Anda di halaman 1dari 24

Latar Belakang:

Mahasiswa baru 2021 sudah di depan mata, tentunya jiwa-jiwa yang telah dipercayakan kepada setiap
mahasiswa Kristen yang ada di UK3 harus mendengar dan memahami mengenai injil, karena injil adalah
dasar dari pengenalan kita terhadap Kristus. Pada masa pandemi yang belum berakhir, penginjilan
mahasiswa baru harus dilakukan secara online. Penginjilan online tentunya tidak luput dari berbagai
kekurangan, selama melakukan penginjilan tentunya ada masalah-masalah yang belum pernah dihadapi
oleh penginjil secara offline. Di sisi lain kelebihan yang diberikan juga dapat dirasakan, mulai dari
fleksibilitas waktu dan ruang hingga kemudahan penjangkauan. Dengan melakukan sharing pengalaman
dalam melakukan penginjilan online, kiranya dapat lebih memperlengkapi rekan sekerja dalam
menghadapi penginjilan mahasiswa baru yang akan diadakan, tentunya dengan berlandaskan dasar,
semangat, tujuan, dan cara penginjilan yang benar.

Tujuan/Goals:

Memberikan wawasan lebih atas masalah yang dihadapi saat melakukan penginjilan online

Mengingatkan kembali pentingnya penginjilan di masa pandemi

Memberikan wawasan dalam hal kelebihan dan kemudahan yang dapat dilakukan saat penginjilan
online pada Tim PI dan PI fakultas

Membekali Tim PI dan PI fakultas dalam melakukan penginjilan mahasiswa baru 2021

(2 timotius 4:2)

Beritakanlah  firman,  siap sedialah baik atau tidak baik waktunya,


 u   v 

nyatakanlah apa yang salah, tegorlah  dan nasihatilah  dengan segala


 w   x 

kesabaran dan pengajaran.

2 Timotius 4:1-8
Penuhilah panggilan pelayananmu
4:1 Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang
hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-
Nya dan demi Kerajaan-Nya: 4:2 Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik
waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan
pengajaran. 4:3 Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran
sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan
keinginan telinganya. 4:4 Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan
membukanya bagi dongeng. 4:5 Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah
menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas
pelayananmu! 4:6 Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan
saat kematianku sudah dekat. 4:7 Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah
mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. 4:8 Sekarang telah tersedia
bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada
hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan
kedatangan-Nya.

Full Life : ORANG TIDAK DAPAT LAGI MENERIMA AJARAN SEHAT.


Nas : 2Tim 4:3-4
Sepanjang sejarah gereja selalu ada orang yang tidak mau mengasihi ajaran sehat, namun ketika akhir zaman makin
dekat, keadaan akan makin parah (bd. 2Tim 3:1-5; 1Tim 4:1).
1. 1) "Orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat" (ayat 2Tim 4:3). Banyak orang akan mengaku dirinya Kristen,
berkumpul di gereja, tampaknya menghormati Allah, tetapi tidak akan menerima iman rasuli PB yang asli atau
perintah Alkitab untuk memisahkan diri dari ketidakadilan (2Tim 3:5; bd. Rom 1:16;

lihat art. PEMISAHAN ROHANI ORANG PERCAYA).


2. 2) "Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran" (ayat 2Tim 4:4). Penyampaian Firman Allah oleh
hamba Allah tidak akan diterima oleh banyak orang dalam gereja. Mereka yang berpaling dari kebenaran akan
menginginkan pemberitaan yang menuntut kurang dari Injil sejati (bd. 2Tim 2:18; 3:7-8; 1Tim 6:5; Tit 1:14).
Mereka tidak akan menerima Firman Allah tentang pertobatan, dosa, hukuman, dan perlunya hidup kudus dan
terpisah dari dunia (bd. 2Tim 3:15-17; Yer 5:31; Yeh 33:32).
3. 3) "Mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinga"
(ayat 2Tim 4:3). Mereka tidak akan mencari gembala menurut standar Firman Allah (bd. 2Tim 1:13-14; 1Tim 3:1-
10), tetapi akan mencari orang yang sesuai dengan keinginan duniawi mereka. Mereka akan memilih
pengkhotbah yang pandai berpidato, mampu menghibur, dan berita yang akan menyakinkan mereka bahwa
mereka dapat tetap menjadi Kristen sementara hidup menurut tabiat dosa (bd. Rom 8:4-13; 2Pet 2:1-22).

4. 4) Roh Kudus mengingatkan semua yang tetap setia kepada Allah dan tunduk kepada Firman-Nya untuk
menantikan penganiayaan dan penderitaan karena kebenaran (2Tim 3:10-12; Mat 5:10-12). Selanjutnya, mereka
harus memisahkan diri dari kelompok, gereja dan lembaga yang menyangkal kuasa Allah dalam keselamatan dan
yang menyampaikan Injil yang berkompromi (2Tim 3:5; 1Tim 4:1-2; 2Pet 2:1; Yud 1:3; Wahy 2:24;

lihat cat. --> Gal 1:9).


[atau ref. Gal 1:9]

Kita harus selalu setia kepada Injil PB dan hamba Allah yang memberitakannya dengan benar. Setelah melakukan ini,
kita dapat yakin tentang persekutuan yang intim dengan Kristus (Wahy 3:20-22) dan menerima kesegaran rohani
dari Tuhan (Kis 3:19-20).

  2  Full Life : KEBENARAN.


Nas : 2Tim 4:4
Firman Allah yang tertulis harus menjadi pedoman tertinggi dalam kebenaran dan kelakuan kita.
1. 1) Kita harus memakai Firman Allah yang diberikan oleh Roh Kudus sebagai pedoman untuk menilai kepercayaan
dan kelakuan kita.
2. 2) Kecenderungan beberapa gereja untuk mendasarkan doktrin, kelakuan, atau kebenaran baru pada
pengalaman sendiri, mukjizat, sukses, tujuan atau teori buatan manusia tanpa pembuktian alkitabiah yang
kokoh, akan merupakan salah satu cara utama Iblis untuk menipu dalam kemurtadan hari-hari terakhir

(lihat cat. --> Mat 24:5;


lihat cat. --> Mat 24:11;
lihat cat. --> 2Tes 2:11;
[atau ref. Mat 24:5,11; 2Tes 2:11]
lihat art. KESENGSARAAN BESAR).
  3  Full Life : AKU TELAH MENGAKHIRI PERTANDINGAN YANG BAIK.
Nas : 2Tim 4:7
"Aku telah berusaha dengan bersungguh di dalam peperangan iman" -- Terjemahan Lama (versi Inggris NIV -- "Aku telah
berjuang dalam perjuangan yang baik"). Ketika meninjau kembali hidupnya bersama Allah, Paulus sadar bahwa ajalnya
sudah dekat (ayat 2Tim 4:6) dan melukiskan hidup Kristennya dengan istilah berikut:
1. 1) Paulus memandang hidup Kristen sebagai "suatu peperangan", bahkan satu-satunya perjuangan yang layak.
Dia telah berperang melawan Iblis (Ef 6:12), keburukan orang Yahudi dan kafir (2Tim 3:1-5; Rom 1:21-32; Gal
5:19-21), Yudaisme (Kis 14:19; 20:19; Gal 5:1-6), antinomisme dan kebejatan dalam gereja (2Tim 3:5; 2Tim
4:3; Rom 6:1-23; 1Kor 5:1; 6:9-10; 2Kor 12:20-21), guru-guru palsu (ayat 2Tim 4:3-5; Kis 20:28-31; Rom 16:17-
18), pemutarbalikan Injil (Gal 1:6-12), keduniawian (Rom 12:2) dan dosa (Rom 6:1-23; Rom 8:13; 1Kor 9:24-27).
2. 2) Dia juga telah menyelesaikan pertandingannya di tengah pencobaan dan godaan dan tetap setia kepada
Tuhan dan Juruselamatnya selama hidup ini (bd. 2Tim 2:12; Ibr 10:23; 11:1-40; 12:1-2).

3. 3) Paulus sudah memelihara iman pada masa-masa ujian yang berat, keputusasaan yang hebat dan banyak
kesusahan baik ketika diserang oleh guru palsu maupun ditinggalkan oleh sahabat. Paulus tidak pernah
mengurangi kebenaran asli Injil (2Tim 1:13-14; 2:2; 3:14-16; 1Tim 6:12).

  4  Full Life : MAHKOTA KEBENARAN.


Nas : 2Tim 4:8
Karena Paulus tetap setia kepada Tuhannya dan Injil yang dipercayakan kepadanya, maka Roh Kudus bersaksi kepadanya
bahwa persetujuan Allah dan "mahkota kebenaran" tersedia bagi dia di sorga. Di sorga Allah sudah menyiapkan pahala
bagi semua orang yang setia pada kebenaran (bd. Mat 19:27-29; 2Kor 5:10).
  5  Full Life : SEMUA ORANG YANG MERINDUKAN KEDATANGAN-NYA.
Nas : 2Tim 4:8
Orang Kristen zaman PB sangat merindukan kedatangan Tuhan untuk mengambil mereka dari bumi agar bersama dengan
Dia selama-lamanya (lih. 1Tes 4:13-18; bd. Fili 3:20-21; Tit 2:13;
lihat art. KEANGKATAN GEREJA).
Suatu tanda khusus umat Allah ialah bahwa mereka tidak kerasan dalam dunia dan mengharapkan rumah sorgawi (Ibr
11:13-16).
  6  Full Life : TUHAN TELAH MENDAMPINGI AKU.
Nas : 2Tim 4:17
Karena penganiayaan hebat terhadap orang Kristen di Roma, tidak seorang pun berani mengaku kenal dengan rasul ini
yang setia dan berterus-terang (ayat 2Tim 4:16). Paulus sangat kecewa dan merasa kesepian. Tetapi pada saat-saat
seperti itu dia mengalami kehadiran Tuhan secara khusus yang menopang dan menguatkan dia (bd. Kis 23:11; 27:23; Rom
4:20; 2Kor 1:3-5; Ef 6:10; Fili 4:13).
  7  Full Life : KASIH KARUNIA-NYA MENYERTAI KAMU.
Nas : 2Tim 4:22
Ini merupakan perkataan terakhir Paulus yang dicatat dalam Akitab, yang ditulis ketika dia menunggu mati syahid di
penjara Roma. Dari sudut pandangan dunia, hidup Paulus akan berakhir dengan kegagalan yang menyedihkan.
1. 1) Selama lebih 30 tahun Paulus meninggalkan segala sesuatu demi Kristus; yang diperolehnya hanyalah
penderitaan dan kebencian dari bangsanya. Pelayanannya telah menghasilkan berdirinya banyak gereja, namun
banyak dari gereja ini tidak lagi setia kepada dia dan iman rasuli (2Tim 1:15). Kini di penjara, dengan semua
sahabat telah pergi kecuali Lukas (ayat 2Tim 4:11,16), Paulus menghadapi kematian. Keadaan ini menunjuk
seolah-olah ia gagal dalam misinya antara orang bukan Yahudi. Namun, rasul salib yang ditandai luka perang
tidak menunjukkan penyesalan ketika menyerahkan nyawa bagi Tuhannya.
2. 2) Sekarang, hampir 2000 tahun kemudian, pengaruh Paulus melebihi pengaruh semua hamba Allah dalam
kerajaan. Tulisan-tulisannya merupakan bagian Alkitab yang penting dan telah menuntun orang yang tidak
terhitung banyaknya kepada Kristus. Janganlah seorang yang tetap setia kepada Yesus Kristus berpikir bahwa
kematian mengakhiri semua hasil, walaupun kelihatan menghasilkan sedikit bagi Allah. Allah mengambil usaha
setia kita dan memperbanyaknya jauh lebih dari yang kita pikir atau harapkan. Malahan yang kelihatan sebagai
kegagalan adalah benih yang akan dituai oleh orang lain (Yoh 4:37-38).

Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 22 January 2012


Setiap orang percaya dipanggil untuk bersaksi bagi Tuhan. Bukan hanya pendeta dan penatua, tetapi semua orang-
orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dipanggil untuk bersaksi.
Bersaksi dapat dilakukan dengan bermacam cara. Kesaksian dapat dilakukan melalui kehidupan yang baik,
pelayanan kasih, dan pemberitaan Injil.
Untuk bersaksi bagi Tuhan Yesus, kehadiran orang-orang Kristen melalui kehidupan yang berpadanan dengan Injil
Kristus (presensi) itu sangat penting (Mat. 5:13-16). Pelayanan kasih dan kepedulian kepada orang-orang
disekitarnya (charity) pun merupakan kesaksian yang tidak kalah pentingnya (Mat. 22:37-40; 25:34-40). Namun
kedua hal itu tidak dapat menggantikan kesaksian yang berupa proklamasi, yaitu memberitakan Injil kepada orang
lain (Mat. 28:18-20; Kis. 1:8).
Ada kalanya orang percaya enggan untuk memberitakan Injil kepada orang lain. Hal ini mungkin dikarenakan
kesibukan sehari-hari dan merasa jenuh dengan kehidupan Kristen. Mungkin pula karena merasa tidak siap
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin diajukan kepadanya. Atau mungkin juga ia tidak menyukai orang-
orang yang diperhadapkan kepadanya. Tetapi Alkitab menyatakan, "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau
tidak baik waktunya" (2 Tim. 4:2a).
Setiap orang percaya hendaklah menyadari panggilan Tuhan (2 Tim. 4:1). Memberitakan Injil adalah tugas panggilan
dari Tuhan sendiri, walaupun dalam kenyataan sehari-hari Ia memakai hamba-hamba-Nya untuk mengingatkan
orang-orang percaya akan panggilan-Nya itu. Paulus berpesan kepada Timotius untuk memberitakan Injil atas dasar
pernyataan Allah dan demi kerajaan Allah. Pesan itu disampaikan Paulus kepada Timotius di hadapan Allah dan
Yesus Kristus yang menghakimi orang yang hidup dan dan mati, untuk mengingatkan Timotius bahwa panggilan itu
berasal dari Allah sendiri.
Ketaatan pada panggilan Tuhan harus diwujudkan dengan mempersiapkan diri dengan baik, sehingga dalam waktu
yang baik atau tidak baik dia tetap dapat dipakai Tuhan untuk memberitakan firman (2 Tim. 4:2a). Persiapkan diri
dengan mempelajari firman Tuhan dan persiapkan hati dengan kerelaan untuk memberitakan Injil. Sangat dibutuhkan
kerelaan hati untuk memberitakan Injil dan kesiapan diri untuk melakukannya. Dalam Efesus 6:15 juga diingatkan
agar orang-orang percaya "berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtra".
Ketaatan pada panggilan Tuhan harus diwujudkan dengan kesetiaan dalam memberitakan Firman-Nya (2 Tim. 4:2-
4). Ingat, yang diberitakan adalah firman Tuhan, bukan keinginan sendiri. Firman Tuhan itu punya kuasa untuk
menyatakan apa yang salah dan menasehati orang untuk hidup dalam kebenaran (2 Tim. 4:2b). Ya, semua yang
tertulis dalam Alkitab diilhami oleh Allah dan berguna untuk mengajarkan yang benar, untuk menegur dan
membetulkan yang salah, dan untuk mengajar manusia supaya hidup menurut kehendak Allah. (2 Tim. 3:16). Tugas
memberitakan Injil memang tidak mudah, karena pada zaman akhir kebanyakan orang tidak mau menerima ajaran
yang sehat, dan lebih suka kepada berita yang memuaskan keinginan telinganya (2 Tim. 4:3). Mereka memalingkan
telinga mereka dari kebenaran, dan membukanya bagi dongeng (2 Tim. 4:4). Dalam keadaan yang sulit pada akhir
zaman ini, orang-orang percaya harus tetap setia memberitakan firman Tuhan.
Ketaatan pada panggilan Tuhan harus diwujudkan dengan sikap menguasai diri dan menyerahkan diri, Sikap itu
adalah :
1. Menguasai diri dalam segala hal.
2. Sabar dalam penderitaan.
3. Setia melakukan pekerjaan pemberitaan Injil dan menunaikan tugas pelayanan (2 Tim. 4:5).
4. Rela berkorban (2 Tim. 4:6).
5. Ingin mengakhiri pertandingan dengan baik (2 Tim. 4:7-8).
Tuhan sudah memanggil kita. Marilah kita meresponi panggilan Tuhan dengan ketaatan. Biarlah setiap kita dapat
berkata: "Tuhan memanggil, maka aku taat!" AL
Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.
Eksposisi Surat 2 Timotius (17)
Nats: 2 Timotius 4:1-5
 
Bagian ini biar kita baca dengan serius dan khusuk, dengan satu kesadaran
penting luar biasa kalau kita mengetahui konteksnya di ayat 6, “Mengenai diriku,
darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku
sudah dekat.” Inilah konteks yang mendasari ayat 1-5 di depan. Paulus tahu
hidupnya sudah hampir berakhir dan setiap kalimat yang dia tuliskan menjadi
pesan penting, satu legacy darinya. “In the presence of God the Father and in
the presence of Jesus Christ, I charge you…” Di hadapan Allah Bapa dan di
hadapan Yesus Kristus, aku berpesan dengan sungguh-sungguh. Tidak ada hal
yang lebih solemn daripada kalimat ini; Paulus menyatakan hal ini penting dan
serius, seperti kita mencetuskan satu sumpah, seperti kita menyatakan satu janji
nikah.
Ada tiga hal yang penting di ayat 1 ini Paulus bicara berkaitan dengan siapakah
Yesus Kristus yang saat ini sedang duduk di sebelah kanan Allah Bapa.  Satu
hal yang diungkapkan kepada kita yang intinya pada waktu Ia datang,
kedatanganNya kali yang kedua, yang jelas sama sekali berbeda dengan
keadaan dan kondisi pada waktu Yesus Kristus datang ke dunia kali yang
pertama. Kali pertama Dia datang, Dia lahir di palungan yang hina, Yesus sendiri
berkata, “Serigala punya liang, burung punya sarang, tetapi Anak Manusia tidak
punya tempat untuk meletakkan kepalaNya.” Dia dihina, disiksa, dibunuh,
bahkan waktu mati pun kuburannya pinjaman dari orang. Dia mati di dalam
keadaan mati yang paling hina daripada semua kematian yang pernah ada, Dia
mati di atas kayu salib. Tetapi Paulus berbicara mengenai status Kristus,
keadaan Kristus yang sekarang ini berada dalam kemuliaan di surga.
Pertama, Yesus Kristus akan datang kembali. Kedua, Yesus Kristus akan datang
untuk menghakimi. Ketiga, demi kerajaanNya. Dari sini kita bisa melihat Alkitab
secara konsisten bicara tentang Allah Bapa yang akan menghakimi kita, tetapi
setelah Yesus Kristus mati, bangkit dan mendapatkan kemuliaan dan naik ke
surga, ada nuansa yang berubah. Sekarang Allah Bapa akan menyerahkan
penghakiman itu kepada AnakNya, karena Yesus berhak menerima kuasa,
otoritas, dan kekuasaan sampai selama-lamanya.
Mengapa Paulus memberikan pesan yang sungguh-sungguh kepada Timotius
seperti ini? Karena sebagai hamba Tuhan, sebagai pelayan Tuhan, satu kali
kelak kita akan berdiri di hadapan Yesus untuk dihakimi oleh Dia. Itu berarti
setiap hamba Tuhan mengambil keputusan berdedikasi melayani Tuhan dan
menjadi seorang hamba Tuhan, dan setiap kita yang mengambil keputusan
untuk boleh menjadi pelayan dan pengurus rumah Tuhan, mari kita taruh dalam
hati kita yang sedalam-dalamnya akan hal ini. Itu berarti aturan, prinsip yang
ketat dan juga standar yang tinggi akan diletakkan oleh Tuhan sebagai Gembala
dan Hakim bagi setiap kita. Yakobus 3:1 mengingatkan kita jangan cepat-cepat
ingin menjadi guru karena setiap orang yang mengajar orang lain akan dihakimi
dengan standar yang lebih berat. Kenapa Tuhan memberikan standar seperti itu
kepada hamba-hamba Tuhan? Saya percaya karena hamba Tuhan menjadi
wakil Tuhan, berdiri mewakili Kristus menggembalakan JemaatNya; berdiri
mewakili Tuhan kita dalam hidup ini, dan satu kali kelak Dia akan menuntut
pertanggungan jawab dengan standar yang tinggi kepada setiap orang yang
melayani Tuhan.
Yang kedua, pada waktu Paulus mengatakan Yesus Kristus akan datang
menghakimi kita, ini kita jangan hanya melihat ini sebagai perkataan yang
menakutkan, tetapi mari kita juga melihatnya sebagai satu insentif yang paling
penting bagi kita, supaya kita tidak lagi melihat standar penilaian yang lebih
sekunder, yang lebih rendah daripada itu. Mari kita mendapatkan satu insentif
yang paling penting, karena tidak ada hal yang lebih indah daripada kalimat yang
keluar dari mulut Yesus pada waktu kita bertemu dengan Dia, “Hai, hambaKu
yang baik dan setia, well done!” Ini harus menjadi satu dorongan yang penting di
dalam pelayanan kita.
Kita dalam hidup ini betapa gampang dan mudah terpancing oleh pujian dari
manusia. Kita betapa gampang dan mudah juga terpancing oleh respons dan
sikap orang di dalam hidup kita. Kita betapa gampang dan mudah juga
terpancing ingin menunjukkan performance kita untuk bisa dihargai dan
dihormati oleh orang lain. Tetapi jangan biarkan keinginan-keinginan daging
seperti itu membuat kita melupakan satu insentif yang penting: satu kali kelak
Tuan kita Yesus Kristus akan datang dan biarlah standarNya yang menjadi
standar yang menilai setiap kita. Jangan kecewa kalau kita hidup menjadi orang
Kristen yang ditertawakan karena iman kita. Jangan malu, kecil hati dan minder
pada waktu kita tidak mendapatkan pujian melainkan kritikan dan cemoohan dari
orang-orang di dalam hidup kita. Itu memang bukan menjadi achievement kita
dalam hidup ini.
Yang kedua, Yesus Kristus akan datang kembali, dalam pengertian Ia akan
datang untuk melihat hasil kerja kita, “SiDak,” inspeksi mendadak. Waktu di
“SiDak” baru ketahuan ada orang yang kerjanya bermalas-malasan, malu bukan
main. Tetapi orang yang bekerja dengan setia Yesus Kristus akan datang
menghargai dan bangga melihat hasil kerja kita.
Yang ketiga, Paulus mengatakan “demi KerajaanNya,” artinya Yesus Kristus
akan datang kembali, meng-klaim apa yang menjadi hak dan milik
kepunyaanNya. Dunia dan segala ciptaanNya sudah dengan palsu di-klaim oleh
si Jahat dan secara palsu juga di-klaim oleh manusia yang berpikir itu adalah
milik mereka; apa yang kita dapat dan kita raih, kita pikir itu milik kita semuanya.
Tidak. Satu kali kelak Kristus akan datang dan meng-klaim itu semua adalah
milikNya.
Itu sebab kalimat pembukaan ini sangat penting untuk setiap hamba Tuhan,
untuk setiap pelayan Tuhan, mari kita letakkan hal ini menjadi insentif, kita tahu
dan menyadari bahwa kita sedang melayani Tuhan, Raja di atas segala raja,
yang memiliki kerajaan yang tidak akan pernah berlalu adanya. Sehingga Paulus
bisa berkata, “Segala jerih payah kita tidak akan pernah pulang dengan sia-sia”
(1 Korintus 15:58).
Preambule pembukaan ini menjadi dasar yang penting, di hadapan Allah dan
Yesus Kristus, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu. Apa yang
Paulus pesankan? Ada lima kata imperatif yang muncul, beritakanlah firman;
siap sedialah baik atau tidak baik waktunya; nyatakanlah apa yang salah;
tegurlah dan nasehatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. Puji Tuhan,
kita melihat terjemahan bahasa Indonesia ada lima akhiran “-lah” dari kata kerja
imperatif yang muncul di ayat ini: beritakanlah, siap sedialah, nyatakanlah,
tegurlah, nasehatilah.
Kalimat pertama Paulus muncul, “Beritakanlah!” Ini adalah panggilan untuk
menjadi seorang public preacher, inilah panggilan Tuhan kepadamu. Lalu di
dalam panggilan itu Paulus menyebutkan aspek imperatif yang kedua: siap
sedialah, in the bad seasons or in the good seasons; ada availability dan
kesiapan hati. Saya percaya ini boleh menjadi panggilan yang indah bagi setiap
kita, kita mungkin pemalu, kita tidak mampu dan tidak sanggup secara bakat dan
karunia yang ada pada diri kita, tetapi saya percaya itu tidak menjadi soal di
dalam pelayanan Tuhan. Sejarah sudah memperlihatkan kepada kita begitu
banyak anak-anak Tuhan telah Tuhan pakai dan lengkapi sehingga orang lain
juga takjub melihat betapa ajaib Tuhan bisa merubah seseorang. Banyak hal di
belakang seseorang menjadi seperti ini karena kita bersedia dan belajar untuk
bertumbuh. Maka orang yang berdiri di mimbar sdr akan tahu dia baru belajar
dari dua hal, kalau dia siapkan bahan untuk setengah jam tetapi lima belas menit
sudah habis bahannya; atau dia siapkan bahan untuk setengah jam tetapi sudah
satu jam lebih belum selesai juga karena dia tidak tahu bagaimana menutup
khotbahnya. Ini prinsip yang Paulus ajarkan, siap sedia, make yourself available.
Tuhan panggil kita seperti ini. Dalam hidupmu menjadi anak Tuhan kadang
engkau menghadapi tantangan kesulitan tetapi jangan biarkan itu menjadi
penghalang bagimu. Dalam keadaan sehat ataupun sakit, biar Kristus dimuliakan
dalam hidupmu. Ada waktu yang lancar, ada waktu sulit; ada waktu, ada ‘tidak
ada waktu’; Paulus ingatkan Timotius, always available.
John Calvin adalah salah satu anak muda yang lari dari penganiayaan kepada
orang Protestan di Perancis menuju Geneva.. Calvin sendiri di dalam bukunya
mengatakan dia pergi ke Geneva sebab dia tahu di situ dia bisa belajar firman
Tuhan dengan baik dan teliti karena banyak tokoh Reformator yang tinggal di
Geneva. Ia mau mendapatkan ketenangan dan boleh hidup dengan damai dan
belajar firman Tuhan bagi dirinya sendiri supaya hidup rohaninya bisa bertumbuh
maju. Itu adalah keinginan John Calvin. Di Geneva, dia bertemu dengan William
Farrel yang waktu itu berumur 23 tahun sedang berkhotbah. William Farrel
melihat dia dan berkata, keinginanmu itu tidak cukup, saya percaya Tuhan
panggil engkau menjadi seorang pengkhotbah. Calvin menolak dan mau pergi
sebab dia adalah seorang anak muda yang pemalu adanya. Puji Tuhan, Farrel
mengeluarkan kalimat yang akhirnya membuat Calvin tidak jadi pergi, “Kalau
kamu pergi, terkutuklah engkau! Tuhan panggil engkau untuk menjadi
pengkhotbah. Engkau tidak boleh hanya belajar demi untuk dirimu sendiri.” Maka
dari itu kemudian, karena panggilan Tuhan melalui Farrel, Calvin yang pemalu
dan tidak fasih lidah akhirnya takluk dan taat. Sejak itu kita tahu Calvin
mewariskan begitu banyak commentary bagi kita, karena dari hari Senin, Rabu,
Jumat, Sabtu dan Minggu, dia dengan setia meng-eksposisi kitab-kitab penting
yang diturunkan kepada kita. Saya percaya ini kesaksian hidup bagi Calvin yang
begitu similar dengan Timotius. Kita ingat Timotius sendiri adalah seorang yang
pemalu dan tidak berani.
Yang selanjutnya tiga kata yang saling berkaitan di sini: koreksi, tegur,
encourage. Koreksi dalam pengertian supaya mengingatkan ada yang salah;
tegur dalam pengertian supaya mengingatkan orang itu stop dan jangan
teruskan kesalahannya; tetapi encourage berarti apa yang sudah luka itu
disembuhkan dan diperbaiki lagi. Meluruskan apa yang bengkok,
menyembuhkan apa yang sakit, mendorong orang yang putus asa. Kita tidak
hanya mendengarkan apa yang kita suka dan kita mau. Kita juga tidak boleh
terus menyatakan penghakiman dan penghukuman Tuhan tanpa kita
menyatakan keselamatan dan penghiburan di dalamnya. Tetapi kita tidak boleh
terus mengkhotbahkan God is love, God is good, tanpa kita mengatakan bahwa
Tuhan juga mencegah dan melarang kita terus melakukan apa yang salah.
Tuhan juga memerintahkan kita untuk mengkoreksi hidup kita.
Beritakanlah firman. Firman yang seperti apa? Firman yang mengkoreksi hidup
orang; firman yang mengur orang; tetapi juga firman yang meng-encourage
orang, memberi kekuatan, menghibur mereka, memperlihatkan apa yang salah.
Inilah natur dari firman Tuhan; itulah sifat dari Alkitab sendiri. Dalam 2 Timotius
3:15-17 kita mengetahui firman Tuhan mengajar orang, menyatakan kesalahan,
memperbaiki kelakuan dan memimpin kita kepada keselamatan di dalam Yesus
Kristus. Mari kita sungguh mencintai dan menghargai Alkitab yang kita miliki
sebagai satu karya pekerjaan Tuhan memelihara firman yang sudah Ia
sampaikan ribuan tahun yang lalu menjadi firman yang sampai sekarang kita
baca dan dengar. This Bible is our Bible. Ini yang akan kita tegakkan sama-
sama.
Banyak orang skeptis mempertanyakan apakah betul Alkitab ini firman Tuhan?
Apakah di luar dari Alkitab ini tidak ada firman Tuhan yang lain? Lalu pertanyaan
kedua yang muncul, apa benar semua yang dicatat di Alkitab itu benar, bisa jadi
banyak terkandung kesalahan di dalamnya?
Ada dua hal yang perlu kita perhatikan. Yang pertama, sdr tidak usah merasa
minder dan kuatir bahwa isi dari Alkitab yang diturunkan kepada kita ini tidak
berbentuk Tuhan mendiktenya langsung dari surga. Itu harus kita pegang baik-
baik. Kedua, kita juga tahu bahwa yang menjadi tulisan awal yaitu teks asli dari
para rasul dan nabi itu sudah tidak kita miliki lagi. Itu tidak perlu menjadi
kekuatiran kita. Mengapa? Mari kita lihat beberapa argumentasi ini. Pertama,
waktu Yesus memegang dan membaca Alkitab, yang Ia baca pada jaman itu
sendiri bukan tulisan atau naskah asli dari Perjanjian Lama. Yang dibaca oleh
Yesus itu semua adalah copy atau salinan daripada tulisan aslinya. Di dalam
penyalinan seperti itu, di dalam kelemahan manusia mungkin bisa terjadi
kesalahan penyalinan. Tetapi kita bersyukur kepada Tuhan ada begitu banyak
salinan yang bisa saling diperbandingkan sehingga dari situ kita bisa tahu di
bagian mana terjadi salah tulis sehingga bisa diperbaiki. Dan kita harus lihat,
walaupun Yesus memegang dan membaca copy salinan, Ia sendiri tidak pernah
meragukan dan mengabaikan otoritas dan esensi yang penting, dan ini yang
Paulus tekankan di sini, “All scripture is God-breathed…” Kemudian kita masuk
kepada aspek kedua ini, Tuhan yang kita percaya tidak boleh menjadi Tuhan
yang Deisme, yang kita pikir setelah menciptakan dunia ini lalu Ia duduk-duduk
saja membiarkan perjalanannya berputar tanpa intervensi dari Tuhan. Kita tidak
boleh mengabaikan intervensi Tuhan yang sanggup bekerja di dalam sejarah
dan di dalam hidup setiap kita. Tetapi sayang sekali begitu banyak orang Kristen
percaya Allah ada namun kenyataannya di dalam hidup kita di-govern oleh
natural law. Kita rasa umum seperti inilah jalannya, kita pakai segala cara seperti
orang dunia, berjuang, berpikir, me-manage, mengatur hidup kita. Memang satu
pihak tidak salah karena Allah menciptakan natural law, tetapi kita tidak boleh
mempunyai konsep Deisme seperti ini. Kita percaya Ia adalah Allah yang aktif
intervensi dan berkarya di dalam hidup kita dan di dalam perjalanan sejarah.
Maka kita percaya pada waktu orang meng-copy dan menyalin teks Alkitab ini, di
tengah kelemahan itu kita percaya ada intervensi dan campur tangan Tuhan
menjaga dan melindungi proses ini sampai akhirnya Kanonisasi 66 kitab itu
menjadi satu keseluruhan yang di-recognise oleh Gereja sebagai Alkitab kita. Itu
semua tidak lepas dari Providensi Tuhan bekerja di dalamnya.
Salah satu contoh sederhana, kita lihat Yer.36, Yeremia mengutus Barukh untuk
membawa naskah dari firman yang Tuhan sampaikan melalui Yeremia kepada
raja. Raja marah dan tidak mau menerima firman ini dan membakarnya. Tetapi
Tuhan menyuruh Yeremia untuk menulis lagi apa yang sudah dikara oleh
Yoyakim, raja Yehuda itu. Jadi ada firman Tuhan yang sampai kepada jaman kita
ketika Tuhan berfirman, Tuhan bisa katakan itu tidak perlu dituliskan lagi karena
Tuhan tidak menginginkan itu menjadi firman yang diteruskan kepada kita. Tetapi
ada bagian ini, sekuat-kuatnya, sejaya-jayanya, manusia ingin mencegah firman
Tuhan, kita melihat intervensi ini. Kitab yang sudah dibakar, tulis lagi. Dari sini
kita percaya maka kitab yang kita terima melewati ribuan tahun ditulis oleh
berbagai penulis dan sampai kepada kita, semua itu adalah kitab suci karya
nafas Allah sendiri.
Kenapa Paulus perlu memberikan charge yang serius ini kepada Timotius? Kita
kembali kepada 2 Timotius 4:3-4 karena akan datang waktunya orang tidak lagi
dapat menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan memalingkan telinganya dari
kebenaran. Ini adalah situasi yang aneh dan gila, orang lebih suka kepada
dongeng daripada kebenaran. Ini menjadi tantangan kita, tugas panggilan kita
untuk melayani Dia dengan serius.
Karakter apa yang penting dan perlu bagi kita yang melayani Tuhan? Ayat 5
menjadi ayat yang penting bagi setiap kita yang hidup sebagai orang Kristen,
yang melayani Tuhan di berbagai tempat dan aspek kehidupan: kuasailah dirimu
dalam segala hal, sabarlah menderita dan lakukanlah pekerjaan pemberitaan
Injil, tunaikanlah tugas pelayananmu.
Pertama, milikilah pikiran yang terkontrol. Anak-anak muda mungkin dipengaruhi
oleh filsafat “listen to your heart” yang menganjurkan hati kita yang memimpin
seluruh tindakan kita, ikuti suara hatimu. Itu tidak boleh. Suara hati kita gampang
menipu kita. Perasaan kita gampang sekali menipu kita. Yang benar adalah biar
hati kita dipimpin oleh pikiran kita; biar pikiran kita dipimpin oleh firman Tuhan.
Dalam situasi dan kondisi seperti sekarang ini, situasi yang aneh dan gila dalam
dunia ini, biar pikiran kita terkontrol dengan tenang. Kita belajar tidak boleh
panik, belajar stabil di dalam karakter kita menghadapi tantangan dan situasi
yang ada. Di dalam kita melayani bersama-sama kita perlu pikiran yang
terkontrol dan tenang menghadapi segala situasi.
Kedua, Paulus mengingatkan kita melakukan pemberitaan Injil sebagai our daily
task. Kita seringkali pikir rutin itu menjemukan, hal-hal yang sama kita kerjakan
dari hari ke hari itu tidak mengenakkan. Tetapi Paulus mengatakan kalimat ini,
do evangelise daily, itu tugasmu sehari-hari, itu tanggung jawabmu, kerjakan
dengan setia. Tidak ada hidup kita yang tidak dibentuk oleh kerutinan sehari-hari.
Menjadi orang tua kita bangun, kita kerjakan tugas kita. Pada waktu kita
menjalani hal yang rutin hari ke sehari mari kita tidak boleh mengabaikan kalimat
yang muncul dari rasul Paulus hari ini.
Ketiga, Paulus bilang sabar. Paulus berkali-kali menyebutkan kata ini “sabar…
sabar…” Banyak hal yang kita kerjakan di dalam hidup ini tidak bisa kita lihat
hasil secepatnya. Kita tidak bisa bernafsu meng-invest sesuatu dan ingin segera
memetik hasilnya. Kita tidak bisa memanen benih yang baru kita tanam tadi pagi.
Kita memerlukan kesabaran di dalam hidup ini. Kita tidak boleh lupa, Usain Bolt
pelari 100m, itu kita menonton pertandingan yang paling cepat, hanya berlari 10
detik. Tetapi untuk 10 detik itu dia mempersiapkan diri bertahun-tahun lamanya.
Biar firman yang kita baca ini boleh menjadi firman yang memelihara dan
menyiapkan hati kita. Saya percaya pengalaman hidup, tantangan kesulitan, titik
akhir yang akan diselesaikan oleh Paulus di dalam pelayanannya meninggalkan
firman yang begitu indah bagi kita.(kz)
Tanggal: Sabtu, 2 Juli 2016
Ayat SH: 2 Timotius 4:1-8

Judul: Memenuhi Panggilan Pelayanan

Paulus menasihati Timotius untuk memenuhi panggilan pelayanan yang telah Allah
percayakan kepadanya (1, 5). Adapun panggilan pelayanan yang ditekankan Paulus:
Pertama, panggilan dalam pemberitaan firman Tuhan (2). Paulus menegaskan, kapan pun
waktunya dan bagaimanapun keadaannya, Timotius senantiasa perlu siap sedia untuk
memberitakan firman, menegor, dan menasihati berdasarkan firman dan kasih (2). Kedua,
panggilan dalam pelayanan Kristen. Paulus mengingatkan Timotius agar menguasai diri
dan sabar menderita ketika ia melakukan pelayanannya (5). Kedua nasihat itu sangat
ditegaskan Paulus (1) dan hal itu terlihat pada penekanan kata "diamarturomai" dalam
bahasa Yunaninya. Arti katanya bisa bermakna pesan yang sungguh-sungguh, kesaksian
yang sepenuh hati, perintah yang ditegaskan, dorongan yang sangat kuat.

Paulus memang sangat mendesak Timotius untuk melakukan kedua panggilan pelayanan
itu. Ini bukan tanpa alasan karena memang situasi pada saat itu sungguh kritis. Pertama,
karena makin berkembangnya ajaran-ajaran palsu (3-4). Kedua, karena Paulus sadar
waktu hidupnya tidak lama lagi. Ia telah menyelesaikan pertandingan dengan baik dan akan
menerima mahkota kebenaran dari Allah (6-8). Tidak heran jika Paulus mendesak Timotius
agar sungguh-sungguh melaksanakan panggilan pelayanannya dengan segera.

Bagi kita yang melayani sebagai pemimpin, mari kita bangun kesadaran yang sungguh
untuk memenuhi panggilan pelayanan dengan setia. Setia dalam pemberitaan firman dan
setia dalam pelayanan yang telah Tuhan percayakan. Dengan demikian, kita dapat
mengarahkan jemaat di dalam kebenaran Tuhan sehingga mereka tidak mudah terseret
dalam kesesatan. Bagi kita semua, marilah kita mencintai firman Tuhan dengan lebih
sungguh lagi. Pelajari dengan lebih rajin dan tekun sehingga kita dapat membedakan
ajaran yang benar dan palsu, serta dapat melayani Tuhan di dalam kehendak-Nya. [MFS]
APA TUJUAN HIDUP KITA?
15 DEC, 2013 BY PDT. ANDI HALIM, M.TH

Baca: 2 Timotius 4:1-8

(Download Ringkasan)

Waktu saya merenungkan apa tujuan hidup manusia, sebenarnya waktu kita
lahir apakah kita langsung sudah tahu tujuan hidup kita? Kalau sekarang kita
ditanya, apa tujuan hidupmu? Mungkin sebagian besar dari kita bisa jawab, tapi
mungkin juga ada sebagian dari kita tidak bisa jawab, ada yang masih bergumul
tentang tujuan hidup. Untuk apa saya hidup, saya sendiri tidak mengerti, tetapi
sebetulnya itu yang benar, artinya orang hadir di dunia ini tidak mengerti harus
apa dan mau apa?
Sejak kecil kita sudah diajar untuk tertarik dengan dunia, dunia yang
menawarkan keindahan-keindahan dan kesenangan-kesenangan, wah… mulai
belajar jalan, belajar bicara, belajar coret-coret dsb., hidup penuh dengan
sukacita dan permainan-permainan, lalu sekarang banyak ditawarkan permainan
anak yang bermacam-macam, inilah hidup. Lalu dari kecil kita merasa, inilah
hidup yang menyenangkan, tetapi ternyata tidak selalu menyenangkan dan
menggembirakan, waktunya sekolah wah… harus belajar, ternyata kertas yang
kita coret-coret, kita sobek-sobek….eeh.. tenryata ada kertas penting yang tidak
boleh dicoret, tidak boleh disobek yaitu kertas lembaran uang.
Waktu anak kita mau mencoret uang 100 ribu kita berkata, eh.. jangan, ini kertas
berharga… anak kecil tidak mengerti bahwa uang kertas itu berharga, baginya
semua kertas sama saja, tidak mengerti. lalu waktu anak kita ajak ke
supermarket, dia minta ini, minta itu, lalu kertas berharga kita keluarkan, anak
kita baru mengerti… ooh… kertas ini bisa ditukar sama mainan dll., barulah anak
kita memahami pentingnya uang. Lalu orang tua kita juga mengajarkan bahwa
uang ini penting, kalau kamu tidak punya uang, kamu tidak bisa dapat apa-
apa…. oooh gitu ya… dan itu tertanam di dalam pikiran kita bahwa uang itu yang
berarti, lalu akhirnya kita baru memikirkan dan diajar oleh orang tua kita, kamu
harus sekolah, hidup bukan hanya untuk bermain, hidup harus sekolah supaya
pintar. Lalu ketika melihat anak kecil yang mengemis, kita berkata, lihat mereka
itu tidak sekolah, akhirnya jadi pengemis, mau seperti itu? Ya tidak mau,
makanya harus sekolah.
Kita terus diajar mengenai nilai-nilai, kamu harus sekolah agar pintar, setelah
pintar apa? Cari uang, kalau punya uang, kita bisa memakai uang ini untuk
segala sesuatu yang kita ingini, kalau kamu tidak punya uang, kamu tidak bisa
apa-apa. Maka tertanamlah dalam pikiran kita dan nilai hidup kita, yang namanya
berarti, yang namanya bernilai adalah uang dan mungkin 90% dalam hidup
manusia ini di dunia ini tujuannya adalah cari uang, karena sudah ditanamkan
sejak kecil. Sehingga sebetulnya hidup manusia tanpa sadar sudah melupakan
Sang Pencipta yang memberi dia hidup.
Rasul Paulus adalah salah satu contoh orang yang dibentuk oleh Tuhan secara
luar biasa, sampai mengenal apa sebenarnya merupakan nilai terdalam dalam
hidup manusia, apa sesungguhnya yang dicari oleh manusia. Dari orang-orang
kebanyakan cari uang, ada orang-orang tertentu yang jumlahnya tidak banyak,
yang melihat kepada nilai-nilai yang selain uang ada nilai yang lebih dari pada itu
dan itu bukan orang kristen. Orang-orang yang menjadi pemimpin agama,
bahkan orang yang menjadi teroris (mereka ini juga memiliki visi), mereka
memikirkan satu nilai yang lebih dari uang, yang mereka perjuangkan dengan
segala resiko yang harus mereka hadapi.
Alkitab berkata, where there is no vision the people perish, jika tidak ada visi
manusia akan binasa, di dalam bahasa Indonesia, jika tidak ada visi, tidak ada
penglihatan, maka liarlah manusia itu (Amsal 29:18), tidak tahu dia mau kemana
dan tidak tahu apa yang mau dia kerjakan. Manusia sudah condong hedonis,
hedonis adalah ya nikmati saja hidup ini, enjoy saja, hidup hanya sementara mau
apalagi (tetapi hidup sementara pun dilupakan), tidak, kita hidup memang untuk
menikmati. Apakah hidupmu hanya untuk uang? Sebelum saya bertobat, tujuan
hidup saya pun adalah untuk menjadi orang yang kaya raya, cari uang sebanyak
mungkin, pada waktu saya bertobat, tujuan hidup saya semua habis, saya baru
memahami arti hidup yang sebenarnya. Saya baru mengenal Allah adalah Allah
yang hidup, Allah yang berkarya, Allah yang mempunyai tujuan. Manusia tidak
hidup secara kebetulan dan apalagi kita yang sudah diperkenalkan akan Yesus
sebagai Tuhan, Allah yang menjadi manusia.
Apa arti dan tujuan hidup manusia? Karena itu rasul Paulus membagikan di
dalam 2 Timotius 4:1-8, yang sudah kita baca. Berbicara soal tujuan hidup,
Tuhan Yesus sendiri sebetulnya sudah mengatakan satu kebenaran yang sangat
mendasar kepada kita, “jangan kuatir akan apa yang kamu makan atau apa yang
kamu minum atau apa yang kamu pakai, karena hidup lebih penting dari
makanan, tubuh lebih penting dari pakaian”. Bagian ini mau menunjukkan, hal
yang primer dan hal yang sekunder, orang-orang sudah terbalik, membuat yang
primer jadi sekunder, yang sekunder jadi primer. Orang-orang mau berjuang dan
mengutakaman untuk yang namanya makanan, minuman dan pakaian, itu yang
terutama dalam hidup. Memang makanan, minuman, pakaian itu adalah simbol
semua yang dicari oleh manusia yaitu uang, harta, fasilitas hidup.
Apa arti hidup lebih penting dari makanan? Artinya adalah meskipun kita punya
makanan, tapi kalau kita tidak punya hidup, itu tidak ada gunanya, kalau kita
punya banyak pakaian, tapi kita tidak punya tubuh, itu juga tidak ada gunanya
dan penekanannya adalah hidup dan tubuh itu dari mana? Jawabannya adalah
dari Tuhan, itu merupakan anugerah dari Tuhan. Kalau saudara dan saya bisa
hidup, ini benar-benar adalah anugerah Tuhan, jadi jangan  meremehkan hidup
itu, karena kita tidak bisa menciptakan hidup, ini mau membuktikan akan
anugerah Tuhan.
Hidup lebih penting dari makanan, seringkali kita membalik hal ini, makanan
penting sekali, hidup itu malah kita remehkan. Dan Tuhan Yesus mengatakan,
jangan kamu kuatir akan makanan, minuman, pakaian, kenapa? Karena itu dicari
oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Orang yang orientasi hidupnya
hanya makanan, minuman, pakaian, itu adalah orang-orang yang hanya
berorientasi di dunia ini saja. Dan orang yang orientasinya di dunia ini saja, itu
sama seperti bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Karena itu, kalau
kekristenan orientasinya saya menyembah Tuhan demi saya bisa makan,
minum, pakaian dan demi fasilitas, hidup kaya, sukses dsb., kalau kita
menyembah Tuhan karena tujuan seperti itu, sebenarnya kita tidak berbeda
dengan orang kafir. Hanya ada embel-embel Tuhan untuk saya bisa mencapai
apa yang saya mau tuju.
Sebenarnya itu adalah spirit paganisme, spirit penyembahan berhala, saya
memperalat Tuhan untuk kesuksesan saya, supaya saya bisa kaya, supaya apa
yang saya inginkan berhasil. Maka saya yakin, dalam perenungan ini banyak
gereja-gereja yang justru bukan mengantar orang kepada Tuhan yang benar,
tetapi mengantar kepada tuhan yang adalah berhala. Karena orientasi hidupnya
hanya untuk kepentingan diri sendiri, tanpa sadar kita seringkali juga seperti itu.
Mari kita renungkan baik-baik dan kembali lepada visi, where there is no vision
the people perish, jika tidak ada visi, manusia akan hancur, manusia tidak tahu
tujuan hidupnya mau kemana.
Pada saat kita lahir, kalau kita bisa langsung berbicara dan ditanya, apa tujuan
kita dilahirkan? Dan kita harus tahu itu, bahwa kita lahir di dunia yang bukan milik
kita. Banyak orang lupa, merasa ketika lahir di dunia ini, dunia ini miliknya,
bukan, ini adalah dunia asing bagi kita, sebagai ilustrasi fantasi saya, saudara
dan saya ini adalah mahluk-mahluk luar angkasa yang mendarat di bumi ini dan
kendaraan kita adalah rahim ibu kita. Jadi rahim itu kita umpamakan kendaraan
luar angkasa kita dan kendaraan ini mendarat di bumi ini, dan bumi ini diberitahu
bahwa bumi ini bukan milik anda, this world is not my home, this is my Father’s
world. Bagi orang-orang yang sudah bertobat, sadarilah bahwa kita sudah
mendarat di bumi yang merupakan milik Bapa anda, milik Bapa di sorga.
Maka sebenarnya yang mempunya tujuan hidup itu bukan kita, yang mempunyai
tujuan hidup, yang mempunyai tujuan kita mendarat di bumi ini adalah Allah yang
sudah menciptakan kita dan membuat kita mendarat di bumi ini untuk
menjalankan maksud-maksud Allah, bukan menjalankan maksud kita. Di dalam
katekismus singkat wesminster sangat jelas dalam pertanyaan pertama, apakah
tujuan hidup manusia? Tujuan hidup manusia adalah mempermuliakan Allah dan
menikmati hidup bersama dalam anugerahNya.
Pada saat saya merenungkan bagian ini, saya benar-benar menyadari saya ini
siapa dan kenapa saya hadir di dunia ini? Siapa yang menciptakan saya? Pada
saat seseorang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya akan
menyadari benar-benar bahwa hidupnya bukan dari dirinya, hidupnya dari Allah
dan hidup yang dari Allah ini, didaratkan di dunia ini dengan maksud-maksud
Allah, bukan maksud-maksud saya.
Pada saat seseorang tidak mengerti untuk apa dia lahir, pada saat seseorang
tidak tahu bahwa dia diciptakan Allah, pada saat dia tidak tahu dan mengenal
siapa Allah yang sedang mengutus dia datang ke dunia ini mau apa? Maka
manusia akan membuat mainan-mainan sendiri, menyibukkan diri sendiri dengan
kegiatan-kegiatan dan aktivitas-aktivitas dan dia mengangap bahwa itulah arti
hidup, dengan segala mainan-mainan dan kesibukan-kesibukan ini. Itu hidup
apa? Itu hidup yang penuh dengan kesibukan dan hidup dengan mainan yang
menarik. Apa sih yang berharga itu, ya kalau bisa memiliki mobil yang mahal,
inilah manusia yang hebat.
Ya memang sejak kecil kita sudah senang dengan mainan-mainan, semakin
besar minta mobil-mobilan, setelah semakin besar bukan mobil-mobilan tapi
mobil sungguhan, ini mainan baru yang lebih menarik, lalu mainan apa lagi, oh
semuanya penuh dengan mainan dan itulah arti hidup, menikmati mainan-
mainan itu, dan melupakan Sang Pencipta. Mari kita merenungkan baik-baik,
rasul Paulus benar-benar menyadari akan kebenaran nilai hidup yang tidak
main-main. Rasul Paulus benar-benar menyadari hidup itu untuk apa dan untuk
siapa?
Saya seringkali khotbah tentang kematian, jemaat saya bilang, jangan bicara
kematian pak, nanti mati sungguhan, lalu saya bilang, meskipun tidak berbicara
kematian, pasti akan mati sungguhan. Bagi saya, mati atau tidak mati bukan
urusan saya, itu urusan Tuhan, urusan saya adalah memberitakan kebenaran.
Sewaktu-waktu kita pasti akan dipanggil Tuhan, jadi apa tujuan hidup kita, apa
nilai hidup kita? Rasul Paulus menulis dalam Roma 14:7-9, dan itu juga menjadi
pegangan dan perjuangan hidup saya dan juga kita semua sebagai orang
percaya saat ini, nats ini jangan dilepaskan dari hidup kita (bukan berarti ayat
lain tidak penting, bukan, tapi bagian ini mau menunjukkan nilai, arti hidup bagi
manusia).
Tidak ada seorang pun yang hidup untuk dirinya sendiri, tidak ada seorang pun
yang mati untuk dirinya sendiri, kalau dia hidup, dia hidup untuk Tuhan kalau dia
mati, dia  mati untuk Tuhan. Seperti ada seorang  komunis yang berkata kepada
saya, saya dulu ketika masih komunis hidup bukan untuk diri sendiri, saya hidup
untuk komunis, mati, hidup berjuang demi komunis. Sekarang setelah saya ikut
Tuhan, seperti dulu saya berani hidup dan mati untuk komunis, sekarang saya
berani mengorbankan hidup saya untuk Tuhan. Kalau seorang komunis saja
berani mati untuk komunis, kita yang mengaku kristen tidak berani mati untuk
Tuhan, berarti omong kosong kita ikut Tuhan.
Dan inilah yang dilakukan oleh rasul Paulus, dia berkata, aku sudah meneteskan
darah penghabisan, aku sudah hampir mati, waktu rasul Paulus mengatakan itu,
dia sedang dalam penjara dan memang penjara zaman itu begitu mengerikan.
Paulus ditangkap dan dipenjara, dia merasa bahwa hidupnya sudah mau
berakhir, tetapi dia tidak kecewa sama sekali. Kalau kita bayangkan, orang-orang
yang ada di dalam penjara itu sangat tidak enak dan perjuangan mereka itu apa?
Perjuangan mereka adalah ingin bebas dari penjara.
Apa yang diperjuangkan Paulus saat dia dipenjara? Paulus tidak pernah berpikir
bagaimana saya bebas dari penjara, yang dipikirkan Paulus adalah bagaimana
kita bisa memberitakan kebenaran di tengah-tengah dunia yang telinganya
sudah tidak mau mendengar kebenaran. Telinganya hanya mau mendengar
kepuasan bagi dirinya sendiri, karena itu siap sedialah dalam segala waktu untuk
memberitakan kebenaran (ini bagian yang lebih fokus), kalau tadi manusia lahir
mau apa?
Tetapi kalau kita sadar bahwa kita diciptakan Tuhan, hidup kita adalah hidup dari
Tuhan, tubuh kita adalah tubuh dari Tuhan dan semuanya ini adalah pinjaman,
semuanya ini hanya sementara, semua ini hanya titipan lalu Tuhan mau apa
dengan semua yang Tuhan titipkan kepadaku? Saya mengutip bagian ini dari
seorang seniman, W.S Rendra – saya bukan mau mengatakan bahwa ini
menjadi standard bagi kekristenan, tidak. Saya hanya memikirkan, kalau yang
bukan kristen saja memikirkan hal seperti ini, lalu orang yang namanya kristen
malah tidak memikirkan hal ini, itu malah memalukan. W.S Rendra mengatakan,
rumahku, mobilku, hartaku, istri dan anak-anakku, semua titipan Tuhan, tetapi
satu hal yang tidak pernah saya bertanya kepada Sang Pencipta yaitu apa
maksud Tuhan menitipkan semuanya ini kepadaku?
Dia juga mengatakan hal yang begitu dalam ketika saya renungkan, pada saat
titipan itu diambil, saya mengatakannya sebagai musibah, padahal yang
menitipkan kalua dia mau ambil, itu haknya yang menitipkan, ini persis seperti
kata-kata Ayub, Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil. Dan kenapa
pada saat Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil saya katakan itu
sebagai musibah? Sebenarnya sama sekali saya tidak boleh mengucapkan hal
ini sebagai musibah, saya juga tidak boleh marah kepada Sang Pencipta yang
menitipkan semuanya ini kepadaku dan pada saat Dia mau mengambilnya
kembali, saya tidak boleh menuduh Allah  jahat dsb., karena Dia berhak untuk
melakukan itu.
Rasul Paulus menyempurnakan konsep ini dengan mengatakan, tidak ada
seorangpun yang hidup bagi dirinya sendiri dan tidak ada seorangpun yang mati
bagi dirinya sendiri. kalau dia hidup, dia hidup bagi Tuhan, karena hidupnya
memang dari Tuhan, kalau dia mati, dia mati bagi Tuhan. Karena Tuhan
memang memberi hidup kepada dia untuk melaksanakan apa yang menjadi
rencana Tuhan, dia bukan melaksanakan apa yang menjadi rencananya.
Seorang pengusaha yang kelihatannya rohani mengatakan, saudara-saudara,
puji Tuhan, perusahaan kita bisa berhasil, semua ini karena apa? Karena kita
mengikutsertakan Tuhan di dalam mendukung usaha dan tujuan perusahaan ini,
kelihatannya kata-kata ini bagus dan rohani sekali, saya bisa katakan, kalimat ini
salah 100%.
Kenapa salah? Karena Tuhan hanya dijadikan ikut serta, Tuhan hanya dijadikan
tambal butuh, ayo Tuhan, saya punya tujuan ini, Tuhan sertai saya, Tuhan
dukung saya, jadi Tuhan itu hanya dibuat embel-embel, Tuhan hanya disuruh
ikut serta maunya saya. Saya yang punya mau, Tuhan yang ikut saya, apa benar
seperti itu? Ini salah besar, yang punya rencana terhadap dunia yang diciptakan,
yang punya rencana terhadap saudara dan saya adalah Allah. Maka seharusnya
bukan Tuhan yang ikut rencana saya, tapi saya yang harus belajar ikut rencana
Tuhan. Bukan saya mengikutsertakan Tuhan di dalam menggenapi rencana
saya, tetapi saya diikutsertakan Tuhan di dalam menggenapi rencanaNya.
Kita seringkali memperalat Tuhan untuk menggenapi rencana kita, seharusnya
kita adalah alat Tuhan untuk menggenapi rencanaNya dan itu yang disadari oleh
rasul Paulus. Semua yang Tuhan rencanakan itu digenapkan melalui hidupku,
aku sudah mencapai titik darah penghabisan dan aku sudah melakukan apa
yang dikehendaki oleh Tuhan. Mari dalam kehidupan ini kita benar-benar sadar,
this is my Father’s world, ini bukan duniaku, ini dunia Bapaku dan aku dihadirkan
dalam dunia Bapaku untuk menjalankan maksud-maksud Bapaku. Dunia ini
bukan rumahku, aku hanya mampir sementara saja, kata-kata ini tidak
bermaksud membuat kita tidak memiliki ambisi hidup, tidak seperti itu. Ini bukan
satu khotbath yang membuat kita pesimis, aah… tidak ada yang buat diri kita
sendiri, buat apa berjuang yang bukan untuk diri kita sendiri…. aaah semua
untuk Tuhan, laah… untuk saya mana? Kenapa kok semuanya untuk Tuhan?
Jadi apa gunanya hidup kalau semuanya untuk Tuhan, untuk saya mana?
Banyak orang yang berpikir seperti itu, itu pemikiran yang salah besar, kenapa?
Karena nilai hidup yang tertinggi justru bukan hidup untuk aku, nilai hidup yang
tertinggi adalah hidup bagi Allah, hidup bagi kemuliaanNya. Karena memang kita
diciptakan untuk kemuliaanNya, saudara dan saya diciptakan bukan untuk
berhawa nafsu memikirkan kepentingan diri sendiri. Apa yang ingin Allah mau
kerjakan dalam dunia ini, itu sudah ada jawabannya di dalam alkitab, hanya
manusia itu lupa dan manusia itu tidak peduli urusan Allah di dunia ini. Urusan
atau misi Allah di dunia ini apa? Urusan atau misi Kerajaan Allah.
Saya juga terus merenungkan, sebetulnya hidup ini apa sih? Hidup ini bergulir
terus dari generasi ke generasi, lalu hidup ini apa sih? Manusia yang lalu sudah
tidak ada lagi, sekarang sudah digantikan oleh saudara dan saya di sini, tetapi
nanti puluhan tahun lagi saudara dan saya juga akan lenyap, dan digantikan
generasi yang selanjutnya. Pertanyaannya, mau apa saudara dan saya hidup
dalam dunia yang sementara ini dan yang akan bergulir terus? Jawabannya
hanya satu, misi Kerajaan Allah, karena Allah memang adalah Raja, Dia yang
berkuasa, Dia yang punya rencana, Dia yang menciptakan, hidup kita berada di
sini untuk menjalankan misi Kerajaan Allah. Dan hal itu selalu kita doakan di
dalam doa Bapa kami, ketika kita berdoa datanglah KerajaanMu, artinya apa?
Dunia ini memang adalah dunia milik Kerajaan Allah dan dunia yang adalah milik
Kerajaan Allah, maka jadilah kehendakMu, bukan kehendak saya. Biarlah ini
menjadi komitmen saudara dan saya, mengerti visi Kerajaan Allah, kiranya ini
boleh menjadi berkat bagi kita semua. Amin.
       Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah (AS)

Hidup untuk Melayani  (2)


Posted on Rabu, 23 April, 2008 by saatteduh

– Diambil dari bacaan AIR HIDUP RENUNGAN HARIAN, EDISI 23 April 2008 –
Baca: 2 Timotius 4:1-8
“Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan
tunaikanlah tugas pelayananmu!” 2 Timotius 4:5
Bila mendengar kata ‘pelayanan’, yang ada dalam pikiran kita adalah kegiatan yang dilakukan para
hamba Tuhan/pendeta, misionaris, gembala sidang, majelis gereja, pemimpin pujian dan lain lain;
sesungguhnya melakukan pelayanan itu merupakan tanggungjawab anak Tuhan. Ada contoh yaitu ibu
mertua Petrus, setelah dijamah oleh Tuhan Yesus dan disembuhkan dari sakitnya “Ia pun bangunlah
dan  melayani Dia.”  (Matius 8:15b); jadi setelah menerima kesembuhan, ibu mertua Petrus melayani
Tuhan! Itulah yang dikehendaki Tuhan untuk kita perbuat. Dia memberkati kita agar kita menjadi berkat,
Dia menyelamatkan kita agar kita memberitakan kabar keselamatan itu kepada orang yang belum
mendengarnya, bukan untuk bermalas-malasan, seperti yang disampaikan Rasul Paulus kepada
Timotius, “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah,
tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.” (2 Timotius 4:2)
Keterlibatan kita dalam pelayanan sangat dibutuhkan dalam Tubuh Kristus, jadi masing-masing dari kita
memiliki peranan yang harus kita mainkan dan setiap peran itu penting; tidak ada pelayanan yang
kecil/tidak penting bagi Tuhan, semuanya berharga di mataNya! Pelayanan adalah inti dari kehidupan
orang Kristen, sebab Tuhan Yesus sendiri telah memberi satu teladan bagi kita, “…Anak Manusia juga
datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi
tebusan bagi banyak orang.” (Markus 10:45). ‘Melayani’ dan ‘memberi’ inilah yang serhatusnya menjadi
ciri hidup orang Kristen di tengah dunia ini.
Melayani adalah lawan dari sifat alamiah manusia yang lebih suka dilayani. Kita mengharapkan orang
lain mau melayani, memperhatikan, menghargai, menghormati kita terlebih dahulu, bukan sebaliknya,
padahal Alkitab menulis, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu,
perbuatlah demikian juga kepada mereka.” (Matius 7:12a). Oleh karena itu, gunakanlah kesempatan
yang ada saat ini sebaik mungkin, karena kesempatan itu belum tentu datang lagi menghampiri kita.
Orang Kristen yang dewasa pasti terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan!
Kotbah Ekspositori - Beritakanlah Firman
Tuhan (2 Timotius 4:1-5)

  Kotbah  Ekspositori - Pdt. Rudy R. Sirait, S.Th, MA.CE   

Beritakanlah Firman Tuhan


(2 Timotius 4:1-5)

Introduksi. 
           

            Setiap hendak memarkirkan mobil selalu saja pak pendeta mengalami persoalan padahal sudah
disediakan tempat parkir untuk kendaraannya. Persoalannya dikarenakan, para pengunjung gereja
menggunakan tempat parkirnya seenaknya sendiri, walaupun dengan jelas ada tanda peringatan
larangan untuk memarkirkan kendaraan di tempat itu. Awalnya pak pendeta mengira bahwa tandanya
kurang jelas sehingga ia minta ditambahkan dengan kalimat penegasan, ”Disediakan khusus untuk
Pendeta.” Walaupun larangan sudah diberikan, para pengunjung gereja masih saja tidak
mengindahkannya. Mungkin diperlukan tanda yang lebih tegas lagi, pikir sang pendeta. Kemudian ia
mengubah dengan kalimat yang lebih tegas, "Tuhan menyediakan tempat ini hanya untuk hamba-Nya".
Namun hal ini pun tidak membuahkan sesuatu yang diharapkan.

            Dalam keadaan kesal dan sebal tampaknya pak pendeta mendapatkan suatu ide yang cemerlang
dan memang hasilnya sangatlah memuaskan karena sejak dipasang tanda larangan yang terakhir itu,
tidak seorang pun jemaat yang memarkir lagi mobilnya di tempat khusus itu. Tahukan anda apa kalimat
yang tertera dalam tanda larangan parkir tersebut? Bunyi demikian, "Siapa yang memarkirkan mobilnya
di tempat ini diharuskan berkhotbah pada hari Minggu berikutnya.

            Melalui pembahasan dalam nats ini, setiap kita diingatkan kembali akan hak dan tanggung
jawabnya dalam memberitakan firman Tuhan. Mengapa firman Tuhan harus diberitakan secara benar?
Untuk memudahkan kita mengingatnya, ada 3 M yang menjadi alasannya.

Apakah yang menjadi alasan mengapa kita harus memberitakan firman Tuhan?

1. Mandat Allah (ayat 1-2).

-          Panggilan berkotbah adalah panggilan setiap orang percaya. Memang dalam surat ini secara khusus
Paulus memberi mandat kepada Timotius untuk memberitakan firman Tuhan, tetapi perintah atau
mandat untuk memberitakan firman Tuhan, bukan berasal dari Paulus, tetapi dari Allah (lihat ayat1-2
band. Mat. 28:18-20; Mrk. 16;15; Kis.1:8). Begitu pula cakupannya, bukan semata ditujukan kepada
Timotius, tetapi juga ditujukan kepada setiap orang percaya, karena setiap orang percaya adalah imamat
yang rajani (band. 1 Ptr. 2:9). Ini konsep yang baru dan berbeda dengan era dalam Perjanjian Lama di
mana pemberita firman Tuhan hanya sebatas kepada orang-orang tertentu (imamat meditorial).

-         Setiap orang percaya berhak dan bertanggung jawab untuk memberitakan firman Tuhan. Tetapi sebagai
pemberita ada hal penting yang perlu diketahui agar memiliki pemahaman yang benar dalam
memberitakan firman Tuhan. Nats di atas menunjukkan, ada empat hal yang perlu dicermati di balik
perintah Allah demi terwujudnya kesadaran dari segenap umat untuk memberitakan firman
Tuhan. Pertama, perintah ini bersifat penting dan mendesak. Paulus berkata, ”aku berpesan dengan
sungguh-sungguh kepadamu” (ayat 1b). Mengingat penting dan mendesaknya pemberitaan firman
Tuhan maka Paulus menegaskan agar pelaksanaannya tidak boleh ditawar-tawar, baik dalam situasi dan
kondisi apapun – ”siap sedialah baik atau tidak baik waktunya” (band. ayat 2). Dan dua hal yang menjadi
alasan mengapa pemberitaan firman Tuhan itu bersifat penting dan mendesak, yaitu: pertama, karena
pemberitaan firman Tuhan membahas masalah kehidupan Allah sendiri (ayat 1) dan kedua, pemberitaan
firman Tuhan membahas masalah kehidupan jemaat Tuhan (ayat 2-4).
-    Kedua, perintah ini bersifat sakral – ”Di hadapan Allah dan Kristus Yesus...” (ayat 1a). Perintah ini kian
menjadi sakral di mana Paulus mengungkapkan pernyataan, ”Demi penyataan-Nya dan demi kerajaan-
Nya” (ayat 1c). Gagasannya seperti seseorang yang sedang bersumpah!

-      Ketiga, perintah ini bersifat imperative bukan alternative. Dalam gramatikal Yunani ditegaskan bahwa
perintah untuk memberitakan firman Tuhan bersifat wajib untuk dilaksanakan, bukan bersifat usulan
atau sekedar saran. Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menekankan perintah itu dengan menggunakan
partikel ”lah.” Partikel ”lah” berfungsi untuk memberi penegasan terhadap kata yang ada di depannya.
Jadi, perintah memberitakan firman Tuhan perlu untuk ditaati oleh umat Tuhan secara seksama.

-        Dan yang  keempat, perintah ini harus dilakukan dengan penuh semangat. Kata Yunani ”kerrusso” yang
diterjemahkan ”beritakanlah..” (ayat 2), sebuah kata kerja yang berarti ”memproklamirkan”.
Penggunaannya untuk menunjukkan seorang utusan yang diutus oleh Raja untuk menyampaikan berita
yang sangat penting dan mendesak untuk diketahui oleh segenap masyarakat. Seorang pemberita
firman Tuhan harus bersemangat dan bersuka cita saat menyampaikan firman Tuhan. Ia juga harus
menyadari bahwa dirinya adalah utusan yang harus mewakili dan menyampaikan sesuatu dari sang
pengutus, bukan menyampaikan sesuatu dari dirinya.

2. Mendatangkan Keselamatan (ayat 3-4).

-         Alkitab adalah berita keselamatan dan kebenaran Allah yang memerdekakan (lihat ayat 4 band. Yoh.
8:32). Firman itu harus diberitakan kepada setiap orang agar menjadi pedoman bukan  sebagai kenang-
kenangan, sehingga iman mereka bertambah kian dewasa (Rm. 10:17) dan tidak bercacat cela (1 Tim.
6:14). Barang siapa yang menerima firman Tuhan yang didengar saat firman itu diberitakan akan
menjadi "alat pacu" untuk meresponi keselamatan dan pemateraian Roh Kudus (Ef. 1:13). Dan
penghayatan terhadap firman Tuhan akan membuat hidupnya kian bertambah baik (lihat Kis. 17:11).
Begitu pula dengan damai sejahtera yang menyelubungi hati adalah hasil yang diperoleh akibat
penerimaannya akan firman Tuhan.

-         Timotius memiliki seorang ayah kafir, tetapi ibunya Eunike dan neneknya Lois adalah orang percaya yang
menuntun dia kepada keselamatan (band. 2 Tim. 1:5). Firman Tuhan yang diajarkan kepadanya sejak di
usia dini menyebabkan Timotius meresponi keselamatan dari Allah (baca 2 Tim. 3:15b; band. Ef. 1:13;
Rm. 10:14-15). Selanjutnya, Paulus kian melengkapi Timotius dengan pengajaran yang benar dan pola
hidup yang selaras dengan kebenaran firman Tuhan (band. 2 Tim. 3:10, 14).

-        Penginjil terkenal di era tahun 70-an, Billy Graham pernah melakukan ”check sound” sebelum kotbah
KKR di stadion Wembley, Inggris. Dia menyuruh seorang ”cleaning service” di stadion itu untuk
mendengar kejelasan suaranya tanpa menggunakan micro phone. Kemudian Billy Graham memperkatan
Injil Yohanes 3:16, setelah yang ketiga kalinya ayat itu diperkatakan oleh Billy Graham spontan
pembersih stadion itu datang menghampiri lalu tersungkur sambil menangis untuk meminta agar Billy
Graham sudi membaptiskan dirinya.

-    Ijinkan saya mengingatkan anda bahwa kebutuhan manusia yang utama adalah keselamatan. Apalah
artinya kaya raya hidup di dunia, tetapi menderita sensara di neraka. Hidup di dunia adalah sementara,
setelah kita wafat, belum berakhir segalanya. Masih ada dunia kekal yang mana setiap orang akan
menuju ke sana. Saat ini kita hidup di dunia hanya sementara, tetapi bermilyaran tahun kita akan hidup
di "planet" kekekalan. Sudahkan anda memastikan bahwa nantinya anda berada di planet kehidupan
kekal (surga) atau di planet kematian kekal (neraka)? Surga dan neraka bukan ditentukan nanti, tetapi
sekarang. Selagi kita hidup pada dasarnya kita sedang memilih suatu tempat di mana kita nanti berada.
Jangan sampai terlewatkan, menyesal kita nantinya.

3. Mentransformasikan Kehidupan (ayat 5).

-         Mari sejenak kita mencermati kisah nyata di bawah ini, sehingga segar kembali untuk mengikuti
pembahasan dalam poin ini. Seorang Ateis berkata kepada seorang kepala suku di Afrika ketika melihat
anaknya sedang membaca Alkitab. Dengan sikap mengejek ateis tersebut sesumbar berkata, ”Kenapa
kau ijinkan anakmu membaca Alkitab, itu buku jelek dan tidak masuk akal,” Lalu kepala suku berkata
kepada Ateis itu, ”Karena Alkitab yang telah dibacanya itu maka kehidupannya mengalami perubahan.
Sebelumnya ia adalah seorang yang jahat, pemarah dan penuh kebencian, tetapi sekarang ia berubah
secara drastis. Kalau dahulu, bila dia melihat kamu bersikap seperti ini, pasti kamu sudah dimakannya
karena sebelumnya dia adalah seorang penjagal manusia. Kalau Alkitab itu buku yang jelek dan tidak
baik kenapa hidupnya bisa menjadi lebih baik?”

-        Kondisi manusia di saat Paulus menuliskan surat ini, sedang mengalami kemerosotan moral. Ada 19 ciri
kemerosotan moral yang sedang terjadi saat itu, yaitu: mencintai diri sendiri, pendusta, sombong dan
lainnya (baca selengkapnya dalam 2 Tim. 3:1-9). Paulus menegaskan bahwa kemerosotan moral itu
dapat diantisipasi melalui pemberitaan firman Tuhan yang akan mentransformasikan kehidupan bagi
siapa saja yang dengan segenap hati mendengarnya (2 Tim. 3:16-17 band. Rm. 10:17). Itu artinya, tidak
satu pun buku yang dapat mengubahkan hidup manusia kecuali Alkitab.

-        Tetapi Paulus juga menegaskan bahwa upaya transformasi kehidupan itu harus dibarengi dengan cara
penyampaian firman Tuhan yang baik dan benar serta keteladan hidup dari sang pengkotbah yang
mencerminkan firman Tuhan yang telah dikotbahkannya. Frase ”kuasailah dirimu dalam segala hal”
(ayat 5), memberi indikasi bahwa bahwa pengkotbah bukan semata menguasai teknik berkotbah tetapi
juga mampu menguasai prilakunya. Dalam suratnya yang lain, Paulus mengingatkan Timotius akan
konsekuensi penolakan dari jemaat bila hidupnya tidak seperti yang dikotbahkannya (lihat 1 Tim. 4:16
band. 1 Kor. 9:27). Bukankah kotbah yang hidup itu adalah kehidupan dari sang pengkotbah itu sendiri?
Gagasan itulah yang sedang ditekankan oleh rasul Paulus melalui teks ini, sehingga kehidupan umat
Tuhan mengalami transformasi oleh pemberitaan firman Tuhan. So, preach the Word of God!

Anda mungkin juga menyukai