Anda di halaman 1dari 1

Bahan Sermon : Minggu, 08 November 2020 (22 Set.

Trinitatis) Bahasa Indonesia


Evangelium : 1 Timotius 2:1-7
Thema : TANGGUNG JAWAB ORANG KRISTEN DALAM POLITIK
I. Pendahuluan
Banyaknya persoalan di Negara kita, tentang kebijakan-kebijakan, dan tentang kepemimpinan yang jauh dari
kebenaran sehingga mengecewakan masyaraktnya. Sehingga ini yang semakin memperkeruh suasana di negara
kita, dan bertumbuhnya rasa saling tidak percaya. Lalu bagaimanakah tanggung jawab kita sebagai umat kristiani
dalam situasi ini.
II. Penjelasan Nats
Ayat 1: pertama-tama Aku menasihatkan: naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua
orang. Sebuah perintah yang diberikan kepada orang Kristen untuk berdoa bagi semua orang secara umum.
Permohonan supaya terhindar dari kejahatan, doa supaya memperoleh kebaikan, doa syafaat untuk orang lain, dan
ucapan syukur atas rahmat yang sudah diterima.
Ayat 2: untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala
kesalehan dan kehormatan. Doa syafaat untuk raja dan pembesar merupakan hal yang luar biasa untuk orang-
orang Yahudi dan orang-orang Kristen pada zaman itu. Berhubung dengan penganiayaan dan penindasan yang
sering mereka alami dari pihak penguasa. Paulus sebaliknya mengajarkan orang-orang Kristen pada zamannya
untuk juga mendoakan raja-raja dan pembesar-pembesar, karena para penguasa adalah juga orang-orang yang
perlu diselamatkan oleh Kristus dan mereka adalah alat dan hamba Allah yang bertugas untuk mengatur kebaikan
dan kesejahteraan hidup warga negaranya (Rm 13:1-7). Tugas ini hanya dapat mereka lakukan dengan baik bila
mereka diperlengkapi dengan hikmat oleh Allah. oleh sebab itu orang-orang Kristen perlu mendoakan para
penguasa.
Ayat 3-4: itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua
orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Kebenaran tertinggi adalah Yesus (bdk Yoh
14:6; 18:37). Oleh sebab itu, memperoleh pengetahuan akan kebenaran menunjuk kepada usaha Pekabaran Injil.
Pemerintah disini dianggap sebagai melayani perkembangan Kerajaan Allah di dunia. Kata menghendaki (supaya
semua orang diselamatkan) tidak berarti bahwa Tuhan memaksakan kehendak-Nya dan semua orang pasti akan
selamat, melainkan menghendaki berarti bahwa Tuhan menawarkan keselamatan lewat Pekabaran Injil kepada
semua orang, karena Ia ingin supaya mereka diselamatkan. Tetapi apakah keselamatan itu menjadi kenyataan bagi
mereka, tergantung dari sikap mereka, apakah mereka mau menerimanya atau tidak (bdk Rm 1:5).
Ayat 5-6a : karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu
manusia Kristus Yesus yang telah menyerahkan diriNya sebagai tebusan bagi semua manusia. Paulus menarik
kesimpulan universalnya keselamatan, karena manusia tidak dapat pergi ke ilah lain untuk memperoleh
keselamatan (Rm 3:29-30). Bukan lagi Musa yang menjadi pengantara (Gal 3:19), bukan pula Imam besar Yahudi
(Ibr 8:6), melainkan Yesus. Yesus mati untuk menebus dosa-dosa umat manusia.
Ayat 6b-7: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan. Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai
pemberita dan rasul – yang kukatakan ini benar, aku tidak berdusta-dan sebagai pengajar orang-orang bukan
Yahudi, dalam iman dan kebenaran. Kata-kata ”itu kesaksian pada waktu yang ditentukan” adalah bagian dari
pemikiran teologis yang berulangkali diucapkan dalam surat-surat Paulus, yaitu, bahwa Allah sebelum permulaan
dunia sudah menetapkan keselamatan dalam Yesus Kristus, tetapi berabad-abad lamanya merahasiakan rencana
itu dan baru sekarang pada waktu yang ditentukan menyatakannya di dalam Kristus dan pemberitaan Injil (bdk Rm
16:25; 1 Kor 2:7; Ef 3:9,10; Kol 1:26). Pemberitaan dilakukan oleh Paulus sebagai rasul (rasul=utusan Allah).
berulang kali dalam suratnya Paulus mengatakan bahwa Ia telah ditetapkan sebagai rasul oleh Tuhan Yesus sendiri.
Ini perlu untuk menanggapi lawan-lawannya yang senantiasa meragukan kerasulan Paulus.
III. REFLEKSI
Gereja dalam eksistensinya di dunia ini, terkadang kehilangan daya kritisnya dalam menyikapi persoalan-
persoalan yang terjadi. Baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah. Di dalam kehidupan bergereja
saat ini dimana adanya bantuan-bantuan yang diberikan oleh pemerintah terhadap gereja, mulai dari pembiayaan
pembangunan gedung gereja, hingga memfasilitasi setiap persidangan-persidangan gerejawi pada aras tertinggi di
tingkat sinodal. Memang perlu disadari bahwa bantuan-bantuan yang diberikan oleh pemerintah adalah suatu yang
lumrah/wajar, karena pemerintah adalah mitra gereja. Tetapi janganlah bantuan-bantuan itu dapat menghilangkan
daya kritis dalam menyatakan kebenaran. Ternyata jika kita terlena dengan bantuan pemerintah dan tokoh-tokoh
politik, itu bisa membuat mulut atau suara kita dibungkam untuk menyatakan kebenaran. Gereja ada di dunia ini
berarti harus menerangi dunia termasuk politik. Betapa indahnya ketika anak-anak Tuhan berdoa, bukan hanya
untuk kepentingan diri sendiri tetapi mulai setia berdoa untuk semua orang termasuk para pemimpin sehingga
akhirnya akan membawa pemulihan, kesejahteraan dan keselamatan bangsa Indonesia. Inilah minimal tugas dan
tanggung jawab kita sebagai orang Kristen dalam menghadapi politik di Negara kita ini. Kiranya Tuhan menolong
dan menopang kita menjadi garam dan terang bagi Negara dan sesama kita di Indonesia ini.

Anda mungkin juga menyukai