahwa
perintah untuk memberitakan firman Tuhan bersifat wajib untuk dilaksanakan, bukan bersifat usulan
atau sekedar saran. Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menekankan perintah itu dengan menggunakan
partikel ”lah.” Partikel ”lah” berfungsi untuk memberi penegasan terhadap kata yang ada di depannya.
Jadi, perintah memberitakan firman Tuhan perlu untuk ditaati oleh umat Tuhan secara seksama.
- Dan yang keempat, perintah ini harus dilakukan dengan penuh semangat. Kata Yunani ”kerrusso” yang
diterjemahkan ”beritakanlah..” (ayat 2), sebuah kata kerja yang berarti ”memproklamirkan”.
Penggunaannya untuk menunjukkan seorang utusan yang diutus oleh Raja untuk menyampaikan berita
yang sangat penting dan mendesak untuk diketahui oleh segenap masyarakat. Seorang pemberita
firman Tuhan harus bersemangat dan bersuka cita saat menyampaikan firman Tuhan. Ia juga harus
menyadari bahwa dirinya adalah utusan yang harus mewakili dan menyampaikan sesuatu dari sang
pengutus, bukan menyampaikan sesuatu dari dirinya.
- Alkitab adalah berita keselamatan dan kebenaran Allah yang memerdekakan (lihat ayat 4 band. Yoh.
8:32). Firman itu harus diberitakan kepada setiap orang agar menjadi pedoman bukan sebagai kenang-
kenangan, sehingga iman mereka bertambah kian dewasa (Rm. 10:17) dan tidak bercacat cela (1 Tim.
6:14). Barang siapa yang menerima firman Tuhan yang didengar saat firman itu diberitakan akan
menjadi "alat pacu" untuk meresponi keselamatan dan pemateraian Roh Kudus (Ef. 1:13). Dan
penghayatan terhadap firman Tuhan akan membuat hidupnya kian bertambah baik (lihat Kis. 17:11).
Begitu pula dengan damai sejahtera yang menyelubungi hati adalah hasil yang diperoleh akibat
penerimaannya akan firman Tuhan.
- Timotius memiliki seorang ayah kafir, tetapi ibunya Eunike dan neneknya Lois adalah orang percaya yang
menuntun dia kepada keselamatan (band. 2 Tim. 1:5). Firman Tuhan yang diajarkan kepadanya sejak di
usia dini menyebabkan Timotius meresponi keselamatan dari Allah (baca 2 Tim. 3:15b; band. Ef. 1:13;
Rm. 10:14-15). Selanjutnya, Paulus kian melengkapi Timotius dengan pengajaran yang benar dan pola
hidup yang selaras dengan kebenaran firman Tuhan (band. 2 Tim. 3:10, 14).
- Penginjil terkenal di era tahun 70-an, Billy Graham pernah melakukan ”check sound” sebelum kotbah
KKR di stadion Wembley, Inggris. Dia menyuruh seorang ”cleaning service” di stadion itu untuk
mendengar kejelasan suaranya tanpa menggunakan micro phone. Kemudian Billy Graham memperkatan
Injil Yohanes 3:16, setelah yang ketiga kalinya ayat itu diperkatakan oleh Billy Graham spontan
pembersih stadion itu datang menghampiri lalu tersungkur sambil menangis untuk meminta agar Billy
Graham sudi membaptiskan dirinya.
- Ijinkan saya mengingatkan anda bahwa kebutuhan manusia yang utama adalah keselamatan. Apalah
artinya kaya raya hidup di dunia, tetapi menderita sensara di neraka. Hidup di dunia adalah sementara,
setelah kita wafat, belum berakhir segalanya. Masih ada dunia kekal yang mana setiap orang akan
menuju ke sana. Saat ini kita hidup di dunia hanya sementara, tetapi bermilyaran tahun kita akan hidup
di "planet" kekekalan. Sudahkan anda memastikan bahwa nantinya anda berada di planet kehidupan
kekal (surga) atau di planet kematian kekal (neraka)? Surga dan neraka bukan ditentukan nanti, tetapi
sekarang. Selagi kita hidup pada dasarnya kita sedang memilih suatu tempat di mana kita nanti berada.
Jangan sampai terlewatkan, menyesal kita nantinya.
- Mari sejenak kita mencermati kisah nyata di bawah ini, sehingga segar kembali untuk mengikuti
pembahasan dalam poin ini. Seorang Ateis berkata kepada seorang kepala suku di Afrika ketika melihat
anaknya sedang membaca Alkitab. Dengan sikap mengejek ateis tersebut sesumbar berkata, ”Kenapa
kau ijinkan anakmu membaca Alkitab, itu buku jelek dan tidak masuk akal,” Lalu kepala suku berkata
kepada Ateis itu, ”Karena Alkitab yang telah dibacanya itu maka kehidupannya mengalami perubahan.
Sebelumnya ia adalah seorang yang jahat, pemarah dan penuh kebencian, tetapi sekarang ia berubah
secara drastis. Kalau dahulu, bila dia melihat kamu bersikap seperti ini, pasti kamu sudah dimakannya
karena sebelumnya dia adalah seorang penjagal manusia. Kalau Alkitab itu buku yang jelek dan tidak
baik kenapa hidupnya bisa menjadi lebih baik?”
- Kondisi manusia di saat Paulus menuliskan surat ini, sedang mengalami kemerosotan moral. Ada 19 ciri
kemerosotan moral yang sedang terjadi saat itu, yaitu: mencintai diri sendiri, pendusta, sombong dan
lainnya (baca selengkapnya dalam 2 Tim. 3:1-9). Paulus menegaskan bahwa kemerosotan moral itu
dapat diantisipasi melalui pemberitaan firman Tuhan yang akan mentransformasikan kehidupan bagi
siapa saja yang dengan segenap hati mendengarnya (2 Tim. 3:16-17 band. Rm. 10:17). Itu artinya, tidak
satu pun buku yang dapat mengubahkan hidup manusia kecuali Alkitab.
- Tetapi Paulus juga menegaskan bahwa upaya transformasi kehidupan itu harus dibarengi dengan cara
penyampaian firman Tuhan yang baik dan benar serta keteladan hidup dari sang pengkotbah yang
mencerminkan firman Tuhan yang telah dikotbahkannya. Frase ”kuasailah dirimu dalam segala hal”
(ayat 5), memberi indikasi bahwa bahwa pengkotbah bukan semata menguasai teknik berkotbah tetapi
juga mampu menguasai prilakunya. Dalam suratnya yang lain, Paulus mengingatkan Timotius akan
konsekuensi penolakan dari jemaat bila hidupnya tidak seperti yang dikotbahkannya (lihat 1 Tim. 4:16
band. 1 Kor. 9:27). Bukankah kotbah yang hidup itu adalah kehidupan dari sang pengkotbah itu sendiri?
Gagasan itulah yang sedang ditekankan oleh rasul Paulus melalui teks ini, sehingga kehidupan umat
Tuhan mengalami transformasi oleh pemberitaan firman Tuhan. So, preach the Word of God!