Anda di halaman 1dari 3

Nats Alkitab kita pada hari ini berbicara tentang seorang nabi perempuan yang bernama

Hana. Alkitab tidak banyak menceritakan tentang nabi ini, hanya 3 ayat tersebut diatas saja.
Dari 3 ayat tersebut kita sudah dapat melihat banyak hal karena sudah menggambarkan
seluruh keberadaan baik secara lingkungan, personal maupun dunia. Nabi Hana sudah berusia
lanjut yaitu 84 tahun. Dia hidup sebagai janda setelah menikah selama 7 tahun. Sepanjang
waktu itu, dia tidak keluar dari Bait Allah dan tiap hari berpuasa dan berdoa. Orang ini
memiliki kehidupan yang sangat berat. Janda pada zaman itu tidak sama dengan janda pada
zaman sekarang dimana wanita lebih “perkasa“ daripada pria. Pada zaman para rasul, hidup
para janda ditanggung oleh seluruh kerabatnya. Bahkan sampai dibentuk diaken untuk
melayani para janda dan yatim piatu. Hana bukanlah manusia yang menikmati hidup nyaman
secara keduniawian dengan kekayaan yang banyak. Orang akan menilai dia sebagai orang
yang putus asa dan sengsara. Tetapi Tuhan justru memakai dia untuk menyatakan suatu berita
yang tidak dibukakan melalui Simeon.
Hana memiliki kehidupan yang penuh dengan pengharapan dan apa yang menjadi
pengharapannya tidaklah sia-sia karena dia bisa melihat pengharapannya itu yaitu Kristus
hadir sebagai manusia. Ketika Kristus hadir, dia bersyukur kepada Tuhan dan dia beritakan
hal itu kepada setiap orang yang dia temui, semua orang yang menantikan kelepasan untuk
Yerusalem.
Kondisi bangsa Israel pada waktu itu adalah dalam keadaan sangat putus asa, dalam kondisi
terjajah. Perang Makabeus (untuk melepaskan diri dari penjajah) sudah menghabiskan uang
yang sangat banyak tetapi tidak berdampak. Bangsa Israel harus berhadapan dengan tentara
Makedonia kemudian tentara Romawi yang sangat ganas. Akhirnya bangsa Israel menjadi
orang yang hidup menipu diri. Hal ini dapat kita lihat pada Yohanes 8:30-33 dimana mereka
mengatakan bahwa mereka tidak pernah menjadi hamba siapapun! Mereka tidak bisa
menerima realita bahwa mereka berada di bawah jajahan Romawi meskipun secara jelas
Pilatus ada di hadapan mereka, mereka ditarik pajak untuk Romawi. Mereka sangat putus asa
karena tidak ada lagi jalan keluar untuk lepas dari penjajah. Mereka sangat menantikan
Mesias, tetapi mereka tidak pernah mengira bahwa Mesias yang datang tidak seperti yang
mereka pikirkan/harapkan. Mereka mengharapkan seorang mesias yang duduk di kursi
Herodes atau Kaisar, menggalang tentara dan maju mentaklukkan kekaisaran Romawi.
Dalam konteks kecil: Hana dalam kondisi yang berat, sedangkan dalam konteks besar: orang
Israel berada dalam keadaan terjajah. Keduanya dalam kondisi yang sangat berat tetapi justru
pada saat itu Hana berteriak kepada mereka untuk melihat Anak itu, bersyukurlah kepada
Allah. Apa yang membuat kita bisa bersyukur seperti itu? Cara pandang akan sangat
menentukan karena cara pandang yang tepat akan membuat kita bisa melihat dengan tepat
dan berespon dengan tepat pula.  
Konteks kita di abad ke-21 ini tidaklah jauh berbeda dengan konteks Hana maupun bangsa
Israel. Masyarakat tengah berada dalam bentuk lain dari penjajahan secara
pemerintahan/militer dan dalam keadaan putus asa. Masyarakat tengah menanti kelepasan
dari keadaan ini. Abad inipun menawarkan berbagai versi bentuk kelepasan untuk mengatasi
tekanan yang ada. Akankah kita terkungkung oleh berbagai macam opini dunia yang sepintas
memberikan jalan keluar yang cepat ataukah kita bisa melihat dari apa yang Hana lihat? Apa
yang bisa kita lihat dari apa yang Hana lihat?
Ketika Yesus lahir, seluruh Surga heboh tetapi seluruh dunia tenang tanpa gerakan
sedikitpun, tidak ada orang yang mau tahu, semua pintu tertutup bagi Dia. Injil Yohanes
menuliskan bahwa Allah pemilik alam semesta datang kepada milik kepunyaanNya tetapi
milik kepunyaanNya menolak Dia. Tuhan memakai orang yang dari tempat jauh untuk
datang menyembah Dia, dan orang yang paling sederhana (yaitu gembala) untuk datang
menyembah Dia. Ketika di atas ada Terang besar yang turun ke dunia, di bawah gelap gulita.
Sebuah kontras yang sangat besar. Kita melihat yang mana? Ketika kita melihat dari dunia
maka semuanya gelap, sedangkan ketika kita melihat dari Surga maka semuanya terang. Cara
melihat kita ke mana? Bisakah kita mempunyai mata yang bisa melihat sangat jauh seperti
orang Majus ataukah kita memiliki mata seperti Herodes yang dalam jarak 10-20 km pun
tidak bisa melihat dan tidak bisa datang kepada Anak? Apa yang dilihat orang Majus adalah
berbeda dengan apa yang dilihat oleh Herodes. Tuhan melarang orang Majus untuk
membagikan apa yang dilihat mereka kepada Herodes.
Kalau kita bisa melihat seperti apa yang dilihat oleh Hana maka kita tidak akan dipusingkan
oleh gerak dunia ini. Setelah Hana berteriak seperti diatas, dunia tetaplah sama dan tidak
berubah. Ketika Anak itu dibawa ke depan Hana maka pandangan dia terhadap dunia ini
berubah sama sekali. Sejarah tetap berjalan sama, bahkan sampai Yesus bangkit dan naik ke
Surga pun Israel tetap berada di bawah jajahan Romawi, tetapi orang-orang percaya/ anak-
anak Tuhan mengalami perombakan dahsyat dalam kehidupannya.  
Hana mengajak seluruh Israel untuk berubah dan melihat arah yang baru, kepada satu format
yang baru. Orang-orang percaya yang melihat hal yang sama akan mengalami perubahan.
Apa yang mereka lihat dan bagaimana mereka melihatnya?
1.     Pekerjaan Allah yang besar.
Hana berpuasa dan berdoa bukan untuk memaksakan keinginannya tetapi untuk melihat
Allah bekerja. Mata manusia melihat semua hal yang terjadi adalah sebagai kebetulan dan
tidak dapat melihat bahwa Allah bekerja dan sampai sekarangpun masih bekerja. Tsunami
memang gejala alam, tapi bisakah kita melihat di belakang gejala alam itu, mengapa hanya
pada tempat tertentu, siapakah yang mengatur semuanya itu? Ketika mata kita tidak bisa
melihat apa yang Tuhan kerjakan di tengah dunia ini maka mata kita gelap.
Bagaimana kita bisa melihat seperti Hana? Hana memiliki sifat tekun untuk benar-benar mau
bersandar kepada Allah. Dia tahu bahwa dirinya dalam posisi yang sangat tidak berdaya
tetapi kondisi tersebut tidaklah menjadikan dia hancur/takluk di bawah situasi. Dia hanya
tahu akan dirinya yang lemah tetapi Tuhannya kuat. Dirinya tidak bisa apa-apa tetapi Tuhan
bisa segala-galanya. Semakin manusia merasa hebat dan mampu segala-galanya, Tuhan tidak
lagi diperlukan dan semakin fiktif di mata dia. Tuhan terkadang membiarkan kita dalam
kondisi putus asa agar kita tahu akan keterbatasan kita dan ada Tuhan yang bisa melakukan
segalanya. Kristus datang adalah suatu rencana yang begitu dahsyat yang dipersiapkan ribuan
tahun untuk memberikan kelepasan kepada manusia. Itulah Allah bekerja. Ketika Allah
bekerja, Dia tidak pernah gagal. Di tengah-tengah kondisi putus asa/sulit jika kita bisa
melihat Allah bekerja maka kita akan merasa sangat bahagia. Kalau kita adalah orang yang
dipilih oleh Tuhan menjadi seorang yang berbagian dalam kebenaran Tuhan, melihat Firman
Tuhan, itu adalah kekuatan yang besar luar biasa yang tidak bisa didapatkan oleh orang yang
bukan anak Tuhan. Orang non Kristen bisa mempunyai kesempatan untuk mengerti Firman
Tuhan hanya karena anugerah Tuhan semata. Seberapa jauh Tuhan membukakan kepada kita
di setiap aspek untuk melihat apa yang sedang Dia kerjakan, bukan hanya untuk kepentingan
personal melainkan juga untuk kepentingan Kerajaan Tuhan?
2. Kasih yang paling besar yang Tuhan berikan kepada manusia dengan menyerahkan
AnakNya yang tunggal untuk mati menjadi juru selamat.
Kalau Tuhan sudah memberikan anugerah besar kepada kita, janganlah anugerah tersebut kita
makan sendiri. Kalau kita sudah mendapatkan anugerah yang besar, berkat yang besar,
seberapa jauh kita sudah menjadi berkat bagi orang lain? Di tengah dunia yang sudah sangat
lelah dengan egoisme, dunia membutuhkan berkat dan cinta kasih.
Hana tahu dia sudah beroleh anugerah untuk dapat melihat Yesus lahir sebagai wujud cinta
kasih Tuhan kepada manusia. Setelah melihat hal itu, Hana tidak menyimpannya untuk
dirinya sendiri melainkan dia berteriak mengabarkannya kepada semua orang yang juga
sedang putus asa, yang sedang menantikan kelepasan bagi Yerusalem. Bukan hanya diri kita
sendiri yang lelah/ penuh tekanan tetapi di luar kita juga banyak yang mengalaminya.
Akankah kita hanya mengasihani diri kita ataukah kita mau menjadi berkat dan menolong
orang lain? Banyak orang yang menipu sehingga sulit untuk bisa percaya kepada orang lain,
bahkan orang yang menemukan tuhan yang salahpun merasa tuhannya tidak bisa dipercaya,
orang tidak tahu lagi harus percaya kepada siapa. Marilah kita belajar menjadi orang yang
altruis (tidak egois), mau menjadi berkat, menolong orang lain.  
Orang yang hanya mengeruk keuntungan untuk diri sendiri tidak akan bahagia hidupnya,
justru semakin hari akan semakin serakah. Orang akan bahagia ketika dia menjadi berkat bagi
orang lain. Hidup ini janganlah dipersempit hanya untuk diri sendiri tetapi hendaklah dibuka
selebar dan seluas mungkin. kita tidak pernah menjadi minoritas kalau kita menjadi berkat
bagi banyak mayoritas. Begitu kita menjadi berkat bagi banyak mayoritas, kita pun menjadi
mayoritas.  ?

Anda mungkin juga menyukai