Anda di halaman 1dari 104

Tak ada maksud untuk menjadi plagiat, tetapi hanya ingin berbagi untuk dunia yang lebih

baik, Dahulukan mempunyai hati yang baik, murni dan bersih.

Saya kagum sekali dengan bapak Gobind Vashdev ini. Setiap kalimat yang dia tuang dalam
bentuk tulisan bisa menjadi bahan renungan dan sekaligus bahan pembelajaran untuk kita
semua. Kita kenalan dulu yuk sama sosok bapak Gobind ini :

Profil Gobind Vashdev


Gobind lahir dan menghabiskan masa kecil hingga
remajanya di Surabaya sebelum pindah ke Jakarta dan akhirnya menetap di sebuah
desa di Bali yang bernama Ubud. Ia tidak lulus dari S1,
namun sejak kecil gobind memiliki ketertarikan yang
besar pada pelajaran yang bersifat informal, buatnya
setiap orang adalah Guru, setiap tempat adalah
sekolah dan setiap jam adalah waktu belajar. Ia senang
menyebut dirinya dengan julukan Heartworker,
seorang pekerja hati.

Menjadi vegetarian lebih dari 20 tahun sama


sekali tidak menghambat langkahnya dalam berkiprah
di dunia yang dicintainya ini. gobind terus aktif
berkeliling ke tempat-tempat konflik dan bencana di
Indonesia dalam melakukan aktivitas sosialnya. Ia
tergabung dalam berbagai organisasi dan klub sosial
untuk menyalurkan kecintaannya terhadap setiap
makhluk hidup. gobind menemukan kebahagiaan
dalam berbagi dan memberikan apa yang Ia miliki
kepada orang lain. Baginya hidup bukanlah sebuah perlombaan untuk mengumpulkan
sebanyak-banyaknya, namun, adalah apa yang bisa kita berikan kepada dunia sebelum
kita meninggalkannya.

Dalam seminar dan pelatihannya gobind selalu memotivasi orang lain agar terus
berbuat sesuatu untuk menjadikan dunia ini tempat yang lebih indah, berpikir cerah,
hidup lebih sederhana, pola makan sehat tanpa menyakiti makhluk hidup lain dan
perduli pada Alam. Ia tidak menggunakan sabun, shampo, pasta gigi atau bahan-bahan
yang mebebani Alam ini. Baginya Alam adalah Guru yang sudah terlalu baik yang patut
kita hormati dan pelihara.

Selain itu, ia juga selalu mengingatkan bahwa memiliki kesempatan hidup


sebagai manusia adalah kesempatan yang tak ternilai harganya, sayang sekali bila harus
dikotori hanya untuk kesenangan sesaat.
Beratraksi sulap adalah hobby sekaligus sebagai jembatan yang
menghubungkan dia dengan kecintaannya yaitu bermain dengan anak-anak. Selain
sebagai seorang pembicara di beberapa radio di Jakarta, Surabaya dan Bali, Gobind
telah merilis buku perdananya yang telah menjadi Bestseller, berjudul Happiness Inside
dan kalender Abadi yg bernama Awareness INsights

Sumber :
http://www.gobindvashdev.com/index.php?option=com_k2&view=item&layout=item&id=1
3&Itemid=102
Kutipan yang hangat dari Gobind Vashdev :
“Anda tidak memerlukan keberanian membentak lawan Anda sebesar keberanian mencintai
musuh Anda.”
“Tujuan manusia bkn utk bersaing,tujuan kt adalah mengeluarkan yang terbaik dalam diri
pada dunia yang sudah terlalu baik pada kita.”
“Awalnya aku tidak tahu, lalu aku belajar, dan di akhir perjalanan aku sadar kalau aku tidak
tahu.”
“Mohon maaf…kata rugi dan percuma yg anda cari, tidak terdapat di kamus ikhlas.”
“Manusia tdk pernah khilangan apa2,krn manusia tdk penah memiliki apa2. Aku&punyaku
hanyalah ego yg hny melekat di pikiran.”
“Letakkan apa yg kamu ketahui agar pikiranmu dpt mengambil sesuatu yg baru dari alam
semesta yg tak terbatas ini.”
“Tuhan telah menyebarkan permen keceriaan di banyak tempat, sayang kita terlalu sibuk
untuk memungutnya.”
“Bahwa bukan keributan di luar, melainkan kegaduhan di dalam pikiranlah yg membuat
manusia tidak bisa tidur.”
“Diantara byk pilihan di khidupan yg singkat ini,sayang skl kl kt tdk memilih kbahagiaan sbg
peran utamanya.”
“Carilah harta untuk mengisi hatimu dahulu sebelum mengisi kantongmu.”
“Ketika Anda kehilangan sesuatu, pastikan Anda tidak kehilangan pelajarannya.”
“Dikala kita mampu menerima dengan sepenuhnya sisi terang dan gelap dalam diri kita,
tunas kesembuhan mulai bertumbuh.”
“Tidak punya waktu utuk berefleksi sama halnya kita tidak punya waktu untuk
berkembang.”
“Manusia telah melupakan kapasitas kemampuannya untuk mencintai tanpa batas.”
“mencintai musuh adalah mencintai diri sendiri, karena musuh terbesar tak lain adalah diri
sendiri.”
“Tangan yg memberi adalah tangan yg memanen. keep sharing .. keep shining.”
“Setelah belasan tahun sejak sekolah dasar kita belajar dengan tujuan mendapatkan
kehidupan finansial yang baik, berapa waktu yang kita alokasikan untuk belajar tentang
keluarga?”
“Di bumi ini Hanya ada 2 jenis manusia, keduanya adalah guru yang istimewa. Yang
pertama adalah Ia yang mengajarkan kebijaksanaan dan yg kedua Ia yang memberi kita
kesempatan mempraktekkan kebijaksanaan tersebut.”
“Kita bisa menikmati hidup kapanpun dan dimanapun, sayang sekali kalau kita membatasi
diri kita dengan baru akan menikmati hidup dengan syarat punya jumlah tabungan tertentu
atau pada usia tertentu.”
“kita semua adalah daun yg bertumbuh di pohon yg sama, mengapa harus bersaing, apalagi
membenci?”
“Cintai setiap hal, sehingga tiada ruang setitikpun untuk yang lain masuk ke dirimu.”
“Tidak ada sebuah katapun yang dapat menyakiti seseorang, kata-kata selalu datang dalam
keadaan netral, hanya program yang ada di dalam diri sendirilah yang mampu
menumpulkan atau meruncingkan kata tersebut.”
“Tidak ada keberuntungan, juga tak pernah ada kesialan, semua hanyalah bunga karma
yang mekar dari biji perbuatan yang kita tanam sebelumnya.”
“Seperti geleparan ikan yang terlepas dari air, seperti mengeringnya tanaman yang tercabut
dari tanah, seperti itulah manusia ketika ia terpisahkan dari sumber kedamaian yang ada di
dalam dirinya.”
“Di dunia ini kita bebas memilih namun tidak bebas memilih konsekuensinya. Namun
apapun konsekuensi yang terjadi, kita tetap punya kebebasan memilih respon hati kita ...
pilihlah untuk selalu berbahagia.”
“Maukah kita melepas yang kita telah terima?
mungkin mulailah dengan melepas sesuatu benda kecil yang sudah lama tak terpakai lalu
lepaskan sesuatu yang lebih benilai atau bahkan yang tidak terlihat sekalipun.
Beranikah Anda melepas pujian, penghargaan atau penghormatan yang Anda terima?
Sadarilah Anda adalah Anda.
Anda bukanlah gundukan pujian atau timbunan makian
apapun sebutannya, keduanya adalah beban yang membuat Anda tidak bisa terbang
menjadi diri Anda yang sejati.”
“Seperti halnya alam, seperti itu pula manusia, ketika usia mulai senja, pandangan mulai
mengabur, keheningan muncul menggantikan hiruk pikuk, aktivitas melambat.... Saatnya
masuk ke dalam dan biarkan kemewahan di luar tergantikan keindahan di dalam.”
“Keluhan dan kebahagiaan seperti terang dan gelap, keduanya tidak mungkin hadir
bersamaan.
Mulailah hari dengan janji untuk tidak mengeluh pada apapun yang terjadi, karena
semuanya adalah berkah yang akan membawa kita pada kita pada kesadaran yang lebih
baik.”
“Ketika seseorang membakar rumah Anda, apa yang pertama akan Anda lakukan?
Memadamkan api atau mengejar pelakunya? Dan bagaimana bila seseorang membakar
hati Anda? Apa yang pertama kali Anda akan lakukan?’’
Kumpulan artikel Gobind Vashdev :

MENOLEH KE BELAKANG

Suatu hari Mullah Nasrudin keluar dari rumah dengan menunggang keledainya, tidak seperti
biasanya kali ini mullah menaiki keledainya dengan menghadap ke belakang, kearah buntut
keledai tersebut.

Tidak sedikit manusia dipasar yang sebelumnya sudah menganggap orang ini aneh menjadi
lebih aneh lagi.
Beberapa bertanya dan tidak dihiraukan, sebagian lagi dijawab dengan ala kadarnya " tidak
apa-apa, saya lagi iseng saja"

Namun sebagian kecil orang yang telah mengerti betul siapa nasrudin tidak percaya kalau
manusia sekelas nasrudin melakukan sesuatu hal yang tidak umum tanpa disertai pesan
yang mendalam.
Akhirnya ada seseorang mampu memaksa tokoh nyeleneh ini menjawab
"Saya tidak tertarik kemana hidup ini akan menuju" katanya
"Saya hanya tertarik darimana hidup ini berasal"

Cukup lama saya memikirkan dua kalimat tokoh sufi dari Turki ini, sementara miliyadan
orang pikirannya tertuju pada masa depan mengapa Nasrudin malah menghadap arah yang
berlawanan?

Sempat saya bertanya pada Guru Spiritual yg pernah menyampaikan cerita ini, dan inti
jawaban yg saya terima, bahwa ada banyak pemaknaan dari cerita tersebut juga cerita
Nasrudin lainnya, sehingga semuanya dikembalikan pada orang yang menterjemahkannya.

Bukankah sering kita mendengar seseorang menasehati temannya yang baru melakukan
kesalahan, atau mengalami pergolakan hidup dengan kalimat "sudahlah, lupakan masa lalu,
mari menatap masa depan dengan lembaran baru"

Manusia dengan segala kelebihannya belum menemukan cara untuk menghapus memori
dari pengalamannya, bahkan para ahli malah menekankan bahwa semua kejadian yang
manusia alami pada usia berapapun terekam secara sempurna dalam pikiran bawah
sadarnya.

Tubuh dan pikiran kita hari ini terbentuk dari apa yang kita lakukan dan pikirkan
sebelumnya. ketika sebuah kemarahan menyeruak keluar dalam bentuk kata-kata yang
keras dan tajam, hendaknya kita perlu sadari bahwa kemarahan bukanlah sebuah benda
asing yang kirim UFO dan tiba-tiba ada dalam diri ini, ia terbentuk dari proses panjang yang
terjadi di masa lalu.
Persis seperti seseorang yang terkena serangan jantung karena terjadinya proses
penyempitan pembuluh darah, serangan ini hampir pasti karena pola makan, pola pikiran
dan pola atau kebiasaan lain yang sering kali tidak kita sadari.

Dalam tingkat kesadaran tertentu saya percaya bahwa bila ingin merubah masa depan hal
yang perlu kita lakukan adalah merubah masa lalu.

sahabat saya menyahut " Mana mungkin?"

Memang pada level fisik tidak ada satu detikpun yang berlalu yang kita bisa rubah namun
dalam pikiran kita, kita mempunyai kemampuan untuk berefleksi dan melihat bentukan-
bentukan program yang telah terinstal dan sedang berjalan.

Pernahkah Anda membenci kelompok /ras /agama tertentu? , apakah Anda pernah
bertanya darimana kebencian itu muncul? apakah dari sebuah pengalaman diri sendiri yang
langsung berhadapan dengan kelompok tersebut, atau dari sebuah cerita yang di ceritakan
berulang-ulang dari orang tua atau bahkan dari media?

seorang teman pernah mengaku pada saya bahwa ada masa dimana dirinya pernah
membenci orang india, dan lewat perenungan dalamnya, ia menemui bahwa program yang
menghasilkan rasa benci berawal dari kekecewaan neneknya pada sekelompok orang india,
sehingga sang nenek menularkan kesimpulan yang telah di generalisir bahwa semua orang
india pada dasarnya brengsek.
Bahkan sang nenek terus-menerus mengulang kalimat populer " bila bertemu ular dan
orang india, yang harus kamu bunuh orang indianya dahulu"
Saya tertawa mendengar cerita itu. Dan seorang sahabat bingung melihat reaksi saya "Kamu
tidak marah atau tersinggung Bin? kamu kan orang India?"

Sama sekali saya tidak bangga dengan tidak marahnya saya, dan sebaliknya saya tidak juga
merasa rendah ketika emosi marah itu menguasai diri saya.
Disaat kemarahan hadir, atau kesedihan berkunjung, disanalah saat yang paling tepat untuk
menyadari bahwa ada program yang perlu diperbaiki.
sementara mengatakan bahwa diri ini tidak boleh marah, hanya sebuah usaha sementara,
seperti membuat tembok penahan aliran sungai yang hendak ke laut.

Apa yang perlu kita lakukan adalah menerima kemarahan tersebut dahulu, semua emosi
akan surut ketika kita menerimanya, lalu pelahan-lahan dengan perenungan atau meditasi
coba cari asal muasal emosi tersebut, bila sudah menemukan, dengan kesadaran saat ini
berilah makna yang baik pada kejadian tersebut.

Kembali ke cerita Nasrudin dengan keledainya, saya percaya apa yang dilihat kebelakang
oleh Nasrudin jauh melampaui program-progam yang tertampung di bawah sadarnya. Saya
menduga seseorang dengan kebijaksanaan seperti Nasrudin telah menemukan diri
sejatinya.
Orang-orang dengan tingkat kesadaran seperti ini tidak tertarik dengan kemana keledai
akan menuju.
Mereka adalah orang-orang yang telah pulang, alias telah sampai di rumah.

mereka yang berdebat, bersaing, merasa benar adalah mereka yang masih dijalan, bagi yang
telah sampai tidak berbicara, seperti kata Lao Tzu, He who know doesn't speak. he who
speak doesn't know.
Dalam tataran tersebut yang ada hanyalah kedamaian dan kebijaksanaan yang terlihat lewat
lengkungan senyuman tipis di bibir.

"Kekenyangan Usai Berbuka Puluhan Warga Qatar Dirawat"

Tubuh selalu memberitahu apa yang diinginkan untuk mencapai keseimbangannya.


misalnya tubuh sedang memerlukan air maka ia mengeluarkan signal haus, tubuh perlu
istirahat maka signalnya adalah capai.
Dan pernahkah Anda merasakan signal tubuh terutama di bagian mulut ketika Anda sedang
sakit?
mulut terasa pahit dan tidak enak menelan apapun.
itu artinya bahwa tubuh ingin kita berpuasa.
sayang sekali signal yang begitu kuat ini terkalahkan oleh ketakutan yang dibangun oleh
lingkungan kita.
kita ditakut-takuti sejak kecil kalau tidak makan badan jadi lemas dan sakit.
belum lagi begitu banyak iklan yang menakut-nakuti kita dengan image sakit kalau
kekurangan produk yang dijualnya.
Coba perhatikan disekitar kita, bila makan adalah penambah energi mengapa begitu banyak
orang setelah makan malah ngantuk?
hari ini kalau ada riset atau survey saya yakin sekali bahwa kematian yang diakibatkan
"kekenyangan" jauh lebih besar daripada kematian akibat kelaparan.
sebagian besar penyakit modern diakibatkan karena makanan yang ngawur jenisnya dan
juga ngawur banyaknya. kita tidak memerlukan kalori sebanyak yang kita makan saati ini.
kalori sebuah pisang sama seperti seorang dewasa berjalan/berlari selama 4-6 jam.
manusia telah merusak sistem pencernaannya dengan begitu parahnya. ibarat mobil kita
tidak merawatnya sehingga tubuh karunia Penciptayg sangat irit telah dibuat menjadi
sangat-sangat boros.
Puasa adalah membalikkan sistem kita menjadi irit kembali,namun dengan syarat sahur dan
buka nya secukupnya.
cukup bukanlah kenyang, cukup artinya tidak kenyang dan tidak lapar, seperti ajuran Nabi
Muhammad "berhentilan makan sebelum kenyang"
begitu juga dengan tulisan ini saya hentikan sebelum saya memuaskan ego saya untuk
berbagi artikel lainnya:)
sampai ketemu esok
selamat menikmati puasa dan silakan berbagi
salam bahagia _/||\_
artikel lainnya silakan klik ; www.gobindvashdev.com
twitter : @gobindvashdev

TIDAK BERHENTI MAKAN

Dua mata saya , hidung saya satu, dua kaki saya pakai sepatu baru
dua telinga saya , yang kiri dan kanan, satu mulut saya
TIDAK BERHENTI MAKAN
kaget saya ketika mendengar kembali lirik lagu tersebut. dulu tidak sadar kalau kalimat
terakhir itu sangat berbahaya bukan hanya pada manusia tapi juga untuk semua makhluk.
Makan yang banyak ya nak, supaya cepat besar, agar kamu bisa kuat makan yang banyak,
anak pintar makannya banyak, atau kalau mau jadi anak mama musti makan yang banyak.
dan ada puluhan kalimat motivasi lainnya yang sering kita dengar dari orangtua kepada
anaknya.
belum lagi kalau ditambahin kata-kata "makan harus cepat."
Mungkin sebagian besar dari orangtua tidak sadar kerugian makan yang banyak apalagi
ditambah makan cepat.
makan banyak membuat lambung semakin luas dan memancing seseorang akan makan
lebih banyak lagi dikemudian hari.
selain itu setelah beberapa jam makan yang banyak kita akan mudah terasa lapar kembali
karena sebelumnya lambung terasa sesak sudah tidak terasa tertekan lagi dan ini dianggap
kondisi yang lapar, padahal masih banyak makanan di lambung.
masih banyak kerugian lainnya misalnya diabetes yang mengintip akibat pangkreas yang
sering kelelahan karena memproduksi insulin dalam jumlah yang banyak sekalius.
Disisi kemanusiaan, ada jutaan orang saat ini yang berada dalam kondisi rawan pangan,
mengurangi makanan yang kita konsumsi , walau sedikit akan dapat membantu mereka
yang lebih memerlukannya.
Lah kalau masih lapar bagaimana?
Percaya tidak bahwa 90% lapar kita lebih condong faktor psikologis daripada fisiologis.
kita makan bukan karena tubuh sedang memerlukan makanan alias lapar tubuh, tapi karena
pikiran kita yang terprogram untuk makan 3 kali sehari, makanya pas jam-jam makan lapar
tiba-tiba menyeruak hadr.
kita juga makan karena program ketakutan yang tanamkan oleh lingkungan sewaktu kita
kecil. kita makan karena takut sakit.
sebagian orang dewasa makan karena balas dendam, karena sewaktu kecil sengsara, ingin
beli ice cream atau cake tidak bisa, maka sewaktu dewasa dan punya uang akhirnya dia
puas-puasin.
ada juga orang makan karena status, seperti jaman dahulu melihat para mener makan roti
dan keju akirnya ia pun makan hal yang sama walaupun tidak selalu cocok dengan perut
orang lokal indonesia, sementara lainnya nongkrong di fastfood dan restoran franchise asing
lainnya karena gengsi yang tinggi.
Dan tentu masih banyak faktor psikologis yang bisa diuraikan lainnya.
Belum lagi kita diiming-imingin iklan yang mengeroyok kita dari sisi manapun dan
menembus sampai ke tulang sumsum.
kita diminta untuk minum vitamin C 1000 mg sementara kebutuhan orang dewasa hanya 65
mg,
kita diminta untuk mengkonsumsi susu dengan kalsium yang tinggi untuk penguatan tulang
namun hasilnya susu dengan tinggi kalsium inilah yang menyebabkan osteoporosis.
belum lagi candu yang terbesar sekaligus legal yaitu gula dan turunannya termasuk MSG
yang disematkan ke hampir semua produk kemasan.
kita dibuat tidak percaya dengan produk alami dari Pencipta yang tumbuh dengan baik di
sekitar kita.
saya merindukan para orangtua yang tidak memaksakan anak menjejali makanan sambil
berkejar-kejaran dan mengalikan perhatian anak dengan beribu cara.
Kak Seto pernah mengatakan "jangan takut kalau anak Anda tidak makan satu hari , tapi
bolehlah takut kalau Anak tidak bermain samasekali dalam satu hari."
berbekal itulah saya tetap tenang ketika anak kami Rigpa tidak mau makan, bahkan sewaktu
panas meningggi Ia berpuasa tiga hari (artikel tentang suhu tinggi dan puasanya Rigpa bisa
dilihat di www.gobindvashdev.com
Dimanakah orangtua yang mengatakan "Cukup makananya Nak, nanti kalau sudah lapar lagi
kita makan ya?"
setiap orang Kristen hafal dengan "Doa Bapa kami" yang bait kelimanya adalah "berikan
kami makanan pada hari ini yang secukupnya"
dan setiap orang Muslim juga hafal benar apa yang dikatakan Nabi Muhammad untuk
berhenti akan sebelum kenyang.
saya yakin juga di kepercayaan lain kebijakasaaan yang sama dianjurkan.
Puasa adalah cara tersederhana dan terefektif untuk sembuh dari banyaknya sakit dan
penyakit.
Dokter Hiromi Shinya pencipta kolonoskopi yang sangat terkenal dengan bukunya Miracle of
Enzim menjelaskan keajaiban puasa di bukunya Miracle of Microba.
ketika kita berpuasa maka sel-sel akan melakukan kanibalisasi. sel yang kuat dan yang
lemah/sakit keduanya tidak mendapat makan, maka sel yang kuat akan memakan sel yang
lemah/sakit, dengan kata lain tubuh melakukan self healing.
seorang sahabat bertanya bagaimana dengan kanker, apakah Puasa juga bisa
menyembuhkan kanker dan sejenisnya?
jawabannya besok ya
selamat menikmaati Puasa dan silakan berbagi artikel ini bila berkenan.
Satu hal lagi yang sangat penting yang terlewatkan di artikel kemarin tentang mengapa kita makan
banyak adalah:

Bahwa kita makan banyak , berkalori tinggi, atau bergula tinggi karena orangtua kita tidak
suka mendengar kita menangis atau masyarakat sekitar tidak sanggup melihat kita sedih.
sudah umum di budaya dunia ini, ketika seorang anak terjatuh dan menangis tak henti-
henti, ortu membelikan sesuatu yang manis untuk membungkam tangisan anak. ketika ada
anak remaja yang sedih,diajaklah untuk makan ice cream atau coklat atau makan yg penuh
karbohidrat.
Memang karbo dan turunannya termasuk gula memicu beberapa hormon di otak yang
membuat seseorang nyaman, namun sifatnya hanyalah sementara.
Seseorang mungkin sekali akan berhenti tangisannya atau seorang remaja akan lupa pada
kejadian itu untuk sementara.
Karena kejadian ini berulang maka terbentuklah jalinan pola dalam otak seseorang, pola itu
membentuk program "kalau ada masalah makanlah yang banyak dan kamu akan merasa
nyaman" (seolah-olah masalahnya selesai)
ini yang membuat mengapa para ahli kesehatan menngatakan bahwa sebagian besar
penyakit akibat psikologis, dan bila seseorang hanya merubah pola makan tanpa pola pikir
yang telah tertanam maka akan sulit untuk orang tersebut sembuh.
Sekarang saya akan membahas tentang Kanker, tumor dan sejenisnya seperti janji saya
kemarin.
Sebelumnya Harap diingat. Tulisan dibawah ini bukanlah rekomendasi, saya bukanlah dokter
yang mempunyai wewnang secara hukum untuk menyarankan atau tidaknya.
Kita mulai.
Mendiang Stephen Covey, Guru liar bias penulis mega Best Seller 7 Habbit mengatakan, "the
way we see problem is the problem" - Cara kita melihat masalah, itulah masalahnya
ada sebuah istilah doctor as gardener and doctor as mechanic , dokter sebagai tukang kebun
dan dokter sebagai mekanik.
Ditimur penyembuh dipandang sebagai tukang kebun,bila ada tanaman yang sakit maka
pendekatannya adalah merawatnya, sementara dibarat karena pandangan mekanik yang
melekat ketika ada yang tidak beres maka solusinya adalah potong, buang dan ganti.
Walaupun saat ini pandangan barat telah banyak bergeser namun coba lihat masih
banyaknya bagaimana para penyembuh yang diakui ini memperlakukan tubuh bila sedang
sakit,
Saat ini banyak orang memandang virus dan bakteri adalah sesuatu yang jahat dan harus
dienyahkan.
kita memeranginya dengan antibiotik, antiseptik dan segala macam kimia yang telah sukses
memperkaya pemilik pabrik farmasi, namun Pertanyan besarnya, setelah perang yang tak
pernah berhenti ini kita lakukan , apakah virus dan bakterinya menjadi lebih lemah atau
lebih kuat?
kita semua sudah tahu jawabannya.
Belasan kali dokter menyarankan amandel saya untuk dipotong sewaktu saya kecil karena
dipikir itulah masalah dan penyebab utamanya dari sakit tenggorokan saya.
hari ini saya sangat bersyukur karena operasai tersebut tidak pernah terjadi.
dibanding teman sekitar dan keluarga besar sekarang saya termasuk yang paling jarang
terkena sakit disekitar tenggorokan saya.
Kanker dan tumor adalah sel yang jenius, itulah cara saya memandang mereka.
saya sama sekali tidak melihat mereka adalah sesuatu species yang jahat.
Sel kanker adalah sel kita juga yang telah bermutasi dengan sangat luar biasa sehingga
mereka bisa tumbuh lebih cepat daripada sel yang lain.
Siapa yang membuatnya menjadi jenius begitu, tentu kita sendiri. ketika kita memberi label
mereka jahat dan diperangi maka itu sama seperti kita menmerangi atau menghukum anak
kita yang sedang aktif.
Anak aktif sering kita label dengan sebutan "anak nakal","anak pemberontak".
Siapa yang membuat si anak aktif, apakah ia tumbuh membawa genetik dari orang luar?
apakah dia mendapatkan sesuatu diluar lingkungannya?
Tentu tidak.
Semua itu terjadi karena lingkungan, apa yang ia konsumsi dan juga sedikit faktor genetik
yang ada.
Kita semua memiliki sel Kanker, sel yang aktif yang akan menjadi hiperaktif bila sebuah
keadaan yang medukungnya terjadi terus menerus.
Seperti seseorang anak yang menjadi "nakal" karena banyaknya konsumsi zat yang
membuat ia menjadi aktif (Gula, MSG dan sejenisnya) dan tidak banyaknya cinta yang
membuat ia tenang begitupula dengan Kanker.
Dr Otto Heinrich Warbug , peraih penghargaan Nobel tahun 1931 pernah mengatakan
bahwa semua jenis kanker mempunyai 2 kondisi dasar yaitu Acidosis (tubuh yang asam) dan
Hypoxia (kekurangan oksigen)
Gula, kopi, teh, semua protein hewani ( susu,telur daging) juga makanan yang diproses
adalah makanan yang membuat tubuh menjadi asam sementara stres, selain membuat
tubuh menjadi asam, dikala stres manusia cenderung untuk bernafas pendek dan tidak
teratur yang akhirnya menyebabkan kurangnya oksigen dalam tubuh.
Yang selalu saya sarankan pada siapapun yang bertanya menenai bagaimana
menyembuhkan Kanker, tumor dan sejenisnya adalah sama seperti setiap orangtua yang
bertanya bagaimana mengatasi anaknya yang "nakal"
1. Rubahlah cara memandang , jangan memandang dan memberi label "anak nakal"
begitupula jangan memandang kanker adalah jahat.
Mulailah dengan bertanggungjawab bahwa ada banyak peran diri ini yang membuat mereka
menjadi "nakal/jenius" seperti ini.
2. kurangi asupan yang membuat meneka menjadi aktif. yang saya sarankan adalah
menghilangkan semua panganan yang membuat tubuh menjadi asam (seperti yg tertulis
diatas) dari daftar diet.
dan gantilah dengan sayur dan buah yang tidak banyak diproses (dimasak, diawetkan, dll)
Dan sering-seringlah berpuasa, mengapa? logika saya sangat sederhana.
Sel kanker karena percepatan pertumbuhannya maka ia lebih memerlukan makanan
daripada sel normal, jika seseorang puasa maka yang sel normal lebih bisa bertahan
daripada sel kanker yang "rakus" tersebut.
3 Sayangi diri, beri perhatian pada semua anggota tubuh terutama pada anggota/organ
tubuh yang mempunyai sel kanker.
Dokter yang saya kagumi ,Bernie Siegel MD, dalam buku yang menjadi salad satu favourite
saya 'Love Medicine and Miracle' menulis “All disease is ultimately related to a lack of love “.
Pada akhirnya semua penyakit berhubungan dengan kurangnya cinta
satu lagi manfaat puasa yang luar biasa
selamat menikmati Puasa, silakan artikel ini di share bila dirasa baik dan berguna.
Sadar

Baru beberapa menit bertemu saya dicurhatin seorang Ibu yang cukup berumur berprofesi
sebagai Satpam disebuah bank yang terkenal, tidak enak kalau saya sebut nama bank nya
cukup inisialnya saja ya, BNI
Dia seorang pekerja out sourcing dan honorer.
Mengeluh bahwa Chief Security di tempat ia bekerja sekarang sedang mempermainkannya.
Emosi kemarahannya membawa ia menghubungi teman-temannya untuk meminta info
kalau-kalau ada yang membutuhkan Security wanita.
Dan tidak berapa lama ia mendapatkan persetujuan untuk kerja ditempat yang lain dengan
kondisi sebagai pegawai tetap.
dia berkata pada saya, " kalau bapak kesini lagi minggu depan saya sudah tidak disini lagi"
saya menanyakan perasaanya, Dia masih mengeluh dan kecewa sekali dengan perlakuan
atasannya tersebut.
lalu saya sarankan nanti kalau sudah bekerja ditempat yang baru, jangan lupa untuk mampir
kesini sambil bawa kue/roti, terus bagi ke Bapak kepala Securiti sambil ucapkan terimakasih
yang banyak"
"Untuk apa?" katanya
"Sadarilah Bu, bahwa mereka yang seringkali kita kira jahat adalah orang-orang yang
mendorong kita menuju jalan yang kita inginkan"
"Chief Security mungkin terlihat mempermainkan Ibu, tapi itulah cara alam semesta dalam
mewujudkan keinginan Ibu, yaitu bekerja dengan status tetap"
lalu saya meninggalkan Ibu dengan salam tinggal.
Sudah tidak terhitung jumlahnya kita memboroskan energi, waktu untuk memaki,
membenci, memendam dendam , menjelekkan orang yang menutup pintu atau
menghalangi jalan yang sedang asyik-asyiknya kita lalui.
Sudah saatnya kita menyadari bahwa tidak ada "orang jahat", mereka hanya bertugas
"membakar" kita untuk mengambil langkah yang berbeda, dan saatnya kita berterimakasih
pada mereka karena merekalah yang secara tidak langsung mengarahkan kita dengan
tambahan pelajaran penting yaitu praktek kesabaran.

Tiga Obor Dunia

Diambil dari buku Happiness Inside


Kalau ditanya apakah peristiwa yang pasti terjadi di dunia yang serba tidak pasti ini?
Mungkin hanya ada satu jawaban, bahwa yang pasti kematian.
Setiap bulan Agustus akan berakhir dan September mulai menggantinya, saya selalu teringat
satu peristiwa beruntun yang pada tahun 1997. Dalam satu minggu di kedua bulan di atas,
dunia sangat berduka, kita semua kehilangan bukan hanya satu atau dua, melainkan tiga
orang yang telah memberikan inspirasi luar biasa kepada orang lain, mereka adalah: Lady
Diana (yang pergi secara mendadak bersama kekasihnya pada 31 Agustus), Viktor E. Frankl
(pada 2 September), dan seorang lagi yaitu Bunda Theresa yang melepaskan ikatan
jasmaninya pada 5 September 1997.
Bagi saya pribadi, ketiga orang di atas bagaikan obor yang menerangi dunia ini, dan
walaupun mereka telah pergi
dan api di obor itu telah padam, namun cahayanya tetap menerangi dunia ini. Obor di
dalam hati mereka sewaktu hidup telah menyalakan obor-obor yang lain, memberikan
inspirasi kepada mereka yang berdiam di bumi ini.
Pada kesempatan kali ini, izinkan saya berbagi pada Anda semua lewat tulisan, hal-hal yang
saya dapatkan dari ketiga manusia yang luar biasa tersebut.
Lady Diana
Kita semua terhentak, kepergian Putri Diana atau yang sering dipanggil Lady Di sangatlah
dramatis, dugaan mengenai penyebab kecelakaannya pun masih dipenuhi misteri. Mungkin
sekali misteri ini akan terkubur selamanya.
Kematian adalah kematian, sama seperti kelahiran, keduanya adalah peristiwa penting,
namun bagaimana pun juga, yang terpenting adalah apa yang terjadi di antaranya.
Mencermati apa yang terjadi pada putri cantik ini, ada sesuatu yang menarik, yaitu
bagaimana perubahan dalam hidup ini terjadi, Lady Di yang dulunya seorang guru taman
kanak-kanak yang sederhana, tiba-tiba menjadi seorang permaisuri dari pangeran yang akan
mewarisi takhta kerajaan Inggris. Hidup di Istana Buckingham bak di cerita dongeng,
dianugerahi dua orang putra. Semua orang melihat mereka hidup berbahagia, sampai suatu
hari terjadilah skandal yang menceraikan mereka. Setelah perceraian, hampir tidak ada
kegiatan Lady Di yang tidak menjadi sorotan, semua yang dia
lakukan menjadi kejaran kuli tinta. sampai akhirnya Lady Di meninggal pada kecelakaan
akibat dikejar-kejar paparazzi (sebutan lain wartawan)
Banyak sekali hikmah yang bisa kita ambil dari kisah Lady Diana, mungkin yang paling
mencolok adalah bagaimana hidup ini bisa berubah dengan begitu cepat dan tak terduga,
dari seorang yang tak dikenal, kemudian menjadi yang dikenal seluruh jagat ini. Perubahan
dahsyat yang dialami oleh putri cantik ini senantiasa mengingatkan bahwa kita harus selalu
siap menghadapi perubahan yang terjadi di sekitar kita. Lalu yang mungkin lebih penting
lagi, kita harus bisa menerima perubahan sebagai suatu siklus hidup yang wajar di dunia ini.
Namun bagi saya, hal yang paling berkesan adalah setelah perceraian itu terjadi. Walaupun
sempat diberitakan mengalami depresi dalam menghadapi perceraian akibat
perselingkuhan suaminya, Lady Di tidak larut dalam kejadian pahit tersebut.
Lady Di muncul kembali menjadi sosok yang berbeda, dia terlihat lebih tegar dan kuat.
Walaupun tidak mungkin bisa lepas dari bayang-bayang masa lalunya, tetapi Diana
membawa semangat yang baru. Kita bisa melihat dari kepeduliannya terhadap mereka yang
membutuhkan, kepedulian tentang perdamaian dunia dan masih banyak lagi kegiatannya
yang membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih indah.
Bangkitnya Diana menjadi pribadi yang lebih baik dari keterpurukannya menjadi motivasi
saya di saat keberuntungan sedang tidak menemani. Memberi saya harapan bahwa selalu
ada kesempatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, walau berada di
tengah prahara. Seperti kata bijak bahwa bukan berapa kali Anda jatuh, yang terpenting
adalah berapa kali Anda bangkit dari kegagalan tersebut, dan selalu ingatlah bahwa masa
depan tidak sama dengan masa lalu.
Viktor E. Frankl
Bila dibandingkan Lady Di dan Bunda Theresa, nama Viktor Frankl mungkin terasa asing
kedengarannya. Memang tidak bisa dimungkiri, paling tidak di Indonesia, nama Viktor Frankl
mungkin hanya beredar di kalangan sahabat-sahabat yang bergelut dalam bidang psikologi
atau suka membaca buku- buku pengembangan diri (self help).
Viktor Frankl adalah seorang psikolog yang dipenjara dalam Auschwitz (kamp maut Nazi),
tempat dia mengalami siksaan yang luar biasa setiap hari selama di sana. Seluruh
keluarganya, kecuali saudara perempuannya, meninggal di kamar gas, dan dia tidak pernah
bisa tahu sampai kapan penderitaannya berakhir.
Dalam keadaan yang sangat tertekan itu, Viktor Frankl dapat memanfaatkan apa yang
disebutnya kemampuan manusia yang terbesar, yaitu kebebasan untuk memilih respons.
Dalam kebebasan memilih inilah Frankl memanfaatkan kesadaran diri lewat imajinasi dan
kehendak bebas dari pengaruh lingkungan yang lain, sehingga dia memiliki “kebebasan” dari
orang-orang Nazi yang menangkapnya. Lebih hebatnya lagi, Viktor Frankl selalu dapat
mencari makna yang positif dalam penderitaannya.
Kemudian, setelah bebas dari kamp maut tersebut, Frankl menelurkan sebuah aliran terapi
yang bernama Logoterapi. Logo berasal dari bahasa Yunani, yaitu “logos” yang berarti
makna, jadi logoterapi adalah psikoterapi yang berfokus pada upaya pencarian makna
hidup.
Bagi saya, mencari makna dari suatu kejadian adalah hal yang harus dilakukan bila kita ingin
selalu berbahagia dan bersyukur. Setiap teringat Viktor Frankl, saya selalu teringat
pengalaman saya sewaktu mengikuti sebuah acara reality show “Penghuni Terakhir”. Dalam
acara itu, saya bersama teman-teman yang lain tinggal di satu rumah yang terisolasi dari
dunia luar, tanpa TV, tape, radio, handphone, bahkan buku, kertas, maupun alat-alat tulis
juga dilarang. Di dalam rumah yang terawasi setiap sudutnya dengan kamera 24 jam, kami
tidak mengetahui apa yang akan terjadi di menit selanjutnya.
Semua yang terjadi tidak dapat diprediksi, bahkan tidak jarang kami dibangunkan di tengah
malam untuk keperluan syuting. Satu hal lagi, di rumah tersebut tidak ada jam, sehingga
saya dan teman-teman tidak pernah tahu jam berapa pada saat dipaksa bangun. Satu-
satunya pedoman waktu kami hanyalah matahari. Untuk beberapa hal, mungkin tinggal di
Rumah Petir (sebutan rumah yang kami tinggali dalam acara itu) lebih keras dan lebih ketat
daripada tinggal di lembaga pemasyarakatan.
Ini murni penilaian pribadi saya setelah mengunjungi beberapa lembaga pemasyarakatan
dan rumah tahanan dalam rangka pelatihan stress management untuk para narapidana.
Hukuman adalah suatu hal yangbiasa, bahkan dari 14 minggu saya bertahan di rumah itu.
Pernah dua minggu saya dihukum tidak boleh keluar dari kamar saya dan satu minggu
dihukum tinggal dalam sangkar ayam. Pindah tempat tinggal ke sangkar ayam ternyata
sangat menancap dalam benak pemirsa, sampai-sampai setiap orang yang bertemu saya
selalu bertanya,
“Bagaimana rasanya hidup di sangkar ayam? Pasti sangat stres ya?”
“Tidak, ” jawab saya,
“Saya sangat menikmati, saya memang kehilangan ruang tapi saya mendapat waktu yang
banyak.”
Ya, memang agak janggal bila ada orang yang menikmati dikurung di ruang sesempit itu,
namun itulah sebetulnya yang saya rasakan.
Saya memang tidak leluasa bergerak, tetapi saya punya kesempatan yang menggunung
untuk merenung, bermeditasi dan berdoa tanpa diganggu oleh orang lain. Yang paling
utama, saya lepas dari godaan untuk melakukan aktivitas yang lain.
Viktor Frankl selalu menjadi inspirasi saya dalam mengha- dapi kejadian-kejadian sulit. Saya
tidak hanya harus berjuang menghadapi ketidaknyamanan, namun yang lebih penting
adalah berusaha menemukan makna di balik ketidaknyamanan itu. Seperti kata Frankl,
“Manusia seharusnya tidak bertanya tentang makna hidupnya, melainkan sadar bahwa
dialah yang akan ditanyai”.
Dengan kata lain, manusialah yang akan ditanyai oleh hidup, dan jawaban yang bisa
diberikan hanyalah dengan bertanggung jawab terhadap hidupnya. Dalam Logoterapi,
tanggung jawab merupakan esensi dasar dalam kehidupan manusia. Hidup ini penuh pilihan,
dan kita selalu bisa memilih apa yang akan kita perbuat, walaupun kita tidak bisa
menentukan dengan pasti konsekuensi dari pilihan tersebut. Namun seberapa pun beratnya
konsekuensi yang ditanggung, kita juga selalu mempunyai kemampuan untuk memilih
respons; dan kita harus bertanggung jawab atasnya.
Kata tanggung jawab dalam bahasa Inggris adalah respon- sibility (baca: “response-ability”),
yang artinya kemampuan un- tuk memilih respons. Dalam menghadapi ketidaknyamanan,
kita selalu punya pilihan: kita bisa mengeluh, menyalahkan orang, marah atau memilih
untuk tersenyum, menikmati pro- sesnya dan bersyukur menerima semua yang terjadi.
Semua itu adalah response yang bisa kita pilih. Walaupun secara emosional ini sangat susah
dan banyak orang mengatakan tidak bisa. Namun saya percaya, sebagai manusia kita punya
kemampuan secara sadar untuk memilih respons. Dan apa pun respons yang kita pilih, kita
pasti mampu melakukannya, asalkan kita benar-benar mau.
Bila ada sebuah kejadian, kita bisa melihatnya sebagai masalah atau tantangan, kita bisa
merasa tertekan atau malah tertantang, semua tergantung pemaknaan kita pada kejadian
tersebut. Hal yang sama dilakukan oleh Lady Di, dia mengambil arti yang berbeda dari
kebanyakan orang. Dalam menghadapi perceraiannya, dia bangkit dan melihat bahwa inilah
saatnya berkarya untuk dunia ini. Perceraian yang oleh kebanyakan orang dianggap sebagai
petaka dan ajang untuk menyalahkan pasangan, oleh Diana dianggap sebagai pintu yang
terbuka di mana dia bisa melayani dunia yang haus akan cinta ini. Bukankah ini sesuatu yang
indah?
Bunda Theresa
Kalau bercerita mengenai manusia mulia satu ini pasti tiada habisnya, seluruh dunia telah
mengenal perempuan berhati lembut sekaligus tegar ini. Bunda Theresa telah menjadi ikon
dunia untuk perjuangan kemanusiaan, terutama bagi kaum papa. Perempuan peraih Nobel
Perdamaian ini selalu berkata bahwa apa yang diberikan untuk kaum papa tidak ada apa-
apanya dibanding apa yang diterimanya dari mereka. Kaum papa mengajarkannya
bagaimana menghimpun kekuatan dan ketegaran dalam menghadapi kondisi sulit. Mereka
adalah guru-guru bagi semua manusia.
Sebelumnya, ada satu pertanyaan yang menggantung di kepala ini tentang Bunda Theresa,
yaitu bagaimana beliau beserta suster-susternya bisa kebal dari penularan penyakit.
Bagaimana mungkin? Dalam konstruksi logika dan doktrin tentang kesehatan yang
sebelumnya pernah saya pelajari, rasa-rasanya hal tersebut di luar penalaran. Apalagi
sewaktu saya berkunjung ke tempat saudara-saudara kita yang yang tinggal di TPA atau
perkampungan kumuh. Atau ketika saya menghibur orang-orang yang menempati panti
rehabilitasi karena terserang suatu penyakit kronis, sering kali tebersit ketakutan akan
tertular virus. Ketakutan ini semakin besar lagi sewaktu saya menghabiskan waktu berbulan-
bulan di antara ratusan jenazah dan korban-korban yang selamat dari peristiwa bom Bali
lalu. Belum ditambah pula dengan keadaan yang begitu kacau dan ketegangan yang tinggi,
sehingga tak memungkinkan untuk mengonsumsi makanan sehat dan beristirahat teratur.
Namun, kecemasan itu berakhir ketika secara kebetulan saya mendengar pembacaan artikel
di sebuah radio FM tentang penelitian yang dilakukan oleh psikolog dari Harvard, David
McClelland dan Carol Kirshnit, tentang hubungan antara empati dan kekebalan tubuh. Hasil
penelitiannya sangat mengagumkan, yaitu terjadinya kenaikan tingkat Immunoglobulin A
(IgA).
IgA di -tes dari air liur penonton yang menyaksikan film tentang Bunda Theresa atau film-
film lain yang mengundang empati.
Mengagumkan sekali bukan? Bagaimana tubuh secara otomatis akan memproduksi zat
untuk menaikkan kekebalan- nya apabila kita berempati.
Di dunia ini banyak yang kita tahu, namun lebih banyak yang kita tidak tahu. Banyak yang
kita bisa lihat, namun banyak sekali yang kita tidak lihat. Lalu dari yang kita lihat, kita selalu
mempunyai pilihan dari sudut mana kita mau melihatnya.

Tiga inspirasi dunia pergi secara hampir bersamaan. Kita bisa melihatnya sebagai
kehilangan yang besar untuk dunia. Namun saya lebih senang melihat bahwa tiga manusia
hebat ini pindah tempat ke dalam hati setiap orang selamanya.

PELAJARAN KECIL BERMAKNA BESAR DARI GURU CANTIKKU

Salah satu dari sekian banyak yang saya kagumi dari Istri saya adalah kemampuannya dalam
belajar bahasa, ia sangat fasih dalam berbahasa Inggris, awalnya saya pikir hal yang wajar
pada zaman sekarang.
Namun yang menarik dari Kartika adalah bahwa ia tidak belajar di tempat kursus melainkan
di depan televisi juga lewat lagu-lagu romantis nuansa jadul kesenangannya.

Bertahun-tahun setelah mengenalnya, saya masih mempercayai bahwa wanita cantik ini
memang mempunyai otak yang bagian kecedasan bahasanya yang lebih dari kebanyakan
orang.
Bagaimana tidak, ia tinggal di bali empat tahun setelah saya namun hampir semua orang
yang baru mengenalnya pasti mengira ia adalah orang Bali asli, bukan hanya karena
aksennya namun juga tingkat kehalusannya, sementara saya masih amburadul.

Baru akhir-akhir ini saya menyadari rahasianya (telat banget ya ?? :))


Ternyata wanita yang telah menyewa hatiku selamanya ini mampu mengembangkan
kemampuan linguistiknya adalah dengan cara berdisiplin dan konsisten mengulang kata-
kata yang ia ketahui walaupun itu hanya satu kata saja.
misalnya ia mengetahui bahwa uang dalam bahasa Sindhi (bahasa daerah di India dan
Pakistan) adalah Paisha (dibaca Pesa).
Sejak mengenal kata tersebut sampai sekarang, kapanpun dan dimanapun selama
berhadapan dengan saya ia selalu menggunakan kata Pesa bukan Uang.

Ini memang tindakan kecil dan sepele tapi Guru saya ini dengan tersirat ingin mengingatkan
saya bahwa lembaran kain kehidupan ini bukan dirajut oleh tindakan besar, karena tidak
ada yang namanya tindakan besar tapi yang ada adalah konsistensi yang besar.

semuanya ,ya semuanya dalam hal apapun kita memerlukan konsistensi besar bila ingin
mencapai apa yang kita inginkan.
Kita semua sebenarnya sudah melakukannya di masa kecil ketika kita belajar, berjalan,
mengeja, menulis dan ribuan hal lainnya, namun semakin dewasa kita malah sering
melupakannya atau malah melakukan konsistensi yang berkebalikan dari yang diharapkan.

contohnya, tidak ada orang yang ingin menjadi pemarah, walaupun banyak yang
menyangkal tapi faktanya bahwa setiap orang membentuk dirinya sendiri melalui
kebiasaan-kebiasaan hariannya yang membuat dirinya tersulut api kemarahan.
Dengan kata lain bahwa tidak ada orang dilahirkan dengan sifat pemarah.
Sifat adalah kebiasaan yang telah menggumpal bagaikan otot ditubuh yang terbentuk lewat
kebiasaan mengangkat beban.
Dalam setiap kejadian,kita diberi kehendak bebas untuk memilih menggunakan otot
kesabaran atau otot kemarahan, respon kita inilah yang memberikan energi pada otot
mental kita berkembang dan kuat.

Bila kita saat ini suka marah, sering membenci, lekas dendam, jarang senyum, mudah
tersinggung artinya saatnya kita harus membentuk otot kesabaran, keceriaan, kasih sayang,
dan sejenisnya yang lebih kuat dan dengan segera.
Dan percayalah, Anda tidak perlu kursus dengan orang-orang hebat atau tercerahkan cukup
jalani kehidupan ini dengan memilih satu hal kecil dan berjanji untuk bertindak konsisten
sampai otot kesabaran ini terbentuk kuat seperti apa yang dilakukan Tika.

Ibaratnya kita belum bisa naik sepeda, bila kita belajar 2 hari dan berhenti terus dua bulan
lagi belajar 2 hari dan berulang dengan pola yang sama maka untuk bisa menguasai sepeda
akan jauh lebih lama daripada mereka yang konsisten selama seminggu.

Akhir-akhir ini saya memilih untuk memberi kesempatan orang menyebrang atau orang
yang ingin berbelok, mendahului kendaraan yang saya kendarai atau hal sejenisnya di jalan
raya, saya percaya latihan kecil mengalah di jalan ini akan menuntun saya pada kebiasaan
mengalah pada aspek yang lain yang suatu hari akan memberikan kesadaran bahwa orang
lain itu lebih penting dan diri (ego) ini sangat tidak penting.

dan akhirnya saya ingin sekali mengucapkan Terimakasih pada Guruku yang telah banyak
memberikan pelajaran berharga tanpa harga, dan pelajaran penting tanpa kepentingan diri.
JESUS TIDAK MENDERITA

Saya tidak percaya Jesus menderita di kayu salib, Ia mungkin merasakan kesakitan yang
amat namun bukan penderitaan.

Sakit adalah fisik sementara penderitaan adalah masalah mental.mirip seperti sepi dan
kesepian.
Banyak orang yang sakit dan menderita, namun hari ini anehnya kita juga melihat orang
yang tidak sakit apapun juga menderita.

mengapa saya yakin kalau Jesus tidak menderita, karena orang menderita tidak sanggup
untuk memikirkan orang lain. Dengan kata lain orang yang menderita hanya memikirkan
dirinya sendiri.
Dengarkan apa yang dikatakan Jesus di tiang salib, "Ampunilah mereka Bapa, karena mereka
tidak tahu apa yang mereka perbuat"
Jesus tidak marah apalagi menanam dendam, Ia sepenuhnya sadar bahwa orang yang tidak
suka dengannya tidaklah salah, hanya sedang tidak sadar.
Mereka melakukan penyaliban karena cintanya pada keyakinan yang digenggam dalam
kepalanya.

Setiap tahun jutaan orang memenuhi gereja di hari dimana Jesus disalib tentu bukan untuk
menghujat atau membenci yang melakukan perbuatan tersebut sebaliknya, kita ingin
mencontoh Jesus yang telah mempraktekkan sebuah kasih yang sempurna.
Begitu pula pada jutaan rumah terpampang salib dengan berbagai ukuran pastinya bukan
bertujuan untuk pamer bahwa saya adalah muridnya yang akan diselamatkan namun tidak
mau melakukan ajarannya.

Pergi ke tempat suci , membaca buku suci dan mengganggap diri lebih suci dari yang lainnya
bukanlah tujuan para suci.

Mereka ingin kita menjadi sadar, mengerti akan tugas utama kita sebagai manusia yaitu
mengasihi sesama seperti mengasihi Pencipta.
kalau ras manusia sudah mendeklarasikan bahwa manusia adalah makluk termulia sudah
selayaknya kitalah yang menjadi pelopor dalam menjaga, merawat, dan menyayangi
sesama, bukan hanya sesama manusia melainkan juga sesama ciptaan.

Rumi pernah mengatakan "From Understanding Comes Love".


Mengerti bahwa seluruh alam semesta adalah satu tubuh yang sama akan membawa kita
pada kesadaran yang melewati "aku dan kamu"

Seorang pemain sepak bola yang bertabrakan dengan lawannya selain rasa sakit juga akan
mengalami penderitaan karena marahnya, namun ceritanya akan sangat berbeda bila
mengetahui bahwa yang menabraknya adalah pemain dari satu timnya. mungkin rasa
sakitnya tetap namun ia tidak menderita.
begitu pula disaat tangan kiri gatal dan tangan kanan menggaruk hingga luka, tangan kiri
tidak marah karena sadar keduanya adalah sebuah tubuh yang sama.

Jesus telah memberi contoh kesadaran ini 1980 tahun yang lalu, didalam lingkaran kasih
tidak terdapat ruang kebencian. Semuanya adalah satu keluarga, diciptakan oleh tangan
yang sama.
Ketika kita menyakiti orang lain, kita menyakiti diri sendiri, dan disaat kita meyenangkan
yang lain, disaat yang sama kita sedang membahagiakan diri sendiri

Panjat Pinang yang di Atas Tidak Menang yang


di Bawah Tidak Kalah
Melewati bilangan Jakarta siang ini, terlihat beberapa tiang pinang berpucuk sepeda serta
berbuah kardus mie dan kaos bola.

Ada belasan perlombaan dan pertandingan di hari kemerdekaan esok, dari makan krupuk
hingga balap karung, namun tidak ada yang semenawan panjat pinang.

ia tidak layak disebut perlombaan apalagi pertandingan, ada banyak pesan indah dan
pelajaran bermakna dalam ritual 17 an ini.
Walau akhirnya hanya satu orang yang berhasil nongkrong memeluk sepeda namun hadiah
itu bukanlah untuk dia semata.
Esensi gotong royong yang dituturkan para tetua via teladan, terlihat mencolok pada
permainan ini.
dari yang ingusan sampai yang ubanan melepas baju, membiarkan oli yang biasanya ogah
disentuh melumuri tubuh dan wajahnya.
Bahkan bagian keramat tubuhnya yang dihormati direlahkan diijak oleh kaki berdebu,
bertanah.

Rasa senang membuncah dalam hati yang berdiri paling atas, rasa bahagia mengalir di
dalam mereka yang berkontribusi sebagai penopang dibawah.
Setelah puas ia yang diatas melorot dengan senyum dan ditampung oleh pelukan.

Semua ini mengingatkan kita semua pada tumbuhan, dimana akar yang tertanam dan jarang
diperhatikan tidak iri pada bunga yang dipuja-puji.
Akar sadar bunga tidak lama ia hidup. Setelah merasa cukup menghadirkan keindahan dan
keharuman pada dunia, iapun mengerucut, menunduk dan melepaskan dirinya untuk
menjadi pupuk bagi sang akar yang selama ini menunjangnya.

Bukan hadiah melainkan kebersamaan dalam bermain , bukan siapa yang menang tetapi
sebuah kesadaran bahwa kita satu saudara.

Indonesia bukanlah stadion tempat kita berlomba mengeruk pundi harta sebanyak mungkin,
tapi sebuah rumah dengan taman bermain teduh yang selayaknya kita rawat untuk anak-
anak kita

Selamat merayakan kemerdekaan Indonesia kita

Begitu banyak saya mendengar kalimat yang sama dari sahabat yang sudah dalam tahap
pencapaian spiritual yang dalam dan sahabat yang sedang berputus asa.
kalimat itu " hidup ini yang penting dijalani , mengalir aja"
Mengalir memang terlihat sebuah tindakan yang mudah, hanya mengikuti kemana nasib ini
membawa, namun lihatlah lebih seksama beberapa syarat bagi air untuk bisa mengalir.
- Total Flexible, kita akan terbentur dan sakit bila tidak lentur, tetesan air berpisah dengan
tetesan disebelahnya ketika ada benda yang memisahkannya dan tak sungkan kembali
bergandengan lagi di kesempatan yg lain. ia tak memilih teman atau sahabat, menyatu dan
terpisah adalah kenyataan dalam hidup yang harus dilewati.
- tidak pernah sama. Heraclitus berkata "Anda tidak dapat menginjak sungai yang sama
untuk kedua kalinya"
sungai selalu berbeda karena aliran air yang selalu mengalir. Seperti hidup tidak pernah
sama dari satu saat ke saat lainnya. Mengalir artinya tidak melekat. Masa lalu di tinggalkan
bersama masa yang lalu, masa depan dibiarkan tergeletak pada masa depan. aliran air
menyatu pada kekinian yang selalu berubah.
- Merendah.
Syarat mengalir adalah selalu pergi ke tempat yang lebih rendah dan lebih rendah lagi setiap
harinya, sampai dititik dimana ia kehilangan dirinya dan bersatu dengan lautan.
Bagi siapa saja yang masih mengagungkan ketinggian, mendewakan kekuatan dengan
kekakuan dan yang terlalu erat menggenggam konsep tentu perlu penyesuaian kembali bila
ingin hidup mengalir.
Mengalir memang mudah jika keikhlasan membungkus penuh hati ini.
Keikhlasan sempurna terjadi bila seseorang tidak merasa menjadi siapa-siapa dan tidak pula
merasa melakukan apa-apa.
ia yang telah kehilangan egonya, menyatu dengan aliran semesta.
Pujian bagaikan hujan di hulu yang mendorong, makian bagaikan batu yang menghadang,
namun keduanya tidak menjadikan air berubah, air tetap fleksible dan mencari tempat yang
lebih rendah.
mengapa aku harus mengalir ?
karena air adalah unsur terbesar dari tubuh ini.
kita adalah air,
pecahkan keakuanmu dan mari mengalir

MENANAM KEBENCIAN

Bangun dipagi hari, melihat tanggal hari ini, langsung teringat sebuah hari di waktu SD
dimana sekolah diliburkan dan seluruh murid diboyong menuju gedung bioskop mewah
yang tak jauh dari sekolah.
Menonton film wajib yang berisikan bedil,tentara, darah, mayat yang tercabik, dan kalimat
yang selalu tertancap sampai sekarang "Darah itu merah Jendral".

saya sungguh tidak tahu dan tidak juga ingin membahas benar tidaknya cerita yang terputar
di film yang mendapat penghargaan piala citra sebagai film yang paling banyak ditonton di
FFI tahun 1984.
Namun saya sempat penasaran dengan apa yang menjadi motivasi para pembuat
kebijaksanaan saat itu sehingga anak-anak yang tumbuh dengan ceria diwajibkan meonoton
kekerasan, kekejaman, politik praktis dan drama kehidupan yang membara.

Apapun motivasinya, sebuah program kebencian telah terbenam dalam mereka yang
melihat (terutama anak-anak yang tidak tahu menahu ). saya ingat bagaimana saya keluar
dari ruang gelap bioskop dengan menggendong kemarahan yang begitu besar pada suatu
kelompok.

Malam ini film itu memang tidak akan diputar, sejak bergantinya kekuasaan tahun 1998,
film itu stop merayakan ulangtahunnya, namun kalaupun film itu diputar kembali tentu
tidak akan berpengaruh banyak, dengan kata lain film itu sudah tidak bergigi tajam lagi
karena setiap hari kita disodorkan kekerasan bahkan terkadang secara Live di hampir semua
media elektronik yang ada.

Pelantun tembang kedamaian "Imagine" John Lennon pernah berkata "We live in the world
where we have to hide to make love, while violence practiced in broad daylight"
Senada dengan John, budayawan nyentrik Sujiwo Tejo mengkritik lembaga sensor Indonesia
yang mensensor ketat setiap ciuman di dalam tayangan film namun kekerasan yang
berdarah-darah di jumpai dalam berita setiap hari. Seolah ciuman lebih nista atau lebih
berbahaya daripada perkelahian
"Coba kumpulkan 100 anak " tambahnya dengan gaya provokatif " Tanya ke mereka berapa
yang pernah melihat orangtuanya berciuman, paling 3 anak, tapi tanya berapa banyak yang
pernah melihat orangtuanya berantem, pasti semua anak angkat tangan"

Hari ini, tidak pernah dalam sejarah anak-anak kita mengalami kebingungan sebesar ini,
Orangtua mengajarkan anak agar berlaku sopan namun ia memberi ijin bahkan membelikan
permainan video game yang penuh dengan kekerasan.

Kita meminta anak kita menghormati orang lain disaat yang sama kita menggunjingkan,
memaki, mengutuk para perampok, teroris atau koruptor dengan bahasa tajam.

Di kelas Agama, kita diajarkan mengasihi musuh, mendoakan setiap makhluk agar
berbahagia, memberikan persembahan pada mereka yang ada dialam Bhur, atau
mendengar kisah heroik dari Ali bin Abi Thalib yang membatalkan menghunus pedangnya
saat kebencian muncul dalam hatinya, namun dirumah benih SARA disemai.

Tidak jarang anak-anak atau bahkan kita sendiri mendapati seseorang tokoh atau panutan
yang mengapresiasi kepercayaan lain di sebuah forum umum sementara bertindak
sebaliknya diforum tertutup.

kita telah melupakan bahwa manusia, kelompok atau negara yang di sebut sebagai musuh
diciptakan oleh tangan yang sama dengan yang menciptakan kita.
kita sudah tidak ingat bahwa satu-satunya kekotoran yang harus dibersikan adalah
kekotoran bathin kita sendiri.

Terlalu banyak waktu dan energy yang terbuang untuk memupuk kebencian dan terlalu
sediikit cinta di sebar setiap harinya.
jika hanya 10 % penduduk indonesia membicarakan atau memikirkan kebencian selama 5
menit maka ada 237 tahun lebih waktu berharga yang musnah.

Ralph Waldo Emerson pernah berujar "For every minute you are angry you lose sixty
seconds of happiness."
"Untuk setiap menit Anda marah, Anda kehilangan 60 detik kebahagiaan."

mungkin kita sudah sering mendengar kalimat yang mengajak kita untuk mengurangi
kebencian dan memperbanyak cinta, dan tahukah Anda cara terbaik untuk menguranngi
kebencian bukan mencabut, memotong, menggunduli, membakar, atau mengenyahkan
kebencian, melainkan menyayangi , menaburkan kasih, menambahkan cinta dan mengasihi
rasa benci itu.
kebencian hanya eksis dalam diri ini, ia bagaikan luka yang menganga, bukan dengan
kekerasan atau kekuatan melainkan siraman kasih yang lembutlah yang akan membuat
bagian yang terluka itu menutup dan kembali tersenyum.

Sempurna

Seorang Guru tua sedang membuat chapati (roti bundar dan agak kembung khas India)
untuk murid-muridnya, setiap selesai memanggang chapati tersebut, sang guru meletakan
ke piring murid dan berkata “sempurna”, sang murid bingung mengapa sang Guru selalu
mengucap sempurna meskipun bentuk dari Chapati itu tidak bundar dan dibagian tepi
terlihat banyak yg hangus.
Akhirnya salah satu murid memberanikan bertanya untuk mengusir kebingungannya ,
“ Guru mengapa guru selalu berujar sempurna walaupun bentuk dari chapati ini tidak
sempurna?”. Sang Guru tetap asyik dengan memanggangnya tanpa menghiraukan
pertanyaan itu, dan kembali sambil meletakan chapati di piring sang murid sambil berguman
“sempurna”

Kesadaran sang Guru telah melewati dualitas, pada titik ini mata tidak melihat kejelekan
juga kebaikan. Hakim pikiran sudah nyenyak terlelap, apa yang terlihat adalah apa yang ada.
Yang bagus tidak diterima yang buruk tidak ditolak. Semuanya bagaikan saudara kembar.
Semua berasal dari satu muara, tidak ada kawan dan tidak ada lawan, semua tercipta oleh
tangan yang sama.

Dicaci tidak tersinggung, dipuji tidak tersanjung, ia yang ikhlas, ia yang telah kehilangan
egonya

malam minggu kemarin, untuk kedua kalinya saya Tika dan Rigpa bertandang ke Saturday
market. baru sepuluh menit berjalan, terpisalah kami, Kartikasendiri dan saya dengan Rigpa.
Di kerumunan saya dan Rigpa bolak balik mencar sang Ibunda namun nihil hasilnya,
sementara HP dua-duanya ada di pihak saya.
Berdua kami menepi barang sejenak dan memutuskan keluar dari keriuhan orang yag
memelotoin barang dan makanan yang terjaja.

Beberapa ratus meter, bapak dan anak ini berjalan menuju ke kedai makanan vegetarian,
Morning Glory namanya.
Sejenak setelah memesan makanan, sepasang pria wanita yang duduk di dekat kami
bertanya
"bahasa apa yang Anda gunakan?".
"Indonesia" jawab saya,
lalu disahut "oh Bali"

"pernah kesana?"
"belum, masih dalam list , saya tahu Bali karena itu adalah satu-satunya bandara di
Indonesia dimana kami bisa mendarat." jawab mereka.
"dari negara mana kalian?" dengan rasa penasaran.
"Israel" jawabnya.

Seperti yang terduga, pembicaraan menjadi panjang x lebar. Ada begitu banyak pertanyaan
dan penjelasan yang menggantung dan perlu diturunkan agar steadi otak ini.

Tentang sejarah, pandangan negara lain pada bangsa Israel, sampai konflik yang
berkepanjangan.
saya tidak akan bahas hal-hal yang kami bicarakan kemarin.
saya tertarik berbagi tentang sikap mereka dalam diskusi dan menjawab pertanyaan.

Yang pertama tidak ada satu kalimatpun yang mereka bunyikan yang menyalahkan pihak
lain pada apa yang terjadi, dan juga mereka tidak menganggap bahwa bangsanyalah yang
paling benar.
ada banyak kepentingan dari keduabelah pihak, dansejujurnya tidak diperlukan banyak uang
atau sumber daya lainnya, melainkan niat tuluslah yang harus menjadi dasar bila
perdamaian ingin direngkuh.

Walaupun Anda melihat orang Israel bersorak-sorai ketika pemukiman Palestina di serbu
rudal, dan juga melihat Hamas atau sahabat Palestina melakukan serangan bunuh diri,
semuanya itu hanyalah bagian kecil yang di blow up oleh media.
Sebagian besar, bahkan lebih dari 90% Rakyat Palestina dan Israel menginginkan
perdamaian.
kita ini satu saudara dan keadaan seperti sekarang ini , sunggulah tidak elok.

kami pun bertukar alamat dan saling mengundang untuk menginap di rumah bila salah satu
dari kami datang di negara tersebut.
bagi saya sekeluarga, memang Israel dan semua tempat spiritual lainnya adalah masuk
dalah prioritas utama negara yang akan kami kunjungi, sementara menerima tamu di rumah
kami adalah sebuah kehormatan.
saya tidak mempermasalahkan apa pun keyakinan atau berasal darimana orang yang saya
kenal atau menginap dirumah kami.

Urusan agama atau keyakinan, adalah urusan yang sangat pribadi antara individu dengan
penciptanya.
Lagian apa yang kita pikirkan sekarang sangatlah besar dipengaruhi oleh dimana kita lahir
dan dibesarkan, dikeluarga mana kita lahir dan berita apa yang kita telan.
kalau saya atau Anda lahir di Arab, atau di keluarga Yahudi pasti cara berpikir kita akan
berbeda, bahkan terbalik 180 derajat.
Dengan menyadari hal diatas, bagaimana kita bisa membenci pihak atau kelompok lain?
Bukankan kita dan mereka diciptakan oleh tangan penuh kasih yang sama?
*----*
Oh Tuhanku, bila doaku yang menginginkan tidak ada perang lagi di dunia ini terlalu
mengada-ada, permohonanku agar kehidupan bangsaku menjadi adli dan makmur terlalu
muluk, atau permintaanku agar seluruh keluargaku hidup bahagia terlalu susah diterima,
maka tolong satu keinginanku ini dikabulkan.
berikan karunia padaku berupa kekuatan agar diri ini mampu melihat setiap makhluk
sebagai saudara terkasih.

Hari selasa kemarin ketika menuju Bali Safari & Marine Park untuk memberikan training
motivasi, mobil yang saya kendarai harus berhenti beberapa kali.
Sebabnya ada beberapa iring-iringan ratusan orang yang sedang melakukan upacara
ngaben.
Lembu putih raksasa yang digotong puluhan pemuda menandakan yang meninggal adalah
kasta tinggi, memaksa setiap orang termasuk motor dan mobil menepi, lalu disusul musik
bali rancak yang dimainkan sepanjang perjalanan.
Beberapa kilometer kemudian menemui pembakaran mayat yang berlangsung, mata ini juga
disuguhi pemandangan dibakarnya peralatan pembawa mayat yang dibuat dengan indah
dan pastinya tidak murah.
Diawal hijrah ke Bali saya syok tatkala mengetahui bahwa setiap ngaben menghabiskan
uang yang tak sedikit, ada yang ratusan bahkan miliar, hati ini tidak terima disaat
mengetahui banyaknya masyarakat yang sampai menjual tanah atau bahkan menghutang.
'selayaknya orang mati tidak menyusahkan yang hidup, dan urusan ke tingkat mana orang
tersebut akan lahir kembali ditentukan oleh karmanya bukan oleh besar upacara', pikir saya
yang masih diliputi ketidakmengertian.
ditambah selentingan yang sudah umum bahwa sebagian besar masyarakat Bali terkesan
'memaksa' melakukan ngaben yang wah demi nama gengsi dan kepentingan ego.
sudah lama pikiran dan pertanyaan seperti diatas kutinggalkan menganga tak terjawab,
sampai kemarin beberapa pertanyaan bertengger kembali di ranting syaraf otak ini.
mengapa tetua Bali mesyaratkan ini semua? mengapa kehilangan anggota keluarga harus
ditambah dengan kehilangan harta?
mengapa semua peralatan yang dibuat dengan indah dan bisa dipakai kembali itu harus
dibakar dan dibuang, bukankah itu sebuah kemubaziran?
Beberapa detik berlalu, sebuah memori melayang dan terlihat jelas dimata ini para Lama di
Tibet yang sedang membuat lukisan indah dari pasir. mereka menyebutnya dul-tson-kyil-
khor, kita menyebutnya dengan istilah Mandala.
Berhari-hari dengan ketelitian tingkat dewa mereka menyusunnya, dan beberapa saat
setelah jadi merekapun menghancurkannya.
Pesan besarnya cuma sebuah kata "annica"
ketidakkekalan, impermanent. semua yang ada nanti tiada dan suatu saat mungkin ada lagi
dan kemudian tidak ada lagi.
Sadar akan annica artinya bahwa kita diminta untuk tidak melekat pada apapun.
Bukan hanya benda, manusia pun sama, dulu yang berkawan menjadi lawan lalu menjadi
sahabat kembali. Ia yang baru lahir, meninggalkan masa balitanya setelah lima tahun, yang
remaja berganti menjadi dewasa dan yang tua mau tak mau harus merelakan nafas
terakhirnya.
Perasaan senang hari ini akan menguap beberapa waktu kemudian dan sang sedih akan
mendekap untuk sementara juga.
Perasaan riang ketika membeli benda berharga selalu dibayangi ketakutan akan kehilangan
atau kerusakan, wajah cantik ala porselen polesan klinik dibarengi kecemasan akan kendur
kembali suatu hari.
semua orang suci hadir mengingatkan hal ini dan untuknya kita diminta selalu dan selalu
belajar untuk tidak melekat pada apapun yang tidak kekal.
Yesus mengatakan "Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab
Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu
perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya."
Buddha berulang bersabda bahwa akar dari penderitaan adalah kemelekatan.
Nabi Muhammad meminta kita untuk ikhlas dan berserah total.
kita pasti mengingat cerita Abraham atau Ibrahim, apakah Ishak atau Ismail tidaklah penting
mendebatkan itu, inti dari kisah tersebut adalah tidak melekat. Jangankan benda, anak
sekalipun bukanlah milik kita.
Disaat kita merasa memiliki benda, apakah benda hidup atau mati, kita melekatkan diri
(ego) kita pada barang itu. Dengan kata lain semakin 'sayang' kita pada benda tersebut
artinya kita semakin tinggi kita meletakkan identitas kita.
Tatkala benda itu lenyap, kita bersedih. Bukan karena benda yang hilang itu kita bersedih,
kesedihan hadir karena kita kehilangan ego yang kita lekatkan pada benda tersebut.
Kembali ke ritual Agama atau kepercayaan dimana begitu banyak energi, waktu, uang yang
dikeluarkan disana, tujuannya adalah agar kita tidak melekat pada apapun.
Berkurban apapun yang kita miliki bukan artinya memberi 'sogokan' pada Tuhan agar kita
mendapat harta yang lebih besar.
Dan tentu juga Pencipta yang Maha Kaya tidak memerlukan benda-benda yang kita miliki
bukan?
satu-satunya yang perlu kita potong, perlu kita bakar, kita lenyapkan adalah ego kita,
perasaan memiliki atau kelekatan pada ketidakkekalan tersebut.
Ngaben dan ratusan pernik ritualnya pasti mempunyai ratusan makna pula didalamnya,
namun inti terdalam adalah "mengembalikan", ada yang dibakar, ada yang dikubur, semua
hanyalah ritual untuk mengembalikan pernik kecil yaitu badan kasar, sementara Atma yang
utama telah melayang.
Dalam perjalanan kehidupan manusia ada yang senang ada yang sedih, yang baru
melahirkan senang dan yang baru ditinggalkan sedih.
kelahiran dan kematian adalah dua ujung dari perjalanan kehidupan manusia, di kedua titik
itu kita bisa melihat simbol yang alam berikan.
sewaktu anak lahir tangannya menggenggam dan ketika seseorang meninggal tangannya
terbuka, seolah alam ingin mengingatkan kita bahwa perjalanan kehidupan adalah
perjalanan melepas, perjalanan menjadi Ikhlas sempurna.
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un
Baru saja membuka email dan mendapat undangan nobar gratis dan diskusi tentang satwa
dari team Kongkow Ijo di Jakarta.
film yang di tonton berjudul BlackFish, tetang "Paus Pembunuh" yang bernama Tilikum yang
telah menghabisi 3 nyawa manusia.
Mengingatkan saya pada kejadian mengenaskan pada pesulap terkenal Roy yang diterkam
oleh macan kesayangannya dalam sebuah pertunjukan di tahun 2003 lalu.
Memang menarik bagaimana kita merespon, bila sang kanivora sejati itu melahap manusia,
kita menyebutnya kejam; namun tidak sebaliknya, jika manusia menjadikan perutnya
sebagai kuburan para binatang.
Film Blackfish yang akan didiskusikan besok malam bukan bercerita tentang gaya hidup
Vegetarian, melainkan cerita tentang apa yang terjadi dibalik pertunjukan satwa yang luar
biasa.
saya dan saya rasa hampir semua dari kita paling tidak, pernah terkagum-kagum ketika
melihat pertunjukan sirkus.
"Bagaimana mereka bisa melatih binatang yang liar tak terkendali itu melakukan apa yang
pawang inginkan?" adalah pertanyaan sejuta umat.
"Pasti dengan kesabaran dan cinta kasih" kata seorang teman.
Tolak ukur yang dipakai teman itu adalah melihat gerakan satwa yang atraktif dan sorot
mata berbinar dari pelatihnya.
Di balik semua image bahagia yang terbentuk di panggung pertunjukan, bukan saja tidak
indah namun acapkali kekejian terjadi.
Mulai penangkapan para hewan itu, pengkandangan, pemberian makan dan penyiksaan
berupa pukulan, tusukan bahkan setrum pun dijadikan sebuah alternatifnya, semua
perbuatan diatas bertujuan pada satu kata "menurut".
Semoga kesimpulan saya salah, setelah menjalani dan mengamati kehidupan sekitar saya
berani mengatakan bahwa ras manusia ini "gila" akan keinginan mengontrol. Keinginan ini
sering menjadi obsesi, semua berasal karena kita mengharapkan kejadian seperti yang kita
inginkan.
Dalam skala besar kita melihat bagaimana pemerintah membuat kartu identitas yang
semakin hari semakin gampang terlacak keberadaan penduduknya.
industriawan menciptakan sistem dimana konsumen menjadi tergantung oleh produk-
produknya. Para pimpinan akan menari girang bila semua karyawannya menurut, dan tentu
yang akan saya bahas lebih panjang dan yang paling tak terbantahkan adalah orangtua pada
"piaraan kecilnya" tentunya.
Siapa yang tidak suka anaknya nurut? , bahkan di berbagai kesempatan arti/makna kata
'cerdas' bagi para orangtua adalah anak yang menuruti perintah ortu/guru.
Lihatlah masyarakat yang memuji seorang anak kecil sebagai anak pintar ketika mau salim,
senyum dan kiss bye bila disuruh.
Bahagianya jadi ortu bila anak disuruh makan, makan, diminta tidur juga ia langsung cuci
kaki, cuci tangan, gosok gigi dan tidur setelah berdoa.
Apalagi bila sudah gedean disarankan untuk masuk ke fakultas tertentu dan anaknya setuju.
Bagi orangtua yang berkeyakinan anak harus nurut pada apapun yang dikehendaki
orangtuanya, sahabat saya punya saran "jangan punya anak tapi belilah robot".
Mirip seperti para pekerja manusia yang tergantikan oleh mesin karena para investor
menginginkan kontrol yang lebih leluasa dan gampang bukan?
Jangan disalah artikan bahwa kita sebagai ortu tidak perlu mengajarkan etika, moral atau
nilai-nilai luhur, semuanya adalah wajib bagi orangtua, namun semua menjadi tidak
produktif ketika kita memilih jalan memaksa anak.
Jangan sampai kisah-kisah di balik panggung sirkus terjadi pada seorang anak. Michael
Jackson mungkin salah satu contoh sempurna bagaimana ayahnya yang terobsesi menjadi
terkenal dan mungkin kaya melampiaskan keinginannya pada anak-anaknya. jakson five
tampil prima dipertunjukan, MJ kecil disebut anak ajaib, tapi ada harga yang sangat mahal
dibalik ketenaran tersebut.
Saya percaya bahwa setiap orangtua pasti bermaksud baik, apalagi pada anak tercintanya,
mereka ingin anaknya menjadi orang besar, hebat, sukses, kaya atau apapun sebutannya.
saya juga bisa memahami bahwa Orangtua pasti mempunyai pengalaman dan pengetahuan
tentang menjalani hidup daripada anak dan merasa mengetahui apa yang baik dan tidak.
Akan tetapi diatas semua itu yang diperlukan adalah sebuah kesadaran, bahwa anak atau
pasangan disamping kita adalah individu yang mempunyai kebebasan dalam memilih jalan
hidupnya.
"Anakmu bukanlah milikmu" adalah tulisan dengan makna spiritual cukup dalam yang tidak
hanya perlu dibaca melainkan dihayati oleh setiap orangtua.
Educare adalah bahasa latin dari Education yang artinya "menarik keluar".
tujuan pendidikan adalah menarik keluar potensi, bakat dan minat anak yang luar biasa yang
terpendam didalamnya.
dan menurut saya hal yang paling awal dan alami yang diperlukan untuk semua makhluk
hidup agar bertumbuh adalah ruang dan waktu.
Memberikan ruang bertumbuh dan orangtua hadir di saat ini adalah 2 pondasi emas di masa
keemasan seorang anak.
Anak dilahirkan di rumah dunia, bukan dipanggung pertunjukan.
Dalam besaran proporsi, selayaknya lebih banyak kita sebagai orangtua yang belajar
daripadanya dibanding sebaliknya
Ia datang dengan kebijaksanaan yang jauh lebih tinggi, hidup di saat ini, melihat tanpa
menghakimi, tersenyum tulus, tidur nyenyak dan jutaan kebijaksanaan lainnya.
Sayang sekali bila ego kita yang bermuara dari kecanduan kita akan pujian, penghargaan,
penerimaan, dan keinginan terlihat sebagai orangtua hebat bertransformasi menjadi
kehendak kuat untuk memaksa si kecil yang murni.
Keharmonisan bukan dicapai dengan mengontrol apalagi memaksa.
Alam telah mengajarkan kita semua untuk menikmati proses melepas.
Biarkan ikan berenang, monyet memanjat, singa mengaum, burung mengangkasa dan
seorang anak menjadi seorang anak, semua mengalir sempurna oleh tuntunan takdir
semesta.
Sudah tak terhitung banyaknya saya mendengar orangtua yang mengatakan bahwa ia
bekerja keras tujuan utamanya adalah agar anak-anaknya tidak mendapatkan kesusahan
seperti dirinya.
Dalam jumlah yang kurang lebih sama pula,saya mendengar para ortu mengeluh bahwa
anaknya sangat manja dan tidak mempunyai semangat, ketekunan atau kegigihan seperti
dirinya.
Tidak usah saya menyimpulkan kedua kalimat diatas, saya percaya kita semua sudah
mengetahui mengapa anak-anak di jaman sekarang tidak mempunyai keuletan seperti masa
lalu.
kelangkaan adalah hal yang penting yang saat ini sudah menjadi langka di kota bahkan juga
di daerah.
Tersedianya TV dan gadget hadiah dari ortu membuat anak malas bergerak, apalagi
ditambah dengan fasilitas mobil yang mengantar anak tepat dipintu sekolah.
Alasan polusi, kecelakaan, juga penculikan anak memang terlihat masuk akal untuk
memproteksi anak pergi sendiri ke sekolah dengan berjalan atau naik sepeda, namun
bagaimana dengan kebutuhan manusia, apalagi anak, untuk bergerak?
apakah orangtua menyediakan waktu untuk bermain atau mengajak berjalan-jalan disore
hari?
Riset menunjukkan bahwa anak yang tidak sarapan namun berjalan, naik sepeda atau
berolahraga dipagi hari sebelum sekolah akan mendapatkan konsentrasi lebih dibandingkan
anak yang sarapan namun tidak bergerak cukup.
Ya, bagaimana dengan hal makanan,
rasanya kita sekarang lebih banyak yang memasang program di otak bahwa "lebih banyak
itu lebih baik daripada lebih sedikit" dengan kata lain kalau mau membeli sesuatu
(utamanya makanan) lebih baik dibanyakin daripada nanti kekurangan.
tindakan ini tentu didasari oleh ketakutan (fear based).
"Anak kurang pintar kalau kurang nutrisi atau anak terlambat perkembangannya kalau
kurang makan" telah menjadi keyakinan kuat yang membuat orangtua lupa kenyataan yang
ada.
Kenyataan itu adalah bahwa para ahli, filsuf atau orang-orang hebat di masa lalu
mempunyai otak cemerlang bukan karena nutrisi yang dijejalkan berlebihan seperti
sekarang ini, bahkan dugaan saya mereka tidak mendapat lebih dari 1/2 porsi nutrisi seperti
AA, DHA, Kholin atau sejenisnya yang sering kita yakini sebagai hal yang akan membentuk
kepintaran.
Ingatkah kita dimasa lalu dimana pemainan tidak selengkap seperti saat ini, anak dipicu
kreatifitas otaknya untuk membuat sesuatu dari bahan yang ada, seperti mobil-mobilan dari
kulit jeruk, wayang dari karton bekas dan banyak lainnya.
lihatlah disetiap marathon, bagaimana negara-negara Afrika selalu mendominasi, padahal
kita semua tahu bagaimana kondisi kelangkaan disana.
Orangtua telah termakan ketakutan yang berasal dari berita dan cerita yang mereka lahap
sendiri, lalu ia menyebarkan ketakutannya pada si kecil yang polos.
Dunia adalah tempat yang ngeri, tempat bertanding, atau berlomba, itulah pesannya, untuk
itulah papa mama akan menyediakan semua yang kamu butuhkan Nak.
Pertanyaan besarnya adalah apa yang benar-benar dibutuhkan si anak?
ditengah berjibunnya makanan dan tumpukan permainan saat ini tentu tidak bisa disangkal
bahwa Cinta lah hal yang paling esensial bagi seorang anak.
tapi apakah Cinta itu??
sulit menjawabnya dengan sebuah kalimat sampai suatu saat saya membaca sebuah papan
bijak yang bertuliskan.
'Bagi Seorang anak CINTA dibaca W.A.K.T.U"

Satu hal lagi yang sangat penting yang terlewatkan di


artikel kemarin ( http://bit.ly/12zMot8 ) tentang mengapa kita makan banyak adalah:

Bahwa kita makan banyak , berkalori tinggi, atau bergula tinggi karena orangtua kita tidak
suka mendengar kita menangis atau masyarakat sekitar tidak sanggup melihat kita sedih.

sudah umum di budaya dunia ini, ketika seorang anak terjatuh dan menangis tak henti-
henti, ortu membelikan sesuatu yang manis untuk membungkam tangisan anak. ketika ada
anak remaja yang sedih,diajaklah untuk makan ice cream atau coklat atau makan yg penuh
karbohidrat.

Memang karbo dan turunannya termasuk gula memicu beberapa hormon di otak yang
membuat seseorang nyaman, namun sifatnya hanyalah sementara.
Seseorang mungkin sekali akan berhenti tangisannya atau seorang remaja akan lupa pada
kejadian itu untuk sementara.

Karena kejadian ini berulang maka terbentuklah jalinan pola dalam otak seseorang, pola itu
membentuk program "kalau ada masalah makanlah yang banyak dan kamu akan merasa
nyaman" (seolah-olah masalahnya selesai)

ini yang membuat mengapa para ahli kesehatan menngatakan bahwa sebagian besar
penyakit akibat psikologis, dan bila seseorang hanya merubah pola makan tanpa pola pikir
yang telah tertanam maka akan sulit untuk orang tersebut sembuh.

Sekarang saya akan membahas tentang Kanker, tumor dan sejenisnya seperti janji saya
kemarin.

Sebelumnya Harap diingat. Tulisan dibawah ini bukanlah rekomendasi, saya bukanlah dokter
yang mempunyai wewnang secara hukum untuk menyarankan atau tidaknya.

Kita mulai.

Mendiang Stephen Covey, Guru liar bias penulis mega Best Seller 7 Habbit mengatakan, "the
way we see problem is the problem" - Cara kita melihat masalah, itulah masalahnya

ada sebuah istilah doctor as gardener and doctor as mechanic , dokter sebagai tukang kebun
dan dokter sebagai mekanik.
Ditimur penyembuh dipandang sebagai tukang kebun,bila ada tanaman yang sakit maka
pendekatannya adalah merawatnya, sementara dibarat karena pandangan mekanik yang
melekat ketika ada yang tidak beres maka solusinya adalah potong, buang dan ganti.

Walaupun saat ini pandangan barat telah banyak bergeser namun coba lihat masih
banyaknya bagaimana para penyembuh yang diakui ini memperlakukan tubuh bila sedang
sakit,

Saat ini banyak orang memandang virus dan bakteri adalah sesuatu yang jahat dan harus
dienyahkan.
kita memeranginya dengan antibiotik, antiseptik dan segala macam kimia yang telah sukses
memperkaya pemilik pabrik farmasi, namun Pertanyan besarnya, setelah perang yang tak
pernah berhenti ini kita lakukan , apakah virus dan bakterinya menjadi lebih lemah atau
lebih kuat?
kita semua sudah tahu jawabannya.

Belasan kali dokter menyarankan amandel saya untuk dipotong sewaktu saya kecil karena
dipikir itulah masalah dan penyebab utamanya dari sakit tenggorokan saya.
hari ini saya sangat bersyukur karena operasai tersebut tidak pernah terjadi.
dibanding teman sekitar dan keluarga besar sekarang saya termasuk yang paling jarang
terkena sakit disekitar tenggorokan saya.

Kanker dan tumor adalah sel yang jenius, itulah cara saya memandang mereka.
saya sama sekali tidak melihat mereka adalah sesuatu species yang jahat.

Sel kanker adalah sel kita juga yang telah bermutasi dengan sangat luar biasa sehingga
mereka bisa tumbuh lebih cepat daripada sel yang lain.

Siapa yang membuatnya menjadi jenius begitu, tentu kita sendiri. ketika kita memberi label
mereka jahat dan diperangi maka itu sama seperti kita menmerangi atau menghukum anak
kita yang sedang aktif.

Anak aktif sering kita label dengan sebutan "anak nakal","anak pemberontak".
Siapa yang membuat si anak aktif, apakah ia tumbuh membawa genetik dari orang luar?
apakah dia mendapatkan sesuatu diluar lingkungannya?
Tentu tidak.
Semua itu terjadi karena lingkungan, apa yang ia konsumsi dan juga sedikit faktor genetik
yang ada.

Kita semua memiliki sel Kanker, sel yang aktif yang akan menjadi hiperaktif bila sebuah
keadaan yang medukungnya terjadi terus menerus.

Seperti seseorang anak yang menjadi "nakal" karena banyaknya konsumsi zat yang
membuat ia menjadi aktif (Gula, MSG dan sejenisnya) dan tidak banyaknya cinta yang
membuat ia tenang begitupula dengan Kanker.
Dr Otto Heinrich Warbug , peraih penghargaan Nobel tahun 1931 pernah mengatakan
bahwa semua jenis kanker mempunyai 2 kondisi dasar yaitu Acidosis (tubuh yang asam) dan
Hypoxia (kekurangan oksigen)

Gula, kopi, teh, semua protein hewani ( susu,telur daging) juga makanan yang diproses
adalah makanan yang membuat tubuh menjadi asam sementara stres, selain membuat
tubuh menjadi asam, dikala stres manusia cenderung untuk bernafas pendek dan tidak
teratur yang akhirnya menyebabkan kurangnya oksigen dalam tubuh.

Yang selalu saya sarankan pada siapapun yang bertanya menenai bagaimana
menyembuhkan Kanker, tumor dan sejenisnya adalah sama seperti setiap orangtua yang
bertanya bagaimana mengatasi anaknya yang "nakal"

1. Rubahlah cara memandang , jangan memandang dan memberi label "anak nakal"
begitupula jangan memandang kanker adalah jahat.
Mulailah dengan bertanggungjawab bahwa ada banyak peran diri ini yang membuat mereka
menjadi "nakal/jenius" seperti ini.

2. kurangi asupan yang membuat meneka menjadi aktif. yang saya sarankan adalah
menghilangkan semua panganan yang membuat tubuh menjadi asam (seperti yg tertulis
diatas) dari daftar diet.
dan gantilah dengan sayur dan buah yang tidak banyak diproses (dimasak, diawetkan, dll)
Dan sering-seringlah berpuasa, mengapa? logika saya sangat sederhana.
Sel kanker karena percepatan pertumbuhannya maka ia lebih memerlukan makanan
daripada sel normal, jika seseorang puasa maka yang sel normal lebih bisa bertahan
daripada sel kanker yang "rakus" tersebut.

3 Sayangi diri, beri perhatian pada semua anggota tubuh terutama pada anggota/organ
tubuh yang mempunyai sel kanker.

Dokter yang saya kagumi ,Bernie Siegel MD, dalam buku yang menjadi salad satu favourite
saya 'Love Medicine and Miracle' menulis “All disease is ultimately related to a lack of love “.
Pada akhirnya semua penyakit berhubungan dengan kurangnya cinta

satu lagi manfaat puasa yang luar biasa

selamat menikmati Puasa, silakan artikel ini di share bila dirasa baik dan berguna.

Menunggu sahabat sedang bercengkrama tentang kekecewaan pada sahabat lainnya, ku


biarkan diriku pindah ke ruang sebelah dan
memandangi liuk keemasan sebatang kara arwana yang ditemani 50 an ikan kecil beserta
vibrasi kecemasanya.

ikan kecil itu sadar bahwa kapanpun hidupnya bisa berakhir, mirip dengan seseorang yang
tervonis pindana mati yang dimana banding, grasi dan PK enggan dihadirkan sekalipun
untuk menengoknya.

ikan dan narapidana itu mungkin sekali berdoa setiap saat agar hidupnya lebih lama,
tepatnya hidup lebih lama dalam ketakutan.

Dalam skala berbeda apa yang terjadi di dalam akuarium dan dibalik jeruji tidak ada
bedanya dengan kita semua yang terpenjara dalam dunia dan terkerangkeng dalam tubuh
ini.
Pertanyaannya berapa banyakkah dari kita yang sadar bahwa kematian bisa menjenguk kita
kapanpun?
sadarkah kita, bahwa kita semua ini telah di vonis mati dan tanpa pernah tahu kapan
eksekusi itu akan dilakukan

setiap hari kita melihat atau mendengar orang lain meninggal, namun kita merasa itu hanya
akan terjadi tidak dalam waktu dekat.
kita melihat bayangan malaikat pencabut nyawa seperti arwana dan algojo ketika usia uzur
atau dalam kondisi kesehatan yang kritis.

kematian adalah Guru besar, ia mengajarkan ketidakkekalan dan banyak hal lainnya, sayang
tidak banyak yang mau dan siap menghadapinya, kebanyakan kita takut atau
menyangkalnya.

"Nanti kalau saya mati bagaimana dengan kehidupan anak dan istri saya?" seorang sahabat
bertanya
belum saya sempat menjawab teman lain langsung menyahut "Jangan berperan menjadi
Tuhan ya, bahwa kehidupan orang lain itu tergantung kamu, ada banyak janda dan yatim
yang baik-baik saja setelah ditinggal suami dan bapaknya, bahkan ada yang lebih baik
hidupannya"

Kematian kita takuti karena kita tidak siap menghadapinya, kita merasa tidak cukup bekal
yang akan dibawa.
Wajar sekali, karena setiap hari manusia mengumpulkan sesuatu yang akan ditinggal kelak,
sementara jarang Ia mengkoleksi sesuatu yang akan dibawanya
Disisi lain ketakutan ini bertambah dengan banyaknya memori bernada seram tentang apa
yang terjadi setelah sesorang meninggal.

“You don't know how to live until you learn how to die.”
kata Prof Morrie Schwartz dalam buku fenomenal "Tuesday with Morrie" karangan
muridnya Mitch Albom.
Belajar kematian selalu mengingatkan saya pada bangsa Tibet dimana terlahir sebuah buku
yang berjudul Tibetan Book of The Dead.
Buku ini tidak hanya menjelasakan tentang apa yang terjadi saat dan setelah kematian, juga
tidak hanya menyarankan kita untuk duduk hening dan membayangkan kematian agar kita
siap kala maut tiba namun juga menuntun kita pada alam misteri itu.
"Mati selagi hidup" ini adalah istilah yang digunakan beberapa Guru spiritual di India, yg
dalam praktiknya mungkin sama seperti apa yang diucapkan Nabi Muhammad dalam hadis
"Matilah sebelum kematianmu tiba"
Seorang Guru pernah berkata" Bagaimana mungkin kita mengharap bertemu dengan
Pencipta setelah kematian,sementara selama hidup kita tidak bisa menenumuiNya, bahkan
tidak mau mengambil langkah kearahNya."

Bagi kebanyakan orang jangankan belajar kematian, membayangkan saja sudah membuat
perasaan kacau,
namun kebalikan bagi sedikit orang, yang di dunia Sufi disebut Kekasih Allah, setiap saat
mereka rindu untuk pulang dan bertemu denganNya.

kerinduan inilah yang perlu dibangkitkan, dengan cara belajar ke dalam sehingga kesadaran
bangkit dan membangunkan jiwa kita yang tertidur.
alangkah anehnya kita belajar begitu banyak hal yang tidak pasti dan tidak menghiraukan
satu-satunya Guru yang pasti menjenguk kita semua yaitu kematian.

PEMUDA kurus, tinggi, dan agak pucat, dan kelihatan

lemah tapi baik hati dan sopan santun pada siapa pun, yang selama ini

menjadi imam masjid kami dan menjadi guru ngaji anak-anak di kompleks

perumahan kami itu, tiba-tiba lenyap bagai ditelan Bumi. Tak seorang

pun tahu ke mana ia pergi, tak sepatah kata pun pesan ditinggalkan

pada Rt, Rw, atau pengurus masjid yang selama ini memberinya

tumpangan tempat tinggal.

Memang ia bukan penumpang gratis. Sebaliknya, ia memberi kami lebih

banyak dari yang ia peroleh. Kecuali menjadi imam masjid dan guru

ngaji anak-anak, ia juga guru kami. Pemuda inilah yang mengajari kami

tahlilan, membaca doa, menyanyikan pujian, salawat, dan yasinan dan

ritus-ritus lain. Ia kami kagumi karena kesalehannya.

Kompleks perumahan kami dihuni kaum terpelajar, orang kota, modern,

maju, pegawai kantoran, punya status terhormat, dan makmur tapi tak
satu pun bisa membaca kitab suci Al Quran. Tak seorang pun,

ibaratnya, bisa membedakan huruf "alif" sebesar tugu Monas, dan "ba"

selebar danau Singkarak. Kalau ada yasinan, semua mencoba memegang

kitab, dan pura-pura membacanya, dan kalau orang sebelahnya membalik

halaman berikutnya, mereka pun mengikuti, sambil komat-kamit, seolah-

olah bisa membaca. Ada yang memakai pici, dan bahkan surban, seolah-

olah ia kiai beneran.

Hilangnya anak ini membuat kami mati kutu, dan tak bisa lagi berbuat

serba seolah-olah seperti tadi. Kami lalu sibuk mencari. Mustahil

kalau ia hilang beneran dan tak bisa ditemukan. Sebanyak itu

penghuni, mustahil tak bisa menemukannya. Dan memang mustahil, karena

tiba-tiba-ini yang membuat banyak pihak "shock", kaget, heran, tak

habis pikir-si pucat kurus yang baik hati dan saleh, dan diam-diam

kami kagumi itu ditemukan mabuk-mabukan dan ditangkap polisi bersama

segerombolan pemuda anggota "Pangunci": Paguyuban Ngunjuk Ciu, alias

rombongan peminum serius.

"Edan, ternyata kita tertipu," kata seseorang.

Kekecewaan pun menggumpal di hati seluruh penduduk kompleks itu.

Orang-orang yang cepat memuja, cepat memuji, cepat kagum, cepat

terpesona, di mana-mana, akhirnya menemui kegetiran dan ironi hidup:

mereka cepat pula kecewa.

"Salah kalian sendiri," pikir saya.

Suatu hari, ia kembali ke masjid tapi tak seorang pun menegurnya. Ia

juga tak lagi dijadikan imam, atau guru ngaji. Ia di-singkang-


singkang oleh mantan para pemujanya. Dan ia tampaknya tak gusar

menghadapi perubahan sikap ini. Ia-seperti dulu-tetap tenang. Bahkan

ia masih tenang-tenang ketika dilarang tinggal di kamar khusus yang

dulu disediakan untuknya. Maka, ia pun tidur di serambi seperti maaf,

kere tidur di emper toko.

Saya dekati ia dengan cara khusus. Saya bawa ia pada suatu malam,

ketika tak seorang pun tahu, ke rumah saya. Kami lalu dialog perkara

hidup. Hakikat dan inti ibadah ia paparkan. Ia mengajari saya

tindakan ikhlas, lahir batin, tanpa pamrih. Orang ikhlas, dalam

bahasa dia, disebut mukhlis.

"Saya ingin jadi mukhlis tapi gagal. Di sini orang memuji-muji saya,

dan diam-diam saya senang. Lama-lama, saya ngaji, shalat, berdoa,

berzikir, buat memperteguh citra bahwa saya saleh. Saya shalat bukan

menyembah Allah, tapi menyembah kesalehan saya, menyembah citra diri

saya, dan kepentingan saya. Dan ini bukan tindakan ikhlas. Saya bukan

seorang mukhlis. Saya takut pada Allah. Saya tinggalkan rumah-Nya.

Saya mabuk-mabukan, dan baru kemudian, di tengah caci maki orang

banyak, saya temukan kedamaian. Baru tadi saya shalat buat Allah,

menyembah Allah, dan bukan menyembah citra diri..."

"Edan," pikir saya. Setua ini belum pernah saya punya kesadaran macam itu. Dan bocah ini
memilikinya. Saya malu. Malu sekali pada diri sendiri. Ia memberi saya banyak pelajaran. Ia
memang guru. Guru sejati. Dia guru kehidupan. [MDT]
Menghukum menghindar atau memperbaiki?
anak saya Rigpa tertarik sekali dengan hewan, terutama anjing dan kucing, setiap kali
melihat, ia ingin sekali bermain, tak terkecuali sewaktu retreat meditasi.

ketika mendekat, Anjing tersebut mencoba mengigit kaki saya, berutung saya cepat
menghindar sehingga walaupun giginya menyentuh, kaki saya tidak luka.

seorang Dokter hewan yang duduk kurang dari 2 meter dari TKP (Tempat Kejadian
Penggigitan) menjelaskan bahwa sebelumnya anjing tersebut sangatlah baik, namun setelah
terjadi kekerasan pada dirinya saat hendak divaksin, perangainya berubah drastis. Dokter itu
menegaskan bahwa ada luka trauma yang cukup dalam pada diri anjing tersebut.

seperti diketahui bahwa setelah lama bebas, beberapa tahun yang lalu Rabies mewabah
kembali di Bali.

walaupun sudah ditegaskan oleh para ahli bahwa tidak pernah terjadi dalam sejarah dunia,
rabies dapat dihilangkan dengan cara membunuh anjing liar,namun metode itulah yang
digunakan ditahun-tahun awal.

setelahnya seorang wanita pencinta anjing bertahun tahun melakukan tindakan heroik
akhirnya membuahkan hasil, yaitu merubah kebijaksanaan dari membunuh menjadi
memberi vaksin.

Kekerasan dalam membunuh atau memberi vaksin anjing tanpa tuan terekam oleh anjing
lain yang belum menjadi target. Perlakuan itu seringkali menimbulkan trauma yang dalam
bagi anjing-anjing tersebut, sehingga reaksi yang muncul terkadang agresif.

penjelasan dokter diatas kembali mengingatkan saya untuk selalu melihat lebih dalam pada
setiap kejadian, terutama kejadian-kejadian yang sering di beri label negatif.

Tanpa pengertian yang dalam, kita pasti terhanyut oleh gelombang emosi diri sendiri.

Dengan gampangnya kita marah pada anak yang nakal, kita membenci mereka yang menipu
dan mendendam pada mereka yang bicaranya keras dan kasar.

kita lupa bahwa pasti ada sebab dibalik kenakalan anak, atau perbuatan orang dewasa yang
tak seharusnya.

Seperti luka atau peradangan akut di organ dalam seseorang yang acap kali menimbulkan
aroma mulut yang kurang sedap, seperti itulah yang terjadi ketika kata-kata kasar atau
kalimat pedas terucap dari seseorang, pasti ada luka bathin yang belum tersembuhkan di
orang tersebut.

Pertanyaan besarnya adalah apa tugas kita?

menghukum, menghindar atau memperbaiki?

menghindar tentu adalah cara tergampang sementara menghukum hampir selalu


meninggalkan luka baru.
Memperbaiki memang sebuah jalan yang paling berliku, dimana kita harus menghadapi
kenakalan si anak atau kebisingan yang tidak sedap, namun saya percaya ketika sebuah
masalah menghampiri diri, itu artinya alam semesta sedang menujuk kita untuk
memperbaikinya.

Dalam pandangan spiritual, menghadapi masalah berikut memperbaiki seseorang atau


sesuatu bertujuan bukan untuk orang lain namun untuk memperbaiki diri sendiri.

masalah hadir dan menengok kita, agar kita melihat lebih dalam, ketika kita melihat lebih
dalam barulah kita mengerti, dan hanya pengertian yang dalam cinta hadir. inilah yang
dikatakan seorang yang tercerahkan Rumi "from undertanding comes love"

Di tingkatan Cinta seperti ini, gigitan anjing, nakalnya anak, tipuan rekan bisnis, atau
hardikan orang telah bertransformasi menjadi kesempatan langka untuk memurnikan hati
serta menyempurnakan kasih yang ada didalam.

"Rigpa Matic" begitu kami mencandainya ketita ada yang bertanya "kok belum punya gigi?"

Satu putaran matahari Rigpa menemani kami di bumi ini, setahun juga kami mengamati ada
dua pertanyaan peringkat teratas yang paling sering ditanyakan orang setelah "Namanya
Siapa?" adalah "umur berapa?" dan "sudah bisa apa?". dua pertanyaan terakhir paling
banyak ditanyakan oleh orangtua yang anaknya seumuran dengan Rigpa.

Ada yang merasa bangga sambil membeberkan keunggulan anaknya yang telah tumbuh
giginya, berjalan dan berbicara sementara yang lain sedih karena anaknya belum mencapai
kemampuan yang diharapkan.

Bertanya dengan intensi belajar tentu harus selalu dikembangkan namun bila bertanya
disertai dengan niat membandingkan lalu ujung-ujungnya untuk menonjolkan "aku" tentu
perlu dipertimbangkan esensinya.

Selalu kami jelaskan bahwa pertumbuhan anak tidak sama dengan pertumbuhan uang yang
dideposito, setiap anak adalah unik begitu pula dengan perkembangan fisik dan bathinnya.
Daripada bergulat dengan kecemasan dan ketakutan alangkah baiknya orangtua menyirami
anaknya dengan welas asih dan perhatian bagi tumbuh kembangnya.

budaya persaingan yang bersaudara kembar dengan budaya membandingkan memang telah
beranakpinak didalam otak primitif manusia.
Dari kegiatan bisnis sampai dengan permainan olaraga, semboyan olimpiade Higher,
Stronger, Faster telah menjadi candu dalam benak kita.
padahal dengan mata kepala sendiri kita melihat dan mengetahui melalui penelitian bahwa
mereka-mereka yang diberi cap "orang bahagia" adalah mereka yang Rendah hati, Lemah
lembut dan tidak terburu-buru apalagi bernafsu untuk mengalahkan pihak lain.
sering saya bertanya, apakah tujuan kita mendidik dan membesarkan anak kita?
untuk menjadi pemenang, juara, nomor satu dalam peraihan angka dan pengumpulan
materi atau untuk menjadi seseorang yang selalu bahagia yang welas asih dalam tindakan,
perkataan dan pikiran.

disekolah, persaingan terwujud dalam bentuk rangking, bahkan berlaku juga secara
langsung ataupun tidak pada anak TK yang belum melek angka apalagi huruf.
sementara dirumah orangtua seringkali membandingkan antara kakak dan adiknya atau
dengan keponakannya, yang paling celaka adalah membandingkan anaknya dengan artis
cilik.

pernah suatu hari seorang anak yang sedang bersedih datang dan mengungkapkan
kekecewaannya terhadap ayahnya yang selalu membandingkan dia dengan Joshua yang
berpenghasilan milyaran rupiah sewaktu berusia sama dengannya, sementara dia diberi
label anak yang kerjaannya menghabiskan uang bapaknya.

saya menyarankan kepada anak itu untuk berbicara langsung ke bapaknya seperti ini " Pa,
Papa tahu Obama?" , "Obama itu seumur Papa sudah jadi Presiden, Papa kok dari dulu jadi
manager aja sih?" :))
kita orang dewasa juga tidak suka dibandingkan, coba kalau saja Kartika membandingkan
suaminya yang kerempeng ini dengan Brad Pitt pasti ia sudah menceraikan saya

Anak-anak hadir dengan kebijaksanaan lebih tinggi, sudah terlalu sering kita mencekoki
mereka dengan ilmu-ilmu rendah seperti menganalisa, menginterpretasi, memberi label dan
sejenisnya, sekarang waktunya belajar kembali ilmu kelas tinggi "melihat apa adanya",
menikmati hal-hal remeh, tampil sederhana, tersenyum dan tertawa tanpa alasan, tanpa
ego.

Sudah cukup waktu yang dihabiskan untuk menengok dan mempergunjingkan rumput
tetangga, saatnya menggali dan masuk untuk menemukan harta tak ternilai yang
terkandung di taman diri ini.
Berikut ini adalah cerita masa muda Dr. Arun Gandhi (cucu dari
Mahatma Gandhi - Pendiri Lembaga M.K.Gandhi)

Waktu itu saya masih berusia 16 tahun dan tinggal bersama orang tua di sebuah lembaga
yang didirikan oleh kakek saya,

di tengah-tengah kebun tebu, 18 mil di luar kota Durban, Afrika Selatan.

Kami tinggal jauh dipedalaman dan tidak memiliki tetangga.

Tak heran bila saya dan dua saudara perempuan saya sangat senang

bila ada kesempatan pergi ke kota untuk mengunjungi teman atau menonton bioskop.

Suatu hari, ayah meminta saya untuk mengantarkan beliau ke kota untuk menghadiri
konferensi sehari penuh.

Dan, saya sangat gembira dengan kesempatan itu.

Tahu bahwa saya akan pergi ke kota, ibu memberikan daftar belanjaan yang ia perlukan.

Selain itu, ayah juga meminta saya untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang lama
tertunda,

seperti memperbaiki mobil di bengkel.

Pagi itu, setiba di tempat konferensi, ayah berkata,

“Ayah tunggu kau disini jam 5 sore. Lalu kita akan pulang ke rumah bersama-sama.”

Segera saja saya menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang diberikan oleh ayah saya.

Kemudian, saya pergi ke bioskop.


Wah, saya benar-benar terpikat dengan dua permainan John Wayne sehingga lupa akan
waktu.

Begitu melihat jam menunjukkan pukul 17:30,

langsung saya berlari menunju bengkel mobil dan terburu-buru menjemput ayah yang
sudah menunggu saya.

Saat itu sudah hampir pukul 18:00.

Dengan gelisah ayah menanyai saya, “Kenapa kau terlambat?”

Saya sangat malu untuk mengakui bahwa saya menonton film John Wayne sehingga saya
menjawab,

“Tadi, mobilnya belum siap sehingga saya harus menunggu.”

Padahal, ternyata tanpa sepengetahuan saya, ayah telah menelepon bengkel mobil itu.

Dan, kini ayah tahu kalau saya berbohong.

Lalu ayah berkata,

“Ada sesuatu yang salah dalam membesarkan kau sehingga kau tidak memiliki keberanian
untuk menceritakan kebenaran pada ayah.

Untuk menghukum kesalahan ayah ini, ayah akan pulang ke rumah dengan berjalan kaki
sepanjang 18 mil dan memikirkannya baik-baik.”

Lalu, ayah dengan tetap mengenakan pakaian dan sepatunya, ayah mulai berjalan kaki
pulang ke rumah.

Padahal hari sudah gelap, sedangkan jalanan sama sekali tidak rata.

Saya tidak bisa meninggalkan ayah, maka selama lima setengah jam, saya mengendarai
mobil pelan-pelan di belakang beliau,

melihat penderitaan yang dialami oleh ayah hanya karena kebohongan bodoh yang saya
lakukan.

Sejak itu saya tidak pernah akan berbohong lagi.

“Sering kali saya berpikir mengenai peristiwa ini dan merasa heran.

Seandainya Ayah menghukum saya sebagaimana kita menghukum anak-anak kita,


maka apakah saya akan mendapatkan sebuah pelajaran mengenai tanpa kekerasan?

Saya kira tidak. Saya akan menderita atas hukuman itu dan melakukan hal yang sama lagi.

Tetapi, hanya dengan satu tindakan tanpa kekerasan yang sangat luar biasa,

sehingga saya merasa kejadian itu baru saja terjadi kemarin.

Itulah kekuatan tanpa kekerasan.”


Menunggu kematian

Menunggu sahabat sedang bercengkrama tentang kekecewaan pada sahabat lainnya, ku


biarkan diriku pindah ke ruang sebelah dan
memandangi liuk keemasan sebatang kara arwana yang ditemani 50 an ikan kecil beserta
vibrasi kecemasanya.

ikan kecil itu sadar bahwa kapanpun hidupnya bisa berakhir, mirip dengan seseorang yang
tervonis pindana mati yang dimana banding, grasi dan PK enggan dihadirkan sekalipun
untuk menengoknya.

ikan dan narapidana itu mungkin sekali berdoa setiap saat agar hidupnya lebih lama,
tepatnya hidup lebih lama dalam ketakutan.

Dalam skala berbeda apa yang terjadi di dalam akuarium dan dibalik jeruji tidak ada
bedanya dengan kita semua yang terpenjara dalam dunia dan terkerangkeng dalam tubuh
ini.
Pertanyaannya berapa banyakkah dari kita yang sadar bahwa kematian bisa menjenguk kita
kapanpun?
sadarkah kita, bahwa kita semua ini telah di vonis mati dan tanpa pernah tahu kapan
eksekusi itu akan dilakukan

setiap hari kita melihat atau mendengar orang lain meninggal, namun kita merasa itu hanya
akan terjadi tidak dalam waktu dekat.
kita melihat bayangan malaikat pencabut nyawa seperti arwana dan algojo ketika usia uzur
atau dalam kondisi kesehatan yang kritis.

kematian adalah Guru besar, ia mengajarkan ketidakkekalan dan banyak hal lainnya, sayang
tidak banyak yang mau dan siap menghadapinya, kebanyakan kita takut atau
menyangkalnya.

"Nanti kalau saya mati bagaimana dengan kehidupan anak dan istri saya?" seorang sahabat
bertanya
belum saya sempat menjawab teman lain langsung menyahut "Jangan berperan menjadi
Tuhan ya, bahwa kehidupan orang lain itu tergantung kamu, ada banyak janda dan yatim
yang baik-baik saja setelah ditinggal suami dan bapaknya, bahkan ada yang lebih baik
hidupannya"

Kematian kita takuti karena kita tidak siap menghadapinya, kita merasa tidak cukup bekal
yang akan dibawa.
Wajar sekali, karena setiap hari manusia mengumpulkan sesuatu yang akan ditinggal kelak,
sementara jarang Ia mengkoleksi sesuatu yang akan dibawanya
Disisi lain ketakutan ini bertambah dengan banyaknya memori bernada seram tentang apa
yang terjadi setelah sesorang meninggal.

“You don't know how to live until you learn how to die.”
kata Prof Morrie Schwartz dalam buku fenomenal "Tuesday with Morrie" karangan
muridnya Mitch Albom.
Belajar kematian selalu mengingatkan saya pada bangsa Tibet dimana terlahir sebuah buku
yang berjudul Tibetan Book of The Dead.
Buku ini tidak hanya menjelasakan tentang apa yang terjadi saat dan setelah kematian, juga
tidak hanya menyarankan kita untuk duduk hening dan membayangkan kematian agar kita
siap kala maut tiba namun juga menuntun kita pada alam misteri itu.
"Mati selagi hidup" ini adalah istilah yang digunakan beberapa Guru spiritual di India, yg
dalam praktiknya mungkin sama seperti apa yang diucapkan Nabi Muhammad dalam hadis
"Matilah sebelum kematianmu tiba"
Seorang Guru pernah berkata" Bagaimana mungkin kita mengharap bertemu dengan
Pencipta setelah kematian,sementara selama hidup kita tidak bisa menenumuiNya, bahkan
tidak mau mengambil langkah kearahNya."

Bagi kebanyakan orang jangankan belajar kematian, membayangkan saja sudah membuat
perasaan kacau,
namun kebalikan bagi sedikit orang, yang di dunia Sufi disebut Kekasih Allah, setiap saat
mereka rindu untuk pulang dan bertemu denganNya.

kerinduan inilah yang perlu dibangkitkan, dengan cara belajar ke dalam sehingga kesadaran
bangkit dan membangunkan jiwa kita yang tertidur.
alangkah anehnya kita belajar begitu banyak hal yang tidak pasti dan tidak menghiraukan
satu-satunya Guru yang pasti menjenguk kita semua yaitu kematian.

SEPATU BUTUT

"Baiklah memberi bila diminta, tapi lebih baik memberi tanpa diminta, melalui pengertian.

Dan dengan tangan terbuka mencari seorang yang akan menerima membawa kebahagiaan
lebih besar daripada sekadar memberi."

- Kahlil Gibran-
Suatu sore,seorang mahasiswa berjalan bersama dosennya.

Ketika mereka melihat sepasang sepatu butut di tepi jalan.

Mereka yakin sepatu tersebut milik seorang pekerja rendahan yang bekerja dihutan.

Sang mahasiswa berpaling pada dosennya seraya berkata,

"Mari kita sembunyikan sepatunya,lalu kita bersembunyi dibalik semak-semak dan

melihat apa yang terjadi kemudian."

Dosen itu menjawab,"Sobatku, kita tidak seharusnya bersenang-senang dengan

mengorbankan orang miskin.

Engkau dapat melakukan sesuatu yang lebih baik,

dan itu akan mendatangkan kesenangan besar dalam dirimu.

Caranya adalah memasukkan uang kedalam kedua sepatu bututnya.

Setelah itu kita bersembunyi untuk melihat reaksi orang tersebut."

Mahasiswa itu pun melakukan apa yg dikatakan dosennya,

lalu mereka bersembunyi di balik semak-semak.

Tak lama kemudian, si empunya sepatu keluar dari hutan dan

bergegas mengambil sepatunya.

Ketika memasukkan salah satu kakinya,ia merasakan ada benda yg mengganjal.

Ia pun merogoh ke dalam sepatu.

Ia nampak terkejut dan terheran karena ada uang dalam sepatunya.

Ia memegang sambil menatap uang tersebut,

lalu melihat ke sekeliling apakah ada org di sekitarnya.

Tapi,ia tidak melihat seorangpun disana.

Lalu ia memasukkan uang tersebut kekantongnya,sambil memasang sepatu lainnya.

Tapi, lagi-lagi ia terkejut karena ada uang dalam sepatunya yang satu lagi.

Perasaan haru menguasainya, ia jatuh tersungkur dan menengadah ke atas.

Doa ucapan syukur terdengar jelas dari mulutnya.


Ia berbicara mengenai istrinya yang sakit, serta anaknya yang kelaparan karena tak ada
uang.

Ia bersyukur atas kemurahan yang Tuhan berikan melalui orang yg ia tidak ketahui.

Melihat hal itu,sang mahasiswa meneteskan airmata.

Ia berpaling pada dosennya seraya berkata,

"Kau telah memberiku pelajaran yang tak kan kulupakan.

Kini aku mengerti bahwa lebih berbahagia memberi daripada menerima".

Tenzing Norgay

Setelah Sir Edmund Hillary bersama Tenzing Norgay (pemandu/sherpa) kembali dari puncak
Mt Everest, hampir semua reporter dunia berebut mewawancarai Sir Edmund Hillary, &
hanya ada satu reporter yg mewawancarai Tenzing Norgay, berikut cuplikannya :

Reporter : "Bagaimana perasaan Anda dgn keberhasilan menaklukkan puncak gunung


tertinggi di dunia?"

Tenzing Norgay : "Sangat senang sekali"

Reporter : "Anda khan seorang Sherpa (pemandu) bagi Edmund Hillary, tentunya posisi
Anda berada di depan dia, bukankah seharusnya Anda yg menjadi orang pertama yang
menjejakkan kaki di puncak Mount Everest?"
Tenzing Norgay : "Ya, benar sekali. Pada saat tinggal satu langkah mencapai puncak, saya
persilahkan dia (Edmund Hillary) untuk menjejakkan kakinya dan menjadi orang pertama di
dunia yang berhasil menaklukkan Puncak Gunung Tertinggi di dunia".

Reporter : "Mengapa Anda lakukan itu?"

Tenzing Norgay : "Karena itulah IMPIAN Edmund Hillary, bukan impian saya. Impian saya
hanyalah berhasil membantu dan mengantarkan dia meraih IMPIAN-nya".

Di sekitar kita, banyak sekali orang seperti Sir Edmund Hillary & Tenzing Norgay.

Pepatah mengatakan, "Bila Anda hendak jadi pahlawan, harus ada yg bertepuk tangan di
pinggir jalan". Di dunia ini, tdk semua manusia berkeinginan & memiliki impian seperti Sir
Edmund Hillary, menjadi pahlawan. Mrk ini cukup berbahagia dng memberikan pelayanan
dengan membantu org lain mencapai impiannya. Mrk merasa cukup menjadi "orang-orang
yg bertepuk tangan saja dipinggir jalan". Kadang, orang-orang seperti ini diperlakukan
ibarat "telor mata sapi". Yang punya telur si Ayam, yg tersohor malah Sapi.

Sudahkah Anda menghargai, menghormati & mengangkat orang-orang seperti Tenzing


Norgay dalam tim Anda? Mungkin Tenzing Norgay kita adalah suami kita, istri kita, anak2
kita, merekalah orangorang yang patut kita hargai karena mereka kita mencapai IMPIAN
kita.

PEGOLF YANG MURAH HATI

Suatu ketika Roberto De Vincenzo, seorang pemain golf Argentina yang terkenal itu

memenangkan sebuah turnamen golf profesional yang berhadiah uang dalam jumlah besar.
Setelah menerima hadiahnya dan penuh senyum di depan kamera para wartawan

ia bergegas berjalan menuju club house dan bersiap-siap untuk pulang.

Saat berjalan menuju mobilnya, ia dihampiri oleh seorang wanita

dan wanita itu memberikan salam ucapan selamat kepadanya atas kemenangan yang ia raih

seraya mengatakan kepadanya bahwa bayinya tengah mengalami sakit keras dan kondisinya
sekarat,

"Saya tak tahu harus bagaimana, karena sama sekali tak punya biaya untuk berobat ke
dokter," kata wanita itu dengan wajah memelas.

Vincenzo sangat tersentuh melihat wanita malang itu dan segera mengeluarkan check dan
pena

untuk menuliskan selembar check dengan nilai yang tidak sedikit untuk diberikan kepada
wanita itu.

"Segera bawa anakmu berobat ke rumah sakit, kalau perlu opname dan pastikan dia benar-
benar sembuh" kata Vincenzo dengan penuh simpatik.

Wanita itu memegang erat tangan Vincenzo dan beberapa kali membungkuk penuh rasa
terimakasih

sebelum pergi meninggalkan pegolf yang murah hati itu.

Minggu berikutnya dalam suatu acara makan siang di sebuah country club,

rekan Vincenso yang juga seorang pejabat asosiasi golf professional mendatangi mejanya
dan duduk bersamanya,

kemudian bertanya, "Vincenzo, minggu lalu anda memberikan check kepada seorang
wanita?"

Vincenzo mengangguk sambil meneguk juice apelnya.

"Seorang tukang parkir yang melihat anda memberikan check kepada wanita itu
mengatakan pada saya
bahwa wanita itu telah menipumu kawan. Anaknya tidak sedang sakit apalagi sekarat" kata
orang itu menjelaskan.

Kali ini Vincenzo tediam sejenak dan bertanya serius, "Sungguh? Tidak ada anak yang
sekarat?"

"Benar!" tegasnya.

"Syukurlah kalau begitu, saya rasa itu adalah berita terbaik yang saya dengar dalam minggu
ini," jawab Vincenzo.

Rahasia kemakmuran adalah kemurahan hati. - J. Donald Walters -


Hukum Truk Sampah

Suatu hari saya naik sebuah taxi dan menuju ke Bandara. Kami melaju pada jalur yang benar
ketika tiba-tiba sebuah mobil hitam melompat keluar dari tempat parkir tepat di depan
kami. Supir taxi menginjak pedal rem dalam-dalam hingga ban mobil berdecit dan berhenti
hanya beberapa cm dari mobil tersebut.

Pengemudi mobil hitam tersebut mengeluarkan kepalanya &mulai menjerit ke arah kami.
Supir taxi hanya tersenyum & melambai pada orang orang tersebut. Saya benar-benar heran
dengan sikapnya yang bersahabat. Maka saya bertanya, "Mengapa anda melakukannya?
Orang itu hampir merusak mobil anda dan dapat saja mengirim kita ke rumah sakit!" Saat
itulah saya belajar dari supir taxi tersebut mengenai apa yang saya kemudian sebut "Hukum
Truk Sampah".

Ia menjelaskan bahwa banyak orang seperti truk sampah. Mereka berjalan keliling
membawa sampah, seperti frustrasi, kemarahan, kekecewaan. Seiring dengan semakin
penuh kapasitasnya, semakin mereka membutuhkan tempat untuk membuangnya, &
seringkali mereka membuangnya kepada anda. Jangan ambil hati, tersenyum saja,
lambaikan tangan, berkati mereka, lalu lanjutkan hidup.

Jangan ambil sampah mereka untuk kembali membuangnya kepada orang lain yang anda
temui, di tempat kerja, di rumah atau dalam perjalanan. Intinya, orang yang sukses adalah
orang yang tidak membiarkan "truk sampah" mengambil alih hari-hari mereka dengan
merusak suasana hati.

Hidup ini terlalu singkat untuk bangun di pagi hari dengan penyesalan, maka: Kasihilah
orang yang memperlakukan anda dengan benar, berdoalah bagi yang tidak.

Hidup itu 10% mengenai apa yang kau buat dengannya dan 90% tentang bagaimana kamu
menghadapinya.
Hidup bukan mengenai menunggu badai berlalu, tapi tentang bagaimana belajar menari
dalam hujan.

Selamat menikmati hidup yang diberkati & bebas dari "sampah"

Doa Anak Peserta Lomba Balap Mobil

Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobi l
balap mainan.
Suasana sungguh meriah siang itu, sebab ini adalah babak 
final. Hanya tersisa 4 orang
sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil 
mainan yang dimiliki. Semuanya buatan
sendiri, sebab memang begitulah 
peraturannya.

Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk 
dalam 4
anak yang masuk final.
Dibanding semua lawannya, mobil Mark-lah yang paling tak
sempurna. 
Beberapa anak menyangsikan kekuatan
mobil itu untuk berpacu melawan
mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu
 tak begitu menarik. 
Dengan kayu yang sederhana
dan sedikit lampu kedip di atasnya, tentu tak 
sebanding dengan hiasan mewah yang
dimiliki mobil mainan lainnya. Namun,
Mark bangga
 dengan itu semua, sebab, mobil itu
buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan.
Setiap anak mulai
bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka
 kencang-kencang. Di setiap jalur
lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 
pembalap”
kecilnya. Lintasan itu berbentuk
lingkaran dengan 4 jalur terpisah di
antaranya. Namun, sesaat kemudian, Mark meminta
waktu sebentar sebelum
lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa.
Matanya terpejam, dengan tangan bertangkup memanjatkan doa. Lalu,
semenit kemudian,
ia berkata,
“Ya, aku siap!” Dor!!! Tanda telah dimulai.
 Dengan satu hentakan kuat, mereka
mulai mendorong mobilnya kuat-kuat.
 Semua mobil tu pun meluncur dengan cepat. Setiap
orang bersorak-sorai,
 bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing.

“Ayo..ayo… cepat..cepat, maju..maju”, begitu teriak mereka.
Ahha… sang pemenang harus


ditentukan, tali lintasan finish pun telah
 terlambai.
Dan… Mark-lah pemenangnya. Ya,
semuanya senang, begitu juga Mark. Ia
 berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam
hati.“Terima kasih.”

Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum 
piala itu
diserahkan, ketua panitia bertanya. “Hai jagoan, kamu pasti
tadi berdoa kepada
 Tuhan
agar kamu menang, bukan?” 
Mark terdiam. “Bukan, Pak, bukan itu yang aku
panjatkan,” kata Mark.
Ia lalu melanjutkan, “Sepertinya, tak adil untuk meminta pada
Tuhan
untuk menolongku mengalahkan orang 
lain, aku, hanya bermohon pada Tuhan,
supaya aku tak menangis, jika aku 
kalah.”

Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah 
gemuruh
tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.

Teman, anak-anak, tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita 
semua.
Mark,


tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian.
Mark, tak memohon
Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang
ingin diraihnya. Anak itu juga tak
meminta Tuhan mengabulkan semua
 harapannya.
Ia tak berdoa untuk menang, dan
menyakiti yang lainnya.

Namun, Mark, bermohon pada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat 
menghadapi itu
semua. Ia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau
menyadari kekurangan dengan rasa
bangga. Mungkin, telah banyak waktu
 yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk
mengabulkan setiap
 permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk
menjadikan 
kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap

ujian.
Terlalu sering kita berdoa pada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan 
dan
cobaan yang ada didepan mata.

Padahal, bukankah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya,
dan panduan-


Nya? Kita, sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita
 kuat.
Kita sering lupa, dan kita
sering merasa cengeng dengan kehidupan ini.Tak adakah semangat perjuangan yang mau
kita lalui?
 Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat

kita lemah, cengeng dan mudah menyerah.
Botol Terbuka

Seorang anak lahir setelah 11 tahun pernikahan. Mereka adalah pasangan yg saling
mencintai dan anak itu adalah buah hati mereka. Saat anak tersebut berumur dua tahun,
suatu pagi si ayah melihat sebotol obat yg terbuka. Dia terlambat untuk ke kantor maka dia
meminta istrinya untuk menutupnya dan menyimpannya di lemari. Istrinya, karena
kesibukannya di dapur sama sekali melupakan hal tersebut.

Anak itu melihat botol itu dan dengan riang memainkannya. Karena tertarik dengan warna
obat tersebut lalu si anak memakannya semua. Obat tersebut adalah obat yg keras yg
bahkan untuk orang dewasa pun hanya dalam dosis kecil saja. Sang istri segera membawa si
anak ke rumah sakit. Tapi si anak tidak tertolong. sang istri ngeri membayangkan bagaimana
dia harus menghadapisuaminya.

Ketika si suami datang ke rumah sakit dan melihat anaknya yang telah meninggal, dia
melihat kepada istrinya dan mengucapkan 3 kata.

PERTANYAAN:

1. Apa 3 kata itu?


2. Apa makna cerita ini?

Scroll down to read....

JAWABAN:

Sang Suami hanya mengatakan "SAYA BERSAMAMU SAYANG"

Reaksi sang suami yang sangat tidak disangka-sangka adalah sikap yang proaktif. Si anak
sudah meninggal, tidak bisa dihidupkan kembali.

Tidak ada gunanya mencari-cari kesalahan pada sang istri. lagipula seandainya dia
menyempatkan untuk menutup dan menyimpan botol tersebut maka hal ini tdk akan
terjadi.Tidak ada yg perlu disalahkan. Si istri juga kehilangan anak semata wayangnya. Apa
yang si istri perlu saat ini adalah penghiburan dari sang suami dan itulah ygdiberikan
suaminya sekarang.
Jika semua orang dapat melihat hidup dengan cara pandang seperti ini maka akan terdapat
jauh lebih sedikit permasalahan di dunia ini.

"Perjalanan ribuan mil dimulai dengan satu langkah kecil"

Buang rasa iri hati, cemburu, dendam, egois dan ketakutanmu. Kamu akan menemukan
bahwa sesungguhnya banyak hal tidak sesulit yang kau bayangkan.

MORAL CERITA

Cerita ini layak untuk dibaca.

Kadang kita membuang waktu hanya untuk mencari kesalahan org lain atau siapa yg salah
dalam sebuah hubungan atau dalam pekerjaan atau dengan orang yg kita kenal. Hal ini akan
membuat kita kehilangan kehangatan dalam hubungan antar manusia.

Best Story for live.

Rahasia Kebahagiaan

Seorang pemilik toko mengirim putranya untuk belajar tentang rahasia kebahagiaan dari
pria yang paling bijaksana didunia. Si Bocah mengembara, menyebrangi gurun selama
empat puluh hari, dan akhirnya sampailah dia ke satu istana yang indah,tinggi di puncak
gunung, di sanalah orang bijak itu tinggal.

Tanpa mencari orang bijak itu dulu, pahlawan kita langsung memasuki ruang utama istana
itu, melihat macam-macam kegiatan: para pedagang datang dan pergi, orang-orang
berbincang di sudut-sudut, orkestra kecil memainkan musik yang lembut, dan ada sebuah
meja yang dipenuhi piring-piring makanan terlezat yang ada di belahan dunia tersebut. Si
orang bijak bercakap-cakap dengan setiap orang, dan si anak harus menunggu selama dua
jam sebelum akhirnya dia mendapatkan perhatian orang itu.

Orang bijak itu mendengarkan dengan penuh perhatian keterangan si anak tentang alasan
dia datang, tapi berkata bahwa dia tidak punya waktu untuk menerangkan rahasia
kebahagiaan. Dia menyarankan anak itu untuk melihat-lihat istana dan kembali dalam dua
jam.

“Sambil kamu melihat-lihat , aku ingin kamu melakukan sesuatu untuku,” kata orang bijak
itu, menyodorkan sendok berisi dua tetes minyak. “Sambil kamu keliling, bawahlah sendok
ini tanpa menumpahkan minyaknya.”

Anak tadi mulai naik turun tangga-tangga istana, dengan pandangan tetap ke arah sendok
itu. Setelah dua jam, dia kembali ke ruangan tempat si bijak berada.
“Nah,” tanya orang bijak itu, “ Apakah kamu melihat tapestri persia yang tergantung di
ruang makanku? Apakah kamu melihat taman yang di tata pakar pertamanan selama
sepuluh tahun itu? Apakah kamu memperhatikan kertas kulit yang indah di
perpustakaanku?”

Anak itu merasa malu, dan mengaku dia tidak memperhatikan apa-apa. Perhatiaannya
hanya tertuju pada minyak di sendok itu supaya tidak tumpah, seperti yang di percayakan si
orang bijak kepadanya.

“Kembalilah dan perhatikan duniaku yang mengaggumkan ini” kata si orang bijak . “ Kamu
tidak dapat mempercayai orang kalau kamu tidak tahu rumahnya.”

“Dengan lega, anak itu mengambil sendok tadi dan kembali menjelajahi istana itu, kali ini dia
memperhatikan semua karya seni di atap dan di dinding. Dia melihat taman-taman,
pegunungan di sekelilingnya, bunga-bunga yang indah, dan mengaggumi selera dibalik
pemilihan segenap hal yang ada di sana. Sekembalinya dia ke orang bijak itu , dia
mengungkapkan secara terinci semua yang dilihatnya.

“Tapi mana minyak yang kupercayakan padamu?” tanya si orang bijak.

Memandang ke sendok yang dipegangnya, anak itu melihat minyak tadi telah hilang.

“Baiklah hanya satu nasihat yang bisa kuberikan padamu” kata manusia terbijak
itu, ”Rahasia kebahagiaan adalah melihat semua keindahan dunia, dan tak pernah
melupakan tetesan minyak di sendok.”

Dear Friend…

Suatu contoh konsep keseimbangan yang bagus sekali, sementara manusia menempatkan
duniawi dan spritualitas di dua kutub yang bertolak belakang, si bijak melihatnya sebagai
dua aspek dari kekuatan tunggal..

Di kesempatan lain si bijak berkata “hiduplah seperti teratai yang tumbuh di air namun
tetap kering daunnya”

Hiduplah di dunia tetapi jangan menjadi milik dunia, nikmatilah apa yang Pencipta telah
sediakan tetapi dengan pengertian yang dalam dan pikiran yang terang. Jangan biarkan
pikiran terikat pada benda-benda dunia yang bersifat sementara sehingga perpisahan
dengannya dapat menjadikan kita gelisah dan sedih. Berusahalah untuk mengetahui harga
sebenarnya dan nilai sesunggunya dari semua itu. Benda-benda itu dimaksudkan untuk kita
gunakan.janganlah kita menjadi budaknya.
Memilih Santai

Dijajaran teman atau sahabat bahkan keluarga saya menilai diri saya hidup dengan santai.
Malah mungkin ada yang memberi saya label malas, saya tidak keberatan dengan cap
tersebut bahkan terkadang bangga.
Memang tidak umum di tengah gencar-gencarnya pembangunan fisik,pertumbuhan
ekonomi seperti saat ini,dimana produktif adalah berarti memproduksi sebanyak-
banyaknya, saya lebih sering "tidak melakukan apa-apa".
ada yang datang dan berkata, "gobind kalau kamu mau mengurangi waktu santaimu
mungkin akan ada lebih banyak tulisan yg tercipta, materi yang dibagi atau uang yang kamu
peroleh"
saya menjawab, "kalau saya tidak punya waktu santai pasti saya juga tidak punya bahan
untuk ditulis dan dibagi "

"waktu adalah uang" adalah kalimat yang telah memporakporandakan keselarasan kita
dengan hidup.
walaupun jumlah alfabet lebih banyak daripada jumlah angka, namun rasanya angka-angka
lebih banyak terabur dan terhambur di otak kita semua.
walau kita tidak langsung memikirkan uang, namun sebagian kegiatan kita di drive oleh
angka yang tercetak pada lembaran-lembaran itu.
"uang bukan segalanya namun segalanya perlu uang"
saya ingin menambahkan kata "keinginan" diantara kalimat diatas menjadi
"Uang bukan segalanya, namun segala keinginan kita perlu uang"

Kebutuhan hidup yang memerlukan uang tentulah tidak banyak, namun keinginan untuk
mendapat kembali penerimaan, pujian, pengakuan dan penghormatan yang dulunya banjir
diberikan sewaktu kita kecil susah kita taklukkan.

Tentu tidak ada yang salah, bagi siapapun yang mengejar pundi harta atau status, setiap
orang bertumbuh sesuai dengan kesadarannya, kita pun selayaknya tidak menghakimi
siapapun, setiap orang mempunyai masa lalu dan pengalaman fisik dan pikiran yang
berbeda satu dengan lainnya.
Kita semua ingin bahagia, kita mencari kebahagiaan sesuai dengan tingkat kesadaran kita
masing-masing, mereka yang mencari diluar biarkan bermain diluar, akan tiba waktunya bel
kesadaran memanggil masuk kedalam.

Seperti kesepian tidak mungkin disembuhkan dengan berhubungan dengan orang diluar,
begitupula penerimaan, penghargaan, penghormatan, dan pengakuan, semuanya hanya
didapat dengan cara menerima dan menghormati sepenuhnya diri yang didalam.

Kebahagiaan adalah hal yang sederhana, bahkan hal yang paling sederhana di alam ini,
semua yang diperlukan untuk berbahagia ada didalam diri setiap makhluk.
Mulailah bersyukur dari hal-hal kecil, lihatlah kilau pernak pernik indah yang
bergelimpangan sepanjang jalan hidup ini, seperti kata orang bijak dibawah ini

"Banyak orang gagal menerima nobel, oscar, Pulitzer, tetapi kita semua dapat memperoleh
kesenangan-kesenangan kecil. usapan punggung, ciuman di belakang telinga, suara keras
bas, bulan purnama, tempat parkir kosong, makanan enak, matahari tenggelam yang agung,
sup panas. jangan resah karena ingin memperoleh penghargaan hidup yang hebat. Nikmati
kesenangan kecil yang tersedia banyak untuk kita."

begitu sering dan begitu banyak yang terlewat, dan mungkin kita baru akan menyadari
ketika waktu tinggal sedikit lagi.
disaat saya membaca kalimat manusia bijak dibawah ini, tidak terasa airmata mengalir dan
menyadari kebenarannya walau belum mengalaminya

"Di akhir hidupmu, engkau akan menemukan bahwa hal-hal dulu yg engkau pikir adalah hal-
hal besar sebenarnya adalah hal-hal kecil, dan semua hal yg engkau pikir hanyalah hal-hal
kecil yg tidak penting adalah hal-hal yg penting dan besar"

Dan Saya juga ingin mengingatkan diri sendiri kembali dua kalimat yang dikatakan Prof.
Morrie Schwartz dalam bukunya yg melegenda Tuesdays with Morrie
"When you realize you are going to die, you see everything much differently"

"If you accept that you can die at any time - then you might not be as ambitious as you are."

Kematian adalah salah satu guru terbaik yang mengajarkan makna kehidupan lebih baik
daripada siapapun, hanya dengan menyadari kematian secara penuh barulah apa yang kita
jalani sekarang ini boleh disebut Hidup.

Refleksikan Yang Di Dalam

Awalanya saya merasa aneh ketika orang mengatakan saya aneh.

"Apa yang aneh?" kata saya, " saya malah melihat banyak keanehan di kebanyakan orang di
dunia ini"
Kita semua unik dengan kata lain "aneh". Kita ini beragam, namun kita berpikir dan
bertindak secara seragam.

Lihatlah besarnya konvoi manusia yang bergerak mencari peluang dalam mengumpulkan
harta.

Sejak kecil doktrinasi "sekolah yang pinter biar menjadi orang sukses (baca :kaya harta)"
telah di tanamkan.

Memilih program jurusan di universitaspun karena peluang bukan pilihan hati.

Kita seolah-olah lupa menggali harta keunikan diri yang diberikan pencipta, atau mungkin
tidak lupa tapi takut hidup susah (baca: miskin)

Beberapa teman menegaskan berkali-kali pada saya, bahwa bila saya mau tinggal di kota
besar dan melakukan beberapa hal yang ia sarankan maka saya akan mempunyai aset yang
jauh lebih besar dari sekarang.

Memiliki harta banyak bukanlah sesuatu yang haram, namun bila kita hidup dan menjadikan
besarnya pengumpulan harta sebagai tujuan utama , maka kita akan kehilangan begitu
banyak kilauan keindahan dalam perjalanan hidup ini.

Khalil Gibran mengatakan dengan menohok " manusia yang paling pantas dikasihani adalah
dia yang mengubah mimpi-mimpinya menjadi emas dan perak."

Emas dan perak yang kita dapatkan selayaknya adalah hasil samping dari impian yang yang
bergelora di jiwa kita dan bukan sebagai impian itu sendiri.

Saya setuju dengan Socrates yang berkata: "Hidup yang tidak di refleksikan tidak pantas
dijalani."

Kenapa tidak merefleksikan apa yang didalam?. Mengapa mengikuti mainstream?

Seorang sahabat, Ira Lathief memberi judul yg menyentil dalam bukunya "Normal Is Boring"

Mengapa takut melakukan sesuatu yang diluar kebiasaan banyak orang, ketika dengan jelas
kita melihat bahwa dunia ini lebih banyak yang miskin daripada yang kaya, dan yang
menderita semakin berjubel sementara orang bahagia semakin langka.

Mulai hari ini, berjanjilah untuk menyediakan waktu hening agar kita bisa mendengar suara
hati. Ia telah menjerit tapi tertelan oleh kebisingan lalulintas pikiran yang mengarah keluar.

Ketika sudah mendengarnya, bukan berarti kita meninggalkan apa yang kita kerjakan
sekarang dan langsung melakukan apa yang hatimu katakan, tapi bawalah pelahan-lahan
apa yang hatimu katakan pada apa yang kamu lakukan saat ini.

Semoga semakin hari semakin bersinar hatimu


Target vs Kontribusi

Mendekati akhir tahun seperti saat ini, banyak sekali muncul review tentang perusahaan
sampai dengan skala negara,.
Dari ratusan atau ribuan variabel yg tersedia, perhatian manusia modern lebih tersita pada
pertumbuhan ekonomi.

Kalau sebuah negara bisa bertumbuh + apalagi lebih dari 5% artinya sukses. Dan sebaliknya
seolah nista bila pertumbuhan ekonominya negatif.

Kita seolah ingin membatalkan hukum alam , bahwa apa yg naik akan turun , yg tumbuh
akan mengkerut dan yg muncul akan lenyap dan kemudian sebaliknya akan terjadi.

Saat ini setiap negara mempertahankan "mati-matian" agar selalu dan selalu bertumbuh,
bahkan mengorbankan begitu banyak hal yg seringkali lebih berharga daripada kenikmatan
yg didapat dari pertumbuhan tersebut.

Bila kita mau menaikan leher kita lebih tinggi sedikit, kita akan melihat sebuah konvoi besar
yg berjalan berlawanan dengan apa yg mereka inginkan, yaitu Kebahagiaan.
Ketika seseorang mengingatkan mereka bahwa mereka menuju arah yg salah, jawaban yg di
terima
"Diam kau,kita sedang bertumbuh 6% pertahun"
sebagian kecil sadar namun tak berani berbalik arah, karena yg berbalik di bilang tak waras.

lihatlah,
Amerika pernah di kenal dan di kenang sebagai negara dengan pendapatan perkapita
terbesar tuga menjadi jawara dalam penggunaan obat penenang

China yang ekonominya bukan hanya menanjak tapi meroket dalam 20 tahun terakhir ini
diikuti dengan angka bunuh diri tertinggi di dunia.
Disisi sebaliknya negara-negara yg penduduknya relatif lebih berbahagia, seperti Islandia,
dimana kegagalan diterima bahkan dihormati. Bhutan punya istilah "Gross National
Happiness is more important than Gross National Product" yg di tempel di sekolah2.

Dunia ini bukanlah stadion tempat kita berlomba untuk mengeruk pundi harta sebanyak
mungkin, namun sebuah rumah dengan taman bermain yg selayaknya kita rawat untuk
anak-anak kita dan syukur2 bisa lebih indah sewaktu kita meninggalkannya.

Winston Churchill pernah berkata " kita hidup dari apa yg kita dapatkan dan kita bahagia
dari apa yg kita berikan"
Bukan seberapa banyak yg kita dapatkan yg membuat kita bahagia tapi seberapa besar yg
kita kontribusikan.

Selalulah ingat, bahwa diakhir hidup, kita tidak dinilai dari berapa banyak uang yg kita telah
kumpulkan, besar rumah yg kita tempati, bagus mobil yg kita kendarai tapi berapa banyak
jiwa yg kita sentuh selama kita menggunakan tubuh manusia ini.

Sahabat, Tetap akhiri tahun ini dengan merancang sebuah target yg fantastis untuk tahun
depan, bukan target besarnya pengumpulan tapi banyaknya kontribusi.

berbagilah maka anda akan berbahagia


Bali Safari Bekali Motivasi kepada Puluhan Difabel

Gianyar (Antara Bali) - Taman satwa dan laut "Bali Safari & Marine Park" di Kabupaten
Gianyar, Kamis, mengundang 56 difabel yang dibina oleh Yayasan Kupu-Kupu untuk
mengikuti pembekalan motivasi agar mereka belajar dan menatap masa depan dengan
keyakinan.

Puluhan difabel itu diundang mengikuti pembekalan dari seorang motivator yang tinggal di
Ubud, Kabupaten Gianyar, Gobind Vasdev. Mereka diajak berpikir bahwa banyak tokoh
besar di dunia mengukir sejarah karena kekurangannya.

Menurut Gobind, Thomas Alva Edison, si penemu bola lampu listrik, berhasil karena
didorong oleh kelemahannya, yakni dia takut pada kegelapan. Karena itu, meskipun dia
mengalami kegagalan hingga 10.000 kali, tetap memiliki semangat untuk menghasilkan bola
lampu.

"Orang yang melakukan kegagalan dan berhasil setelah percobaan yang ke-10.000 itu pasti
disebut orang sabar, ulet, tekun dan lainnya. Tapi sesabar-sabarnya orang, seulet-uletnya
orang, tidak akan mampu melakukan uji coba sampai 10.000 kali. Thomas Alva Edison
didorong oleh kelemahannya yang takut pada kegelapan," ujarnya.

Ia juga mengingatkan penulis terkemuka Indonesia Pramoedya Ananta Toer yang memiliki
kelemahan sejak kecil, yakni minder dan pemalu. Pramoedya kemudian mengalihkan
keminderannya itu dengan kegiatan menulis dan ternyata dia menjadi penulis terkenal.

"Jadi di balik kelemahan itu pasti ada kekuatan. Karena itu, menurut saya, tidak ada
kelemahan dalam hidup ini. Kelemahan itu ada ketika kita mengamininya. Susahnya, kita
selama ini terlalu lama fokus pada kelemahan," katanya.

Pada kesempatan itu, Gobind banyak memutar video mengenai kisah orang difabel yang
sukses, seperti seorang perempuan yang tidak punya tangan namun mampu menjadi pilot
dan memiliki keahlian bela diri taekwondo.

Menurut dia, kunci sukses itu adalah terus-menerus belajar sepanjang hidup. Kunci dari
suksesnya belajar itu adalah ketika pikiran sesorang terbuka, harus merasa selalu dalam
keadaan kosong dan selalu rendah hati.

"Kita ini ibarat gelas. Kalau mau diisi air, gelar itu harus terbuka, gelas itu harus kosong dan
posisinya harus lebih rendah dari yang mau mengisi," kata penulis buku laris "Happiness
Inside" itu.

Metode yang digunakan oleh Gobind pada kesempatan itu bukan hanya ceramah,
melainkan juga berbagai permainan dan sulap. Peserta digugah bahwa meskipun memiliki
kekurangan, sesungguhnya memiliki peluang yang sama dengan masyarakat lainnya.

Sementara Marketing Komunikasi Media Bali Safari and Marine Park Astrid W Iswulandari
mengatakan bahwa kegiatan itu merupakan bentuk tanggung jawab sosial (CSR) lembaga
konservasi itu terhadap masyarakat yang memiliki kekurangan secara fisik.

Para penyandang cacat fisik itu juga diajak berkeliling menyaksikan atraksi satwa di dalam
Bali Safari. Sebelumnya, mereka juga membubuhkan cat air dengan menggunakan jari
jempol ke atas kanvas yang bercerita mengenai kupu-kupu.

Selain warga binaan Yayasan Kupu-Kupu, pada kesempatan yang sama, Bali Safari juga
mengajak ratusan siswa sekolah Petra Berkat Denpasar untuk berkeliling di lokasi itu
menyaksikan kekayaan satwa dan atraksinya.(*)

Mencabut rumput liar pikiran

Pagi, beberapa hari lalu saya mengajak Rigpa, tepatnya Rigpa mengajak saya jalan-jalan
menikmati matahari dan sawah disekitaran rumah.

Berhentilah kami memandang seorang petani yang kakinya tak terlihat ditelan lumpur
tengah sawah.

Saya bertanya apa yang ia kerjakan, saat kami melihat ia mengaduk-aduk lumpur di sela-sela
padi yang baru tumbuh beberapa minggu itu.

“membersikan rumput-rumput liar" jawabnya singkat.


kami terus memperhatikan dengan terampilnya dia mencabuti tanaman yang tidak
diharapkan lalu ketika tangannya cukup penuh, ia lalu membenamkan semua yang
digenggamnya kedalam lumpur tersebut.

saya berkata pada Rigpa yang hampir mengulangi tanggal lahirnya beberapa hari kedepan.

"Nak, seperti yang tertulis di beberapa kitab suci bahwa manusia dibuat dari tanah"

"Persis seperti tanah atau lumpur ini, apapun yang kamu tanam itu yang akan tumbuh,
namun selalu ingatlah walaupun kita menanam padi, selain padi yang tumbuh, rumput liar
juga ingin tumbuh. Artinya walaupun kita selalu menanam kebaikan, hal-hal yang tak
terduga atau yang tidak kita harapkan sering hinggap di sepanjang perjalanan hidup ini

untuk itu melangkahlah di garis kehidupan ini seperti petani, yang dengan rajinnya selalu
memperhatikan sawahnya, ia tidak saja mengambil sesuatu yang terlihat tidak berguna itu
namun juga mentransformasikan sesuatu yang tak berguna itu menjadi pupuk yang
menyokong pertumbuhan apa yang ditanam"

Tumbuhan liar di dunia digital ini tak terbayangkan banyaknya, status yang berisi makian,
keluhan, HOAX, berita-berita kriminal, iklan dan ratusan jenis lainnya mengepung sawah
pikiran kita.

Kita tidak mungkin menyetopnya atau mampu sepenuhnya menghindar, yang terbaik tentu
setiap hari kita mau menyempatkan waktu untuk memeriksa lahan tersubur di dunia yaitu
pikiran bawah sadar.

Setelahnya, seperti petani itu bukan membuang yang telah dicabut karena dalam wahana
pikiran, tidak mungkin kita bisa membuangnya, apapun yang masuk kedalam pikiran bawah
sadar terekam sempurna didalamnya.

Yang diperlukan adalah merubah makna atau arti dari sesuatu yang merugikan menjadi
menguntungkan, mengganggu menjadi membebaskan, dari memberatkan menjadi
membuatnya terbang dan dari trauma menjadi tercerahkan
Ganti Kata Tapi

Setiap kali posting , setiap kali berbagi di seminar atau workshop dengan tema melepas /
ikhlas, hampir selalu ada yg mengatakan " apa yg bapak katakan benar dan saya sangat
setuju sekali, tapi....."

dalam hal ini, kata " tapi " adalah alasan yg kita buat untuk menutupi kelemahan kita dalam
mengatasi tantangan tersebut

kata " tapi " bagaikan tembok penghalang yg kita buat sendiri untuk membenarkan bahwa
tantangan tersebut tidaklah mungkin bisa terlewati

Kata "tapi" memberi kesan pengingkaran dari apa yg kita yakini bahwa Pencipta tidak akan
memberikan cobaan lebih besar daripada kemampuan umatNya.

Dan yg paling-paling menarik adalah bahwa melepas / ikhlas adalah hal yg paling
sederhana,
Renungkan, dalam mencapai, menggapai, mendapatkan, mengambil, mencaplok, kita
memerlukan tenaga, pikiran, kemampuan, dan banyak modalitas lainnnya, sementara untuk
melepas bisa di bilang tidak diperlukan apapun.

Bila ingin menggunakan kata " tapi " baliklah kalimatnya seperti
" Memang susah, memang berat, tapi saya akan belajar untuk bisa ikhlas merelakan yang
telah terjadi. "

atau

Ganti kata " Tapi " dengan " Dan " dan lihatlah hasilnya.

" Saya setuju sekali dengan bahwa kita harus ikhlas dan menerima apapun yg terjadi, dan
untuk itu mulai sekarang saya akan melatih meluaskan penerimaan sampai tidak ada satu
kejadianpun yg akan bersinggungan dengan hatiku "

salam bahagia
Sulap yang Palsu

“Sulap”, bila Anda membolak-balik kata dalam tanda petik tersebut maka Anda akan
mendapatkan sebuah kata yang lain, yaitu “Palsu”. Begitu mendengar kata “sulap” mungkin
Anda langsung teringat dengan kelinci yang keluar dari topi, burung dara putih, kotak berisi
manusia dungeon selusin pedang menembusnya, atau Anda akan terbayang wajah misterius
David Copperfield yang sedang menembus tebalnya Great Wall.

Hobi belajar sulap sejak kecil menjadikan saya sebagai sasaran tepat untuk orang bertanya
“bagaimana itu bisa terjadi?” dan “apa rahasia di balik hilangnya patung Liberty atau
bengkoknya sendok?” Dengan berlindung di balik alasan yang selalu sama, yaitu “kode etik
pesulap” saya merasa aman dan tak dikejar-kejar rasa penasaran mereka.

Dengan alasan yang sama pula rahasia trik-trik sulap di atas tidak akan saya bongkar
dalamtulisan ini. Walaupun tidak mudah untuk menjelaskan inti sulap hanya lewat tulisan,
izinkan saya membagikan sesuatu yang jauh lebih penting dibandingkan permainan sulap itu
Bila Anda menerapkan syarat-syarat di bawah ini, dijamin Anda akan lebih mengerti tentang
filosofi sulap…atau malah bertambah bingung.

“Magic to Logic”

Magic sering dihubungkan dengan hal yang bersifat gaib, di luar penalaran atau dikaitkan
dengan dunia mistik . Sah-sah saja apa yang telah dipersepsikan masyarakat pada kata
magic. Tanpa ingin mengubah apalagi memutus benang yang sudah ada di benak para
pembaca, saya ingin mengajak pembaca bermain-main ke masa lalu. Sewaktu sang jenius
Thomas Alva Edison menciptakan gramofon.

Pada saat itu, orang-orang yang mendengarkan mengira suara yang keluar dari alat itu
adalah suara setan. Tidak masuk dalam logika mereka bahwa ada alat yang bisa
mengeluarkan suara musik atau suara manusia. Kemampuan nalar manusia pada saat itu
belum dapat menangkap apa yang dilihatnya. Banyak dari mereka langsung mengambil
kesimpulan yang sederhana, bahwa ini pasti dibantu oleh “sesuatu yang di luar sana”.

Apa yang kita tidak tahu itu kita sebut sebagai magic, sampai saatnya kita bisa menerimanya
dan kemudian hal itu kita sebut sebagai logic. Sekarang, ambillah HP Anda dan pandangilah
baik-baik. Apa yang terjadi bila dengan HP di tangan itu jika Anda mundur ke abad 18.?, Apa
komentar orang-orang begitu melihat benda di tangan Anda?
Nah, apa bedanya dahulu dan sekarang? Apa yang dilakukan pesulap adalah apa yang tidak
diketahui oleh banyak orang. Jadi syarat yang pertama untuk mengetahui trik-trik sulap
adalah: jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Kemudian buka pikiran Anda. Begitu
seseorang menonton permainan sulap dan dengan cepatnya mengambil kesimpulan bahwa
apa yang dilihatnya adalah sesuatu yang “dibantu kekuatan lain”, maka otaknya akan
mandek dan tidak mau mencari jawaban atas rahasia di baliknya.

Persepsi

Kabar gembira bagi mereka yang suka dengan psikologi…sulap adalah psikologi. Lima puluh
persen yang dipelajari oleh pesulap adalah hal yang bersifat psikologis, 40 persennya adalah
sains atau ilmu pengetahuan, sementara 10 persennya adalah seni. Banyak dari kita melihat
pertunjukan sulap hanya dari sudut seni saja Oleh karena itu, kita susah menangkap rahasia
di baliknya, karena hanya terfokus di porsi 10 persennya saja. Bila Anda sedang ujian dan
bisa menjawab 10 persen saja, maka bisa dipastikan Anda akan tidak lulus, bukan?

Hal terbesar yang dipelajari pesulap bukanlah kecepatan tangan, bukanlah mantra
abrakadabra, atau melakukan ritual tertentu. Hal terbesar yang dipelajari oleh pesulap
adalah psikologi pesulap, yaitu cara berpikir manusia, cara manusia melihat segala hal.
Setelah mempelajari bagaimana manusia berpikir, pesulap akan melakukan gerakan atau
berbicara dengan cara tertentu sehingga menimbulkan suatu persepsi di benak penonton.
Persepsi inilah yang paling penting dalam pemainan sulap.

Dalam pemasaran ada istilah yang sangat populer, yaitu perception is more important than
reality. Persepsi lebih penting dari kenyataan. Contohnya, bila kita pergi ke supermarket dan
ingin membeli air mineral dalam kemasan, di situ ada dua pilihan, yang satu dengan merek
terkenal dan yang satunya bukan merek terkenal. Mana yang kita pilih?

Sebagian besar dari kita akan memilih yang bermerek, walaupun harus membayar dengan
harga yang jauh lebih tinggi. Kenapa ini terjadi? Bukankah sebagian besar dari pembeli tidak
tahu dengan pasti bahwa produk bermerek airnya lebih murni daripada yang tak bermerek?
Namun mengapa kita mau mengorbankan uang yang lebih banyak untuk sebuah merek?
Persepsi tentang merek yang dikaitkan dengan sesuatu yang baik-lah yang membuat kita
yakin, bukan pada kenyataannya.

Di zaman serbamaju ini, di mana informasi bukan sebuah barang mahal lagi, manusia
bangga akan kemajuan yang telah dicapai. Namun dari sisi pesulap, pencapaian dalam
peradaban modern ini membawa banyak sekali kelemahan-kelemahan yang telah dan akan
terus dimanfaatkan pesulap untuk menghibur orang lain. Informasi yang tersebar cepat dan
menjangkau seluruh pelosok membuat mayoritas manusia berpikir atau memandang segala
sesuatunya dengan lebih terarah pada kesepakatan publik, atau bisa dibilang lebih sempit.
Kita seolah-olah tidak mempunyai waktu untuk berpikir berbeda. Kita lebih dikendalikan
oleh persepsi publik daripada persepsi kita sendiri.

Misalnya, Anda sedang duduk di halte bus dan tiba-tiba berhentilah sebuah sedan Jaguar
keluaran terbaru di depan Anda. Anda secara langsung akan berpikir bahwa “yang punya
mobil ini pastilah orang yang kelebihan uang”. Sementara Anda belum habis berpikir,
keluarlah anak ABG dari pintu pengemudi. Anda mungkin langsung berpikir “pasti dia anak
orang kaya”.

Kenyataan bahwa dia anak orang kaya atau tidak, siapa yang tahu? Namun yang terjadi di
pikiran kita adalah kita mengecap dia anak orang kaya, titik.

Sama seperti di permainan sulap, persepsi hanya terbentuk di kepala kita, bukan pada
kenyataannya. Bila Anda melihat David Copperfield menembus Tembok Cina, sebenarnya itu
adalah persepsi kita semua. Apakah kita melihat dia benar-benar menembus tembok atau
“seolah-olah” dia menembus? Kata “seolah-olah” inilah kunci dari permainan ini. Kita
percaya pada indra kita dan kita melihatnya menembus, bukan “seolah-olah” menembus,
inilah masalahnya. The way we see problem is the problem. Cara kita memandang masalah,
itulah masalahnya..

Pada anak kecil, persepsi belum banyak terbentuk, dan buat saya pribadi, bermain sulap di
hadapan anak kecil lebih sulit daripada di hadapan orang dewasa. Anak kecil melihat segala
sesuatu dengan apa adanya, sedangkan orang dewasa memiliki persepsi yang menancap
kuat dibenaknya. Tidak bisa dimungkiri, pengaruh media memiliki peran yang besar dalam
pembentukan persepsi manusia. Film misteri, sinetron, berita dan segudang iklan
membanjiri kepala kita dan membuat persepsi yang seragam tentang banyak hal.

Tidak ada yang salah dalam memberi penilaian, mengevaluasi atau memandang kejadian
yang ada di hadapan kita Namun inilah yang para pesulap pelajari. Mereka melakukan hal-
hal yang berada di luar kebiasaan berpikir manusia, atau dalam bahasa lainnya think out of
the box, sehingga susah untuk ditangkap oleh mereka yang cara berpikirnya mengikuti arus
(mainstream).

Jurus selanjutnya untuk mengetahui rahasia sulap adalah berpikir dengan cara berbeda,
jangan berpikir seperti orang biasa.

Fokus

Jika pesulap menutup suatu benda dengan selembar kain, maka bisa dipastikan bahwa
semua mata akan tertuju ke sesuatu yang tertutup tersebut. Ini yang disebut fokus. Fokus
adalah pilihan, kita bisa memandang ke arah depan atau ke belakang. Masih ingatkah Anda
dengan persentase yang pernah disebutkan di atas mengenai sulap? Kebanyakan kita hanya
fokus ke 10 persen-nya, pada seninya saja.

Kita gampang sekali terpengaruh oleh bahasa tubuh pesulap. Ke mana arah tubuh dan
tangannya bergerak, mata kita pasti selalu mengikutinya. Kemampuan mengendalikan fokus
adalah satu hal yang pasti dimiliki oleh pesulap. Pesulap tahu bagaimana mengajak orang
berpikir tertentu dan melihat hal tertentu. Atau sebaliknya, seperti mengalihkan perhatian,
menghancurkan konsentrasi dan masih banyak lagi. Kalau Anda sering mendengar bahwa
kita harus fokus dalam segala hal, sewaktu noton sulap, janganlah terfokus. Jangan turuti
apa yang diinginkan pesulap dan mungkin titik terang rahasia permainannya akan muncul.

Apa yang ingin disampaikan pesulap bukan hanya sebuah hiburan dan rasa penasaran, tapi
lebih dari itu…sebuah pelajaran hidup yang dalam. Agar kita selalu berpikiran terbuka,
belajar dari mana saja, dengan siapa saja, dan tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan.
Permainan sulap mengajarkan pada kita untuk berpikir di luar kotak, menjadi kreatif,
melihat setiap kejadian dari sudut pandang yang berbeda, tidak dikendalikan situasi Lalu
pada akhirnya, mengendalikan fokus dalam diri kita.

Ada ribuan pelajaran lain dalam setiap permainan, bila kita mau duduk sebentar dan
menyediakan waktu buat tubuh untuk berpikir dan merenung. Saya telah melewati itu
semua, sampai-sampai saya berpikir lebih baik tidak mengetahui apa-apa tentang sulap
sehingga diri ini bisa terperangah dan mendapatkan rasa penasaran sewaktu menonton
permainan palsu ini.

Lebih Baik Pelit

Agak jenuh rasanya mendengar hampir semua orang yang saya temui punya keinginan
sukses secara materi.

saya tidak anti sukses, begitu juga tidak menghindari kegagalan. sukses dan gagal adalah
balutan sempurna pada kain kehidupan yang kita gunakan.

menjadi sukses secara materi memang banyak kebaikannya, tentu yang paling populer
disebut oleh mereka yang belum kaya adalah " kan kalau punya uang banyak bisa
membantu banyak orang yang lebih membutuhkan"

Setuju.

Sekarang mari kita melihat sisi lain dari kekayaan.


ketika seseorang mempunyai tumpukan pundi yang melewati dari batas kebutuhan dirinya,
keinginan rajin sekali mengetuk benak ini. kita cenderung untuk membelanjakan sesuatu
yang tidak kita butuhkan.

Memang perekonomian akan jadi lancar, namun lihatlah lebih dalam, bahwa hampir semua
bahan dasar dari benda yang kita beli adalah kerukan dari perut bumi ini.

belum lagi banyaknya bahan bakar dalam memproses benda tersebut, apalagi sampahnya.

Dahulu setiap kali buang air kecil saya mengguyangnya dengan 2 kali gayung berukuran 1
liter air, hari ini dengan 1 kali putaran / tekanan, 6 liter air digelontorkan.

1 porsi makanan sederhana dengan lauk tahu dan tempe menghabiskan 98 galon air,
sementara 1 porsi makanan dengan lauk ayam menghabiskan 330 galon air, dan berlipat
menjadi 1200 galon bila kita menggantinya dengan daging sapi.

Chip di dalam handphone atau komputer Anda saat Anda melihat status ini menghasilkan
limbah sebesar 4500 kali berat chip tersebut.

3 contoh diatas adalah sebagian kecil dari jutaan aktivitas kita dalam kehidupan sehari-hari.

bumi adalah ibu kita.

kita dirawat, dilindungi, dan dibesarkannya.

Kondisi Ibu saat ini sudah jauh dari sehat, dehidrasi kronis bukan hanya air tapi darah pun
hampir habis, tulang yang keropos, serta nafas yang sesak akibat paru-paru yang lubang
disana-sini.

Namun sepertinya kita enggan meninggalkan pesta-pesta kita.

Sekali-sekali luangkan waktu, jenguklah Ibu pertiwi, lihatlah bagaimana kondisinya,


tanyakan bagaimana kabarnya, sekalian rasakan apa yang dirasakannya?

Dahulu saya sering mencemooh mereka yang kaya namun pelit, namun sekarang saya lebih
bangga disebut 'pelit' daripada seorang yang 'royal'

karena menjadi hemat saat ini mirip seperti menghentikan kecanduan pada rokok.

apalagi ditambah serbuan media yg menawarkan produk terbaru memaksa kelenjar air liur
kita berproduksi, program diskon seringkali membuat logika kita tak berdaya
sementara fasilitas 0% dari kartu kredit merontokkan segala benteng pertahanan pikiran
yang mencegah untuk berbelanja.

memang sulit lepas dari kecanduan, bagaikan seorang anak yang melepas kebiasan
meminum susu dari Ibunya, ada tangisan, berontakan, rasa tidak nyaman dan sejenisnya,
namun tidak ada jalan lain, kita harus melakukannya, bila kita tidak mau memaksa diri untuk
merelakan kenyamanan yg sudah terlalu ini, maka alamlah yang akan memaksa kita.

Menjadi sukses secara materi memang baik selama kita mampu mengolah untuk kebaikan
dunia,
namun bila kesuksesan materi digunakan untuk mengisi kekosongan hati kita dengan
membeli lebih banyak benda agar kita dihargai, diakui atau dipuja, maka tindakan ini perlu
untuk dipikirkan kembali.

Garam Ganti Sabun

Denpasar (Antara Bali) - Motivator kelahiran Surabaya yang kini tinggal di Ubud, Kabupaten
Gianyar, Bali, Gobind Vashdev menjalani hidup dengan konsep kembali ke alam, antara lain
mandi menggunakan garam sebagai pengganti sabun.

Gobind yang ditemui ANTARA saat berada di Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten
Badung, Selasa mengungkapkan bahwa ia juga menggunakan shampo alami dari bahan
tumbuhan, termasuk buah lerak (sapindus rarak) untuk mencuci pakaian.

"Memang awalnya tidak nyaman menggunakan garam untuk mandi, tapi lama-lama enak
juga dan tidak ada masalah. Saya juga menggosok gigi tanpa pasta, melainkan hanya
berkumur dengan garam," kata lelaki yang juga dikenal sebagai pesulap ini.

Penulis buku "Happiness Inside" ini bercerita, kehidupan yang ia jalani sejak dua tahun lalu
itu berangkat dari kegelisahannya setiap selesai mandi dan keramas atau setiap selesai
mencuci pakaian.

Ia merasa menyesal karena busa sabun dan shampo yang ia gunakan akan mengotori alam.

Kegelisahan itu akhirnya berpuncak pada alergi sabun, khususnya sabun cuci di tangannya.
Tangan Gobind menjadi gatal-gatal dan setelah berkonsultasi dengan seorang dokter yang
juga akupunkturis di Jakarta, ia disarankan untuk tidak menggunakan sabun.

"Saya disuruh menggunakan garam saat mandi. Saya kaget juga dengan saran dokter itu.
Ternyata setelah saya jalani, akhirnya enak dan alergi saya hilang. Dari sisi spiritual, garam
itu juga menetralisasi energi," katanya.

Menurut dia, garam adalah pembersih alami. Sementara saat ini, mulai banyak bermunculan
sabun antiseptik di pasaran. Padahal saat menggunakan sabun itu, ada ribuan bakteri
"jahat" dan bakteri yang baik, mati secara bersamaan.
"Kalau sabun itu mematikan ribuan bakteri jahat dan bakteri baik sekaligus, berarti kan lebih
jahat dari bakteri itu sendiri. Saya berpikir, lebih baik bakteri itu masuk ke tubuh dari pada
sabun yang masuk tubuh saya," kata bujangan keturunan India ini.

Lelaki yang juga menjalani hidup vegetarian ini mengemukakan bahwa setiap mengisi
pelatihan motivasi di berbagai kota di Indonesia, ia selalu menyelipkan ajakan-ajakan untuk
mencintai dan memperlakukan alam dengan baik.

"Kita ini sudah terlalu banyak diberi kebaikan oleh alam, tapi alam kita balas dengan limbah-
limbah. Maka tentunya alam akan membalas apa yang kita berikan itu dengan tidak baik
pula. Karena itu mari berikan kebaikan pada alam ini, agar alam juga memberikan
kebaikan," ujarnya.

Ia mengaku beruntung karena hidup di kawasan Ubud yang terkenal ke berbagai negara itu
sangat mendukung pola hidupnya. Di Ubud juga dijual buah lerak yang digunakan untuk
mencuci pakaian, termasuk shampo alami yang terbuat dari tumbuhan. (*)
Nirwana

Mungkin kita semua tahu bahwa yang membuat kita susah,senang, sedih , atau senyum
bukanlah kejadian yang bertamu dirumah kehidupan ini, melainkan keinginan dan harapan
yang kita produksi dari pabrik bathin kita.

Dan kita juga tahu dengan pasti bahwa sebagian besar kejadian yang lalu-lalang di
kehidupan ini diluar kontrol diri ini, sementara keinginan dan harapan adalah murni dari
dalam diri dan sepenuhnya kita bisa mengontrolnya.

kita semua ingin ke surga namun tidak ada satupun yang mau meninggal adalah sebuah
gurauan yang sempurna untuk menggambarkan kondisi hidup ini.

kita semua mendambakan kebahagiaan namun anehnya tidak banyak orang yang
melakukan sesuatu untuk mengecilkan bahkan menghilangkan keinginan.

Kita sepertinya telah bersahabat lama dengan keinginan dan seiring tumbuhnya fisik, kita
juga menggelembungkan keinginan menjadi besar.

kita belajar bagaimana caranya mencapai, menggapai, meraih, mendapatkan, dan


menggenapkan segala keinginan kita.

"Tempatkan cita-citamu setinggi langit" sudah meng-akar di benak bawah sadar kita.

kita berlomba mendapatkannya, karena kita meyakini disanalah wujud kebahagiaan bisa
kita pegang.

namun setelah ratusan tahun dengungan motivasi ini tak berhenti diteriakkan dan jutaan
orang mengorbankan hampir segalanya untuk mendapatkan, pertanyaan besarnya apakah
kita merasa lebih bahagia?

jika tidak, mengapa tidak berbalik arah.


Jangankan menghilangkan, menyurutkan keinginan sepertinya bukan sebuah pilihan, ini
kesimpulan dari survei kecil-kecilan yang saya lakukan. Hidup lebih sederhana, secara fisik
dan bathin juga sepertinya tidak pernah terlintas di pikiran para sahabat.

kita terlihat tidak ingin menghentikan pesta-pesta, kita menyibukkan diri dengan
kesenangan-kesenangan kecil dan berharap bertemu dengan kebahagiaan.

Kebahagiaan surga atau nirwana sesuai arti namanya adalah padamnya keinginan. Dan bila
keinginan dan harapan berasal dari dalam, mungkinkah kita memadamkannya dari luar?

mengobarkan api keinginan mungkin terlihat heroik, bersinar, hebat, tangguh dan sukses,
namun ia lambat laun ia membakar diri kita, sementara memadamkan keinginan bukan cara
yang populer, terlihat lemah, namun ketika di dalam sudah padam Anda akan melihat
keindahan di luar, layaknya melihat kilau bintang di kegelapan malam.

Tampil Telanjang

Bila seseorang bertanya padamu, "Sedang apa?"

Jawablah dengan " Saya sedang bahagia"

Dijamin ada pertanyaan lanjutan "kok, ada apa?"/ "emang apa yang terjadi?"/ "Bahagia
kenapa? cerita dong?"

"tidak ada apa-apa, saya hanya memilih untuk bahagia"

Bahagia adalah pilihan memang susah dimengerti, bukan karena kerumitannya namun
karena kesederhanaannya.
kita sudah tidak percaya lagi dengan kesederhanaan. kita mencintai sesuatu yang rumit,
karena di dalam benak telah terinstal program bahwa harus ada syarat tertentu untuk
mendapatkan sesuatu, dan semakin besar dan banyak syarat yang bisa dipenuhi semakin
baik hal yang akan kita dapatkan.

Kita melupakan bahwa setiap syarat yang ditambahkan dalam hal apapun di setiap aspek
kehidupan kita, akan membebani kebahagiaan tersebut.

Pikiran kita sudah terkonstruksi sedemikian rupa sehingga tidak PD untuk tampil bahagia,
kita telah kecanduan parah dengan stiker kesuksesan, label ego, atribut kemewahan dan
ribuan tempelan bahkan tatto yang tidak penting.

bahagia adalah tampil telanjang, apa adanya, kita tidak perlu berusaha untuk terlihat baik,
hebat, mengesankan orang lain.

Ingat, semahal apapun pakaian yang melekat tidak mungkin bisa mengalahkan nilai dari
tubuh itu sendiri.

sungguh paradox, setiap hari kita membicarakan, mendiskusikan bahkan mengejar


kebahagiaan, namun setiap saat juga kita melekatkan aksesoris lebih banyak.

kita takut untuk telanjang, kita takut untuk memilih bahagia.

Lulus Universitas Kehidupan

Mereka yang benar-benar sembuh adalah mereka yang tidak mempermasalahkan apakah
dirinya sehat atau sakit.

Mereka yang benar-benar beruntung adalah ia yang tidak


mepermasalahkan apakah ia mendapatkan atau kehilangan

Kebahagiaan adalah ketika kita mampu merangkul kedua sisi yang berseberangan itu,
keduanya adalah pengalaman unik namun tidak bisa diperbandingkan.
Walau keduanya terlihat berbeda di luar namun didalam mereka saling berpelukan bagaikan
saudara kembar.

Memperlakukan sakit ,sembuh, senang, susah dengan senyum ibaratnya seperti


memperlakukan kedua sayap kanan dan kiri secara seimbang.
Hanya dengan keseimbanganlah kita tidak terjatuh dan hanya dengan keseimbangan pula
kita bisa terbang.

Mereka yang sampai di titik tersebut adalah mereka yang telah lulus dari universitas
kehidupan, dan telah menyandang gelar S4 nya, yaitu :
Sehat Syukur, Sakit Syukur.
Senang Senyum, Susah Senyum.
Setiap Saat Selalu Sempurna

Happy life

Bahagia itu sederhana. Bukan di masa depan dan bukan tentang kepunyaan. Kalimat itu
yang disampaikan Gobind Vasdev penulis buku Happiness Inside. Gobind mengatakan, orang
tua memiliki andil besar dalam pengenalan makna bahagia ke buah hati.

Sebagai pasangan yang membesarkan buah hatinya, ayah dan ibu merasa wajib
memberi wejangan untuk anak-anaknya. Termasuk mensyaratkan ukuran kebahagiaan dari
pekerjaan yang sukses atau kekayaan. Seperti mandat yang harus diwujudkan, pesan itu
menjadi tanggungan seumur hidup si anak.Jika tak terwujud muncullah kekesalan hati yang
berujung dengan rasa minder, dengki, dan tidak bahagia. ’’Pemahaman seperti itu sebaiknya
sudah tidak ada lagi. Bahagia itu tidak ada syarat. Harus sukses dululah, harus kaya dulu.
Bukan begitu,” kata Gobind. Kebahagiaan tidak perlu diletakkan di masa depan, di saat
sukses atau mampu membeli ini-itu. Sekarang pun jika si anak merasa bersyukur dengan
banyaknya teman yang dia miliki, prestasi yang dia raih, dan kesulitan yang bisa dia
selesaikan sendiri, itu juga bahagia. ’’Bahagia itu konsekuensi jika seseorang bisa ikhlas, bisa
berkata ya pada kesulitan, atau jika sudah melakukan sesuatu yang baik dan benar,” papar
Gobind.

Perilaku baik yang dilakukan orang tua menjadi bekal si anak menentukan sikap yang baik
pula. ’’Action is always big louded than words,” kata Gobind. Sebuah tindakan nyata selalu
berbicara lebih banyak dari sekadar penjelasan panjang. Jika tak ingin si anak menjadi
pribadi yang selalu mengeluh dan tak pernah merasa cukup, orang tua bisa
mencontohkannya melalui sikap. ’’Kebahagiaan ada jika kita menerima kesulitan. Kadang
kalau seperti ini ada orang tua yang bilang, rasanya ingin lari saja. Nah ini kalau didengar si
anak mereka akan berpikir, ah orang tua saya saja cepat putus asa,” ujar Gobind. Contoh
semacam inilah yang membuat ajaran kebahagiaan tak pernah berhasil.

Saat terjadi masa sulit, ada baiknya orang tua tidak menutupi keadaan itu pada buah
hatinya. Terlebih jika si anak sudah mampu meresponcurhat orang tua. Menurut Gobind,
justru di masa seperti itulah anak waktunya diperkenalkan situasi yang baru dari perjalanan
hidup. Sehingga si anak mulai memahami kondisi seperti apa yang dihadapi kini. ’’Untuk
mengutarakannya juga bijaksana. Jangan memaki atau marah, tapi mengatakan bahwa ada
saatnya hidup menemui kejutan. Apakah itu baik atau buruk,” urai Gobind. Ungkapkan juga
bahwa situasi sesulit apapun lebih baik jika dihadapi bersama. Karen, anak-anak selalu
membutuhkan sikap dan arahan yang menguatkan.

Ruang Kosong Yang Selalu Hadir


Pelangi selalu ada, ia menjadi terlihat ketika kita mengarahkan pandangan pada sudut yang
tepat.
Begitupula keindahan, ia bukanlah benda namun cara melihat.

Ketika dunia yang kita jalani terasa kelam, kita cenderung menyalahkan situasi, manusia
jarang berpikir bahwa alam meminta kita untuk melihat hal lain di tempat yang berbeda.

Seperti ketika sebuah pintu tertutup, pasti disaat yang sama ada pintu lain yang terbuka,
sayangnya kebanyakan dari kita terlalu lama memandangi pintu yang tertutup tersebut. kita
memaksa bahwa kebahagiaan hanya ada dibalik pintu yang rapat tersebut.

Disaat televisi hilang, kita mendapatkan waktu berlimpah untuk membaca. Lemari yang
lenyap akan memberikan kelegaan bagi ruang gerak.

Sakit, memang tidak nyaman namun disaat sakit kita mulai mendapatkan perenungan dalam
tentang kesehatan, kehidupan bahkan satu-satunya kepastian yang sering tidak ingin kita
ingat yaitu kematian.
Sebaliknya Sehat memang nyaman tapi sering kita terjebak pada jutaan hal-hal sepele
dengan kadar makna yang dangkal.

Kesenangan kerap menidurkan sementara penderitaan seringkali membangunkan.

Jadi setiap kita kehilangan sesuatu, apakah benda, orang terdekat atau kesehatan ,pasti
hadir sebuah ruang kosong yg menanti untuk diisi. Sekarang semua tergantung kita, mau
diisi dengan hujatan atau hajatan penuh syukur.
Dijual: Ketakutan

Sejak isu kiamat 2012 dirilis oleh kaum New Age sekitar tahun 70an, ketakutan lambat laun
menyebar. memanfaatkan ketakutan ini sebagian orang mengambil keuntungan, holywood
meciptakan film yang meraup ratusan juta dolar, para penulis menerbitkan buku tentang
apa yg akan terjadi dan apa yang sebaiknya dilakukan, begitu juga hotel2 di sekitar
reruntuhan suku maya mendulang uang semenjak sebulan ini.

btw Ketakutan adalah barang dagangan yang paling laris dijajakan di muka bumi ini.
lihatlah hampir semua iklan terbesit "ketakutan" yang disamarkan dalam bentuk solusi.
hati-hati tulang anda keropos, minumlah susu .......tiiiittt" .....(maaf sensor)
tampil tidak percaya diri, pakailah .......tiiittt....
perumahan ...... dijamin bebas banjir

Dan kalau kita mau merenung ,menggali dan melihat dengan jujur, kita akan menemukan
bahwa sebagian besar bahkan hampir semua dari tindakan kita didasarkan oleh ketakutan.
Dari menggosok gigi sampai dengan mengambil keputusan untuk melanjutkan study

Shakespeare sang penulis Romeo and Juliet pernah menulis,Ketakutan akan kemalangan
yang akan terjadi dapat menjadikan kita lebih sengsara daripada saat tibanya kema- langan
itu, yang mungkin terjadi atau tidak

Padahal kalau kita mau melakukan riset statistik kecil2an mengenai ketakutan, kita akan
terkejut bahwa sebagian besar ketakutan kita tidak terjadi.

Disisi lain, kita bisa belajar banyak dari ketakutan itu sendiri, setiap ketakutan yang muncul
adalah sebuah titik jelas yang memberitahu kita lokasi untuk menyelam dan membereskan
apa yang tersumbat di dalam diri.
dan ketika kita sudah mengurai sumbatan tersebut kita akan menemui dunia yang baru,
dimana apa yang dulunya kita anggap sebagai hal yg menakutkan sekarang telah menjelma
menjadi hal yang mencerahkan.
seperti apa yang dikatakan Charlie Chaplin "Apa yang dulunya tragedi sekarang menjadi
komedi"

kembali ke kiamat,
Ketika saya di tanya pendapat tentang kiamat 2012 ini, saya jawab " saya sudah tidak sabar
menunggu tanggal tersebut" "lho kok gitu?"
"iya, sejak ribuan tahun lalu dari orang suci sampai penjahat menceritakan dan
menggambarkan tentang kiamat, namun mereka tidak mengalaminya. kalau nanti tgl 21 des
12 jadi kiamat , kita menjadi orang yang paling beruntung karena mengalami peristiwa yang
amat langka tersebut"
Orang yang Mengganggu

Sering kali saya di hadapkan sahabat yg bertanya " Bagaimana caranya menghadapi orang yg
menganggu diri ini ?"

terlihat ini adalah pertanyaan yg benar, namun coba pikirkan lebih dalam lagi.

Di dunia ini kita tidak mungkin bisa di ganggu oleh siapapun , kecuali diri kita sendiri.

jadi untuk menemukan jawaban yg tepat, bertanyalah dengan tepat, karena otak manusia
hanya mencari data berdasarkan permintaan (Baca: Pertanyaan). pertanyaan yg baik akan
menggiring kita menemukan jawaban yg baik pula.

Jadi rubahlah pertanyaannya menjadi " bagaimana saya menghadapi diri saya yg terganggu
oleh pikiran saya sendiri tentang orang tersebut?"
HP Hilang
Bila Anda kehilangan sesuatu pastikan Anda tidak kehilangan pelajarannya

Kemarin HP saya tertinggal di travel jkt-bdg & yg menemukan blm berniat


mengembalikannya, ijinkan saya share 8 pelajaran yg saya dpt

1. setiap medapatkan sesuatu/seseorang sadari bahwa benda itu pasti akan meninggalkan
kita atau kita tinggalkan

2. daripada sedih, bersyukurlah karena di beri kesempatan pernah memiliki benda itu atau
bersama orang itu

3. berterimakasihlah krn alam memberikan pelajaran melepas tingkatannya jauh lebih tinggi
drpd pelajaran meraih

4. jangan marah/memaki/ menyumpahi org yg mengambil karena setiap orang hanya


melakukan sesuatu sesuai tingkat kesadarannya

5. ketika kita menyumpahi org yg mengambil hp kita itu sama spt kita meminum racun dan
berharap dia yg mati

6. berusahalah mencari, bila tak berhasil, berdoalah semoga yg menemukan memang


sedang memerlukannya & berguna utk hidupnya

7. bila data blm di back up, itu artinya alam meminta kita bersilaturahmi dgn tmn2 yg sdh
lama tdk di hubungi

8. dan akhirnya sadarilah bahwa manusia tidak pernah kehilangan apa-apa, karena kita tidak
pernah memiliki apa-apa
Listen Ing

Hari ini dan esok saya dan Istri mengikuti workshop art of listening. Bahasa sederhananya
belajar mendengar.

Mendengar kok dipelajari ?

Komunikasi bukanlah hanya menyampaikan, komunikasi juga mendengar. Sebagian besar


orang sudah S3 dalam ilmu menyampaikan, namun masih banyak yg TK dalam mendengar.

Semakin modern jaman, semakin ramai manusia, semakin banyak orang kesepian.
Dan untuk mengusir kesepian kita mencari keramaian di luar, kita melakukan banyak hal
untuk menjadi pusat perhatian, karena dengan menjadi seperti itu semua orang
memperhatikan dan mendengar kita.
Kita belajar berkomunikasi kepada orang lain namun lupa belajar komunikasi pada diri yg
didalam.
Kita belajar berbicara di depan umum tapi enggan untuk mendengar.
Berusaha mempengaruhi orang lain dan tidak mau menempatkan diri pada posisi orang di
depan kita.

Kalaupun kita mendengar, tubuh kita yg hanya ditempat tapi pikiran kemana-mana.
Kalaupun kita mendengar kita hanya fokus untuk menjawab atau mendebat bukan untuk
memahami.

Karena bongsornya ego Kita melupakan kebutuhan manusia lain untuk didengar dan itu
sama juga artinya kita melupakan kebutuhan diri sendiri.

Kita juga sering tidak sadar bahwa mendengar adalah sebuah hadiah, hadiah yg bukan
ditujukan pada yang berbicara tapi yg mendengar.

Selalu ingat Ketika kita berbicara kita hanya mengulang sesuatu yg kita tahu nanun disaat
mendengar kita biasanya mendapat sesuatu.

Selamat mendengar, karena mendengar seringkali menjelma menjadi nasehat yg bijak


bahkan lebih bijak dibanding nasihat baik yg terucap.
Tidak Ada Sampah

Sedikit orang yang saya tahu sering memberi julukan pada preman, perampok, atau perusuh
sebagai sampah masyarakat.

Kata "sampah" mengingatkan saya pada Gandhi, manusia yg diberi gelar Mahatma ini
pernah berkata "Tidak ada sampah yg ada hanyalah benda yang salah tempat"

sampah dengan segala kualitas yang dimilikinya bila diletakan di tengah jalan selain tidak
mempunyai harga juga tidak ada yang mendekat, namun di tempat yg tepat ia menjadi
pupuk yg menyuburkan, menghasikan buah dan bunga bagi pohon disekitarnya.

Preman, perampok atau sampah masyarakat lainnya, mereka mempunyai kualitas


keberanian, strategi, perencanaan, ketepatan, dan lainnya yg kurang lebih sama dengan
seorang prajurit dengan pangkat tinggi di pundaknya.

sesuatu pasti terjadi di masa lalu dan mungkin sekali saat mereka masih kecil yang membuat
mereka menjadi seperti saat ini.

orang-orang ini mempunyai energi yang sangat besar, namun arahan yang melenceng atau
tekanan yang keras dari orang tua atau lingkungan sekitar membuat pembrontakan terjadi.

Sahabat pembaca yang gemar berolaraga pasti pernah mendengar nama Michael Phelps,

Phelps seorang anak yg hiperaktif, tidak hanya orangtuanya, guru dan orang
disekitarnyapun kualahan mengangani anak yg tidak bisa diam ini.
suatu hari Ibunya mengajaknya ke kolam renang, dan Phelps menceburkan diri dan tidak
mau keluar dari kolam walau lampu sudah dimatikan.

sejak saat itu serasa tidak ada hari yg dilewati tanpa berenang, kecepatan berenagnyapun
semakin meningkat.

Sampai suatu saat ibunya mendaftarkan Phelps untuk ikut seleksi pemilihan atlit renang yg
diikuti oleh ribuan perenang dari daerahnya masing-masing.

Phelps mengantri berjam-jam dengan sabar. Ibunya pun tidak percaya " seumur hidupnya
aku tak pernah melihat anakku bisa duduk setenang ini , apalagi ini sudah lebih dari tiga jam
dan seperti kita ketahui Michael Phelps bukan saja menjadi perenang nasional Amerika
namun prestasinya susah ditandingi oleh siapapun. ia mampu mengukir rekor dunia sebagai
pengumpul mendali emas terbanyak dalam gelar pesta olaraga Olimpiade.

Saya suka dan setuju sekali dengan kalimat yang keluar dari Ibu Phelps ini "anak hiperaktif
bagaikan seekor ikan yang belum menemukan kolamnya"

ikan, sampah, seorang anak atau siapapun disamping kita semua mempunyai benih yg baik,
dan akan menjadi hebat ketika menyatu dengan yang tepat.

mari kurangi penghakiman apalagi hujatan pada mereka, bantu carikan kolam yang tepat

Cerita ini akan kembali disampaikan pada workshop Super Parenting "Ada yang lebih
penting daripada mencintai Anak Anda"

14 April , di WerdhaPura , Sanur - Denpasar , Bali.

Info :Yinna 0813 375 38050

Cinta vs Takut

"Walaupun sesibuk apapun, saya pasti sempatkan untuk membuat sarapan, memilihkan
baju, dan merapikan tas kerjanya" kemudian ibu direktur itu melanjutkan "pokoknya orang
laki itu harus di servis agar tidak lari" (kebalikan dengan mobil, kalau abis di servis larinya
pasti tambah kenceng :))

inti yang ingin dikatakan Ibu direktur itu adalah "buatlah pasangan tergantung pada Anda"

Sementara di sisi sebaliknya, para suami seringkali secara tidak sadar menggelontorkan
rupiah bulanan yang membuat istri fokus merawat anak dan sekaligus juga terggantung"
tidak ada salahnya menggantung dan digantungi, kita semua memang saling tergantung,
bukan hanya pada manusia lain tapi juga makhluk hidup serta benda mati lainnya.

di alam ini apa yang tidak terlihat sering menjadi lebih penting daripada apa yang tampak.

Melayani suami adalah sesuatu tindakan baik, memberi nafkah pada istri dan anak juga
sebuah kebaikan bila dilandasi cinta dan kasih.

sebaliknya bila tindakan muncul dari motiv ketakutan maka tentu hasilnya berbeda, ... jauh
berbeda.

Menulis cerita ini sekoyong muncul gambar seorang sahabat lama yg bercerita kisah seorang
majikan, istrinya serta pembantunya yang cantik, yang kemudian saya mengetahui bahwa
Rumi adalah penulis cerita tersebut.

sang istri pencemburu pergi bersama pembantunya, setelah beberpa saat ia meminta
pembantunya pulang untuk mengambil sebuah benda yang tertinggal.

tanpa berpikir lagi pembantu itu lari secepat mungkin, karena ia tahu sesampai dirumah ia
akan mendapat kesempatan bertemu dengan majikan laki yang dikasihinya.

Beberapa menit kemudian sang istri berlari tak kalah cepatnya menyusul ke rumah saat ia
tersadar bahwa perintahnya pada pembantu itu akan membuat suami dan pembantu
bertemu tanpa pengawasaanya.

Istri dan pembantu sama sama berlari, yang satu berlari karena cintanya, sementara satunya
lagi karena ketakutan.

Lama aku merenung bertanya dalam hati, dan berharap jawaban jujur "Tuhan, apakah aku
mencintaiMu?

hatiku diam, mungkin Ia tahu aku belum siap mendengar jawaban jujurnya.

lalu ku lantunkan kembali doa indah Rabiah Al Adawiyah

”Tuhanku. Jika aku menyembahMu karena takut pada api neraka, maka masukkan aku di
dalamnya!
Dan jika aku menyembahMu karena tamak kepada surgaMu, maka haramkanlah aku
daripadanya!

Tetapi jika aku menyembahMu karena kecintaanku kepadaMu, maka berilah aku
kesempatan untuk melihat wajahMu yang Maha Besar dan Maha Mulia itu.”

Suhu tinggi dan puasa

Rigpa dari beberapa hari lalu sampai kemarin suhu tubuhnya tinggi, sebagian besar manusia
memberi judul 'sakit'. ribuan tawa dan senyum yang ditebarkan setiap hari olehnya, telah
terganti dengan tangisan tak henti sepanjang hari.

Belum bisanya menangkap arti tangisan Rigpa membuat kecemasan membajak wilayah yg
luas dalam hati yang mendengarnya.

Ketika saya menjelaskan kondisi Rigpa pada setiap orang yang bertanya, hampir semua balik
bertanya "Sudah dibawa ke Dokter?"

"kami memilih untuk memberikan ruang agar tubuhnya membangun sistem imunitas serta
menyembukan dirinya sendiri" jawab saya.

beberapa orang kembali bertanya " bagaimana bisa sembuh kalau tidak diobati?"

saya dan istri hanya bisa tersenyum.

hari ini krisis kepercayaan terbesar manusia bukan pada lembaga-lembaga eksekutif,
yudikatif atau legislatif melainkan pada tubuhnya sendiri.

kita telah menelan begitu banyak pengetahuan sampai sampai pengetahuan itu menjadi
autoimun. kita seolah-olah kembali mempercayai bahwa bumi itu datar.

Suhu meninggi adalah reaksi alami karena tubuh ingin mengaktifkan enzim serta mematikan
bakteri , jamur atau virus yang telah menyebar.

beberapa hari Rigpa tidak mau makan, ia hanya ingin menelan air dan air, sesekali ASI, dan
kami menghormatinya sekaligus belajar dari kebijaksanaan pikiran yang belum tercemar ini.

Tubuh yang panas membuat lidah tidak nyaman memakan sesuatu, dan itulah
kebijaksanaan tubuh yang ingin berpuasa namun sering kita abaikan.
Lagi-lagi virus pengetahuan 'makanan dan kesehatan' dari produsen makanan memang
telah memamakbiak dipikiran kita dibanding 'puasa dan kesehatan"

Perlu dan sangat mendesak bagi kita umat manusia untuk hidup lebih rileks, mengurangi
kebisingan pikiran dengan jutaan keinginan dan mulai mendengarkan tubuh.

selayaknya kita menyadari bahwa tubuh yang nano ukurannya bila dibandingkan alam
semesta ini adalah salah satu mahakarya dari pencipta.

untuk itu sudah saatnya kita lebih mempercayai ciptaanNya dibanding dengan komposisi
kimia yang diciptakan massal dengan tambahan ego didalamnya.

sama sekali tidak anti, bahkan saya memuliakan profesi dokter, serta semua tekonologi
kesehatan yang telah membantu miliyardan orang.

Dokter berasal dari bahasa latin docere yang berarti yang mengabarkan, yang
memberitakan. Memberitakan bahwa peran besar kesembuhan bukan terletak pada hal luar
namun apa yang ada di dalam.

persis seperti kata sang penemu Thomas Alva Edison

“Dokter masa depan tidak lagi memberi obat, namun akan menempatkan kepentingan
pasiennya dalam rangka bimbingan kemanusiaan.."

hari ini adalah masa depan bagi Edison, sudah banyak yang mengabarkan ,sudah banyak
pula yang membimbing manusia pada kemampuan diri sejatinya.

Sekarang sikap apa yang akan kita ambil sewaktu keadaan tidak seimbang sedang menerpa
diri ini, karena sikap seseorang dalam menghadapi tubuhnya yang sedang menyembuhkan
dirinya sangatlah penting, seperti yang dikatakan oleh bapak kedoketran modern
Hippocrates "Saya lebih suka mengetahui orang macam apa yang mengidap penyakit
daripada mengetahui jenis penyakitnya."

jika selama ini dalam mengadapi "sakit" kita memberi label dan konotasi negatif pada sakit,
seperti Tuhan yang sedang menghukum saya, atau menyalahkan cuaca, virus dan sebab
lainnya, alangkah baiknya kita merangkul rasa tersebut, menjadikan Guru serta mengambil
pelajarannya.

Ada banyak karunia berlimpah disaat tubuh atau orang disekitar kita menjalani proses yang
dinamakan 'sakit' tersebut.

sayang sekali bila kecemasan, ketakutan dibiarkan mengisi tempat yang bisa diisi oleh
banyak pelajaran mencerahkan.
Sakit adalah guru besar yang mengajarkan kita untuk menerima. Tatkala kita menyadari dan
menerima keadaan yang sedang dan akan terjadi, langkah hidup menjadi ringan.

Ada baiknya kita melihat sakit sebagai sahabat, merangkulnya seperti memeluk saudara
kembarnya yang bernama sehat. Di saat kita mampu memeluk keduanya, disaat itulah
kesadaran sejati memeluk diri kita.

Saatnya Belajar dari Wanita

Secara umum, mana yang lebih rentan stres, pria atau wanita? Pertanyaan ini sering muncul
dalam pelatihan stress management yang biasa saya lakukan. Sebuah pertanyaan singkat
yang sederhana, bukan? Namun jawabannya, hmmm... tidaklah sesederhana itu.
Pada umumnya, wanita lebih gampang terkena stres, tetapi saya sangat menyarankan
setiap pria untuk belajar menyikapi stres dari wanita. Lho kok? Ya, dan inilah sebenarnya
rahasianya, pencipta kita sangatlah adil, Dia menciptakan kekuatan dan kelemahan dalam
satu kesatuan. Kekuatan dan kelemahan yang sering kita pandang sebagai hal yang berla-
wanan sebenarnya saling melengkapi.
Di dalam setiap kekuatan tersimpan kelemahan, dan juga sebaliknya.
Banyak yang memandang kecilnya seekor semut adalah kelemahan, tetapi karena kecil
maka semut bisa masuk ke tempat yang tak terjangkau oleh binatang lain.
Begitu pula dengan wanita, banyak sekali yang melihat sebagai kaum yang lemah. Saya
pribadi melihat dengan cara berbeda 180 derajat dari kebanyakan sahabat. Sejak kecil saya
selalu mengagumi sosok wanita, saya melihat banyak kemampuan wanita yang harus saya
pelajari dalam kehidupan ini.
Setelah beribu tahun pria menjadi panutan, di mana wanita telah belajar banyak dari pria
dalam berbagai bidang, bukankah sudah seharusnya pria juga harus belajar dari wanita?
Saya percaya, bila pria belajar dari wanita bagaimana menghindari atau menyikapi kejadian
pemicu stres yang datang, pria akan mendapatkan hidup yang lebih berkualitas.
Tulisan ini dibuat bukan dimaksudkan membandingkan mana yang lebih baik. Namun, lebih
untuk pemahaman yang lebih tinggi antara keduanya. Walau terkesan tulisan ini hanya
untuk pria, sebenarnya wanita dapat mempelajari tentang dirinya lebih dalam dan lebih
memahami mengapa dirinya berbeda dengan pria.

Fisiologi
Secara fisiologi otak wanita lebih kecil daripada otak pria, meski lebih kecil, otak wanita
bekerja 7-8 kali lebih keras dibanding pria pada saat menghadapi sebuah problem.
Disamping itu ada sebuah jembatan antara otak kanan dan otak kiri, jembatan ini di sebut
corpus colasum, jembatan pada pria lebih tipis dan jarang sedangkan wanita jembatan ini
lebih tebal dan lebih banyak 30 %. Karena jembatan yang lebih tebal ini memungkinkan
wanita memandang sebuah persoalan lebih lebar, menghubungkan satu hal dengan hal
yang lainnya dan ini membuat sebuah permasalahan menjadi lebih kompleks,sementara
seringkali menurut para pria hal satu dan lainnya itu sama sekali tidak berhubungan.
Selain secara mental dalam memandang sebuah persoalan,secara fisik pun hal yang sama
terjadi ini pun terjadi pada lebar tidaknya pandangan mata antara pria dan wanita, wanita
memandang lebih lebar sedangkan pria lebih sempit . Makanya bila seorang pria melihat
pemandangan yang indah seperti wanita cantik lewat dia harus memutar lehernya,
sementara wanita yang juga suka memandang pria yang ganteng cukup dengan melirik saja.
Bukti lain bisa dilihat dari sebuah survey kecelakaan dari pengemudi pria dan wanita, pada
mobil atau kendaraan yang dikemudikan pria , bagian yang sering terkena benturan adalah
kanan dan kiri sementara wanita depan dan belakang, ini sebabnya wanita tidak suka jika
disuruh memarkirkan mobilnya.
Selain secara struktur otak, kenapa wanita lebih stres, ternyata ada suatu dorongan yang
kuat dari seorang wanita terutama yang sedang atau yang sudah dewasa untuk tampil
menjadi wanita yang sempurna, menjadi ibu yang welas asih, istri yang menggairahkan,
menjadi tetangga yang baik atau bos yang berwibawa . Menurut Simone de
behavoir seorang pelopor feminis modern dalam bukunya Second Sex tekanan itu bukan
berasal dari luar melainkan dari dalam diri wanita, dan ini membuat wanita cenderung lebih
stres.
John Gray Ph.D yang mendunia dengan seri bukunya Mars and Venus juga
mengatakan, wanita ingin selalu menyenangkan orang lain, mereka ingin selalu memberikan
namun tidak memberi cukup untuk diri sendiri.
Semuanya ini membuat wanita sering kewalahan dan menderita depresi atau stres yang
tinggi, belum lagi ditambah dengan kondisi hormonal yang tidak seimbang pada saat
sebelum menstruasi.
Dari fakta-fakta yang ada diatas dan banyak lagi yang tidak mungkin disebutkan satu
persatu, dapat disimpulkan sementara bahwa wanita mengalami stres yang lebih besar
daripada pria, namun menariknya adalah bahwa 2/3 populasi yang mengkonsumsi alkohol
adalah pria, 80 % yang menggunakan narkotika dan obat terlarang adalah pria , 90 % yang
menghuni lembaga permasyarakatan atau penjara adalah pria dan walau percobaan bunuh
diri 3 kali lebih banyak dilakukan oleh wanita namun 4 dari 5 orang yang melakukan bunuh
diri adalah pria.
Suatu yang aneh bukan? Mengapa yang mengalami stres wanita dan yang melakukan
kriminal adalah pria dan mengapa yang depresi lebih banyak wanita dan yang bunuh diri
lebih banyak pria?
Dibawah ini adalah 3 dari perangkat banyak lainnya yang di pergunakan oleh wanita dalam
menghadapi stres, saatnya belajar dari wanita..
Berbagi
Disinilah sebenarnya kaum Adam bisa belajar banyak dari kaum Hawa, pria sudah
seharusnya mulai menghilangkan pola budaya turun temurun, bahwa setiap masalah bisa
“dibereskan” sendiri, memendam dan memikirkan sendiri masalah adalah sama seperti
menyimpan bom yang sewaktu-waktu dapat meledak.
Setiap wanita secara alami senang mencurahkan kejadian sehari-hari dalam hidupnya, baik
itu sebuah kejadian yang dianggap sebagai masalah atau yang biasa di sebut “curhat”
maupun kejadian yang menyenangkan dirinya atau orang lain. Wanita berbicara tanpa perlu
harus ada solusi, mereka berbicara dengan tujuan melepaskan apa yang dirasakan dalam
dirinya, dan ini menjadikan wanita lebih ringan menjalani hidupnya.Dalam keadaan stres
wanita berbicara tanpa berpikir sementara pria berbuat tanpa berpikir, maka itulah 90%
penghuni penjara adalah pria dan 90% yang datang ke psikolog adalah wanita. Menurut
survey, setiap hari wanita mengeluarkan sekitar 20.000 kata sedangkan pria hanya 7000
kata. Wanita suka sekali bebicara dengan sesama jenis, ini karena otak pria tidak di desain
untuk mendengar, namun ketrampilan mendengar bukanlah tidak bisa dirubah, ketrampilan
ini bisa dikuasai oleh pria dengan latihan.
Menangis
Selain berbicara , wanita juga mengeluarkan emosinya dengan menangis, dimana hal ini
juga dipandang tabu oleh sebagian besar kelompok laki-laki. Ada sebuah hukum yang tidak
tertulis dalam budaya kita (pria), bahwa pria tidak boleh menangis, menangis adalah untuk
wanita, untuk kaum yang lemah. Bagi saya menangis bukanlah hak sebuah kaum saja,
menangis adalah hal yang sangat manusiawi. Sama seperti tertawa, menangis adalah
sebuah luapan emosi, bila emosi sudah mencapai titik tertentu, air mata muncul untuk
meredakan perasaan yang bergejolak itu.
Teringat saya dengan Viktor Frankl seorang penemu logo therapy yang dalam hidupnya
Frankl pernah di penjara di kamp konsentrasi Auswitch, dimana seluruh keluarganya
dibunuh kecuali saudara perempuannya, dalam bukunya Frankl berkata
“Ada banyak penderitaan yang harus kita jalani. Karenanya, kita perlu menghadapi seluruh
penderitaan kita, dan berusaha menekan perasaan lemah dan takut. Tetapi kita juga tidak
perlu malu untuk menangis, karena air mata merupakan saksi dari keberanian kita untuk
menderita”
Pelukan
Yang satu ini juga jarang dilakukan oleh pria, pelukan adalah obat termurah selain tertawa,
begitu banyak penelitian tentang pelukan dan semuanya mempunyai riset yang
membuktikan bahwa pelukan akan merangsang hormon oxytocin (sebuah hormon yang
berhubungan dengan perasaan cinta dan kedamaian) keluar dan sekaligus menekan cortisol
dan norepinephrine (hormon pemicu stres). Selain itu oxytocin juga baik untuk jantung dan
pikiran kita, di Kansas, Amerika Serikat Dr. Harold Voth, seorang psikiater senior telah
melakukan riset dengan beberapa ratus orang.
Hasilnya, mereka yang berpelukan mampu mengusir depresi, meningkatkan kekebalan
tubuh, awet muda, tidur lebih nyenyak, lebih sehat. Kulit adalah organ tubuh yang terbesar,
dan dibawahnya terdapat begitu banyak kelenjar-kelenjar yang aktif dan mengeluarkan
hormon kekebalan bila di sentuh.
Ada kecenderungan semakin dewasa seseorang semakin jarang sentuhan melekat di tubuh
ini, seorang bayi selalu dalam pelukan, seorang anak kaya akan sentuhan orang-orang di
sekitarnya namun setelah dewasa sentuhan semakin jarang, bahkan jabat tangan dan cium
pipi belum tentu setiap saat dilakukan setiap ketemu teman. Seorang Terapis keluarga yang
sangat saya kagumi Virgina Satir mengatakan ‘Untuk bertahan hidup, kita membutuhkan 4
pelukan sehari. Untuk kesehatan, kita butuh 8 pelukan perhari. Untuk pertumbuhan, awet
muda, kebahagiaan, kita perlu 12 pelukan perhari,”
Saya sangat mengerti kalau otak pria tidak di desain untuk berbagi apalagi mendengar, saya
juga tahu kalau hormon pria dan wanita sangat berbeda sehingga menyebabkan pria susah
untuk berekspresi berlebihan seperti menangis, dan saya menyadari kalau kulit pria tidak
terlalu peka di banding kulit wanita terhadap sentuhan dan pelukan. Namun semua
bukanlah harga mati yang tidak bisa dirubah, kita bisa pelajari apa yang terbaik dari wanita
dan saya yakin kita bisa merasakan perubahan setelah kita sadar dan mempraktekkannya.
Dan akhirnya selamat berbagi, menangis dan berpelukan.

Anak rewel makan?

"Anaknya makannya ngga rewel pak" tanya seorang ibu ketika melihat saya menyuapi Rigpa
di sebuah Vihara tempat kami sedang mengikuti retreat meditasi.
"Ngga pernah" jawab saya.
"Enak ya"' tak lama kemudian disambung "kok bisa ya pak?"
" kami tidak pernah memaksa anak kami untuk makan, kalau dia mau makan ya kami suapin,
kalau dia tidak mau ya tidak kami paksa" jelas saya.

Jangankan anak, orang dewasapun bisa ngambek atau malah marah kalau lagi tidak pingin
makan dan dipaksa harus makan.

Seingat saya sewaktu mengenyam bangku SD, hampir tidak ada murid yang tubuhnya
gemuk, kalaupun ada setengah gemuk itupun sudah jadi bahan candaan, namun saat ini di
kota, utamanya di sekolah-sekolah bergengsi, jarang saya melihat anak yang kurus.

Namun begitu, orangtua tetap mendorong anaknya makan yang banyak dan disertai
ancaman atau cerita seram agar anak menelan makanan itu.
mereka yang melakukan itu tidak sadar bahwa makanan yang ditelan dalam beberapa hari
akan meninggalkan tubuh namun ketakutan yang ditanam dipikiran si anak akan menginap
jauh lebih lama.

kejadian apapun diawal kehidupan adalah pengalaman yang paling melekat dan sangat
berarti bagi perjalanan hidup seseorang.
contohnya belajar, betapa banyak orang dewasa yang saat ini alergi dengan kata "belajar",
bukan karena materi pelajaran, tapi pengalaman-pengalaman awal sewaktu mengunyah
bahan pelajaran tersebut sering membuat anak trauma.

anak yang trauma pelajaran tidak akan menangkap atau menyimpan apa yang diajarkan
gurunya, bukankah sering kita melihat seorang anak kesulitan mengingat nama pahlawan
negeri sendiri sementara hafal luar kepala nama pemain sepak bola negeri spanyol yang
namanya saja susah dieja.

Begitu juga dengan makanan, setelah dipaksa mungkin sekali akan masuk kedalam perut si
kecil, namun suasana tidak nyaman sewaktu melahapnya membuat beberapa kelenjar tidak
aktif, misalnya kelenjar air liur atau asam lambung. bukannya membuat sehat, makanan
bergizi yang ditelan malah menjadi racun bagi tubuh ini.

Rigpa sampai hari ini menu utamanya adalah buah, sedangkan tambahannya adalah sayuran
yang di kukus tanpa bumbu apapun, termasuk garam. sementara Minumnya, ASI tentunya,
air putih dan air kelapa, selain itu Ia belum pernah mencoba apapun termasuk vitamin, obat
atau suntikan.
Walau belum mempunyai gigi, Ia mengunyah makanannya sendiri dan meskipun makannya
relatif sedikit dibanding bayi lainnya namun tubuhnya berisi dan pertumbuhannya sangat
baik.

Melihat perkembangannya, kami orangtuanya menjadi yakin sekali dengan apa yang
dikatakan para bijak bahwa kebutuhan manusia sangatlah sedikit namun keinginan kita tak
pernah ada habis-habisnya.

Terimakasih anakku, kau mengajarkan begitu banyak pada orangtuamu, semoga kelak kau
dapat berbagi ilmu menjadi sederhana ini pada setiap orang yang kau temui.
Jangan takut anak tidak makan

Dua mata saya , hidung saya satu, dua kaki saya pakai sepatu baru

dua telinga saya , yang kiri dan kanan, satu mulut saya

TIDAK BERHENTI MAKAN

kaget saya ketika mendengar kembali lirik lagu tersebut. dulu tidak sadar kalau kalimat
terakhir itu sangat berbahaya bukan hanya pada manusia tapi juga untuk semua makhluk.

Makan yang banyak ya nak, supaya cepat besar, agar kamu bisa kuat makan yang banyak,
anak pintar makannya banyak, atau kalau mau jadi anak mama musti makan yang banyak.

dan ada puluhan kalimat motivasi lainnya yang sering kita dengar dari orangtua kepada
anaknya.

belum lagi kalau ditambahin kata-kata "makan harus cepat."

Mungkin sebagian besar dari orangtua tidak sadar kerugian makan yang banyak apalagi
ditambah makan cepat.

makan banyak membuat lambung semakin luas dan memancing seseorang akan makan
lebih banyak lagi dikemudian hari.

selain itu setelah beberapa jam makan yang banyak kita akan mudah terasa lapar kembali
karena sebelumnya lambung terasa sesak sudah tidak terasa tertekan lagi dan ini dianggap
kondisi yang lapar, padahal masih banyak makanan di lambung.

masih banyak kerugian lainnya misalnya diabetes yang mengintip akibat pangkreas yang
sering kelelahan karena memproduksi insulin dalam jumlah yang banyak sekalius.

Disisi kemanusiaan, ada jutaan orang saat ini yang berada dalam kondisi rawan pangan,
mengurangi makanan yang kita konsumsi , walau sedikit akan dapat membantu mereka
yang lebih memerlukannya.

Lah kalau masih lapar bagaimana?

Percaya tidak bahwa 90% lapar kita lebih condong faktor psikologis daripada fisiologis.
kita makan bukan karena tubuh sedang memerlukan makanan alias lapar tubuh, tapi karena
pikiran kita yang terprogram untuk makan 3 kali sehari, makanya pas jam-jam makan lapar
tiba-tiba menyeruak hadr.

kita juga makan karena program ketakutan yang tanamkan oleh lingkungan sewaktu kita
kecil. kita makan karena takut sakit.

sebagian orang dewasa makan karena balas dendam, karena sewaktu kecil sengsara, ingin
beli ice cream atau cake tidak bisa, maka sewaktu dewasa dan punya uang akhirnya dia
puas-puasin.

ada juga orang makan karena status, seperti jaman dahulu melihat para mener makan roti
dan keju akirnya ia pun makan hal yang sama walaupun tidak selalu cocok dengan perut
orang lokal indonesia, sementara lainnya nongkrong di fastfood dan restoran franchise asing
lainnya karena gengsi yang tinggi.

Dan tentu masih banyak faktor psikologis yang bisa diuraikan lainnya.

Belum lagi kita diiming-imingin iklan yang mengeroyok kita dari sisi manapun dan
menembus sampai ke tulang sumsum.

kita diminta untuk minum vitamin C 1000 mg sementara kebutuhan orang dewasa hanya 65
mg,

kita diminta untuk mengkonsumsi susu dengan kalsium yang tinggi untuk penguatan tulang
namun hasilnya susu dengan tinggi kalsium inilah yang menyebabkan osteoporosis.

belum lagi candu yang terbesar sekaligus legal yaitu gula dan turunannya termasuk MSG
yang disematkan ke hampir semua produk kemasan.

kita dibuat tidak percaya dengan produk alami dari Pencipta yang tumbuh dengan baik di
sekitar kita.

saya merindukan para orangtua yang tidak memaksakan anak menjejali makanan sambil
berkejar-kejaran dan mengalikan perhatian anak dengan beribu cara.

Kak Seto pernah mengatakan "jangan takut kalau anak Anda tidak makan satu hari , tapi
bolehlah takut kalau Anak tidak bermain samasekali dalam satu hari."

berbekal itulah saya tetap tenang ketika anak kami Rigpa tidak mau makan, bahkan sewaktu
panas meningggi Ia berpuasa tiga hari (artikel tentang suhu tinggi dan puasanya Rigpa bisa
dilihat di http://bit.ly/1bvXGGP
Dimanakah orangtua yang mengatakan "Cukup makananya Nak, nanti kalau sudah lapar lagi
kita makan ya?"

setiap orang Kristen hafal dengan "Doa Bapa kami" yang bait kelimanya adalah "berikan
kami makanan pada hari ini yang secukupnya"

dan setiap orang Muslim juga hafal benar apa yang dikatakan Nabi Muhammad untuk
berhenti akan sebelum kenyang.

saya yakin juga di kepercayaan lain kebijakasaaan yang sama dianjurkan.

Puasa adalah cara tersederhana dan terefektif untuk sembuh dari banyaknya sakit dan
penyakit.

Dokter Hiromi Shinya pencipta kolonoskopi yang sangat terkenal dengan bukunya Miracle of
Enzim menjelaskan keajaiban puasa di bukunya Miracle of Microba.

ketika kita berpuasa maka sel-sel akan melakukan kanibalisasi. sel yang kuat dan yang
lemah/sakit keduanya tidak mendapat makan, maka sel yang kuat akan memakan sel yang
lemah/sakit, dengan kata lain tubuh melakukan self healing.

seorang sahabat bertanya bagaimana dengan kanker, apakah Puasa juga bisa
menyembuhkan kanker dan sejenisnya?

jawabannya besok ya

selamat menikmaati Puasa dan silakan berbagi artikel ini bila berkenan.
Potensi buah dan anak

setiap hari saya memakan buah, tentu karena rasa enak dan manfaat sehatnya, tapi saya
selalu mengagumi bijinya.

Buah itu telah dipetik, diputuskan dari sumber hidupnya yaitu pohon berhari2 bahkan
berbulan2 lamanya, namun biji tetap hidup.

Setiap biji mempunyai potensi yang tak terbayangkan, lihatlah bagaimana biji asam yang
kecil namun terkandung sebuah pohon raksasa di dalamnya. lihatlah hasilnya, sebiji dan bisa
menghasilkan ribuan biji yang sama.

Setiap potensi ini menunggu untuk berjodoh dengan media yang tepat.

Jika dibuang sembarangan mungkin ia tidak akan tumbuh, bila biji ini ditanam di pot kecil,
kelak ketika tumbuh ia akan menjadi hiasan rumah, dan jika biji ditanam di halaman, suatu
hari mungkin akan menjadi penyejuk bagi rumah.

begitulah setiap anak yang lahir, selayaknya setiap orangtua meletakkan mereka ditempat
yang tepat.

meletakkan pada pot kecil sewaktu baru ditanam adalah perbuatan bijak, si kecil bisa selalu
berada dalam jangkauan, namun kebijaksanaan ini akan memudar bila ortu tidak segera
memberikan ruang yang lebih luas ketika ia mulai besar.

menyirami tanaman sama seperti memberi makan sikecil, amatlah penting, namun akan jadi
genting bila berlebihan. Menabur pupuk adalah memberi pendidikan,

selalu ingat bahwa tujuan pendidikan bukanlah mencekoki ilmu seperti mengisi benda ke
sebuah tempayan, tapi merangsang potensi yang sudah ada di dalam, menyalakan api
keingintahuan, membangunkan raksasa yang tidur dan melepaskan dari sangkar ketakutan
akan kegagalan.

Ajak bicara anak serta dengarkan, dengarkan dan dengarkan.

Bukan berbicara tapi dengan mendengarlah kita mengetahui apa yang ada di dalam.

Dan ketika saatnya tiba tanaman itu harus ditanam di luar, awalnya kita perlu menberikan
pagar agar binatang liar tidak merusaknya, tapi haruslah diingat agar pagar juga tidak
menghalangi ia bertumbuh.

sampai suatu masa dimana orangtua harus melakukan tindakan termudah juga sekaligus
menjadi terberat, yaitu melepas.

Membiarkan ia terbang menjelajahi dunia dan masa depannya dengan senyum serta
menghasilkan biji-biji yang terbaik untuk dunia yang lebih indah.
Berantem itu Biasa

Kemarin sore, sedang duduk ngobrol dengan sahabat lama di sebuah kedai di jalan protokol
kota denpasar, terdengar suara seorang wanita berteriak histeris dan sekali-kali
mengeluarkan kata keras dan lancip.

saya menengok ke sumber suara, tapi hanya menemui sekelompok orang termasuk koki dan
beberapa staf kedai tersebut yang berkumpul di pembatas tembok menyaksikan adegan
yang saya sendiri penasaran dengan apa yang terjadi.

Beberapa menit kemudian suara teriakan meredah dan gerombolan penonton bubar,
seseorang nyeletuk "Biasa... suami istri berantem". Celetukan yg mencairkan penasaran
saya dan sekaligus melahirkan penasaran baru, mengapa ada kata "biasa" pada kalimat
"Suami Istri berantem"

Teringat beberapa waktu yang lalu ketika saya berbagi cerita pada sekelompok orang bahwa
hubungan saya dan mantan pacar saya Kartika Damayanti sampai saat ini kurang lebih
sudah berjalan sembilan tahun dan baru satu kali kami bertengkar dan itu tidak pakai jerit-
jerit.
Luar biasa bukan ? ternyata tidak.
Yg luar biasa adalah komentar orang-orang itu "itu tidak normal Pak, orang berpasangan itu
harus ada bumbu berantemnya agar lebih sedap"

Inilah menariknya dunia ini, jika sudah tidak menarik, buatlah terbalik agar tetap menarik :)
Gampang Digendong

Si kecil Rigpa gampang sekali diajak / di gendong oleh siapa saja, mungkin karena semenjak
dari lahir sudah sering dikunjungi sanak saudara dan sahabat, juga kerap mengikuti acara
dengan peserta yg jumlahnya ratusan.

Mengetahui hal ini tiba2 seseorang menyeletuk, "wah bahaya kalau begini, anak ini nanti
gampang di culik".

awalnya saya hanya tersenyum saja,menggangap hal tersebut adalah wujud perhatian,
namun setiap bertemu orang dan mengetahui hal ini, respon ketakutan ternyata jauh lebih
besar daripada hal positif.

Saat ini kita hidup di dunia dimana ketakutan telah menjadi dagangan terlaris.

saya juga pernah mendengar tentang penculikan anak yg sempat dihebohkan oleh media,
namun marilah kita melihat jumlah anak di dunia ini dengan jumlah yg di culik.

fenomena ini hampir serupa dengan kecelakaan pesawat terbang. Ada puluhan ribu
pesawat yg tinggal landas dan mendarat setiap harinya dan belum tentu ada kecelakaan di
tiap harinya. Namun karena virus ketakutan yg bersarang di pikiran bawah sadar kita
pengalaman & keindahan naik pesawat digusur oleh perasaan was2.

di suatu seminar Magic parenting seorang ibu bertanya "Pak, kalau anak dibolehkan main
dilapangan atau tempat terbuka, nanti bagaimana dengan virus dan bakteri yg banyak di
tempat tersebut"

jawaban saya "kita terlalu fokus pada bibit (virus/bakteri) dan bukan pada lahan (tubuh),
virus dan bakteri itu ada dimana2, dan sampai kapanpun tak mungkin bisa dilenyapkan
semua.
Ingat, bibit terbaikpun tidak akan tumbuh di porselen, jd kalau kita selalu menjaga
kekebalan tubuh si anak maka kita tidak perlu risau akan penyakit.

Hari ini banyak orangtua yg sewot dan cepat2 membawa kabur anaknya ketika ada asap
rokok disekitar anaknya, namun disaat yg sama terlampau banyak orangtua yg menjejalkan
makanan instan yg jauh dari kelayakan untuk di konsumsi bahkan untuk orang dewasa
sekalipun.

Dan walaupun ini bukan survey apalagi penelitian, saya menduga, bahwa jauh lebih banyak
anak yg sakit dan kemudian meninggal dikarenakan makanan yg seolah layak di konsumsi
daripada kasus penculikan anak.

Cinta dan Takut bereaksi berlawanan dalam otak manusia.

kemunrnian seorang anak pantasnya mendapat siraman cinta dari lingkungan dimana ia
hidup.

kalimat dengan ancaman serta ketakutan seperti, "ada banyak orang jahat di luar sana" , "
Hati-hati kalau ada orang yg bawa karung, dia mungkin akan menculik kamu" dsb, adalah
bibit ketakutan yg kita tanam.

setiap ketakutan yg hadir, ia mengusir sebuah petak kedamaian di lahan hati kita.

Mari ciptakan dunia yg lebih aman dari rumah

Pernikahan Alam

Denpasar (Antara Bali) - Inilah pernikahan dua insan dengan latar belakang sama-sama
pengagum tokoh antikekerasan Mahatma Gandhi.
Gobind Vashdev dengan Kartika Damayanti akan melangsungkan "pesta" pernikahan,
Minggu, 2 Oktober 2011 di Pantai Mertasari, Sanur, Bali, dengan konsep yang sangat unik.
Tanggal itu merupakan kelahiran Gandhi dan Hari tanpa Kekerasan Dunia.

Pernikahan motivator dan penulis buku "Happiness Inside" dengan Tika ini dirancang
dengan konsep menghormati alam dan mencintai semua makhluk hidup. Karenanya "pesta"
itu dilaksanakan saat matahari terbit dengan menyediakan jajanan pasar dan makanan
serba vegetarian.

"Kami melaksanakan pernikahan di saat matahari terbit, seperti salam yang selalu kami
ucapkan, selamat pagi. Jangan pusingkan kostum untuk hadir. Pakaian jogging atau sarung
santai di pantai juga boleh," kata pria keturunan India kelahiran Surabaya ini.

Pria yang mengganti sabun untuk mandi dengan garam dan sabun cuci dengan bahan alam
biji kluwak ini, mempersilahkan undangan untuk membawa elekton atau saksofon dan
kemudian beryanyi bersama.

"Baik kawan maupun lawan, jika ada, kami undang dan juga Anda, siapapun yang membaca
pesan ini. Sengaja kami tidak mencetak undangan untuk meringankan beban bumi, namun
jangan segan untuk datang," katanya.

Gobind dan Tika memilih sahabat-sahabat yang memiliki kemampuan yang berbeda sebagai
pagar ayu dan bagus, agar kita belajar bersama untuk melihat keindahan yang lebih dalam.

"Suvenir telah kami buat, yaitu sebuah kalender abadi yang berisi 366 kalimat yang
meletupkan kesadaran dan kebahagiaan. Untuk menerima suvenir ada dua syarat, yaitu
Anda wajib hadir walau cuma sebentar dan kedua, karena pembuatan kalender ini dari
kertas yang memotong pohon, maka untuk membalas kebaikan alam, Anda juga harus
menerima bibit pohon dari kami dan berjanji untuk menanamnya," katanya.

Bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi dapat menyumbangkan bibit tanaman untuk
kemudian dibagikan kepada para undangan yang hadir dalam pernikahan tersebut.

"Seluruh hasil dari kotak donasi pada saat acara berlangsung akan dibaktikan untuk program
kemanusiaan," kata Gobind. (*)
Capacitar

Setelah menyehatkan dan menyejahterakan tubuh sendiri lewat Capacitar, selanjutnya Anda
bisa membantu orang lain memulihkan trauma-trauma mereka.

Capacitar berasal dari bahasa Spanyol, yang artinya memberdayakan. Capacitar juga
merupakan sebuah cara pemberdayaan diri untuk self healing. Selanjutnya, Capacitar
dipakai sebagai nama sebuah lembaga sosial yang memanfaatkan teknik pemulihan diri ala
Capacitar untuk membantu korban-korban kekerasan agar mampu mengatasi trauma-
trauma mereka.

Didirikan oleh seorang relawati bernama Patricia Mathes Cane, PhD bersama rekan-
rekannya di Nikaragua sekitar tahun 1988, hingga kini anggota Capacitar sudah tersebar di
30 negara di seluruh dunia. Di Indonesia, kelahirannya diprakarsai oleh RM Terry Panomban,
seorang pastor, yang secara kebetulan bertemu dengan Mary Litell OSF, pelatih Capacitar
Internasional, di bandara Timor Leste.

Untuk pertama kalinya di Indonesia, tepat pada bulan Juni 2002, diadakan workshop
Capacitar yang diikuti oleh para aktivis Poso dan Aceh yang ingin membantu pemulihan para
korban konflik termasuk korban ledakan bom, agar tidak mengalami trauma
berkepanjangan.

Penyembuhan Alami

Di sela-sela workshop dua hari yang diselenggarakan di Hotel Santika Premiere, Jakarta,
Gobind Vashdev, Coordinator Training Development Capacitar untuk Indonesia,
menjelaskan kepada Nirmala, “Pada dasarnya tubuh manusia memiliki kemampuan untuk
menyembuhkan diri sendiri (self healing) secara alami. Sayang, belum banyak yang
menyadari hal itu.”

Dalam lokakarya Capacitar ini berkumpul beragam peserta dari seluruh penjuru dunia yang
berperan sebagai fasilitator. Mereka secara sukarela berbagi ilmu, didorong oleh hasrat
untuk membantu sesama dalam penyembuhan stres dan trauma.
Capacitar meyakini bahwa Tuhan memberi kemampuan kepada setiap manusia untuk
mengalami proses penyembuhan secara alami, melalui cara-cara sederhana. Dan dengan
cara tersebut, manusia bisa memberdayakan dirinya dan menularkannya kepada orang lain,
tanpa harus bergantung pada siapa pun.

“Tujuan utama latihan Capacitar adalah melancarkan energi yang tersumbat di dalam tubuh
dan mengupayakan penyembuhan secara menyeluruh – tubuh, pikiran, dan jiwa – dengan
menyerap energi alam semesta. Dengan demikian diperoleh kehidupan yang harmonis dan
seimbang dengan Tuhan, alam sekitar, serta sesama manusia,” jelasnya.

Sederhana, tapi…

Pada tahun-tahun pertama memperkenalkan Capacitar, cara atau teknik pemberdayaan


yang diajarkan oleh relawati Patricia terutama memakai gerakan tai chi dan Pal Dan Gum
(olahtubuh asal Korea) yang mudah diikuti. Namun, untuk memaksimalkan proses
penyembuhan, kini para trainer Capacitar juga melengkapinya dengan sekitar 50 variasi
teknik sederhana antara lain latihan pernapasan, akupresur, akupunktur, mengetuk atau
menekan titik-titik akupresur, teknik meredam emosi dengan memegang jari, memijat,
tarian penyembuhan, yoga dan banyak cara lainnya.

Bagaimana cara berlatih Capacitar? “Gerakan yang diajarkan Capacitar memang sederhana
dan mudah dilakukan,” kata Gobind. “Tapi saat pertama kali mulai berlatih sebaiknya Anda
tetap dibimbing oleh trainer yang berpengalaman, walaupun belajar sendiri juga tidak sulit.”

“Selain itu falsafah tentang pentingnya afirmasi dan visualisasi, serta pengetahuan dasar
tentang hak tubuh manusia juga perlu dipahami agar latihan menjadi lebih efektif dan
bermanfaat,” imbuh pria keturunan India ini.

Teknik-teknik yang digunakan tergantung pada kondisi dan masalah yang dialami setiap
individu. Misalnya, stres ringan, Anda cukup menggunakan teknik meredam emosi dengan
memegang jari dan latihan pernapasan.

Selain itu, memperbaiki dan menjaga pola makan juga sangat disarankan karena dengan
pola makan kita dapat mengontrol kesehatan. Perbanyak mengonsumsi makanan yang
dikukus, dan jadikan makanan yang dibakar serta digoreng sebagai pilihan terakhir.
“Makanan yang sehat sangat mempengaruhi kesehatan jiwa dan raga seseorang,” tegasnya.

Sembuh menyeluruh

Meski belum terlalu populer, ternyata sudah banyak yang mendapat manfaat dari berlatih
Capacitar. Salah satunya, Donald Gunawan Tjenderasa (34 tahun). “Setelah menghadiri
workshop Capacitar sekitar tiga bulan yang lalu, saya rajin mempraktikkannya kembali di
rumah. Selain menjadi lebih sabar, sehat, dan bersyukur, jiwa dan pikiran saya juga terasa
lebih damai. Bahkan, setelah seminggu latihan, sakit punggung yang selalu saya keluhkan
juga ikut sembuh,” ujar pria yang juga seorang ahli hipnoterapi dan akupresur di Jakarta ini.
Perubahan kesehatan secara signifikan juga dirasakan Susan (25 tahun), salah seorang staf
perusahaan swasta di Jakarta yang mengenal Capacitar melalui browsing dari Internet.
Setelah sekitar satu bulan rajin mempraktikkan tekniknya sendiri – baik di rumah maupun di
kantor – ia menjadi lebih fokus dan tenang, serta merasa dirinya lebih ceria dan percaya diri,
terutama ketika sedang menghadapi stres pekerjaan dan beban hidup.

“Kunci utamanya adalah selalu tersenyum dan yakin bahwa segala penyakit ada obatnya.
Selain itu, belajarlah bersikap arif pada setiap makhluk hidup agar tubuh kita kembali
seimbang, sejahtera, dan utuh,” Gobind menjelaskan.

Teknik-teknik yang diajarkan Capacitar dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan oleh
siapa pun, tanpa batasan usia.

Perlu diingat bahwa teknik-teknik ini digunakan sebagai alat pelengkap bagi pengobatan
medis, bukan untuk menggantikan program pengobatan spesialis bagi mereka yang
mengalami efek-efek trauma parah. Untuk info dan keterangan lebih lanjut klik di
www.capacitar.org. (N)

Penulis: Tri Qurniati

Anda mungkin juga menyukai