Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH NIHAI’E MA

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM

Disusun oleh
Nama : Hilmi Rodhi
Kelas : XII
NISN : 9961936164
Musyrif : Ust. Rahman

AULIA CENDEKIA
TALANG JAMBE, SUKARAMI, PALEMBANG
2014-2015M/1435-1436 H
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim.
Assalamu’alaikum wa rahmatullaahi wa barakatuh.
Alhamdulillah, Puji dan syukur marilah kita sampaikan kepada Allah SWT
yang telah memberikan nikmat kesehatan, sehingga kita mampu melakukan hal
apa pun dan bisa memberikan hal terbaik kepada orang lain. Dialah yang
memberikan kita semua nikmat yang tak terhitung jumlahnya dan nikmat tersebut
tak akan terputus hingga ajal menjemput kita. Dialah Tuhan yang Maha Rahman
dan Maha Rahim serta Maha segala-galanya. Jadi sudah sepatutnyalah kita semua
berserah diri hanya kepada-Nya.
Sholawat serta salam marilah selalu kita haturkan untuk Baginda
Rasulullah SAW karena beliaulah yang telah menyampaikan Islam pada umat
terdahulu hingga sampai kepada kita saat ini. Beliaulah yang menjadi cermin bagi
umat Islam dalam melaksanakan segala ajaran Islam. Orang yang ma’sum yang
terjaga dari sifat tercela, orang yang paling mencintai umatnya hingga akhir
zaman.
Yang pertamah ucapan terimah kasih kepada pimpinan Pondok pesantren
AULIA CENDEKIA beserta para Ustad/Ustazah dan para Bapak Ibu guru yang
mana telah membimbing kami selama kami belajar di pondok pesantren AULIA
CENDEKIA.
Semoga dengan apa yang saya susun dalam makalah ini bisa memberi
manfaat bagi kita semua. Insya Allah , Allah Ta’ala selalu memberikan rahmat
dan hidaya-nya kepada kita semua , Amiin .
Wasalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Palembang, 20 februari 2015


Penyusun makalah

Hilmi Rodhi
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Salah satu dari rukun iman tepatnya rukun iman yang ke lima yaitu
beriman di hari akhir. Rukun iman yang ke lima tersebut mengajarkan kepada kita
untuk beriman dengan adanya hari akhirat.
Hari akhir merupakan (hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu
dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu
mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.)1
Hari itu setiap orang akan lari dari saudaranya, dari ibunya dan bapaknya,
dari istrinya dan anak-anaknya. Setiap orang pada hari itu disibukkan oleh
persoalannya sendiri-sendiri. Sehingga saat itu, orang tua tidak lagi sempat
memikirkan anaknya, seorang suami tidak lagi sempat memikirkan istrinya,
seorang teman pun tidak dapat memikirkan teman, setiap orang sibuk dengan
persoalannya sendiri-sendiri, untuk mempertanggung jawabkan kegiatan
kehidupannya ketika di dunia ini.
Dalam keadaan semacam itu, di mana setiap orang akan disibukkan
dengan persoalannya sendiri-sendiri, ada golongan manusia yang mereka tenang-
tenang saja, orang lain bingung sedangkan mereka kalem, orang lain kepanasan
mereka mendapatkan keteduhan. Siapa mereka itu? Inilah yang akan menjadi
pembahasan di makalah ini.

2. Rumusan masalah
1. Bagaimana keadaan manusia di hari akhir?
2. Adakah golongan yang selamat di hari akhir?

3. Tujuan makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memotifasikan supaya kita
lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

1
Quran Surah ‘Abasa:34-37
BAB II

PEMBAHASAN

A. Keadaan manusia di hari akhir

Sebuah hadits Rasulullah SAW yang membicarakan tentang kondisi


manusia pada hari kiamat, yaitu :
“Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Manusia dibangkitkan pada
hari kiamat dalam kondisi tidak memakai alas kaki, tidak berpakaian
(telanjang), serta tidak disunat’”. Lalu Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah,
apakah perempuan dan laki-laki semuanya saling memandang dan
memperhatikan satu sama lain?” Nabi menjawab, “Wahai Aisyah,
permasalahan yang terjadi (pada hari itu) jauh lebih berat daripada sekedar
saling memandang dan memperhatikan satu sama lain”. (HR. Muslim).

Manusia dibangkitan pada hari kiamat dalam kondisi tidak punya alas
kaki, di tubuhnya tidak ada satu benang pun yang menutupinya (telanjang) dan
dalam keadaan belum disunat, baik laki-laki maupun perempuan. Di saat
mendengar uraian seperti itu, Aisyah r.a. langsung bertanya dengan polos, ”
Wahai Rasulullah, apakah dalam kondisi telanjang tersebut laki-laki dan
perempuan saling memandang? Jawaban Rasulullah jelas..“Permasalahan pada
waktu itu jauh lebih besar dan berat daripada yang kita bayangkan.”
Dalam kehidupan duniawi, pemandangan seperti itu memang akan sangat
menarik perhatian. Bagaimana tidak, laki-laki dan perempuan berbaur dalam
kondisi yang membangkitkan hawa nafsu. Namun pada hari kiamat hal itu tidak
akan terjadi. Jangankan kita mau menikmati lawan jenis kita, anak dan isteri kita
yang mungkin waktu itu berada di samping kita pun tidak terurus oleh kita.
Kondisi ini mungkin bisa kita ilustrasikan dengan suatu saat ketika kita
sedang berada di sebuah gedung. Tiba- tiba gedung itu hancur. Semua yang ada
dalam gedung tersebut berlari menyelamatkan diri. Dalam kondisi ini tidak ada
yang terpikirkan oleh kita kecuali keselamatan diri. Kita tidak akan sempat
memperhatikan sekeliling kita sekalipun kita melihat orang-orang berlarian tanpa
memakai pakaian. Tidak ada nafsu birahi yang timbul dalam kondisi tersebut.
Kesimpulan
Begitulah kondisi manusia pada hari kiamat, manusia dibangkitkan untuk
mempertanggungjawabkan amalan-amalannya di dunia. Semua berwajah cemas,
jantung berdegup kencang memikirkan apa yang akan terjadi: apakah akan
menjadi penghuni surga atau dilahap oleh api neraka yang sangat pedih. Pada hari
itu semua berharap dapat bertemu langsung dengan Allah serta mendapatkan rida-
Nya. Alangkah bahagianya ketika kita berada di hadapan-Nya dan Dia meridai
apa yang telah kita lakukan di dunia. Karena itu, sering-seringlah membaca
Allahumma ij’al khaira ayyamina yauma nalqaka wa anta radhin ‘anna…Ya Allah
jadikan hari ketika kami bertemu dengan-Mu dan Engkau rida terhadap kami hari
yang terindah dan terbaik bagi kami.
Untuk mencapai rida Allah diperlukan usaha yang sungguh-sungguh. Tebarkan
kebaikan sebanyak-banyaknya. Jangan silau dengan kehidupan duniawi. Jangan
bersikap dan bersifat yang dapat meresahkan dan menimbulkan permusuhan di
antara sesama. Jika terjadi pertikaian janganlah terlalu mendramatisir dan
membesar-besarkan kejadiannya. Jagalah hati dan lisan kita. Peruntukkan mereka
hanya untuk hal-hal yang baik. Ingatlah bahwa semua yang akan kita peroleh di
hari akhirat nanti adalah buah dari amalan dan tindakan kita di dunia.
Hari kiamat adalah hari akhir kehidupan seluruh manusia dan makhluk
hidup di duniayang harus kita percayai kebenaran adanya yang menjadi jembatan
untuk menuju ke kehidupan selanjutnya di akhirat yang kekal dan abadi. Iman
kepada hari kiamat adalah rukum iman yangke-lima. Hari kiamat diawali dengan
tiupan terompet sangkakala oleh malaikat isrofil untuk menghancurkan bumi
beserta seluruh isinya. Hari kiamat tidak dapat diprediksi kapan akan datangnya
karena merupakan rahasia Allah SWT yang tidak diketahui siapa pun. Orang yang
beriman kepada Allah SWT dan banyak berbuat kebaikan akan menerima imbalan
surga yang penuh kenikmatan, sedangkan bagi orang-orang kafir dan penjahat
akan masuk neraka yang sangat pedih untuk disiksa.

1. Keadaan Manusia
sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang
sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat
kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak
yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan
kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka
tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.
Iman kepada hari akhir hukumnya wajib dan kedudukannya dalam agama
merupakan salah satu di antara rukun iman yang enam. Banyak sekali
Allah Ta’ala menggandengkan antara iman kepada Allah dan iman kepada hari
akhir, karena barangsiapa yang tidak beriman kepada hari akhir, tidak mungkin
akan beriman kepada Allah. Orang yang tidak beriman dengan hari akhir tidak
akan beramal, karena seseorang tidak akan beramal kecuali dia mengharapkan
kenikmatan di hari akhir dan takut terhadap adzab di hari akhir.
Al-Qur’an memberikan gambaran tentang keadaan benda-benda langit
ketika Hari Kiamat tiba. Bahwa bulan, matahari, bintang-bintang yang begitu
besar, bahkan sebagian bintang-bintang itu lebih besar dari bumi yang kita tempati
ini, yang lebih terang jutaan kali lipat dan sinarnya dari matahari yang kita lihat,
semua itu akan hancur dan sinarnya menjadi pudar lalu padam. Segala gerak,
tatanan dan aturannya menjadi hancur. Matahari bertabrakan dengan bulan.
Adapun langit yang kita lihat akan bergoncang, terbelah dan hancur. Gugusan
langit akan luluh bagaikan barang-barang tambang yang diluluhkan dan mencair.
Alam ini dipenuhi dengan asap tebal dan awan gelap.2

2
Lihat Qur’an surah Al-Qiyamah: 8-9, Al-Takwir: 1-2, Al-Infithar: 2, Ath-Thur: 1, Al-Haqqah:
16, Ar-Rahman: 37, Al-Mursalat: 9, An-Naba’: 19, Al-Anbiya’: 104, Al-Furqan: 25, Ad-Dukhan:
10
Ketika Hari Kiamat tiba, terjadi goncangan bumi yang luar biasa dahsyat. Bumi
ini memuntahkan seluruh isi perutnya ke luar, berhamburan dan hancur berantakan.
Lautan meluap dan terbelah. Gunung-gunung bergerak dan berguncang keras, kemudian
pecah beserpihan bagaikan butir-butir pasir yang berserakan, beterbangan bagaikan
kapas-kapas yang bertebaran di udara. Gunung-gunung yang menjulang tinggi itu pun tak
ubahnya dengan fatamorgana, tak lagi meninggalkan bekas keperkasaannya.3

Dalam kondisi seperti itu, ditiuplah sangkakala, jerit kematian pun menyeruak ke
seluruh jagad. Ketika itu, seluruh manusia dan makhluk hidup mengalami kematian.
Tidak sesuatu pun yang tersisa di dunia ini. Pada detik-detik peristiwa itu terjadi, seluruh
manusia merasa ketakutan dan panik. Mereka goncang dan kebingungan, kecuali orang-
orang mukmin yang memahami hakikat wujud ini, segala hikmah dan rahasianya, hati
mereka tenggelam dalam makrifat dan mahabbah (cinta) kepada Allah SWT.

3
Lihat Qur’an surah Al-Insyiqaaq: 3,&4, Al-Fajr: 21, At-Takwiir: 2,3,&6, Al-Infithaar: 1-6

Anda mungkin juga menyukai