Anda di halaman 1dari 6

Pondok Renungan

Hidup itu

bukan kebetulan !

Kebetulan saja, kita bertemua disini. Kebetulan, kita tadi tidak lewat jalan itu. Kebetulan saja saya membawanya saja. Kebetulan, ada orang yang menolong. Kebetulan, kita tidak sampai Perkataan yang demikian tanpa kita sadari sering kita ucapkan. Tanpa sadar pula mengakatan yang demikian. Tetapi jika demikian apakah setiap hari, setiap saat yang kita lewati itu kebetulan belaka. Yang kita alami hanya sebuah kebetulan. Bahkan, apakah mulai pagi hingga malam hari hidup kita ini hanya kumpulan kebetulan-kebetulan saja ? Peristiwa, perasaan dan pengalaman yang kita punyai baik sedih, susah senang, gembira secara iman Kristus sudah ada digenggaman Allah. Allah sudah memilikinya sejak kita belum ada. Allah sudah mempunyai persiapan dan rencana bagi kita untuk hidup di dunia ini seperti apa dan bagaimana. Kita ini membawa misi Allah melalui jalan yang mana Allah sudah tentukan itu semua. Kepada siapa saja kita bertemu. Lewat jalan mana yang harus kita lalui. Kalau jalannya tertutup bagaimana kita melaluinya semuanya mulai awal hingga akhir hidup kita Allah sudah mempersiapkan dan merencanakan. Persiapan dan rencana Allah bagi kita sangat matang. Tetapi menurut kita manusia tidak enak. Mengapa hari ini saya harus bertemu dengan teman lama saya di jalan. Allah membawa pesan apa bagi saya. Mengama saya tidak lewat jalan A tetapi lewat jalan B karena ternyata di jalan A ada demo besar-besar jalan buntu. Mengapa saya datang terlambat ternyata gedung yang dipakai rapat ada gangguan. Atau bahkan mengapa sampai saat ini saya masih belum juga mendapatkan pekerjaan, sejak mengundurkan diri ? Bisa saja manusia mempunyai perhitungan sendiri tetapi Allah juga mempunyai perhitungan yang lebih sempurna dari kita. Saya pernah mengalami, suatu kejadian dimana seakan akan pintu di depan mata ini sudah terbuka lebar hanya perlu satu langkah saja. Tetapi apa yang terjadi saya mengalami kesulitan untuk melewati pintu itu. Tetapi ketika saya merasa sudah tidak ada pintu yang terbuka tanpa saya sadari, saya berada di depan pintu yang sudah terbuka. Saya percaya bahwa kita pernah mengalami hal-hal yang demikian. Bisa jadi Allah melatih kita bahwa mencari pekerjaan itu sulit, untuk itu kita perlu memeliharanya bukan melepaskannya. Dan yang terpenting bagaiman kedekatan kita denganNYa. Jika memang bahwa kehidupan kita ada pada genggaman Allah dan kita mempercayai serta mengimani Allah itu Maha Kuasa dan Maha baik masih

kita mengatakan bahwa hidup ini kumpulan dari kebetulan-kebetulan ? Amin 161003.2.25 Hidup itu Diangkat Suatu saat kita pasti pernah jatuh. Yang kita rasakan adalah sakit. Dan kita membutuhkan bantuan orang lain agar kita dapat berdiri lagi. Ibarat anak kecil yang sedang belajar berjalan pasti mengalami jatuh untuk beberapa kali dan itu membutuhkan orang untuk dapat berjalan lagi. Tetapi itu untuk kemudian mampu berjalan sendiri. Demikian pula kita. Kita ini manusia dewasa yang tetap membutuhkan uluran tangan untuk mengangkat kita dari kejatuhan kita. Kejatuhan kita bukan saja dalam artian fisik saja tetapi kejatuhan dalam hal rohani. Kita seringkali jatuh kedalam dosa. Jatuh kedalam ke-egoan kita. Jatuh ke dalam nafsu kita. Tetapi kita sering kali tidak menyadari bahwa kita hampir setiap saat jatuh. Namun demikian kita sulit merasakan apakah kita saat ini sedang jatuh. Sehingga kita pun sulit membedakan, kita berada dimana. Sebetulnya kita pernah merasakan akibat dari kejatuhan kita. Dalam sehari-hari kita merasakan, kekhawatiran, was-was, takut, kacau balau. Jika kita masih bisa merasakah sebagian kecil dari kejatuhan kita maka kita akan sangat membutuhkan Allah untuk mengangkat diri kita. Ingatkah kejatuhan kita pertama ,saat leluhur kita Adam dan Hawa makan buah terlarang. Saat itulah kejatuhan manusia pertama dalam dosa. Namun manusia seringkali tidak menyadari bahwa kita yang telah jatuh oleh allah masih diangkat agar kita mampu berdiri. Bahkan tidak saja diangkat tetapi ditebus melalui nyawa Putra TunggalNya Yesus Kristus. Allah mengangkat kembali kejatuhan kita bukan sekedar Allah kasihan kedapa kita atau karena Allah kurang pekerjaan. Tetapi lebih dari itu Allah menghendaki kita yang rapuh dalam kejatuhan dosa agar menyadari bahwa kita ini manusia lemah. Lemah bahwa kita tidak mampu tidak berdaya menghadapi kejatuhan kita. Menyadari bahwakita tidak mampu berdiri lagi tanpa uluran kuasa Allah. Allah juga menghendaki agar setiap kali kita merasa diangkat oleh Allah seyogyanya kita semakin dekat denganNya dan Kita juga menyalurkan pengangkat dari Allah kepada kita untuk orang lain juga. Karena kita telah diangkat oleh Allah maka kita pun diharapkan oleh Allah juga mengangkat saudara kita yang mengalami kejatuhan. Ingatlah bahwa hidup manusia rentan dengan kejatuhan. Waspadalah kejatuhan ada didepan kita. Berhati-hatilah dengan selalu dekat padaNya supaya saat kita hampir jauh Allah dengan cepat mengangkat kita. Pertanyaannya, maukah kita diangkat ? Amin. Yesus , Sang Penuntunku dan ! Kaum muda (kita) sedang menyongsong masa depan saat ini. Begitu besar harapan kita gantungkan pada masa depan yang ada di depan mata. Cita-cita membumbung tinggi esok hari. Idealisme yang kokoh untuk masa depan. Tentunya kita mengingini masa

depan dapat raih dengan perjalanan yang lancar, lurus-lurus saja. Kita mencari format bagaimana mencapai masa depan, apa melalui jalan pendidikan setinggi-tinggi atau masuk ke jurang narkoba dan gambaran masa depan dengan memiliki tujuh buah mobil, lima rumah atau terkungkung dalam keputusaaan, kita tidak ada yang tahu persis. Tetapi ada jalan agar kita bisa melihat masa depan. Kerikil Masa Depan Masa depan bukanlah monopoli kita-kaum muda saja tetapi setiap orang mulai manusia usia dini sampai manusia masih hidup. Selama manusia masih hidup selama itu pula masa depan selalu dicari dan ingin diraih karena semua orang tidak tahu gambaran masa depan itu seperti apa bentuk dan wujudnya. Menjadi masalah bagi kita karena kita merupakan tumpuan masyarakat, bangsa, negara dan Kerajaan Allah di dunia. Kita berusaha mati-matian meraih masa depan, yang menjadi masalah untuk meraih masa depan adalah kerikil yang ada di tengah jalan. Tentunya kita bisa ambil pilihan tidak melewati jalan itu atau menghindar tetapi kita harus berhasil melewatinya dengan baik dan tepat. Ada tiga jenis kerikil yang berserakan di tengah jalan, maunya enak-enak an-tidak mau bekerja keras, kesombongan-angkuh, roh kegelapan. Ketiga kerikil ini sewaktu-waktu ada di tengah perjalan kita meraih masa depan. Untuk supaya kita mampu menyelesaikan tugas kerikil tersebut kita tidak akan sanggup menyelesaikan tugas seorang diri. Kalau toh kita mampu menyelesaikan sendiri itu sifatnya sementara dan semu bahkan hanya sekedar kompensasi. Ibarat minum obat hanya pengilang rasa saja, penyakitnya tetap ada dalam diri. Begitu pun kita menghadapi kerikil itu tidak akan mampu seorang diri. Kita membutuhkan cara agar kita bisa menghadapi dan melalui kerikil, kalau kita tidak mau menghadapi dan melewati kerikil keduniawian, kedagingan dan kegelapan kita akan berhenti atau berjalan di tempat, akhirnya kita putus asa. Kita ini sebetulnya orang buta yang tidak tahu sama sekali tentang keadaan beberapa detik kemudian untuk itu kita butuh seorang penuntun. Penuntun ini akan menghantarkan kita orang buta ini sampai pada masa depan. Yang menjadi kebutuhan kita adalah penuntun yang tidak buta. Penuntun yang berkuasa melihat adalah Yesus Kristus. Percaya tidak cukup Kita- kaum muda percaya pada Yesus Kristus, Anak Allah. Percaya Yesus Kristus lebih mudah di bibir saja. Kita dengan mudah mengatakan percaya Yesus Kristus tetapi dalam diri kita ada keraguan, kehawatiran, kesombongan. Untuk selamat kita tidak cukup hanya dengan modal percaya pada Yesus Kristus, karena yang percaya pun hampir-hampir tidak terselamatkan ..Sadarlah bahwa dalam diri kita ada duri yang ditanam, terlebih bila kita tidak percaya pada Yesus Kristus pasti tidak terselamatkan. Yang percaya belum pasti selamat lebih disebabkan kita sendiri tidak menyelesaikan tugas dengan baik dan ragu-ragu serta khawatir menyongsong masa depan. Tugas itu adalah menghadapi dan melalui kerikil dengan tepat. Kerikil-kerikil masa depan tiada lain, kita lebih menyenangi kemewahan, kemegahan, tidak mau bekerja keras, maunya instan, main suap, memakai narkoba, itu semua kerikil duniawi. Kerikil yang lain ialah kedagingan seperti, kesombongan, tidak suka menolong, merasa

paling pinter, paling mampu, tidak menghargai orang lain, mengabaikan Allah Sang Pencipta, Maha Kuasa dan masih banyak lagi hal lain. Roh kegelapan, adalah kerikil kita yang ketiga, kita tidak percaya iblis tetapi kita lebih memuja roh-roh lain, arwah, lebih menghormati allah-allah lain bahkan tidak mempercayai Roh Allah, itu semua termasuk dalam roh kegelapan. Roh kegelapan perlu diwaspadai karena roh kegelapan mampu bertindak seakan-akan tindakan Allah dan roh kegelapan ingin menyamai kuasa Allah tetapi sebetulnya yang bertindak roh kegelapan. Keduniawian, kedagingan dan iblis ada di tengah-tengah kita bahkan ada dalam diri kita. Kita mempunyai tubuh yang telah tertanam duri.Dan ketiganya terus mengaung-angung di sekitar kita bahkan mengikuti terus dimana dan ke mana kita berada. Itu semua kerikil masa depan kita. Ikut saja Tentunya kita mengharapkan dalam perjalanan menuju masa depan kita dapat sampai dengan selamat. Untuk selamat banyak cara seperti memakai rompi anti kerikil, misalnya obat mati rasa, obat keberanian dan sarana tersebut telah diperjualbelikan dengan bebas. Kalau kita mau menggunakan dapat kita beli dengan harga yang jauh lebih mahal. Tetapi ingat cara-cara demikian bersifat semu. Obat minum kuat obatnya habis keberanian hilang, muncul rasa sakit. Cara yang menjanjikan kehidupan kekal dan meraih mahkota kehidupan masa depan ialah minum (ikut) Yesus Kristus. Setiap orang yang mau sampai masa depan dengan selamat mendekatlah pada Yesus Kristus. Yesus Kristus ini penuntun ke masa depan dengan selamat. Kalau kita hendak menyeberang sungai dan kita takut tentu kita butuh penuntun. Yang dilakukan, kita masuk sungai dan percaya kepada penuntun kita. Kita ingin menyeberangi sungai tetapi hanya modal percaya dan tidak mau masuk dan berjalan melewati sungai, juga tidak bisa. Bahkan kita maunya berdiri di pinggir sungai tetapi dapat berdiri di seberang sungai. Itu semua dapat dikatakan, iman tanpa berbuatan, nol. Agar kita dapat dituntun oleh Yesus Kristus maka Yesus Kristus mensyaratkan Mari, ikutlah Aku (Mrk 1:17). Artinya kita kaum muda diajak mendekatlah padaKu, jangan menjauh bahkan mengambil jarak, merasa minder karena tidak layak, banyak kesalahan dihadapan Yesus Kristus. Yesus Kristus tidak mensyaratakan yang mendekat padaKu harus suci. Yesus Kristus tahu betul bahwa manusia tidak ada yang suci begitu pula kita kaum muda medekatlah, itu yang dikehendakiNya. Yesus Kristus sangat senang jika kita mendekat pada Sang Penuntun. Tentu mendekat untuk pertama kalinya, kita akan malu-malu karena melihat diri kita yang tidak layak. Seperti kita saat mendekati cewek untuk pertama kali tentu ada rasa deg-degan dll. Dengan mendekat, menghampiri Sang Penuntun kita melihat lebih jelas dan baik keberadaan dan sosok Penuntun-ku. Tetapi kalau kita menjauh maka tentunya penglihatan kita tidak jelas bahkan kabur. Semakin kita mendekat pada Sang Penuntun kita semakin dijelaskan oleh kasih, dan kesetiaaNya pada kita selama ini. Bahkan dengan mendekat kita akan merasakan kuasa Sang Penuntun pada kita sampai saat ini. Kita dengan Sang Penuntun, kita merupakan bayang-bayangNya yang selalu mengikuti kemana Penuntun ini bergerak. Setiap gerakan yang dilakukan secara otomatis kita akan bergerak pula seirama denganNya.

Bukannya kita bergerak sendiri yang tidak sesuai dengan gerakan Sang Penuntun. Dengan ikut padaNya kita menyerahkan keberadaan diri kita yang jauh dari sempurna ke dalam kasih, setia dan kuasaNya. Untuk itu kita perlu bersikap tegas mengambil keputusan. Yang diperlukan hanya satu pilihan dari sekian banyak pilihan dan kita perlu yakin dan percaya serta mengimani, Yesus Kristuslah satu-satunya Sang Penuntun. Maksudnya kita dipanggil oleh Allah untuk karena Kristuspun telah menderita untuk kamu (kita) dan telah meninggalkan teladan bagimu(kita), supaya kamu (kita) mengikutiNya (1 Petrus 2:21) Roh Allah Ketegasan pemilihan pada Yesus Kristus hanya dapat diwujudkan dengan melibatkan campur tangan Roh Kudus. Untuk dapat melibatkan Roh Kudus, sekarang juga buka, baca, dan mengimani Kitab Suci dan itu dilakukan setiap hari, setiap saat. Keterlibatan Roh Kudus sangat penting mengingat Roh Kuduslah yang sangguh memampukan diri kita dan penghantarkan diri kita pada pengambilan keputusan yang tepat dan benar sesuai kehendak Allah. Baru setelah kita membuka hati pikiran dan jiwa kita untuk masuknya Roh Kudus pada hari Pentakosta,kita mulai melihat dan hidup dalam atmosfir baru, cakrawala mulia karya Roh Kudus. Dengan demikian mulailah kita sedikit-demi sedikit ada dibelakang Sang Penuntun. Dengan Roh Kudus masuk dalam jiwa kita, Roh Kudus mengajarkan kepada kita semua tentang ikut tuntunanNya, Yesus Kristus. Roh Kudus mengenalkan kepada kita Yesus Kristuslah Sang Penuntun yang baik, setia, dan tulus selama-lamanya. Ingatlah bahwa melalui perantaraan Roh Kudus kita tidak hanya tahu tentang Yesus Kristus tetapi lebih dari itu, kita didekatkan, dikenalkan. Dan kita sampailah menjadi tuntunanNya Yesus Kristus. Masa Depan Kita, Yesus Kristus Melalui karya Roh Kudus, kita menerima pencerahan bahwa Yesus Kristus bukan hanya Sang Penuntun tetapi Yesus Kristus itu sendiri adalah masa depan kita. Jadi masa depan bukanlah semata-mata mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan besar, bonafit., multinasional tetapi masa depan adalah ikut padaNya sekarang juga. Ingat dan sadarlah, sejak kita ada dalam katung rahim ,Allah telah menyiapkan masa depan untuk kita. Untuk itu, masa depan yang ingin kita rebut, raih, capai, dan kita berusaha mati-matian saat ini adalah Sang Penuntun, Yesus Kristus, itu sendiri, Sang Anak Allah bukan yang lain. Amien. Kukuh Widyatmoko Email: ekukuhw@yahoo.com Mohon hubungi pembuat serta Pondok Renungan (pondokrenungan@gmail.com), jika anda ingin menyebarkan karya ini. Kembali Ke Index Renungan Versi Cetak Email ke Teman

Home

Renungan

Cerita

Kesaksian

Diskusi

Kontak Kami

2000-2009 Pondok Renungan All Rights Reserved

Anda mungkin juga menyukai