Anda di halaman 1dari 11

MATRIQ

Al-Ma’un

MATRIQ
Senin 24/10/22 EPS 307
Al-Ma’un
Ust. Amang
Memanfaatkan dan menggunakan seluruh kenikmatan-kenikmatan Allah, iman, islam dan pagi yang
diberkahi seperti ini, dzikir juga termasuk tadabbur dan tilawah Al-Quran dan sampai kepada kita coba
untuk terus menghafalnya. Semua kenikmatan tersebut harus kita manfaatkan di jalan Allah SWT, dalam
rangka meraih keridhoan nya. Rasulullah SAW saat beliau di lempar oleh anak-anak yang di hasut oleh
orang tuanya. Beliau tidak marah, tetapi beliau mengintrospeksi dirinya, kaki beliau hingga berdarah di
sambit batu, dan kita juga masih ingat saat malaikat seorang malaikat penjaga gunung.

Yang menawarkan untuk membalik dan menimpakan gunung kepada kaum tersebut. Tetapi Rasulullah
SAW menolak, karena beliau percaya jika keturunan kaum tersebut kelak akan punya keturunan yang
akhirnya akan masuk islam. Begitulah indahnya akhlak Qurani dari beliau tercinta, dan selalu membalas
keburukan dengan kebaikan. “Berbuat baiklah kepada orang yang berbuat buruk kepada engkau.” Kalau
kita melakukan ini itu sangat luar biasa. Dari surah At-Takasur kemarin kita belajar bahwa.

Salah satu fenomena yang selalu ada itu adalah sikap Takasur, bahkan sampai tingkat rakus. Dan itulah
yang telah membuat negeri ini hancur, yang seharusnya anggaran itu disebarluaskan secara merata
pada masyarakat tetapi 70% hanya berputar di orang-orang yang sudah kaya, dan kalau tidak
dimeratakan pada masyarakat itu bisa masuk kelompok At-Takasur. Dan berikutnya yang akan kita
bahas adalah surah Al-Ma’un, ia masih tergolong surah Makkiyah, yaitu diturunkan sebelum Rasulullah
SAW hijrah.

Masyrakat Makkiyah, dulu masih harus betul-betul dikenali dan di identifikasi masalahnya dengan baik,
karena itu sudah barang tentu Al-Quran dapat menjadi petunjuk hidup, Al-Ma’un adalah tentang mereka
yang sering menyepelekan hal-hal yang kecil. Kalau kita lihat ayat di dalamnya, ketika Allah bertanya
kepada Rasulullah SAW, di ayat pertama. Ayat ini mengandung perintah agar Rasulullah SAW selalu
memperhatikan, orang-orang yang selalu mendustakan hari pembalasan. Terkait pilihan kata, di akhir
ayat yaitu din atau agama, karena seluruh persoalan manusia ketika muncul masalah itu karena.

Mereka mendustakan agama, begitu kita tidak yakin, pastikan kita tidak akan pernah menyikapi hal
apapun itu dengan serius, karena tidak terpikir tentang tujuan nya, pentingnya komitmen ada dua hal,
yaitu pertama terikat dan terlibat. Yang pertama kita terikat dengan iman, dan kedua terlibat dengan
amal soleh. Paling tidak di ayat ini kita belajar tentang 3 variabel yaitu perhatikan, aro ayta dan yang
kedua adalah yukadzibu atau sikap mendustakan. Sikap mendustakan tidak serta-merta negatif.

Tergantung apa yang di dustakan, dan yang ketiga adalah ad-din dan pengertian nya di sini bukan
tentang agama tetapi tentang pengadilan, atau mendustakan hari pengadilan. Tetapi diksi nya
menggunakan agama, apa hubungan antara hari pembalasan dan agama, karena di kubur nanti kita akan
di tanya. Pertama man robbuka? Berarti persoalan pertama yaitu persoalan besar adalah tentang
ketuhanan, lalu kedua man nabiyyuka? Berarti persoalan kedua adalah tentang kenabian yaitu yang bisa
menjelaskan.

Tentang tuhan, karena petunjuk Allah ada dua yang menentukan yaitu kitabnya dan contohnya dari nabi
dan Rasulallah, sehingga demikian agama menjadi standar mengukur apakah kita sudah benar atau
tidak, tergantung seberapa kita mendalami agama, sehingga dengan demikian mendustakan agama
adalah mendustakan kehidupan, termasuk mendustakan akhirat, ketika ada aturan tetapi tidak ada
hukum atau sanksi. Aturan itu tidak akan efektif, aturan harus di tegakkan! Itulah ad-din sebagai
pengaturan.

Dan penghukuman itu tidak bisa dilepaskan, karena setiap perbuatan tidak bisa lepas dari dua tadi, yaitu
reward dan punishment. Hidup kita tidak akan lepas dari ini, maka dari itu yukadzibu bid-din diartikan
sebagai judgement. Agar kita nanti dapat judgement sesuai dengan peraturan dan pada akhirnya kita
mendapat reward, lalu pada ayat kedua. Orang yang tidak percaya teerhadap hari pembalasan,
dijelaskan oleh Allah dengan kalimat, yatim inilah contoh indikator orang yang mendustakan judgement.

Sikap membuka adalah sikap menang, maka jika kita ingin menang bukalah pikiran kita. Dalam setiap
aturan, itu akan bisa kita kenali dari indikatornya, kalau indikator dia serius. Itu kelihatan, tetapi yang
tidak juga kelihatan, setiap orang punya indikator dan adanya pada tingkah laku dan perilaku. Dan
indikator kedua adalah tidak punya urge untuk memberi makan kepada orang miskin, cara milih orang
terhadap sesuatu itu indikasi. Kalau kita lihat orang miskin dan tidak ada empati, ayat ini
memperingatkan.

Kepada kita jangan-jangan kita termasuk orang-orang yang mendustakan hari pembalasan, urusan
akhirat dan hari pembalasan itu semuanya di tentukan sekarang di dunia. Kerjanya di dunia ini, dengan
persoalan sosial kita peduli dengan memperhatikan anak yatim. Kalau kita tidak punya dana, ajak teman
untuk memperhatikan anak yatim. Inilah ibrah dari ayat ini, jadikan lah pembelajaran, semua ini untuk
kita maka ayat-ayat ini juga adalah pertanyaan dan peringatan untuk kita, jangan ada sikap “ini bukan
untuk kita.”

Dunia ini negeri sebab, dan akhirat nanti adalah negeri akibat. Kalau di dunia kita juga mendapatkan
akibat, itu juga dapat menjadi sebab lain nya seperti kita kerja dan akibatnya dapat duit, itu dapat
menjadi sebab apakah menyebabkan kita syukur atau kufur. Semua kehidupan akan menjadi negeri
sebab dan akhirat menjadi akibat, ujungnya adalah akhirat yaitu akibat yang sesungguhnya maka dari itu
dinamakan judgement. Dan aturan itu seluruhnya ada pada agama, justru yang paling menentukan di
hidup ini.

Yang bisa mengantarkan kita pada seluruh sektor kehidupan itu adalah agama, ilmu agama itu
ensiklopedik. Semua pengetahuan tentang kehidupan ini betul-betul ada pada agama, coba perhatikan
Al-Quran mengajari tentang sosiologi, yaitu tentang orang miskin anak yatim dan lain-lain. Berikutnya,
pada akhiran ayat ke-empat, kita gunakan logika seperti orang yang baik terhadap tetangganya padahal
tidak beriman, apalagi kalau beriman pasti lebih baik lagi. Solat yang kita lakukan sehari-hari.

Harus mengantarkan kita pada kepedulian pada anak-anak yatim dan orang miskin, sedangkan
pengertian sebaliknya. Kalau kita tidak peduli pada orang-orang miskin dan anak yatim, berarti ada yang
salah dengan solat kita, yang kedua siapa yang celaka? Yaitu orang-orang yang lalai solatnya, dan
kemudian orang-orang yang mendapat peringatan dari Allah, yaitu orang-orang yang solat hanya untuk
dilihat orang lain. Dan yang terakhir, mereka selalu menolak sesuatu yang kelihatannya kecil, kebaikan-
kebaikan yang.

Suka diabaikan, oleh mereka, maka jangan sekali-kali kita menyepelekan kebaikan sekecil apapun.
Variabel sebab akibat, sebab itu pengubah yang dapat mengubah menjadi akibat. Tetapi dalam akhirat
tidak lagi ada sebab, yang ada hanya akibat nanti di judgement day atau hari pembalasan. Asbabun
nuzul dari surah Al-Ma’un adalah, ayat ini turun, terkait orang-orang munafik yang riya solatnya kalau
ada orang-orang beriman yang hadir. Dan mereka meninggalkan solat kalau tidak ada orang-orang
beriman. Dan mereka tidak mau meminjamkan barang-barang, kepada orang-orang yang beriman.

Ust. Zaid Fiqih


Rasulullah berjanji kepada Ali, siapapun yang mencintai aku (Ali) adalah mukmin dan siapapun
membenci aku (Ali) adalah munafik.

MATRIQ
Selasa 25/10/22 EPS 308
Surah Al-Ma’un
Ust. Amang
Kalimat toyyibah yang selama ini kita simak, sudah barang tentu harus memiliki akar
yang kuat kita butuh pemahaman yang dalam akar itu harus betul-betul menghunjam ke
bawah. Itulah tentang alam semesta, tentang kitab Allah SWT, tentang risalah-risalah
dari Allah SWT. Dan juga batang-batang yang kuat dan menjulang tinggi, juga dengan
penampilan yang indah nan elok, itulah seorang mu’min ia punya sikap dan penampilan
dan indah, dan seperti pohon yang setiap saat memberikan manfaat kepada sekitarnya.
Mencatat di sini, bukan karena ustad, atau kewajiban tetapi karena Allah. Setiap
guratan pensil dan setiap huruf yang kita ketik ini nanti akan bersaksi untuk kita, karena
telah kita di janjikan oleh Rasulullah SAW tidaklah kita berkumpul dalam suatu masjid
dalam rangka ajar mengajar atau berdzikir, terutama juga Al-Quran melainkan turun
kepada mereka ketentraman, atau as-sakinah semoga Allah SWT tak akan
menggelincir atau menagmbil kembali rahmat nya atas kita, maka kita berdoa dan
selalu meminta ampunan.
Kita dapat betul-betul merasakan bahwa kita diliput oleh rahmat Allah SWT, kalau
bahasa pedang itu di sarungi. Yang menyarungi kita saat ini adalah rahmat, dan itu
yang akan mengantarkan kita kepada syurga nanti. Allah SWT pagi ini, saat kita
berhimpun di MATRIQ ini, menyebutkan nama Allah SWT, Allah SWT juga akan
menyebut kita. Terutama juga kita bersalawat kepada Rasulullah SAW dan
keluarganya, juga orang-orang yang terdekat dengan-nya. Kembali kepada surah Al-
Ma’un, dengan topik.
Small Kindness atau kebaikan yang sedikit, yang seringkali kita abaikan. Maka Allah
turunkan surah ini, agar kita tidak mengabaikan kebaikan yang sedikit. Maka kita akan
mulai bedah surah ini, kata perkata. Allah SWT mengatakan, aro ayta “tidakkah kau
perhatikan?” Kata ro’a ini digunakan 328 kali dalam Al-Quran, dalam 8 bentuk. Ro’a
adalah tentang penglihatan, artinya melingkupi: to see (melihat), to show off
(memamerkan) dan juga opinion (pandangan pribadi kita), vision (mimpi) dan lain-lain.
Yara salah satu, bentuk kata ro’a adalah berarti would see, digunakan untuk
memperingati orang-orang yang dzolim, akan adanya hari penghukuman, dan saat hari
itu benar-benar datang mereka akan benar-benar tahu dan mendapatkan yang
namanya haqqul yaqin atau pengetahuan secara sebenarnya dengan indra dan
pengalaman mereka. Selanjutnya kata yukadhibu, kadhaba, digunakan 282 kali dalam
9 bentuk berebeda, adalah tentang dusta, jika seseorang mendustakan Allah SWT dan
Rasulnya.
Maka tak tersisa lagi kebaikan dalam hidupnya, amal perbuatan mereka bak
fatamorgana, seperti ada air tetapi padahal tidak, dan sering kali diperingatkan kepada
kita. Terutama dalam surah Ar-Rahman, fabi ayyi alaa irobbi kuma tukadhiban, tidak
ada alasan untuk kita mendustakan Allah SWT. Allah memberikan kita banyak nikmat,
tanpa meminta banyak, kecuali meminta tanggung jawab kita, dan cara bertanggung
jawab terbaik itu adalah bersyukur, kita bertanggung jawab atas nikmat udara yang kita
hirup ini dengan cara bersyukur. Selanjutnya ada kata diin, digunakan 101 kali dalam
Al-Quran dalam 5 bentuk berbeda yang artinya agama, Rasulullah SAW bersabda:
“agama adalah nasihat.” Nasihati orang dengan agama dan kita juga bisa menasihati
diri dengan agama.
Dengan agama ini kita mendapatkan, cara mendudukkan sesuatu pada tempatnya,
cara kita mengkompromikan dan kompromi inilah yang dapat kita gunakan sebagai
dasar berkonstitusi. Ketika kita membangun suatu negara, kita dapat mencontoh nabi
seperti piagam madinah, kita muslim bukan ingin menang dalam jumlah. Tetapi ingin
membangun negara yang baik, muslim atau nonmuslim semua bergabung bahu
membahu membangun negara, dan inilah agama yang dipahami dengan menyeluruh.
Dan bentuk kedua, diin adalah pembalasan, agama itu nanti menjadi pembalasan di
hari kiamat karena dunia ini adalah negara sebab, semua komitmen kita pada
kehidupan ini akan ada akibatnya, dan kita akan di adili dari agama kita. Dan balasan
itu akan kita dapatkan dari Allah SWT, maka dalam pengadilan apapun, gunakanlah
agama karena suka tidak suka kita juga akan di adili kelak di hari kiamat. Selanjutnya di
ayat kedua tentang orang-orang yang menghardik anak-anak yatim, akan di lakukan
seperti itu pula.
Oleh Allah SWT, mereka akan di kirim ke neraka jahannam oleh Allah SWT, orang yang
di seret ke neraka tidak akan ada pertolongan untuknya. Karena Allah SWT telah beri
kesempatan untuknya, kata yatim digunakan 23 kali dalam Al-Quran, artinya orphan /
tidak mempunyai ayahanda. Atau terlantar, sebetulnya banyak orang-orang yang yatim,
yaitu mereka yang terlantar oleh negara, negara ini seharusnya menjadi bapak kita,
maka Allah SWT perintahkan kita untuk memedulikan dan memperhatikan anak yatim.
Karena mereka seringkali merasa inferior atau minder, maka jangan sampai mereka
merasa seperti itu. Rasulullah SAW juga berkata, orang yang memperhatikan anak
yatim posisinya akan seperti dua jari dengan beliau kelak.
Ust. Zaid Fiqih
Disunnahkan menjawab orang yang memanggilmu, dengan labayka dan disunnahkan
untuk mengucapkan bagi orang yang hadir kepadanya. Marhaban atau selamat datang,
dan disunnahkan pada orang yang telah berbuat baik padanya, atau ia melihat orang
berbuat baik hendaklah ia bilang jazakallah khoiron dan lain-lain.
Apabila seorang perempuan bicara dengan non-mahrom dalam transaksi, itu
diperbolehkan baginya berbicara tetapi dengan menebalkan dan mengeraskan
suaranya dan jangan melembutkan nya, karena dikhawatirkan orang yang diajak
berbicara nanti berhasrat padanya.

Perempuan disunnahkan apabila orang-orang non-mahrom, mengajak bicara dia


mengeraskan dan menebalkan suaranya, karena hal itu lebih jauh dari keinginan untuk
berhasrat, begitu pula jika ia berbicara kepada mahrom yang disebabkan oleh
hubungan pernikahan, seperti menantu, mertua dan lain-lain.
Cara menebalkan suaranya, adalah dengan meletakkan punggung tangan di depan
mulut.

MATRIQ
Rabu 26/10/22 EPS 309
Al-Ma’un
Ust. Amang
Hendaklah dibudayakan, saling menasihati atau saling berwasiat atau berpesan, tanamlah
kebaikan dan untuk menanam kebaikan dibutuhkan kesabaran seperti halnya menanam
tumbuh-tumbuhan, kita terus akan di uji oleh fitnah, yang akan terus menganggu pikiran kita
dengan prasangka-prasangka buruk, kalau seseorang ingin menjadi tegar seperti pohon kelapa.
Dibutuhkan kesabaran yang jauh lebih tinggi, dan tidak boleh terpengaruh oleh prasangka
buruk.
Kita terus pelajari mana yang baik, agar kita dapat mendapat sumber kebenaran itu, dan yang
paling benar ialah tuhan kita yang terus merawat, memelihara dan melihat kita, gunakan ilmu
konseptual untuk juga menentukan haq seperti halnya dua buah air dan kelereng. Kita bisa
merasakan dan menyentuh kelereng, tetapi kita dapat memahami air dari susunan kimia nya
h2o.
Pertanyaan Allah terhadap Rasulullah SAW, aro ayta alladhi yukadhibu biddin, sudahkah beliau
memperhatikan orang-orang yang mendustakan agama? Rasulullah, senantiasa memberikan
tausiyah kepada orang-orang itu, agar beriman dan mencintai Rasulullah tetapi faktanya tidak
terjadi seperti itu. Indikator orang yang suka solat adalah ketika solatnya dapat mencegah dari
perbuatakn keji dan munkar, maka itu tanda solat yang sempurna.
Karena setiap aktivitas islam, apapun bentuknya selalu berindikasi dan berdampak pada
sesuatu yang lain, bagaimana orang yang mendustakan agama atau mendustakan hari
pembalasan, adalah dengan mereka membiarkan atau menelantarkan anak yatim, lalu juga
tidak pernah mendorong atau mengajak untuk memberi makan orang-orang miskin, pada saat
memberikan pada fakir miskin sebaiknya makanan yang sudah jadi.
Karena terkadang ada orang miskin yang diberi beras tetapi gasnya saja mereka tidak punya,
kita beri makan yang jadi karena dia tidak punya gas, kompor dan lain-lain, maka dari itu lebih
baik memberi makanan yang sudah jadi yang instan untuk mereka, dan juga makanan yang
lengkap atau alat untuk memasak. Jadi bahasa to’am bisa dikatakan makanan instan, dan
berikan mereka alat seperti kompor dan gas karena itu lebih utama insya allah.
Surah Al-Fajr menjadikan kita untuk memberi perhatian pada anak yatim juga, dan saling
mendorong, saling menyadarkan, saling menasihati sebagaimana dalam conjugation kata
tahaaddu ada semacam simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan. Lalu kata to’am ada
beberapa makna yaitu to eat atau makan dan to feed atau memberi makan, juga to taste atau
mencicipi nya. Manusia seringkali diuji oleh Allah dengan kelemahan dan juga kelebihan.
Orang kaya diuji dengan kekayaan nya, apakah dia pelit atau menjadi dermawan, pelajar juga
seperti itu juga, kalau kita bersabar dan hadapi rasa malas insya allah, kita akan berhasil, petani
juga diuji dengan tanaman-tanaman nya.
Maka Allah katakan, tidaklah Allah menguji hambanya kecuali ia mampu mengatasi ujian itu
seperti petani tadi, ia pasti mampu merawat dan menjaga tanaman-tanaman nya dengan
pengetahuan bertani nya. Makanan adalah perlu dapat kita rasakan, itu yang salah satu yang
penting adalah perhatikan rasanya, tastenya karena pasti berbeda cita rasa sayur dan daging.
Lalu selanjutnya kita diajari memahami orang miskin.
Miskin akar katanya sa ka na, atau tempat tinggal, sakinah adalah saat jiwa kita di tempat yang
tenang, dan salah satu standar atau ukuran kemiskinan itu dari tempat tinggal, ketika dia tidak
mempunyai rumah yang dapat membuat ia tentram itu miskin, tetapi miskin beda dengan fakir,
di mana fakir itu orang-orang yang sangat membutuhkan Allah, dan semua pasti punya tempat
tinggal, pohon punya tempat tinggal sendiri kita juga seluruhnya punya.
Perpindahan dari satu negara ke satu negara juga digunakan kata uskunu, kita dibimbing oleh
Allah dan telah diciptakan tempat tinggal yang tentram untuk kita dengan keimanan kita
kepada Allah, dan salah satu indikator miskin juga adalah tempat tinggal, orang yang
mendustakan hari pembalasan pasti ia pun mendustakan agama begitu juga sebaliknya.
Makanya adiin memiliki dua makna.
Yaitu di dunia sebagai aturan dan di akhirat sebagai pembalasan, dan dalam ayat selanjutnya
disebutkan celakalah orang yang solat, kata solli ada yang Allah jelaskan bahwa ada yang
menyimpang bahwa solatnya tidak serta merta hanya bisa dilakukan saja tetapi harus dilihat
dampaknya dari solat kita, dampkanya dari konteks sosial dan lain-lain tetapi orang-orang yang
benar-benar solat untuk Allah akan membuat kita lebih baik dan positif dalam kehidupan.
Maka solat seperti apa yang berdampak negatif? Terutama adalah, orang yang sering lalai
dalam solat nya, dan juga dari sisi ilmunya mungkin asal saja solat nya, sudah bisa solat tetapi
tidak pernah mendalami dan termasuk tidak pernah memikirkan apa dampak dari solat itu,
apakah ada perubahan atau tidak, maka kalimat an solatihim sakum itu waktunya, lalai saat
melaksanan solat itu.
Kadang kita solat banyak bergerak dan garuk-garuk itu juga lalai, gunakan solat untuk selalu
dzikir pada Allah, tetapi jangan berpikir jika kita dzikir tidak perlu solat tetapi perbanyak lah,
karena tidak mungkin terjadi dzikir pada Allah kalau kita tidak solat karena kalau dzikir saja dan
tidak solat itu tidak termasuk dzikir, lalu berikutnya kata sahun atau sa ha wa akar katanya. sa
ha di sini artinya neglectful atau orang-orang yang lalai atau abai dalam solat.
Dan bagaimanapun kita harus memahami secara faktual, prosedural dan konseptual, solat itu
karena solat itu bisa mengontrol kehidupan kita, dan berikutnya ada orang-orang yang disebut
celaka yaitu orang yang lalai dalam solat dari sisi waktu, ilmu dan terutama dampak setelah
solat dia tidak pernah fokus dan mengevaluasi dampak dari solat itu untuk hidupnya.
Ust. Zaid Fiqih
Saat datang untuk meminang putri seseorang, hendaklah hamdalah, salawat dulu dan memuji
Allah dan Rasul barulah menyampaikan pinangan nya.
Rasulullah pernah bersabda “Setiap perkataan, yang tidak dimulai dengan hamdalah maka dia
keberkahan nya berkurang dan diriwayatkan pula dia terputus dari keberkahan.”
Rasulullah SAW pernah bersabda “Setiap khutbah yang tidak ada tasyahud di dalamnya itu
seperti tangan yang kena penyakit lepra.” Artinya kurang sempurna khutbahnya kalau tidak ada
tasyahud.

MATRIQ
Kamis EPS 310 27/10/22
Al-Ma’un
Ust. Amang
Salah satu yang paling kita perlukan adalah Allah menjaga keimanan, ketaqwaan dan
diwafatkan dalam keadaan islam dan mendapatkan khusnul khotimah bahkan wafat dengan
syahadat. Kita persembahkan untuk diri kita, yang terbaik terutama untuk akhirat kita, kerap
kita diingatkan betapa melimpah ruah kenikmatan-kenikmatan yang diberi oleh Allah karena
tidak ada kekuatan atau daya tapi anugrah dari Allah, kita bisa menikmati suasana di pagi hari
ini bahkan bernafas.
Betapa banyak orang yang sesak nafas, tetapi kita bisa bernafas karena dibimbing oleh Allah,
dan kita gunakan nafas tersebut untuk terus berdzikir kepada Allah, kata demi kata yang kerap
kita pelajar di dalam tadabbur ini telah banyak memberikan inspirasi bagi kita, inilah cara kita
menjaga Allah yang artinya menjaga hubungan kita dengan Allah SWT karena tidak ada suatu
aktivitas atau benda apapun yang tidak terhubung dengan Allah.
Jaga Allah juga dengan pikiran kita, jangan sampai ada pikiran buruk sangka pada Allah karena
Allah berada pada dugaan hambanya pada Allah jika kita menduga baik maka Allah akan
berikan kebaikan, tetapi sebaliknya jika kita berpikir negatif terhadap Allah aza wa jalla, maka
hasilnya juga akan buruk begitulah kita selalu harus berpikir positif, begitupun kita selalu
menjaga Allah dengan hati kita dengan keyakinan kita dan jangan sampai termasuk sedikit saja
keraguan.
Jaga Allah dan sucikan Allah sebagai Tuhan kita, jangan ada dalam hati kita keyakinan bahwa
ada yang lebih hebat dan tinggi dari Allah SWT itulah cara kita menjaga pikiran kita dengan ilmu
faktual, terutama semua yang datang dari Allah pasti adalah hal yang pasti dan faktual, jaga
Allah dengan hati, pikiran dan psikomotor karena semua gerak tangan, kaki, dan mulut kita
semua itu karena bimbingan Allah dan Al-Quran yang sudah ditetapkan oleh Allah untuk
menjadi aturan.
Seluruh amal perbuatan kita di akari oleh solat, maka solat kita sudah semestinya melakukan
sebagaimana di tetapkan dan dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW, salah satu syarat solat
yang sempurna tergantung dengan wudhu, maka sempurnakan-lah wudhu bahkan jika kita di
iklim yang sangat dingin tetap usahakan untuk berwudhu, lalu lihat kiblat kita, cek dulu kiblat
lalu kita berijtihad kalau kita tidak yakin itu 100% akurat dan presisi, paling tidak arahnya sesuai.
Tidak hanya gerakan demi gerakan saat menunaikan salat, perhatikan contoh dari Rasulullah
SAW kemudian persiapan solat kalau sudah qomat tidak ada lagi berbicara dan hanya fokus
terhadap solat kemudian perhatikan gerakan-gerakan kita, tangan kita letakkan di mana
semuanya sempurnakan, jangan sampai kita termasuk orang yang celaka karena solat pun bisa
membuat kita celaka kalau solat kita tidak sempurna, begitu juga shaf nya harus rapih.
Jangan sampai solat bertumpu dengan kaki sebelah, saat solat tidak boleh gerakan ada gerakan
tambahan kecuali solat itu, bahkan menggaruk sebenarnya tidak boleh sampai mengangkat
sikut karena akan menganggu, jangan lakukan gerakan-gerakan yang menganggu ketentraman
dan ketertiban solat, saat kita masbuk tetap harus takbiratul ihram dulu, tidak bisa langsung
misal imam sedang ruku kita juga langsung ikut ruku, maka kita harus tetap takbiratul ihram
dahulu.
Saat kita ruku dan imam sudah bangun, itu tidak terhitung satu rakaat. Jadi harus menambah
satu, dan selanjutnya bagi imam saat kita menjadi imam dan sudah dalam posisi ruku lalu ada
ma’mum yang terlambat, lamakan ruku kita agar ma’mum yang terlambat dapat ikut
bergabung dalam ruku kita, itulah contoh dan etika dari Rasulullah SAW, tidak hanya gerakan
tetapi suasana berjamaah nya itu juga harus dipahami dengan baik, kemudian saat sujud jangan
terlalu lama.
Saat solat sunnah boleh, tetapi saat solat fardhu dan kita mengimami jangan terlalu lama, jadi
kecuali ruku durasi nya jangan terlalu lama karena kalau ruku terutama untuk menunggu orang
yang masbuk, lalu jangan baca Al-Fatihah terlalu terburu-buru, dan ini gambaran-gambaran
umum dalam mempelajari solat, jadi perhatikan syarat rukun nya, gerakan kita dan juga etika,
termasuk tidak terlalu lama saat ada anak yang dibawa orangtuanya jangan baca terlalu lama.
Seperti itulah nabi SAW memperhatikan kondisi masyarakat saat solat, begitu indahnya dan
karena Allah juga telah memudahkan solat untuk kita, maka dari itu saat kita solat harus
mengakomodasi, dan jangan lupa melihat dampak dari solat, jagalah solat wustha ashar dan
solat sendiri. Diantara orang yang celaka solat nya, adalah mereka yang lalai dari solat mereka,
seluruh komponen-komponen solatnya dilalaikan, terutama waktu, dampak, dan efek dari solat
kita.
Selalu evaluasi itu semua, dan yang kedua orang yang hanya solat itu untuk riya, dinilai dan
dilihat oleh orang lain. kata yu ro un, diartikan dengan membuat semacam tontonan, istilahnya
riya atau showing off, mereka hanyalah mempertontonkan dirinya kepada orang, substansi nya
tadi yu ro un atau hanya ingin pamer solatnya, begitu juga dengan orang yang sedekah nya
diomongin.
Apalagi kalau omongan nya menyakiti, itu sudah sangat jelas tidak boleh jangan sampai
perkataan kita menganggu atau menyakiti orang lain, sampai digambarkan orang yang
membatalkan sedekah dengan menceritakan sedekahnya kepada orang lain sampai tingkat
menyakiti atau menganggu hati orang lain, orang yang sedekahnya riya ini juga disejajarkan
dengan orang yang tidak beriman dan yang tidak beriman pada hari akhir.
Orang yang beramal soleh yang hanya beramal untuk riya tadi, disuruh mencari Tuhan selain
Allah nanti di hari kiamat, maka dari itu kita harus tahu kapan kita boleh menceritakan amal kita
pada orang lain, karena tidak ada masalah jika kita menceritakan dengan syukur tapi tetap kita
harus mengontrol hati kita, kita menceritakan untuk memotivasi seraya hati kita mohon
perlindungan dari orang-orang yang masuk kategori riya tadi, begitulah cara menyeimbangkan.
Karena ada dalil yang melarang dan ada juga yang membolehkan, semua ini sudah ada etika
dan proporsi kapan dan di mana boleh dan kapan tidak, dan yang terakhir dari surah Al-Ma’un
di ayat paling akhir ada kata-kata ma na ‘a adalah tentang mencegah, karena tidak ada sesuatu
yang dapat memberikan kalau Allah mencegah mereka dari hal itu, seperti tidak ada yang bisa
menyakiti kita kalau Allah mencegah mereka dari melakukan hal itu, tidak bisa dengan siasat
apapun, begitu juga sebaliknya. Maka kita harus tanamkan fakta-fakta ini, persoalan mencegah,
memberikan dan menghalangi ini, karena kita seringkali salah memuji sampai mendewakan
orang lain padahal seluruh modal yaitu waktu tempat tenaga semua Allah aza wa jalla yang
beri.
Maka dari situ lah pentingnya la ilaha ilallah maka tidak ada yang menjauhkan memberi dan
menerima selain Allah SWT, pada saat kita membaca kata demi kata dari Allah, maka Allah akan
membersamai kita, Allah senantiasa bersama dengan kita bahkan kalau kita tidur kita berdzikir
kepada Allah agar Allah juga akan menjaga kita, dan ini juga hati-hati bahwa dalam hidup pasti
ada namanya menerima, memberi dan mencegah maka gunakan mencegah itu dari hal yang
rugi.
Dan merugikan kita, juga larang seseorang dari hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan
pada hidup kita, jadi Al-Ma’un tentang small kindness ini segala hal yang masuk kategori baik
sekecil apapun jangan sampai kita menolaknya, jadi small kindness hanya digunakan sekali di Al-
Quran dalam kata ma ‘ana. Dari kebaikan maupun keburukan jangan kita sepelekan, terutama
dari kebaikan, keceil apapun jangan sekali-kali kita menyepelekan kebaikan sekecil apapun.
Bahkan hanya sekedar menemui teman kita dengan wajah yang cerah, atau wajah yang lepas
yaitu yang tidak ada keburukak sedikitpun di dalam hati, jadi wajah cerah dan lepas itu karena
tidak ada sedikitpun ganjalan terhadap orang ia temui.
Ust. Zaid Fiqih
Disunnahkan untuk berkhutbah dihadapan akad, yaitu khutbah yang mencakup hal-hal yang
sudah di sebutkan sebelumnya yaitu hamdalah, salawat dan tasyahud dan yang berkhutbah itu
yang berakad dan orang yang berakal.
Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasulnya maka dia telah mendapat petunjuk, dan barang
siapa yang berbuat sebaliknya maka ia membahayakan hanya membahyakan dirinya sendiri.
Nikah tidak sah tanpa adanya khutbah nikah menurut imam Daud, wallahu a’lam.
Ucapan hamdalah dan salawat, tidak merusak ijab dan kabul. Ia tidak perlu mengucapkan nya,
akan tetapi kalau mengucap tetap sah, wallahu a’ lam.
Ust. Amang
Agama bukan suatu yang sembarangan, ia adalah aturan hidup jangan kita merasa tenang dan
bilang kita sudah beragama. Ada banya stigma buruk terhadap agama, mereka mengatakan
agama itu canda dan sebagainya itu hanya untuk mengecilkan agama, padahal bisa di liat
bagaimana agama menunjukkan cara membangun agama, kita mengambil istri kita dengan
kalimat-kalimat Allah. Jadi kita halalkan kehormatan istri kita dengan kalimat dan amanat Allah.
Sehingga sangat-sangat perhatian sekali, oleh agama kita disuruh untuk berkhutbah, dan lain
lain bukti bahwa agama sangat memperhatikan hal-hal ini, maka seharusnya ada mata kuliah
keluarga di dalam hidup, tapi sayang tidak ada kampus yang mengajarkan. Karena membangun
keluarga itu membangun sebuah small society, membangun suatu negara itu di mulai dari
keluarga, generasi-generasi terlahir dari sebuah keluarga membangun keluarga menjadi suatu
keniscayaan, memperhatikan persiapa pembangunan keluarga itu keniscayaan karena perlu
ilmunya, dari Al-Quran dan hadits dijabarkan begitu rinci cara-cara nya seperti dalam bab nikah.
Dan ini adalah pendidikan yang sangat penting dan bermakna, karena tidak bisa di biarkan
tanpa aturan, karena ketika itu terjadi krisis kemanusiaan akan terjadi negara-negara maju saat
ini sudah terjadi krisis keturunan, karena mereka seakan-akan hubungan itu bebas dan sehingga
apa yang terjadi adalah krisis populasi dan keturunan seperti di negara-negara maju di Amerika,
Eropa dan lain-lain, sementara sebuah bangsa bisa bertahan hidup jika keturunan mereka
sesuai.
Seperti dari dua orang harus ada dua atau tiga anak, sekarang sudah terlihat, bagaimana islam
bisa memperbaiki, dengan aturan-aturan nikah yang sah karena orang yang nikah tidak sah
hanya mencari kesenangan dan tidak memiliki tanggung jawab akan keturunan dan perabadan
karena satu banga akan lestari saat mereka bertanggung jawab dengan keturunan mereka, ini
bisa terjadi dengan bimbingan agama yang sah.

Anda mungkin juga menyukai