Anda di halaman 1dari 7

ISI

1. POKOK-POKOK TEOLOGIS SURAT YAKOBUS


1) Iman harus Diwujudkan dalam Perbuatan

Istilah "iman" (pistis) dalam Surat Yakobus tidak mengandung suatu makna teologis yang kaya,
seperti yang kita jumpai dalam surat-surat Paulus. Tampaknya iman yang dimaksudkan di sini
lebih menunjuk kepada suatu pemahaman yang bersifat intelektual tentang penyataan Allah.479
Yakobus, menurut surat ini, menggambarkan iman yang demi kian sebagai iman yang kosong
dan mati. "Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun
juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar" (2:19). Menurut Yakobus, iman tidak dapat
berdiri sendiri. Iman yang demikian adalah iman yang bersifat intelektual. Iman yang demikian
tidak dapat menyelamatkan (Yak. 2:14). Iman itu harus disertai dengan perbuatan (2:18, 22).
Ada dua contoh figur dalam Perjanjian Lama yang Yakobus kemukakan dalam surat ini tentang
iman yang disertai perbuatan itu.

2) Kasih kepada Sesama adalah Hukum yang Memerdekakan

Menurut Yakobus, kasih akan sesama (2:8) merupakan inti hukum Taurat yang harus
dilaksanakan (2:10), sebab kasih itu merupakan hukum Kerajaan Allah. Maka, orang yang
mengasihi akan mewarisi Kerajaan Allah itu (2:5). Hukum kasih ini yang juga Paulus sebutkan
sebagai kegenapan hukum Taurat (Rm. 13:10; Gal. 5:14) dan di umumkan oleh Yesus sendiri,
termasuk kasih kepada Allah (Mat. 19:19; 22:39; Mrk. 12:31; Luk. 10:37). Dalam Imamat 19:18,
hukum itu berbunyi: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Dalam Yakobus 2:8,
Yakobus mengatakan, "Jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci.
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, kamu berbuat baik." Dalam perkataan lain,
teks Imamat itu mengungkapkan secara penuh kasih kepada sesama. Kasih kepada sesama itu
melarang penghakiman secara sepihak, sebab diskriminasi dalam menghakimi tidak sesuai
dengan iman (2:1-12). Hukum kasih itu melarang fitnah dan kata-kata jahat terhadap sesama
(band. Yak. 4:11-12). Menahan upah pekerja pun dilarang oleh Imamat 19:13 (band. Yak. 5:4).
Pembalasan dilarang oleh Imamat 19:18a (band. 5:9),484 Imamat 19:12 melarang sumpah
sebagaimana dalam Yakobus 5:12
3) Penderitaan Sebagai Ujian Terhadap Iman

Yakobus menasihati para pendengarnya untuk memahami bahwa pencobaan dalam banyak hal
memiliki aspek yang positif terhadap iman, jika orang percaya bertahan tanpa kompromi (1:2).
Di antara berbagai pencobaan itu, ada masalah penderitaan karena beriman. Memang tidak jelas
dikatakan tentang penganiayaan dalam surat ini, tetapi tampaknya penderitaan karena iman
menjadi salah satu aspek yang dipikirkan oleh Yakobus.

Memang, orang-orang Kristen berlatar belakang Yahudi di Diaspo ramengalami ketidakadilan


dalam hukum karena iman mereka dan pen deritaan yang demikian disebabkan oleh orang kaya.
"Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas kamu dan yang menyeret kamu ke
pengadilan? Bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang olehnya kamu menjadi
milik Allah?" (2:6, 7). Dalam memberikan peri ngatan yang bersifat nubuatan kepada orang-
orang kaya, Yakobus me nyebut mereka sebagai orang yang menghukum dan membunuh orang
benar (5:6) dan segera sesudah peringatan kepada para orang kaya itu, ia menasihati jemaat yang
ia sapa agar bertahan dalam iman (5:7-11).

4) Bersahabat dengan Dunia dan dengan Tuhan

Yakobus dalam suratnya ini mempertentangkan persahabatan dengan dunia (4:4) di satu pihak
dan pada pihak lain persahabatan dengan Tuhan (2:23), serta hikmat dari atas (3:17). Yakobus
menasihati jemaatnya agar hidup dalam persahabatan dengan Allah. Mereka harus menghindari
standar ganda dalam kehidupan beriman. Mereka tidak boleh melakukan komitmen dengan
hikmat Allah di satu pihak dan memberikan komitmen juga kepada hikmat dunia ini (1:8; 4:8)..

2. POKOK-POKOK TEOLOGIS SURAT 1 PETRUS


1) Jemaat sebagai Umat Allah

Petrus berusaha meyakinkan jemaat yang ia sapa dalam surat ini bahwa mereka adalah bagian
dari umat Allah yang Allah telah pilih. Keberadaan mereka sekarang laksana bayi yang baru
lahir (2:2; band. 1:3,23), tetapi kelahiran mereka telah memungkinkan mereka sebagai anggota
umat Allah. Sama seperti Allah memilih dan memanggil Israel menjadi umat-Nya, demikian juga
jemaat itu. Allah telah memilih (1 Ptr. 1:1; 2:9; 5:13) dan memanggil (1:15; 2:9, 21; 3:9; 5:10)
mereka menjadi umat-Nya.Petrus juga mengingatkan bahwa oleh rahmat Allah yang besar itu
(1:3), keselamatan itu telah disediakan bagi mereka.

2) Hidup di Tengah Keterasingan

Petrus mengingatkan jemaat yang ia sapa dalam surat ini bahwa, sebagai umat pilihan Allah,
mereka telah dipisahkan dari masyarakat di mana mereka hidup menurut keinginan mereka.
Memang dahulu mereka hidup menurut tradisi nenek moyang mereka (1:18) yang dicirikan
dengan kehidupan menurut hawa nafsu (1:14), kemabukan, pesta pora, per jamuan minum, dan
penyembahan berhala (4:3). Akan tetapi, sekarang. Roh Allah (1:2; 4:14) telah menguduskan
mereka dari dunia, tidak secara fisik, melainkan sikap hidup. Sekarang mereka taat kepada Yesus
Kristus (1:2, 14) dan ketaatan ini membuat mereka "kudus."

3) Meneladani Penderitaan Kristus

Dalam surat ini, Petrus mengingatkan jemaat bahwa penderitaan mereka adalah bukti kemurnian
iman mereka. Penderitaan itu menjamin mereka bahwa mereka akan memperoleh kemuliaan di
sorga (1:6-7; 4:1; 4:14). Dalam pasal 2:21-23, Petrus menegaskan bahwa Kristus telah menderita
untuk mereka dan telah meninggalkan "teladan"502 bagi mereka supaya mereka mengikuti jejak-
Nya. Kristus menderita tanpa dosa (1:19).

Petrus mengingatkan jemaat yang ia sapa agar sekalipun mereka menderita, mereka tetap setia
kepada-Nya. Sebagai umat yang telah dipilih dan dipanggil, mereka dilarang untuk membalas
orang yang menganiaya mereka dengan kejahatan, melainkan dengan "member kati," sebab
dengan berbuat demikian mereka akan mewarisi "berkat" (3:9). Petrus menyatakan bahwa
dengan ikut serta dalam penderitaan Kristus, mereka akan dibawa kepada sukacita pada hari
kedatangan Nya ketika kemuliaan 503-Nya dinyatakan (4:13).

4) Gembalakanlah Kawanan Domba Allah

Petrus tidak hanya menasihati jemaat agar sabar dan setia dalam penderitaan, tetapi juga
memberikan perhatian khusus. Mulai pada bagian ini, ia mengarahkan perhatiannya kepada para
penatua (prebyte roi) 504 yang diberikan tanggung jawab untuk memelihara jemaat. Petrus
memulai nasihatnya ini dengan menunjuk dirinya sebagai "teman penatua", "saksi" penderitaan
Kristus, dan "yang akan mendapat bagian dalam kemuliaan" (5:1).Dengan menyebutkan dirinya
sebagai teman penatua, saksi penderitaan Kristus, dan orang yang mendapat bagian dalam
kemuliaan itu, Petrus menasihati para penatua untuk menggembalakan kawanan domba Allah
yang dipercayakan kepada mereka.

3. POKOK-POKOK TEOLOGI SURAT 2 PETRUS


1) Tetaplah pada Jalan Kebenaran

Petrus memahami bahwa kehidupan orang Kristen merupakan jalan yang menuju kepada suatu
tujuan tertentu, yaitu kehidupan kekal dalam Kerajaan Tuhan kita Yesus Kristus. Itulah jalan
kebenaran. Itulah jalan yang juga ditempuh oleh Petrus. Akhir dari jalan itu, secara teologis,
sangat sulit karena penuh dengan perjuangan. Akan tetapi, justru akhir dari jalan itu adalah
Kerajaan Tuhan kita Yesus Kristus (1:11), suatu akhir yang sangat menjanjikan (1:4; 3:4, 9, 13).

Memasuki jalan itu, berarti kita harus berpartisipasi dalam sifat ilahi dan melepaskan diri dari
keinginan yang jahat. Oleh karena itu, Petrus menekankan bahwa kemurnian dan kesucian hidup
haruslah menjadi ciri dalam perjalanan menuju tujuan akhir tersebut.

Dari uraiannya ini, 2 Petrus ingin agar jemaat tetap konsisten dalam perjalanan itu. Mereka harus
tetap hidup di dalam iman dan kasih Allah. Jika menyimpang dari iman dan kasih itu, maka
mereka akan meng hadapi hukuman pada hari penghakiman. Sebaliknya, jika orang Kristen tetap
setia dalam iman dan kasih itu, maka mereka akan mengalami pemenuhan janji Allah dan
disambut dalam kerajaan-Nya.

2) Tuhan Pasti akan Datang Kembali

Para pengajar sesat itu menyatakan bahwa gagasan tentang kedatangan Kristus kembali
merupakan sesuatu yang tidak benar. Menurut mereka, para nabi Perjanjian Lama salah
menafsirkan peng lihatan mereka. Oleh karena itu, nubuat-nubuat tentang kedatangan Tuhan
kembali itu tidak perlu dipercayai.

Menjawab tuduhan ini, Petrus menampilkan dirinya sendiri sebagai saksi pemuliaan itu. Ia
menyatakan bahwa, secara pribadi, ia menyaksi kan pemuliaan Yesus dan mendengar Allah
Bapa berkata kepada Yesus: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (1:17
18).

Para pengajar sesat itu juga menyatakan bahwa tidak ada pengha kiman bagi mereka yang
berbuat jahat. Mereka berkata, "Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-
bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia dicip takan"
(3:4; band. 3:9). Petrus, secara mendasar, merespons ejekan ini dengan dua cara.

Pertama, ia menegaskan kembali kebinasaan bagi orang jahat pada hari penghakiman Tuhan,
teristimewa terhadap para pengajar sesat itu. Kedua, Petrus menyatakan bahwa sejak dunia
dijadikan Allah terlibat dalam perjalanan sejarah ini hingga akhir. Keterlibatan Allah itu terbukti
ketika pada masa Nuh orang berbuat jahat, lalu Allah mem binasakan mereka, kecuali Nuh dan
keluarganya. Keterlibatan Allah dalam sejarah ini akan berlangsung terus, hingga langit dan
bumi ini, serta semua yang ada di dalamnya lenyap (3:10).

4. POKOK-POKOK TEOLOGIS SURAT YUDAS


1) Penghukuman Allah atas Para Penyesat

Dengan menggunakan beberapa kutipan dari Perjanjian Lama dan melakukan penafsiran yang
bersifat tradisional terhadapnya, Yudas menyatakan bahwa para pengejek itu adalah musuh-
musuh Allah yang telah dinubuatkan oleh para nabi di masa lampau dan sekarang telah hadir
sebagai pemenuhan atas nubuat para nabi itu (ay. 4). Kehadiran para penyesat itu juga
disampaikan oleh para rasul Tuhan Yesus Kristus (ay. 17). Para nabi maupun rasul telah
menubuatkan bahwa penyesat itu muncul dari antara persekutuan umat Allah dan berusaha untuk
menyesatkan mereka.Nasib para penyesat itu, kata Yudas, telah jelas. Mereka akan dibinasakan
oleh Allah (ay. 5). Sama seperti orang-orang Israel yang tidak percaya kepada Allah (Bil. 14:11),
Allah akan menghukum mereka; sama seperti Allah menghukum para malaikat yang
memberontak (versi tafsiran 1 Henok 12:4 terhadap Kej. 6:2, 4), demikian juga Allah akan
menghukum mereka. Dengan mengutip Kitab 1 Henok, Yudas hendak menyatakan kepada
jemaat yang ia sapa bahwa Allah akan kembali untuk menghakimi para penyesat itu (1 Henok
1:9; band. Yud. 14), 16
2) Nasihat untuk Menghindari Bujukan para Penyesat

Yudas, dalam ayat 20-21, menasihati jemaat yang ia sapa tentang bagaimana menghindari
pengajaran palsu yang disampaikan oleh para pengajar sesat itu. Ada nasihat yang ia berikan
kepada jemaat.5¹7

Pertama, mereka harus membangun iman yang paling suci (ay. 20a). Upaya mempertahankan
iman itu telah ditegaskan dalam ayat 3, supaya jemaat dapat mempertahankan iman itu dalam
menghadapi para pengajar sesat. Kedua, mereka harus berdoa kepada Roh Kudus (ay. 20b).
Yudas mengatakan bahwa para penyesat itu mendasarkan diri pada mimpi mimpi (ay. 8). Mereka
itu hidup tanpa Roh Kudus (ay. 19), namun menyatakan bahwa apa yang mereka ajarkan adalah
berdasarkan inspirasi Roh. Ketiga, jemaat harus memelihara diri mereka dalam kasih Allah (ay.
21). Kasih (agape) yang Yudas maksudkan di sini adalah dalampengertian kasih Allah kepada
manusia dan sebaliknya kasih manusia kepada Allah. Kasih Allah kepada kita menyediakan
konteks di mana kita mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia. 519 Maksud Yudas,
supaya mereka tidak menyimpang dari prinsip-prinsip moral yang Allah kehendaki.
Daftar pustaka

Hakh, Samuel. 2010. Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok


Teologisnya. Bandung: Bina Media Informasi

Anda mungkin juga menyukai