Mazmur 12:1-9
19 Juli, 2020
Pendahuluan :
- Mazmur 12 adalah mazmur ratapan. Biasanya mazmur ratapan diawali dengan
permohonan minta tolong (ay. 2a), kemudian dilanjutkan dengan ratapan atau
keluhannya (ay. 2b-3), kemudian diikuti dengan keyakinan pemazmur (ay. 4,
ay. 7, ay. 8, dst),
- Pertanyaannya, apa yang sedang terjadi saat itu, sehingga Daud menuliskan
mazmur ini?
- Belum diketahui secara pasti, kapan Daud menuliskan mazmur ini, tapi dari apa
yg dapat kita baca, kita bisa lihat bahwa situasi saat itu sangatlah mengerikan
Kondisi yang terjadi sangatlah parah. Menjadi orang fasik bukan lagi suatu hal
yang memalukan, bahkan seperti sudah menjadi kebanggaan dan hal yang patut
dipamerkan.
Bisa kita bayangkan jika seandainya, kita hidup di tengah dunia yang seperti ini,
Dan memang tidak perlu dibayangkan, kita sudah hidup di tengah jaman yang
seperti demikian. Banyak orang yang tidak sadar kalo mereka adalah orang
fasik. Tidak mau menerima nasihat, tidak mau ditegur, tidak mau berdoa,
membaca Firman Tuhan, dll
Di tengah situasi yang demikian, ada satu hal yang membuat Daud mau tetap
setia untuk hidup benar, sesuai dengan apa yang Tuhan mau. Yaitu JANJI,
bahwa orang benar akan diselamatkan.
Nah, janji apakah itu? Oleh karena itu, kita akan merenungkan Firman Tuhan ini
di bawah satu tema : JANJI-NYA DAPAT DIPERCAYAI
Point pembahasan –
1. JanjiNya mengandung keselamatan (ay. 2-5)
Untuk dapat hidup seperti Daud, di tengah situasi yang seperti tadi dijelaskan
diatas, dosa bukan lagi menjadi hal yang memalukan, bahkan menjadi
kebiasaan; tidak gampang. Apalagi dengan dirinya yang mau berkomitmen untuk
jadi berbeda dengan dunia, sangat sangat tidak mudah.
Mempertahankan kebenaran, di tengah dunia yang menganggap kebenaran itu
relatif. Bukan lagi kebenaran absolut.
Mari kita lihat, masa seperti apa yang Daud alami saat itu:
Ay. 2 – kemerosotan dalam hal kesalehan dan kejujuran – dikatakan di sini
‘habis’ dan ‘lenyap’, entah karena kematian, entah karena diabaikan, atau karena
keduanya. Tidak ada lagi orang yang benar-benar baik yang dapat dijumpai
Ay. 3 – manusia penuh dengan kepura-puraan dan sanjungan kosong, mereka
hidup dengan begitu tidak senonoh, sampai sampai hati nurani mereka mati
terhadap dusta, begitu berpura-pura sebagai teman dengan cara yang memikat
dan menarik hati. Kita tidak dapat lagi membedakan siapa yang harus dipercaya.
Ay. 5 – manusia begitu berdosanya, sampai sampai berani mengatakan,
“dengan lidah kami, kami menang…” “…siapakah tuan atas kami?”.
Manusia begitu angkuh, merasa diri mampu, dan merasa tidak perlu bergantung
penuh pada siapapun, kecuali dirinya sendiri
Ay. 6 – orang lemah ditindas, selalu diperlakukan dengan salah hanya karena
mereka tidak mampu membenarkan diri sendiri. – hal yang mereka anggap
kebenaran, dinilai sebagai kesalahan, karena hal itu tidak sama seperti yang
dunia lakukan.
Melihat hal ini, tentu sangat mengerikan ya? Tentunya juga mirip dengan apa
yang kita alami saat ini. Di tengah masa pandemic sekarang ini, untuk tetap taat
mengikuti anjuran pemerintah, masker, cuci tangan, dll. tentunya ga semua
orang suka, dan tentunya pasti ada orang yang meremehkan hal ini,
menganggap kita sok bersih, dll. Apalagi di Ambon sini, banyak orang sok kuat,
sampe bingung musti gimana lagi. Susah taat.
Tapi yaitulah kondisi dunia sekarang ini, kita hanya bisa berserah. Dan
mempercayai janjiNya, karena: ay. 6 bagian akhir – “…Aku memberi
keselamatan kepada mereka yang menghauskannya”
Allah sendiri yang berjanji akan menyelamatkan kita dari situasi yang ada saat
ini.
2. JanjiNya murni (ay. 7)
Dari hal ini, kita bisa lihat salah satu sifat Allah: Allah itu setia. Karena Dia
setia, Dia tidak mungkin menyangkali janjiNya. Amin?
Berbicara tentang setia, untuk dapat menikmati janji itu, kita juga dituntut
untuk setia. Ay. 6 bagian akhir – “Aku memberi keselamatan kepada orang
yang menghauskannya…”
(American Standard ‘panteth’: desperately want something) apakah kita
sudah desperately want to be saved? Seberapa rindu kita dibebaskan dari
kawanan yang sesat seperti ini?
Mari kita lihat kembali diri kita di hadapan Tuhan. Bisa jadi saya, bisa jadi kita
semua; mungkin kita gasadar kita sama seperti mereka.
Saya rindu melalui perenungan Firman Tuhan ini, kita melihat diri kita
masing-masing. Untuk dapat menikmati janji Tuhan itu, kita perlu terlebih
dahulu sadar, apakah kita sudah sungguh-sungguh mau hidup berbeda
dengan dunia ini seperti Daud? Atau malahan sebaliknya, kita di sisi orang-
orang yang sudah kita bahas tadi?
Kuncinya sadar, kita manusia lemah di hadapan Tuhan. Paulus bilang, dalam
2 Kor. 12:9: “… justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.”
Ketika kita sudah sadar, ketika kita sudah sungguh sungguh mau bersandar
pada Tuhan, kita akan melihat bahwa janji Tuhan yang membawa
keselamatan, janji Tuhan yang murni, janji Tuhan sungguh-sungguh
dapat dipercayai di tengah situasi apapun yang kita alami, karena Ia sendiri
yang berjanji untuk menepatinya.