Nama :
BAB I
PENDAHULUAN
Iman adalah suatu hal yang kita percayai, seperti halnya kita beriman kepada
Allah swt, beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, beriman kepada Kitab-Kitab-Nya
yang terdahulu, dan beriman kepada rasul-rasul-Nya, beriman kepada hari kiamat,
serta beriman kepada takdir Allah SWT.
taqwa adalah bagian dari sikap bertaqwa seseorang kepada hal yang ia
percaya. Karena begitu pentingnya taqwa yang harus dimiliki setiap mukmin dalam
kehidupan ini sehingga syariat islam yang diantaranya puasa adalah bentuk syarat
pembentukan diri seorang muslimsupaya menjadi orang yang bertaqwa, dan lebih
sering lagi setiap khatib pada hari jum’at atau sholat hari raya selalu menganjurkan
umat islam untuk selalu bertaqwa. Begitu seringnya sosialosasi taqwa dalam
kehidupan beragama membuktikan bahwa taqwa adalah hasil utama yang diharapkan
dari kehidupan beriman dan bertaqwa.
Taqwa adalah satu hal yang sangat penting dan harus dimiliki setiap muslim.
Taqwa bagi umat islam diantaranya adalah sebagai spesifikasi pembeda dengan umat
lain bahkan jin, iblis dan hewan, karena taqwa adalah refleksi iman seorang muslim.
Sorang muslim yang beriman bukan seperti binatang, jin dan iblis, karna jin iblis, dan
hewan tidak mengaplikasikan ketaqwaannya dengan cara seperti manusia. Karna arti
iman sendiri sangat sederhana yaitu “percaya”, maka Taqwa adalah satu satunya cara
membedakan manusia dengan makhluk allah yang lain seperti jin, iblis, dan hewan.
Seorang muslim yang beriman dan sudah mengucapkan dua kalimat syahadat akan
tetapi tidak melaksanakan perintah Allah dan tidak beriman dan bertaqwa kepada
allah dan tidak menjauhi larangan-Nya, dan juga tidak mau menjalankan sunnah
sunnah rasulny, maka sama aja dia tidak beriman dan bertaqwa dengan Allah swt.
Dan dia sama saja dengan binatang, bahkan bisa saja ia lebih rendah dari binatang.
Karena sejatinya manusia diciptakan dan dibekali dengan akal dan pikiran yang dapat
menganalisis kehidupan, sehingga dapat menjadikan taqwa sebagai wujud
implementasi dari keimanannya.
Taqwa adalah sikap abstrak yang tertanam dalam hati setiap muslim yang
aplikasinya berhubungan dengan syariat agama dan kehidupan social. Seorang mslim
yang betaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah ALLAH SWT dan
menjauhi laranganNya dalam kehidupannya. Yang menjadi permasalahan sekarang
adalah bahwa umat islam berada dalam kehidupan yang modern dimana semua
tentang kehidupan serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serba boleh. Setiap
detik dalam kehidupan umat islam selalu berhadapan dengan hal-hal yang dilarang
agamanya akan tetapi sangat menarik jiwa kemanusiaannya, ditambah lagi kondisi
Pendidikan agama yang kurang mendukung atau sangat minim. Keadaan seperti ini
sangat berbeda dengan keadaan umat islam terdahulu yang ilmu agamanya sangat
kental serta tradisi yang kuat . dimana rasul dan para sahabatnya sangat bertaqwa
sehingga sahabat rasul selalu melaksanakan sunah sunah yang rasuullah
kerjakan.bahkan kehidupan beragama dan situasi zaman dulu cukup mendukung
kualitas iman seseorang. Oleh karena itu dirasa perlu mewujudkan satu konsep khusus
mengenai pelatihan individu muslim menuju sikap taqwa sebagai pedoman yang
dapat digunakan bahkan dipahami muslim siapapun.karena realitas membuktikan
bahwa sosialisasi taqwa sekarang, baik yang berbentuk syariat seperti puasa, solat
dan lain-lain. Atau bentuk normative seperti ceramah, khatib dan lain-lain terlihat
kurang berpengaruh. Hal ini disebabkan karna beberapa factor, diantaranya yang
pertama muslim yang bersangkutan belum paham betul makna dari taqwa itu sendiri,
sehingga membuatnya enggan untuk memulai, dan yang kedua ketidaktahuannya
wtentang bagaimana, darimana, dan kapan dia harus melaksanakan dan merilis sika
taqwa, kemudia kondisi social d,ma dia hidup tidak mendukung dirinya untuk
membangun sikap religious, seperti keluarga yang tidak menanamkan Pendidikan
agama dari usia dini, serta lingkungan yang sangat sulit menerima kegiatan agamis,
dan kehidupan yang cenderung serba instan, mudah, dan menghalalkan apapun. Oleh
karna itu setiap individu harus paham dengan pos-pos alternative yang harus
dilaluinya, diantaranya yang paling awal dan utama adalah gadhul bashar
(memalingkan pandangan), karena pandangan adalah awal dari segala tindakan dan
perilaku, penglihatan dan pendengaran yang di tangkap oleh panca indera kemudia di
teruskan ke otak lalu di refleksikan ke tubuh dan akhirnya berimbas ke hati sebagai
tempat bersemayam iman dan taqwa, jika penglihatan atau pendengaran tersebut
bersifat negative dalam arti sesuatu yang dilarang agama maka akan membuat hati
menjadi kotor, dan dapat berakibat pada kehidupan nyata. Dan jika hati kotor maka
pikiran pun ikut kotor dan sulit mencapai sikap taqwa. Maka dalam kehidupan
modern ini dirasa kita harus bisa menjaga pandangan dan hati kita agar tetap bisa
bertaqwa kepada Allah SWT. Seperti selalu mendahulukan hal-hal yang bersifat
akhirat daripada duniawi agar kita terbiasa menjalankan perintahNya. Memulai untuk
bertaqwa adalah dengan mulai melakukan hal-hal yang terkecil seperti menjaga
pandangan serta melatih diri untuk menahan nafsu, dan menjauhkan laranganNya,
karena arti taqwa itu sendiri sebagaimana dikatakan oleh imam jalaluddin al-Mahally
dalam tafsiranya bahwa arti taqwa adalah “imtitsalu awamrillahi wajtinabinnawahih”,
menjalankan segala perintah Allah dan menjauhkan laranganNya.
A. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat di rumuskan permasalahan makalah sebagai
berikut:
1. Apa itu iman dan taqwa?
2. Bagaimana cara kita mengaplikasikannya di kehidupan modern?
3. Peran iman dan taqwa dalam kehidupan sehari-hari?
B. PEMBAHASAN
IMAN
Artinya adalah percaya, percaya atau yakin terhadap sesuatu itu ada maupun
tidak ada. Dalam sabda Rasulullah SAW yang di riwayatkan oleh Ibnu Majah, iman
adalah keyakinan dalam hati (tashdiqu bin qalbi) diikrarkan dengan lisan (qaulun bil
lisaan) dan diwujudkan dengan amal perbuatan (‘amalun bin arkan). Perkataan iman
yang berarti ‘membenarkan‘ itu disebutkan dalam Al-Quran, di antaranya dalam
Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: “Dia (Muhammad) itu membenarkan
(mempercayai) kepada Allah dan membenarkan kepada para orang yang beriman.”
Iman itu ditujukan kepada Allah, kitab kitab dan Rasul. Iman itu ada dua jenis: Iman
Hak dan Iman Batil.
1. Jika di sebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah
tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika di bacakan ayat suci Al-Qur’an,
maka bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya (al-Anfal:2).
2. Senantiasa tawakal, yaitu kerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah,
diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah
menurut 6.sunnah Rasul (Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at-
Taubah: 52, Ibrahim: 11, Mujadalah: 10, dan at-Thaghabun: 13).
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-
Anfal: 3, dan al-Mu’minun: 2,7).
4. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mu’minun: 4).
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-
Mu’minun: 3,5)
6. Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mu’minun: 6)
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal: 74)
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62)
Taqwa
Pengertian taqwa Kata takwa ( )التَّ ْق َوىdalam etimologi bahasa Arab berasal dari
kata kerja ()وقَى
َ yang memiliki pengertian menutupi, menjaga, berhati-hati dan
berlindung. Oleh karena itu imam Al Ashfahani menyatakan: Takwa adalah
menjadikan jiwa berada dalam perlindungan dari sesuatu yang ditakuti, kemudian rasa
takut juga dinamakan takwa. Sehingga takwa dalam istilah syar’I adalah menjaga diri
dari perbuatan dosa. Secara dasar adalah Menjalankan perintah, dan menjauhi
larangan. Kepada siapa ??? maka dilanjukan dengan kalimat Taqwallah yaitu taqwa
kepada Allah SWT. Kelihatan kata-kata tersebut ringan diucapkan tapi kenyataan-nya
banyak orang yang belum sanggup bahkan terkesan asal-asalan dalam menerapkan
arti kata Taqwa tersebut.
Taqwa menurut Al Qur’an
Tidak mudah menjadi seorang mukmin sejati. Mencapai tingkat tertinggi itu
harus melewati serangkaian uji dan sekian bukti. Kalau hanya sekedar akuan betapa
mudahnya, namun mukmin bukan tingkatan pengakuan tapi pembuktian.
Kala seorang Baduy datang menemui Nabi dan mengaku beriman, Nabi tidak
mengiyakan. Nabi meminta dia untuk mengatakan ‘saya muslim’ dan bukannya ‘saya
mukmin’, karena mukmin tingkatannya lebih luhur dari muslim.
1. Suka berbagi namun tidak pernah berharap balasan, meski rasa terima kasih
sekalipun.
2. Ibadahnya hanya untuk Allah semata bukan untuk yang lain.
َ ٰ فَ َمن َكانَ يَ ۡر ُجو ْا لِقَٓا َء َربِّ ِهۦ فَ ۡليَ ۡع َملۡ َع َماٗل
… صلِ ٗحا َواَل يُ ۡش ِر ۡك بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِٓۦه َأ َح ۢ َدا
“…Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam
beribadat kepada Tuhannya.” QS. Al Kahfi: 110.
3. Suka mengajak orang dalam kebaikan dan mencegah dari keburukan tanpa
berharap balasan apa pun kecuali dari Allah saja.
“Dan (dia berkata): “Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu
(sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah …QS. Hud: 29
4. Ia menikah karena mempercayai janji Allah. Ia tidak takut miskin, penuh
tawakal dalam menjalani biduk rumah tangganya.
5. Berinteraksi dengan banyak kalangan tanpa pilih-pilih dan itu pun hanya
mengharap ridha Tuhan.
ورا ٗ ُس ٰى ن َ ق قَ ۡد ِر ِٓۦه ِإ ۡذ قَالُو ْا َمٓا َأن َز َل ٱهَّلل ُ َعلَ ٰى بَش َٖر ِّمن ش َۡي ٖ ۗء قُلۡ َم ۡن َأن َز َل ۡٱل ِك ٰتَ َب ٱلَّ ِذي َجٓا َء بِ ِهۦ ُمو َّ َو َما قَ َد ُرو ْا ٱهَّلل َ َح
ۡيس ت ُۡبدُونَ َها َوت ُۡخفُونَ َكثِ ٗير ۖا َو ُعلِّمۡ تُم َّما لَمۡ ت َۡعلَ ُم ٓو ْا َأنتُمۡ َوٓاَل َءابَٓاُؤ ُكمۡۖ قُ ِل ٱهَّلل ۖ ُ ثُ َّم َذ ۡرهُم
َ س ت َۡج َعلُونَهۥُ قَ َرا ِط
ِ ۖ َوهُدٗ ى لِّلنَّا
َض ِهمۡ يَ ۡل َعبُون
ِ فِي َخ ۡو
“… Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah…” QS.
Al Baqarah: 165
8. Suka bekerja mencari nafkah, namun hatinya tidak lalai mengingat Allah.
“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan
zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan
menjadi goncang.” QS. An Nur: 37.
C. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat saya simpulkan bahwa, Iman dan Taqwa sangat
berpengaruh dikehidupan baik ucapan bahkan perilaku kita terhadap Tuhan dan
Ciptaannya. Dengan iman kita dapat mempercayai ALLAH SWT., Malaikat-
malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari akhir, dan takdir ALLAH SWT.
Dan melaksanakannya dengan cara bertaqwa menjalankan perintahNya serta
menjauhkan LaranganNya.
iman di definisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan di
wujudkan dengan amal perbuatan. Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau
keselarasan antara hati, ucapan, dan perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai
pandangan dan sikap atau gaya hidup. Sedangkan taqwa adalah menjadikan jiwa
berada dalam perlindungan dari sesuatu yang ditakuti. Kemnudian rasa takut juga
dinamakan taqwa. Sehingga taqwa dalam istilah syar’I adalah menjaga diri dari
perbuatan dosa.
http://annisafitriyaniahmad.blogspot.com/2012/01/makalah-taqwa.html
http://www.belajarislam.web.id/2014/05/pengertian-iman-dan-taqwa-dalam-
islam.html
http://syahruddinchariik20.blogspot.com/2012/09/pengertian-iman-dan-taqwa.html
https://khazanahalquran.com/inilah-kebiasaan-orang-mukmin-menurut-al-
quran.html
https://islamindonesia.id/islam-menjawab/tafsir-tanda-mukmin-sejati.htm