Anda di halaman 1dari 4

KEPEDULIAN TERHADAP KAUM DISABILITAS

2 SAMUEL 9:1-8
======================================================

1. PENGANTAR
Istilah disabilitas sudah sering kita dengar. Ketika saya melayani di Panti Karya
Hephata. Disana saya diingatkan untuk tidak memakai kata disabilitas namun ungkapan
yang harus dijemaatkan atau dipakai adalah difable. Pasalnya, istilah disabilitas
(penyandang cacat) disinyalir terdengar lebih kasar dan cenderung terasa
merendahkan pengidapnya.  Memang, antara disabilitas dan difabel yang digunakan
sebagai pengganti istilah penyandang cacat tampak memiliki arti yang sama. Namun,
ternyata kedua istilah ini memiliki perbedaan yang cukup jelas. 
Sebenarnya, disabilitas dan difabel sama-sama menggambarkan kondisi seseorang
yang mengalami kekurangan. Namun, istilah difabel terdengar lebih halus dan sopan
untuk menyebut kondisi ini, karena istilah difable: memposisikan para tuna netra, tuna
grahita, tuna rungu, tuna daksa dan lain sebagainya sebagai orang lain yang memiliki
kemampuan yang sama, hanya saja cara yang ditunjukkannya berbeda. Sementara
disabilitas hanya menggambarkan orang yang tidak mampu melakukan suatu
aktivitas karena keterbatasan yang ia punya. Padahal mereka mampu melakukan hal
yang luar biasa.
Pada dasarnya Tuhan membuat semuanya ada, pastinya karena Tuhan punya
rencana. Tuhan juga mencipta kita sengaja berbedabeda dan tidak ada yang sama persis.
Maka tidak ada orang yang kurang baik diciptakan dan tidak ada orang diciptakan karena
sebuah kekeliruan dan kehilafan. Tuhan mencipta dengan sengaja tidak pernah dengan tidak
sengaja. Maka dengan adanya kelebihan dan kekurangan siapapun dalam hidup ini maka
kita bersama harus berani mengatakan THANKS GOD, inilah edisi terbaik yang pernah
engkau ciptakan atas aku di dalam kehidupanku. Penekanan terpenting supaya tidak keliru
adlaah bagaimana dnegan saudara kita yang tidak bias melihat dengan mata, tidak bias
mendengar dengan telinga dan sebagainya…ingat: sesungguhnya Tuhan menciptakan
mereka dengan sebaikbaiknya. Sesungguhnya tidaklah ada yang kurang dalam penciptaan
diri mereka. Disana Tuhan mau menunjukkan keanekaragaman ciptaan Tuhan. Karena
sebenarnya, siapapun kita di dunia ini…sesungguhnya kita adalah manusia yang
difable.yang punya kekurangan, yang punya keterbatasan, yang punya kebutuhan-kebutuhan
khusus kita dalam hidup ini. Maka kalau ada orang dipinggirkan karena keterbatasan
saudara kita. Sesungguhnya pikiran kitalah yang bermasalah bukanlah Tuhan. Karena Tuhan
mencipta mereka dengan satu tujuan yaitu untuk kemuliaan nama Tuhan.
Dalam Yohanes pasal 4: ketika seorang buta datang kepada yesus, murid2 Yesus
bertanya sama Yesus: "Guru, siapa yang berbuat dosa, dia sendiri atau orang tuanya,
sehingga ia dilahirkan buta? Sebuah pertanyaan yang mewakili pemahaman kebanyakan
pandangan orang Israel dalam Perjanjian Lama, tentang hukum pembalasan di bumi. Yang
melihat bahwa penyakit, nasip malang dan kemiskinan serta penderitaan adalah hukuman
Tuhan karena dosa seseorang. Mungkin kita saat inipun masih berpandangan begitu. Ketika
kita melihat pengemis, orang cacat di sekitar kita, atau mereka yang terkena bencana secara
hampir otomatis kita mengaitkanya dengan dosa dan hukuman Tuhan karenanya. Bisa
dimengerti bahwa tak mudah menjelaskan hal ini. Sebab, ketika terjadi sesuatu yang di luar
kemampuan normal manusia, kita akan mencari apa penyebabnya, yang tentu juga bukan
dari sekadar tindakan manusiawi, tapi yang lebih dari itu. Normalnya, orang lahir melek,
tapi ini lahir, buta.
Jawaban Yesus mengajak kita berpikir supaya jangan menyimpulkan sesuatu
yang kita tidak tahu. Sebab yang paling tahu hanya Allah. Jawaban Yesus adalah "Bukan dia
dan bukan orangtuanya, tapi karena pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia..."
Mungkin (ini refleksi saya), Yesus mau mengatakan bahwa untuk yang sudah terjadi, kita
tak bisa menarik mundur lagi ke belakang. Allah yang tahu mengapa ia harus buta sejak
lahir, tapi jangan buru-buru menyimpulkannya sebagai akibat dosa, melainkan karena
sesuatu yang lain. Namun, yang lebih lanjut, bahwa dalam diri si buta ini, karya Allah bisa
diwartakan.
2. Penjelasan nats
Bapak Ibu saudara dalam 2 Samuel 9:1-8 ini kita diingatkan :
Bagaimana kita menjadi Daud dan bagaimana kita menjadi mefiboset dalam perjalanan
kehidupan kita. Kita yang lemah ditolong, dan kita yang lebih kemudian menguatkan orang
yang lemah. Sehingga kelebihan kita mencukupkan kekurangan orang lain.
Mari belajar dari Daud yang dalam Nats ini diposisikan punya kelebihan
dan kuasa. Kalau kita punya kelebihan dan kuasa dan sedang diatas angit…ingat kita
punya masa lalu! Belajar dari Daud sebelum dia menjadi seorang raja dari apa yang dia
lalui ternyata banyak sekali tantangan :
 Dia sangat dilecehkan
 Sering diancam dan mau dihabisi hidupnya sampai berpura-pura jadi orang
gila asalkan dia selamat
Tetapi hal terpenting yang mau kita lihat adalah Daud menghadapi hidup
dengan penuh kesabaran, Dia mau dibimbing oleh Tuhan. Semua Kesulitan, semua
tantangan yang dia hadapi justru membuat dia untuk tetap bersemangat, kokoh
dalam pendirian dan tidak ada kata PUTUS ASA dan Dia tetap ingat akan smeua
masa lalunya dan pertolongan yang dia terima melalui sahabatnya Yonatan.
Maka ini juga menjadi pembeljaran bagi kita untuk mendorong kita tetap
bertahan:
3. Jalan Hidup tidak selalu Mulus (kita harus setia kepada Tuhan seperti Daud)
Banyak permasalahan di dunia ini yang terkadang tidak bisa dilogikakan. Bukan karena
kemauan tapi muncul karena sebuah tuntutan. Hidup di zaman saat ini, kita harus benar-benar
menjadi orang-orang kuat. Kata orang : mental harus sekuat baja. Jika cuman mental tempe,
kita akan habis digilas zaman, digilas perasaan orang yang tidak tau menjaga perasaan.
(namanya juga hidup ..ya wajar diselimuti masalah….kalau mau diselimuti daun pisang
itu namanya lontong)
Apapun masalah itu, libas saja semua. Terus saja maju ke depan, jangan terlalu
memikirkan samping kiri kanan bahkan apalagi menoleh kebelakang. Apa yang di belakang itu
adalah sebuah pembelajaran untuk maju ke depan. Jangan biarkan hal itu menghalangi
jalanmu. Tapi ingatlah jika kamu lelah, berhentilah sejenak dan ingat bahwa hidup tidaklah
selalu mulus. Kalau sudah merasa lebih baik, fokuslah kembali untuk maju ke depan.
Hidup ini tidak pernah habis dengan permasalahan. Aku pun yakin semua orang pasti
mengalami permasalahan-permasalahan. Anggap saja masalah itu sebuah pelajaran. Memang
terkadang kita itu harus diberikan suatu cobaan yang berat. Dengan begitu kita akan mengerti
bagaimana hidup yang sesungguhnya. Begitulah hidup, tidak akan selalu berjalan sesuai
dengan harapan kita. Tapi kita memilih tersenyum sehingga semuanya terlihat baik-baik saja
dan akhirnya akan semakin indah dan lebih baik.
Hidup yang seperti inilah yang dimiliki Daud. Tidak ada balas dendam (menyimpan
sakit hati)..tidak ada kesombongan…karena semua proses yang dia hadapi sungguh-sungguh
dia sadari suatu proses membawa pada kedewasaan iman. Karena ada orang: setelah dia
dihadirkan diposisinya atau sudah punya ini dan itu dan memiliki malah semakin menutup diri,
sikap membiarkan, sikap menutup diri karena sakit hati dan dendam (KARENA ADA
ORANG DIBERI POSISI: TUNGGU YA ..KAU AKAN SAYA BALASKAN…BAHKAN
KALAU BUKAN KAMU YA ANAKMU,PAHOMPUM,….aut boi dht sundut
papituhon….). apakah kita sudah melakukan yang terbaik dnegan keluarga yang
pembenci kita???????
Ada dua alasan mengapa Daud begitu peduli dengan keturunan Saul yang sisa yaitu
anaknya Yonatan si mefiboset:
AYAT 1 “BACA”
AYAT 3 “BACA”
Dua alasan itu adalah diayat satu yaitu: kasih karena perjanjian Daud dengan
Yonatan dan di ayat 3: kasih karena perjanjian Daud dengan Allah. Sehingga perjanjian
kasih adalah kontrak seumur hidup kita, karena inilah kontrak dasar dan kontrak utama
alasan mengapa kita ada ditengah-tengah kehidupan ini sehingga kita kasih terhadap
Allah dan kasih terhadap sesama kita disekeliling kita. Mungkin terlalu banyak alasan
bagi kita semua untuk tidak peduli kepada siapapun. TETAPI PERJANJIAN KASIH INI
menjadi satusatunya alasan bagi kita untuk tetap peduli. Ada 1000 alasan bagi kita untuk
menolak berbuat sesuatu kepada orang lemah disekeliling kita tetapi cukup satu alasan
bagi kita untuk menjawa alasan2 yang beribu2 tadi yaitu KASIH. Kita harus mengasihi.
Daud berkata MASIH ADAKAH…TIDAK ADAKAH LAGI…..Ini formula
pertanyaan yang menunjukkan KASIH YANG SESUNGGUHNYA. Kasih itu bukan
hanya sejauh ketika dia hadir di depan mata kita namun perlu untuk memikirkan segala
sesuatunya bahkan hal yang jahat dulu maka pikirkan untuk memperbaikinya.
MAKA HARUS KITA INGAT:
KEPEDULIAN KITA HARI INI BUKANLAH SUPAYA BESOK KITA
DIPERHATIKAN, DIPEDULIKAN, DIBERIKAN LAGI DAN LAGI. TETAPI KITA
MELAKUKAN KEPEDULIAN HARI INI YAHHHHH KARENA JAUH SEBELUM
SEKRANG INI..TUHAN TELAH SELALU DAN TERUS MENERUS MENGASIHI
KITA…JANGAN PEDULI ATAU MEMBERI SUPAYA ENGKAU DIBERI… NANTI
ENGKAU PASTI KECEWA, KARENA TERLALU BERHARAP….MEMBERILAH
KARENA KASIH ALLAH.

4. Beethoven, Terus Berkarya dalam Kesunyian Pendengarannya dan Fanny Crosby dalam
Kegelapan penglihatannya
1. S
2. S

Anda mungkin juga menyukai