Anda di halaman 1dari 6

BLIND SPOT

Baca: Lukas 15:11-32

Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala milikku adalah
milikmu (Lukas 15:31)

Bacaan tahunan: Bilangan 31-32

Kaca spion menolong kita melihat kendaraan lain di belakang tanpa perlu menoleh. Namun, ada area da-
lam jarak tertentu yang tak bisa dilihat lewat kaca spion-disebut “titik-buta” (blindspot). Satu-satunya
cara untuk melihatnya hanyalah dengan menoleh. Sesuatu di area “titik-buta” harus selalu kita tengok
dengan sadar, bersengaja, dan waspada. Baru kita bisa melihatnya ada.

Jarak yang dekat seyogianya membuat sesuatu lebih mudah dilihat. Namun, nyatanya tak selalu
demikian. Sesuatu yang dekat kadang kala justru menjadi “titik buta” yang kerap luput dari pengamatan.
Hal itu pula yang dialami oleh si anak sulung dalam perumpamaan Tuhan Yesus. Kedekatan si sulung
dengan sang ayah tak lantas membuatnya sanggup “melihat” kasih dan kebaikan hati sang bapa (ayat
29-30). Ia adalah anak-yang juga memiliki apa yang dimiliki sang bapa (ayat 31), tetapi ia punya “titik
buta” akan kebaikan bapanya. Ia pun terkejut saat kebaikan itu dilimpahkan kepada si adik yang pulang
dari ketersesatannya (ayat 30). Padahal kebaikan yang sama telah tersedia baginya tiap hari-begitu
dekat.

Apakah tanpa sadar kita menjadi seperti si sulung-mengalami anugerah dan berkat dalam keseharian:
udara sejuk, panca indera yang berfungsi normal, orangtua, saudara, anak, tempat tinggal, tenaga dan
kendaraan untuk bekerja, kesempatan bersekolah, rasa kantuk dan tempat tidur, tetapi lupa melihat
dan mensyukuri Sang Pemberi. Mungkin saja Dia yang begitu dekat tak lagi kita rasakan kehadiran-Nya.
Lalu penyertaan-Nya kita anggap bukan lagi hal yang istimewa. Sadari dan nikmatilah waktu-waktu Anda
di dekat-Nya-dan bersyukurlah. –PAD

Blind Spot

Mereka yang belajar mengemudi mobil di sekolah mengemudi pasti sangat akrab dengan kata “blind
spot” – titik buta. Blind Spot secara definisi adalah daerah yang tidak bisa dijangkau oleh penglihatan
kita pada saat-saat tertentu. Oleh karena itu seorang pengemudi tidak cukup hanya melihat ke kaca
spion tapi juga perlu menengokkan kepala ke arah dia belok untuk menghindari tabrakan kalau ada
mobil di daerah blind spot dari mata kita.
Ketika saya membandingkan dua dosa “besar” Raja Daud, yaitu perzinahannya dengan Batsyeba dan
juga dosa sensus. Ada satu kesamaan yang menjadi blind spot besar dari Daud. Kesamaan tersebut
hampir-hampir tidak terlihat kalau kita tidak jeli membacanya.

2 Samuel 12:15 Kemudian pergilah Natan ke rumahnya. Dan TUHAN menulahi anak yang dilahirkan
bekas isteri Uria bagi Daud, sehingga sakit.

2 Samuel 24:8 Setelah mereka menjelajah seluruh negeri itu, sampailah mereka kembali ke Yerusalem
setelah lewat sembilan bulan dan dua puluh hari.

Pada kasus pertama, Daud ditegur oleh nabi Natan setelah anak hasil perzinahannya dengan Batsyeba
lahir. Usia kelahiran bayi diperkirakan sekitar 38-40 minggu (sekitar 9 bulan lebih) dan selama periode
itu Daud tidak sadar akan dosanya dan tidak bertobat hingga Natan datang memberikan penghakiman
Tuhan kepada Daud. Ini blind spot besar Daud.

Pada kasus kedua, setelah Daud memerintahkan sensus dilakukan, dicatat mereka menjelajah seluruh
negeri selama 9 bulan 20 hari. Lagi-lagi Daud, walaupun pada awalnya sudah diperingatkan oleh Yoab,
selama sensus itu dilakukan Daud tidak sadar akan dosanya.

2 Samuel 24:10 Tetapi berdebar-debarlah hati Daud, setelah ia menghitung rakyat, lalu berkatalah Daud
kepada TUHAN: “Aku telah sangat berdosa karena melakukan hal ini; (dalam bahasa Inggrisnya lebih
jelas: David was conscience-stricken after he had counted the fighting men)

Daud yang dijuluki “a man after God’s own heart” ternyata bisa mempunyai blind spot besar selama
berbulan-bulan. Namun tujuan analisa ini bukan untuk menjelek-jelekkan Daud, namun untuk
menyadarkan kita bahwa kalau Daud saja bisa begitu, apalagi kita, pasti jauh lebih rentan.

Mata kita sebenarnya terus melihat ujung hidung setiap kali kita melihat, namun otak kita sudah
memrogram agar itu diabaikan. Demikian juga kita sangat mungkin menyuruh otak kita untuk
mengabaikan dosa ini dan itu yang kita anggap biasa (karena dunia juga menganggapnya sebagai hal
yang lumrah). Tidak memperhatikan blind spot bisa membuat seseorang gagal dalam ujian mengemudi
atau bahkan lebih parah bisa membuat tabrakan tidak terelakan. Ketika kita mengabaikan blind spot
kehidupan rohani kita, tabrakan dan gagal dalam ujian kehidupan juga mungkin sekali tidak dapat
dielakkan. Berdoalah minta Tuhan menyingkapkan blind spot Anda! Sudahkah Anda menyadari blind
spot Anda?
Pemain Vs Pelatih

Admin Admin

2 years ago

Semua *PETINJU* p

Rofesional memiliki *PELATIH.*

Bahkan, petinju *LEGENDARIS* sehebat *MOH ALI* sekalipun memiliki *PELATIH.*

Yaitu *ANGELO DUNDEE* yang membantu *ALI* menjadi *JUARA* dunia 3 kali.

Padahal jika mereka *BERDUA* disuruh *BERTANDING* sangat *JELAS* Angelo Dundee tidak akan
pernah *MENANG.*

Mungkin kita ber-tanya², mengapa *MOH ALI* butuh *PELATIH* kalau *JELAS* dia pasti *MENANG*
melawan pelatihnya ?

*KETAHUILAH…*

Bahwa *MOH ALI* butuh *PELATIH* bukan karena pelatihnya lebih *HEBAT* tapi karena ia
membutuhkan seorang untuk *MELIHAT* hal² yang *”TIDAK DAPAT DIA LIHAT SENDIRI”*

Hal yang tidak dapat kita *LIHAT* dengan *MATA* sendiri itu yang disebut : *”BLIND SPOT”* atau
*”TITIK BUTA”.*

Kita hanya bisa melihat *”BLIND SPOT”* dengan bantuan orang lain.

Dalam *HIDUP* kita *BUTUH* seseorang untuk *MENGAWAL* kehidupan kita, *SEKALIGUS* untuk
*MENGINGATKAN* kita seandainya *PRIORITAS* hidup kita mulai *BERGESER.*

Kita butuh orang lain YANG :

_*×. MENASIHAT*_

_*×. MENGINGATKAN*_
_*×. MENEGUR*_

Jika kita *MULAI* melakukan *SESUATU* hal yang *KELIRU* yang *MUNGKIN* tidak kita *SADARI.*

Kita butuh *KERENDAHAN HATI* untuk :

×. Menerima _*KRITIKAN*_

×. Menerima _*NASEHAT*_

×. Menerima _*TEGURAN*_

Itulah yang justru menyelamatkan kita.

Kita bukan manusia *SEMPURNA.*

Jadi, biarkan orang lain menJadi *”MATA”* kita di area *’BLIND SPOT’* kita, sehingga kita bisa
*MELIHAT* apa yang tidak *BISA* kita *LIHAT* dengan _*’PANDANGAN’*_ kita *SENDIRI.*

Mari kita saling nasehat- menasehati dalam *KEBAIKAN & KESABARAN….*

SEORANG BUTA DENGAN LAMPUNYA

Posted by Firman-Mu Pelita Bagi Kakiku dan Terang Bagi Jalanku on Thursday, July 14, 2016

Ilustrasi: Orang Buta Membawa Lampu/Lentera

Sejatinya, jika kita memberi, kita pasti akan menerima. Saat kita menolong orang lain, pada saat yang
sama kita sedang menolong diri sendiri. Apa yang kita lakukan untuk orang lain, sebenarnya kita sedang
melakukannya untuk diri kita sendiri.

Inilah rahasia kehidupan yang tersembunyi bagi banyak orang.

Bukan karena mereka tidak melihat kebenaran ini, tapi mereka tidak mempercayainya.
Karena itu, banyak orang lebih senang menerima daripada memberi. Lebih suka ditolong daripada
menolong. Hidup hanya berorientasi pada diri sendiri.

Αda ilustrasi menarik…

Seorang buta sedang berjalan dengan tongkatnya di malam hari.

Tangan kanannya memegang tongkat, sementara tangan kirinya membawa lampu.

Pemandangan ini mengherankan bagi seorang pria yang kebetulan melihatnya.

Karena penasaran, pria itu bertanya,

“Mengapa anda berjalan membawa lampu?”

Orang buta itu menjawab, “Sebagai penerangan”.

Dengan heran pria iτu bertanya lagi, “Tetapi, bukankah anda buta & tetap tidak bisa melihat jalan meski
ada lampu penerangan?”

Orang buta itu tersenyum sambil menjawab, “Meski saya tidak bisa melihat, orang lain melihatnya.
Selain membuat jalanan menjadi terang, hal ini juga menghindarkan orang lain untuk tidak menabrak
saya…”

Di saat kita melakukan sesuatu untuk orang lain, sebenarnya kita sedang melakukan sesuatu untuk diri
kita sendiri. Inilah rahasia kehidupan untuk hidup yang penuh berkah, berkelimpahan & bahagia.

“Apa yang kita lakukan untuk orang lain, suatu saat pasti akan terjadi kepada kita”.

Itulah hukum tabur tuai.

Hukum tarik menarik yang ada di alam semesta.

Semoga bermanfaat dan semoga ada inspirasi yang bisa kita terapkan dalam kehidupan ini.

(Anda diberkati dengan tulisan ini? Bagikan kepada yang lain

Anda mungkin juga menyukai