Anda di halaman 1dari 15

IMAN DAN TAQWA

(IMPLEMENTASINYA DALAM KEHIDUPAN MODERN)

Nama :

Alfi Milano (185120507111022)

Bustanul Arifin (185120500111040)

Haya Yumna Nafi’ah (185120500111054)

Rahardiyan krisna (155120501111067)

Umi Ayu Tri Laksini Fatimah (185120501111032)


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018

BAB I
PENDAHULUAN

Iman adalah suatu hal yang kita percayai, seperti halnya kita beriman kepada
Allah swt, beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, beriman kepada Kitab-Kitab-Nya
yang terdahulu, dan beriman kepada rasul-rasul-Nya, beriman kepada hari kiamat,
serta beriman kepada takdir Allah SWT.
taqwa adalah bagian dari sikap bertaqwa seseorang kepada hal yang ia
percaya. Karena begitu pentingnya taqwa yang harus dimiliki setiap mukmin dalam
kehidupan ini sehingga syariat islam yang diantaranya puasa adalah bentuk syarat
pembentukan diri seorang muslimsupaya menjadi orang yang bertaqwa, dan lebih
sering lagi setiap khatib pada hari jum’at atau sholat hari raya selalu menganjurkan
umat islam untuk selalu bertaqwa. Begitu seringnya sosialosasi taqwa dalam
kehidupan beragama membuktikan bahwa taqwa adalah hasil utama yang diharapkan
dari kehidupan beriman dan bertaqwa.
Taqwa adalah satu hal yang sangat penting dan harus dimiliki setiap muslim.
Taqwa bagi umat islam diantaranya adalah sebagai spesifikasi pembeda dengan umat
lain bahkan jin, iblis dan hewan, karena taqwa adalah refleksi iman seorang muslim.
Sorang muslim yang beriman bukan seperti binatang, jin dan iblis, karna jin iblis, dan
hewan tidak mengaplikasikan ketaqwaannya dengan cara seperti manusia. Karna arti
iman sendiri sangat sederhana yaitu “percaya”, maka Taqwa adalah satu satunya cara
membedakan manusia dengan makhluk allah yang lain seperti jin, iblis, dan hewan.
Seorang muslim yang beriman dan sudah mengucapkan dua kalimat syahadat akan
tetapi tidak melaksanakan perintah Allah dan tidak beriman dan bertaqwa kepada
allah dan tidak menjauhi larangan-Nya, dan juga tidak mau menjalankan sunnah
sunnah rasulny, maka sama aja dia tidak beriman dan bertaqwa dengan Allah swt.
Dan dia sama saja dengan binatang, bahkan bisa saja ia lebih rendah dari binatang.
Karena sejatinya manusia diciptakan dan dibekali dengan akal dan pikiran yang dapat
menganalisis kehidupan, sehingga dapat menjadikan taqwa sebagai wujud
implementasi dari keimanannya.
Taqwa adalah sikap abstrak yang tertanam dalam hati setiap muslim yang
aplikasinya berhubungan dengan syariat agama dan kehidupan social. Seorang mslim
yang betaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah ALLAH SWT dan
menjauhi laranganNya dalam kehidupannya. Yang menjadi permasalahan sekarang
adalah bahwa umat islam berada dalam kehidupan yang modern dimana semua
tentang kehidupan serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serba boleh. Setiap
detik dalam kehidupan umat islam selalu berhadapan dengan hal-hal yang dilarang
agamanya akan tetapi sangat menarik jiwa kemanusiaannya, ditambah lagi kondisi
Pendidikan agama yang kurang mendukung atau sangat minim. Keadaan seperti ini
sangat berbeda dengan keadaan umat islam terdahulu yang ilmu agamanya sangat
kental serta tradisi yang kuat . dimana rasul dan para sahabatnya sangat bertaqwa
sehingga sahabat rasul selalu melaksanakan sunah sunah yang rasuullah
kerjakan.bahkan kehidupan beragama dan situasi zaman dulu cukup mendukung
kualitas iman seseorang. Oleh karena itu dirasa perlu mewujudkan satu konsep khusus
mengenai pelatihan individu muslim menuju sikap taqwa sebagai pedoman yang
dapat digunakan bahkan dipahami muslim siapapun.karena realitas membuktikan
bahwa sosialisasi taqwa sekarang, baik yang berbentuk syariat seperti puasa, solat
dan lain-lain. Atau bentuk normative seperti ceramah, khatib dan lain-lain terlihat
kurang berpengaruh. Hal ini disebabkan karna beberapa factor, diantaranya yang
pertama muslim yang bersangkutan belum paham betul makna dari taqwa itu sendiri,
sehingga membuatnya enggan untuk memulai, dan yang kedua ketidaktahuannya
wtentang bagaimana, darimana, dan kapan dia harus melaksanakan dan merilis sika
taqwa, kemudia kondisi social d,ma dia hidup tidak mendukung dirinya untuk
membangun sikap religious, seperti keluarga yang tidak menanamkan Pendidikan
agama dari usia dini, serta lingkungan yang sangat sulit menerima kegiatan agamis,
dan kehidupan yang cenderung serba instan, mudah, dan menghalalkan apapun. Oleh
karna itu setiap individu harus paham dengan pos-pos alternative yang harus
dilaluinya, diantaranya yang paling awal dan utama adalah gadhul bashar
(memalingkan pandangan), karena pandangan adalah awal dari segala tindakan dan
perilaku, penglihatan dan pendengaran yang di tangkap oleh panca indera kemudia di
teruskan ke otak lalu di refleksikan ke tubuh dan akhirnya berimbas ke hati sebagai
tempat bersemayam iman dan taqwa, jika penglihatan atau pendengaran tersebut
bersifat negative dalam arti sesuatu yang dilarang agama maka akan membuat hati
menjadi kotor, dan dapat berakibat pada kehidupan nyata. Dan jika hati kotor maka
pikiran pun ikut kotor dan sulit mencapai sikap taqwa. Maka dalam kehidupan
modern ini dirasa kita harus bisa menjaga pandangan dan hati kita agar tetap bisa
bertaqwa kepada Allah SWT. Seperti selalu mendahulukan hal-hal yang bersifat
akhirat daripada duniawi agar kita terbiasa menjalankan perintahNya. Memulai untuk
bertaqwa adalah dengan mulai melakukan hal-hal yang terkecil seperti menjaga
pandangan serta melatih diri untuk menahan nafsu, dan menjauhkan laranganNya,
karena arti taqwa itu sendiri sebagaimana dikatakan oleh imam jalaluddin al-Mahally
dalam tafsiranya bahwa arti taqwa adalah “imtitsalu awamrillahi wajtinabinnawahih”,
menjalankan segala perintah Allah dan menjauhkan laranganNya.

A. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat di rumuskan permasalahan makalah sebagai
berikut:
1. Apa itu iman dan taqwa?
2. Bagaimana cara kita mengaplikasikannya di kehidupan modern?
3. Peran iman dan taqwa dalam kehidupan sehari-hari?

B. PEMBAHASAN

IMAN

Artinya adalah percaya, percaya atau yakin terhadap sesuatu itu ada maupun
tidak ada. Dalam sabda Rasulullah SAW yang di riwayatkan oleh Ibnu Majah, iman
adalah keyakinan dalam hati (tashdiqu bin qalbi) diikrarkan dengan lisan (qaulun bil
lisaan) dan diwujudkan dengan amal perbuatan (‘amalun bin arkan). Perkataan iman
yang berarti ‘membenarkan‘ itu disebutkan dalam Al-Quran, di antaranya dalam
Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: “Dia (Muhammad) itu membenarkan
(mempercayai) kepada Allah dan membenarkan kepada para orang yang beriman.”
Iman itu ditujukan kepada Allah, kitab kitab dan Rasul. Iman itu ada dua jenis: Iman
Hak dan Iman Batil.

Pada dasarnya moral adalah realisasi kepribadian (mental) , bukan hasil


perbuatan pikiran. Sepanjang akal sehat yang bicara, maka kesenangan dunia menjadi
sesuatu yang paling menarik .Andai saja manusia memiliki kesempatan untuk
menghayati perjalanan hidup manusia dari masa kemasa maka manusia akan
menemukan bentuk kehidupan yang unik dan beraneka ragam. Mereka berjalan dan
terus berjalan mengikuti keinginannya, lurus berkelok naik turun dan baru terhenti
diujung kematian. Catatan perjalanan manusia yang bervariatif tersebut semuanya
bertujuan untuk menemukan kehidupan yang bahagia. Tak bisa disangkal selama
hayat masih berkembang walau sudah lanjut usia , walau SK pensiun sudah diterima
namun naluri mendorong manusia untuk terus memiliki semangat kerja memenuhi
kepuasan batinnya dalam mencintai dunia. Nafsu duniawi yang umum diburu manusia
adalah harta benda, emas berlian, kendaraan yang bagus, rumah mewah, tanah yang
luas, kedudukan yang terhormat, kenikmatan seksual dan lain sebagainya. Pangkal
kesenangan inilah yang memicu manusia menjadi lupa diri dan lupa amanah.
Memang Islam tidak menutup apalagi membunuh naluri manusia untuk
mengejar kesenangan dunia, sama sekali tidak. Islam menuntun umatnya untuk
menyelaraskan naluri itu dengan kepribadian agar tetap berada pada norma batas
kepatutan yang telah digariskan oleh agama. Naluri kesenangan dunia tanpa ada
kendali agama sangat membahayakan kehidupan manusia , bukan hanya terbatas
kepada seseorang saja melainkan bisa berakibat pada kerugian perusahaan , kerusakan
lingkungan dan pelestarian alam, kerusakan tata kehidupan berbangsa dan bernegara.

Iman menurut Al Qur’an


Al Qur’an Surah Albaqarah Ayat 62
62. Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani
dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman
kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari
Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.

Al Qur’an Surah Al An'am Ayat 82


82. orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk.

Al Qur’an Surah An Nahl Ayat 97


97. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Al Qur’an Surah Al A'raf Ayat 96


96. Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.

Al Qur’an Surah Ar Ra'du Ayat 29


29. orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan
tempat kembali yang baik.
Iman menurut Al-Qur’an dijelaskan di banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an dengan
berbagai keuntungan dan Balasan kebaikan untuk orang-orang beriman dari Allah.

Iman menurut Assunnah


Rasulullah bersabda (ketika ditanya oleh Jibril tentang permasalahan Iman) :
‫اإليمان أن تؤمن باهلل و مالئكته و كتبه و رسله و اليوم اآلخر و تؤمن باالقدر خيره و شره… رواه مسلم‬
“ Iman itu adalah beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya,
Rasul-rasulNya, hari akhir, dan beriman kepada taqdir Allah yang baik maupun yang
buruk. [HR. Muslim]
Selanjutnya impelementasi keimanan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut
:
1. Iman kepada Allah.
Beriman kepada Allah adalah dengan mengatakan “Laa Ilahaa Illallah” bahwa
Allah adalah mutlak tak berserikat.
2. Iman kepada Malaikat-malaikat-Nya.
Percaya akan adanya malaikat bukan berarti mengetahui berapa jumlahnya,
tugas masing-masing, namun berusaha untuk mengerti dan memahami betul
tentang kesadaran dan tanggungjawab moral sebagaiman tercemin pada
keluasan makna tugas Malaikat.
3. Iman kepada Kitab-kitab-Nya.
Kepercayaan terhadap kitab masing-masing adalah suatu bentuk iman yang
sejatinya percaya bahwa Allah memberikan kemudahan dalam hidup jika kitab
tersebut dipegang sebagai pedoman hidup manusia. Meyakini bahwa Al-
Quran menghimpun seluruh kandungan kitab Taurat, Zabur, Injil. Maka
sesudahnya Al-Quran sebagai kitab suci yang paling sempurna, Allah tidak
lagi menurunkan firman baru sampai hari kiamat.
4. Iman kepada Rasul-rasul-Nya.
Seperti halnya dalam kitab, mengimani rasul juga bukan hanya sekedar
mengetahui, tetapi bagaimana cara manusia dalam memahami ajarannya, serta
mempelajari sejarah perjuangan rasul dalam menyampaikan kebenaran ajaran
Allah, mendalami dan mengikuti sunnah-sunnah-Nya.
5. Iman kepada Hari Akhir.
Hari akhir adalah suatu kehidupan setelah dibangkitkan kembali dari
kematian. Hari akhir merupakan ujung dari kehidupan manusia dimana
manusia akan diuji keimanannya dan kebajikannya serta kebaikan dan
keburukan saat berada di dunia. Ada beberapa tahap di hari akhir, pertama,
alam kubur (barzah); kedua, alam masyar (tempat dikumpulkan manusia
setelah dibangkitkan); ketiga, hari perhitungan (yaumul hisab) dan hari
pertimbangan (yaumul mizan); keempat, hari pembalasan (yauumul jaza’).

6. Iman kepada ketentuan dari Allah.


Mengimami ketentuan dari Allah berupa kebaikan dan keburukan harus
dibedakan, mana yang merupakan ketentuan yang bersifat mutlaq, dan mana
yang bisa dirubah melalui usaha dan doa. Sehingga melahirkan sikap
optimisme, bahwa manusia harus berusaha, berdoa, dan bertawakkal.
Tanda-tanda orang beriman.
Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang beriman sebagai berikut :

1. Jika di sebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah
tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika di bacakan ayat suci Al-Qur’an,
maka bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya (al-Anfal:2).
2. Senantiasa tawakal, yaitu kerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah,
diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah
menurut 6.sunnah Rasul (Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at-
Taubah: 52, Ibrahim: 11, Mujadalah: 10, dan at-Thaghabun: 13).
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-
Anfal: 3, dan al-Mu’minun: 2,7).
4. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mu’minun: 4).
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-
Mu’minun: 3,5)
6. Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mu’minun: 6)
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal: 74)
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62)

Taqwa
Pengertian taqwa Kata takwa (‫ )التَّ ْق َوى‬dalam etimologi bahasa Arab berasal dari
kata kerja (‫)وقَى‬
َ yang memiliki pengertian menutupi, menjaga, berhati-hati dan
berlindung. Oleh karena itu imam Al Ashfahani menyatakan: Takwa adalah
menjadikan jiwa berada dalam perlindungan dari sesuatu yang ditakuti, kemudian rasa
takut juga dinamakan takwa. Sehingga takwa dalam istilah syar’I adalah menjaga diri
dari perbuatan dosa. Secara dasar adalah Menjalankan perintah, dan menjauhi
larangan. Kepada siapa ??? maka dilanjukan dengan kalimat Taqwallah yaitu taqwa
kepada Allah SWT. Kelihatan kata-kata tersebut ringan diucapkan tapi kenyataan-nya
banyak orang yang belum sanggup bahkan terkesan asal-asalan dalam menerapkan
arti kata Taqwa tersebut.
Taqwa menurut Al Qur’an

Al Qur’an Surah Al Hujurat Ayat 13


13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Al Qur’an Surah Az Zumar Ayat 33-34


33. dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya,
mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.
34. mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka.
Demikianlah Balasan orang-orang yang berbuat baik,

Al Qur’an Surah Ali Imran Ayat 120


120. jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu
mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa,
niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.
Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.

Al Qur’an Surah Ali Imran Ayat 134


134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Al Qur’an Surah Ali Imran Ayat 135


135. dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap
dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah?
dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

Al Qur’an Surah An Naba Ayat 31


31. Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan,
Taqwa menurut AlQur’an dijelaskan di banyak ayat-ayat dalam AlQur’an dengan
berbagai keuntungan dan Balasan kebaikan dari Allah untuk orang-orang Bertaqwa.

Taqwa menurut Assunnah


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Takwa itu terletak di sini”,
sambil beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjuk ke dada/hati beliau tiga kali.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam doa beliau, “Ya Allah, anugerahkanlah
kepada jiwaku ketakwaannya, dan sucikanlah jiwaku (dengan ketakwaan itu),
Engkau-lah Sebaik-baik Yang Mensucikannya, (dan) Engkau-lah Yang Menjaga serta
Melindunginya.”
Dr. Abdullah Nashih Ulwan menyebut ada 5 langkah yang dapat dilakukan
untuk mencapai taqwa, iaitu ;
a.      Mu’ahadah Mu’ahadah
berarti selalu mengingat perjanjian kepada Allah swt., bahawa dia akan selalu
beribadah kepada Allah swt. Seperti merenungkan sekurang-kurangnya 17 kali dalam
sehari semalam dia membaca ayat surat Al Fatihah : 5 “Hanya kepada Engkau kami
beribadah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan”
b.      Muraqabah Muraqabah
berarti merasakan kebersamaan dengan Allah swt. dengan selalu menyedari bahawa
Allah swt. selalu bersama para makhluk-Nya dimana saja dan pada waktu apa sahaja.
Terdapat beberapa jenis muraqabah, pertamanya muraqabah kepada Allah swt. dalam
melaksanakan ketaatan dengan selalu ikhlas kepadaNya. Kedua muraqabah dalam
kemaksiatan adalah dengan taubat, penyesalan dan meninggalkannya secara total.
Ketiga, muraqabah dalam hal-hal yang mubah adalah dengan menjaga adab-adab
kepada Allah dan bersyukur atas segala nikmatNya. Keempat muraqabah dalam
mushibah adalah dengan redha. atas ketentuan Allah serta memohon pertolonganNya
dengan penuh kesabaran.
c.       Muhasabah
Muhasabah sebagaimana yang ditegaskan dalam Al Quran surat Al Hasyr:
18, “Wahai orang-orang yang beriman! Takwalah kepada Allah dan hendaklah
merenungkan setiap diri, apalah yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Dan
takwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah itu Maha Mengetahui apa jua pun yang
kamu kerjakan”
Ini bermakna hendaklah seorang mukmin menghisab dirinya tatkala selesai
melakukan amal perbuatan, apakah tujuan amalnya untuk mendapatkan redha. Allah?
Atau apakah amalnya dicampuri sifat riya? Apakah ia sudah memenuhi hak-hak Allah
dan hak-hak manusia.
d.      Mu’aqabah Mu’aqabah
 ialah memberikan hukuman atau denda terhadap diri apabila melakukan kesilapan
ataupun kekurangan dalam amalan. Mu’aqabah ini lahir selepas Muslim melakukan
ciri ketiga iaitu muhasabah. Hukuman ini bukan bermaksud deraan atau pukulan
memudaratkan, sebaliknya bermaksud Muslim yang insaf dan bertaubat berusaha
menghapuskan kesilapan lalu dengan melakukan amalan lebih utama meskipun dia
berasa berat.dalam Islam, orang yang paling bijaksana ialah orang yang sentiasa
bermuhasabah diri dan melaksanakan amalan soleh.
e.       Mujahadah
Makna mujahadah sebagaimana disebutkan dalam surat Al Ankabut ayat 69 adalah
apabila seorang mukmin terseret dalam kemalasan, santai, cinta dunia dan tidak lagi
melaksanakan amal-amal sunnah serta ketaatan yang lainnya tepat pada waktunya,
maka ia harus memaksa dirinya melakukan amal-amal sunnah lebih banyak dari
sebelumnya. Dalam hal ini ia harus tegas, serius dan penuh semangat sehingga pada
akhirnya ketaatan merupakan kebiasaan yang mulia baginya dan menjadi sikap yang
melekat dalam dirinya. Sebagai penutup, Allah swt. telah berfirman dalam Al-Quran
yang bermaksud: “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada
Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan janganlah kamu mati melainkan di dalam
keadaan Islam”. (‘Ali Imran: 102)
Tanda-tanda orang Bertaqwa.

1. Beriman kepada ALLAH dan yang ghaib(QS. 2:2-3)


2. Sholat, zakat, puasa(QS. 2:3, 177 dan 183)
3. Infak disaat lapang dan sempit(QS. 3:133-134)
4. Menahan amarah dan memaafkan orang lain(QS. 3: 134)
5. Takut pada ALLAH(QS. 5:28)
6. Menepati janji (QS. 9:4)
7. Berlaku lurus pada musuh ketika mereka pun melakkukan hal yang sama(QS.
9:7)
8. Bersabar dan menjadi pendukung kebenaran (QS. 3:146)
9. Tidak meminta ijin untuk tidak ikut berjihad (QS. 9:44)
10. Berdakwah agar terbebas dari dosa ahli maksiat (QS. 6:69)

Tanda-tanda orang Mukmin

Tidak mudah menjadi seorang mukmin sejati. Mencapai tingkat tertinggi itu 
harus melewati serangkaian uji dan sekian bukti. Kalau hanya sekedar akuan betapa
mudahnya, namun mukmin bukan tingkatan pengakuan tapi pembuktian.

Kala seorang Baduy datang menemui Nabi dan mengaku beriman, Nabi tidak
mengiyakan. Nabi meminta dia untuk mengatakan ‘saya muslim’  dan bukannya ‘saya
mukmin’, karena mukmin tingkatannya lebih luhur dari muslim.

Al Quran menyebutkan tanda-tanda siapa sebenarnya mukmin sejati itu:

1. Suka berbagi namun tidak pernah berharap balasan, meski rasa terima kasih
sekalipun.

ٗ ‫ِإنَّ َما نُ ۡط ِع ُم ُكمۡ لِ َو ۡج ِه ٱهَّلل ِ اَل نُ ِري ُد ِمن ُكمۡ َج‬


ُ ‫زَٓاء َواَل‬
‫ش ُكو ًرا‬

“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan


keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan)
terima kasih.” QS. Al Insan: 9.

 2. Ibadahnya hanya untuk Allah semata bukan untuk yang lain.

َ ٰ ‫فَ َمن َكانَ يَ ۡر ُجو ْا لِقَٓا َء َربِّ ِهۦ فَ ۡليَ ۡع َملۡ َع َماٗل‬
… ‫صلِ ٗحا َواَل يُ ۡش ِر ۡك بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِٓۦه َأ َح ۢ َدا‬
 “…Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam
beribadat kepada Tuhannya.” QS. Al Kahfi: 110.

 3. Suka mengajak orang dalam kebaikan dan mencegah dari keburukan tanpa
berharap balasan apa pun kecuali dari Allah saja.

َ ‫سَٔلُ ُكمۡ َعلَ ۡي ِه َمااًل ۖ ِإ ۡن َأ ۡج ِر‬


ِ ۚ ‫ي ِإاَّل َعلَى ٱهَّلل‬ ‍ۡ ‫… َو ٰيَقَ ۡو ِم ٓاَل َأ‬

 “Dan (dia berkata): “Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu
(sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah …QS. Hud: 29

 4. Ia menikah karena mempercayai janji Allah. Ia tidak takut miskin, penuh
tawakal dalam menjalani biduk rumah tangganya.

ِ ‫ضلِ ِۗۦه َوٱهَّلل ُ ٰ َو‬


‫يم‬ٞ ِ‫س ٌع َعل‬ َّ ٰ ‫َوَأن ِك ُحو ْا ٱَأۡل ٰيَ َم ٰى ِمن ُكمۡ َوٱل‬
ۡ َ‫صلِ ِحينَ ِم ۡن ِعبَا ِد ُكمۡ َوِإ َمٓاِئ ُكمۡۚ ِإن يَ ُكونُو ْا فُقَ َرٓا َء يُ ۡغنِ ِه ُم ٱهَّلل ُ ِمن ف‬

 “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang


yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba
sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka
dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
QS. An Nur: 32.

5. Berinteraksi dengan banyak kalangan tanpa pilih-pilih dan itu pun hanya
mengharap ridha Tuhan.

 ‫ورا‬ ٗ ُ‫س ٰى ن‬ َ ‫ق قَ ۡد ِر ِٓۦه ِإ ۡذ قَالُو ْا َمٓا َأن َز َل ٱهَّلل ُ َعلَ ٰى بَش َٖر ِّمن ش َۡي ٖ ۗء قُلۡ َم ۡن َأن َز َل ۡٱل ِك ٰتَ َب ٱلَّ ِذي َجٓا َء بِ ِهۦ ُمو‬ َّ ‫َو َما قَ َد ُرو ْا ٱهَّلل َ َح‬
ۡ‫يس ت ُۡبدُونَ َها َوت ُۡخفُونَ َكثِ ٗير ۖا َو ُعلِّمۡ تُم َّما لَمۡ ت َۡعلَ ُم ٓو ْا َأنتُمۡ َوٓاَل َءابَٓاُؤ ُكمۡۖ قُ ِل ٱهَّلل ۖ ُ ثُ َّم َذ ۡرهُم‬
َ ‫س ت َۡج َعلُونَهۥُ قَ َرا ِط‬
ِ ۖ ‫َوهُدٗ ى لِّلنَّا‬
َ‫ض ِهمۡ يَ ۡل َعبُون‬
ِ ‫فِي َخ ۡو‬

“Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di


kala mereka berkata: “Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia”.
Katakanlah: “Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa
sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-
lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu
sembunyikan sebahagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang
kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya)?” Katakanlah: “Allah-lah (yang
menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada
mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.” QS. Al Anam: 91.

6. Keras terhadap musuh, berani dalam berperang, yang ia takutkan hanya


Tuhan.

‫س ٗيبا‬ ِ َ‫س ٰل‬


ِ ‫ت ٱهَّلل ِ َويَ ۡخش َۡونَهۥُ َواَل يَ ۡخش َۡونَ َأ َحدًا ِإاَّل ٱهَّلل ۗ َ َو َكفَ ٰى بِٱهَّلل ِ َح‬ َ ٰ ‫ٱلَّ ِذينَ يُبَلِّ ُغونَ ِر‬

“(Yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-


Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan
cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.” QS. Al Ahzab: 39

 7. Kecintaan puncaknya hanya untuk Allah, tiada yang lain.

َ ‫… َوٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ْا َأ‬


… ِ ۗ ‫ش ُّد ُح ٗبّا هَّلِّل‬

“… Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah…” QS.
Al Baqarah: 165

 8. Suka bekerja mencari nafkah, namun hatinya  tidak lalai mengingat Allah.

 ‫ص ُر‬ ُ ُ‫ب فِي ِه ۡٱلقُل‬


َ ٰ ‫وب َوٱَأۡل ۡب‬ َّ ‫ة َواَل بَ ۡي ٌع عَن ِذ ۡك ِر ٱهَّلل ِ َوِإقَ ِام ٱل‬ٞ ‫ال اَّل ت ُۡل ِهي ِهمۡ تِ ٰ َج َر‬
ُ َّ‫صلَ ٰو ِة َوِإيتَٓا ِء ٱل َّز َك ٰو ِة يَ َخافُونَ يَ ۡو ٗما تَتَقَل‬ ٞ ‫ِر َج‬

“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan
zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan
menjadi goncang.” QS. An Nur: 37.
C. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat saya simpulkan bahwa, Iman dan Taqwa sangat
berpengaruh dikehidupan baik ucapan bahkan perilaku kita terhadap Tuhan dan
Ciptaannya. Dengan iman kita dapat mempercayai ALLAH SWT., Malaikat-
malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari akhir, dan takdir ALLAH SWT.
Dan melaksanakannya dengan cara bertaqwa menjalankan perintahNya serta
menjauhkan LaranganNya.

iman di definisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan di
wujudkan dengan amal perbuatan. Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau
keselarasan antara hati, ucapan, dan perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai
pandangan dan sikap atau gaya hidup. Sedangkan taqwa adalah menjadikan jiwa
berada dalam perlindungan dari sesuatu yang ditakuti. Kemnudian rasa takut juga
dinamakan taqwa. Sehingga taqwa dalam istilah syar’I adalah menjaga diri dari
perbuatan dosa.

Peran iman di antaranya, menghilangkan gangguan jiwa, menumbuhkan keteguhan


pendirian, menumbuhkan kekuatan pengendali hawa nafsu, menumbuhkan tawakkal,
berbuat baik terhadap sesama manusia.
D. DAFTAR PUSTAKA

http://annisafitriyaniahmad.blogspot.com/2012/01/makalah-taqwa.html

http://www.belajarislam.web.id/2014/05/pengertian-iman-dan-taqwa-dalam-
islam.html

http://syahruddinchariik20.blogspot.com/2012/09/pengertian-iman-dan-taqwa.html

https://khazanahalquran.com/inilah-kebiasaan-orang-mukmin-menurut-al-
quran.html

https://islamindonesia.id/islam-menjawab/tafsir-tanda-mukmin-sejati.htm

Anda mungkin juga menyukai