Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TAUHID DAN URGENSINYA

BAGI KEHIDUPAN MUSLIM

Dosen pengampu:

Disusun oleh:

Kelompok 7

1. Bangun Aji Alfahri


2. Oni Vivilawati
3. Rifki Ahmad Firmansyah

KELAS B
PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasuullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah AIK.

Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat


dikaji melalui berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang
selama empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik
itu menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik,
ekonomi dan budaya.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, teman kelompok sehigga kendala-kendala yang penulis
hadapi bias teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang tauhid dan
urgensinya bagi kehidupan muslim. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Metro.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dunia modern dengan perkembangannya yang tanpa batas, membawa manusia


untuk keluar dari batas-batas kemanusiaannya. Banyak dari manusia modern saat
ini yang lupa akan asalnya dan hidup sekedar untuk bekerja saja, atau bahkan
hidup.

Jurnal Emanasi, Jurnal Ilmu Keislaman dan Sosial (Vol 2, No. 2, Oktober
2019) 2 sekedar untuk hidup memenuhi kebutuhan dunia an-sich. Makna hidup
haakiki tidak dicapai, spiritualitas pun ditinggalkannya. Begitulah kondisi
masyarakat modern saat ini, tak terkecuali masyarakat Islam sekalipun. Nilai-nilai
agama acap kali sudah luput dari kehidupan mereka, terkalahkan oleh musuh
nafsu dunia.

Dalam Islam, nilai-nila dan prinsip dasar dalam beragama, yakni tauhid pun
seakan hilang di tengah masyarakat. Hal ini dapat terbuktikan dengan kondisi
masyarakat Islam saat ini, khususnya masyarakat Islam Indonesia. Peristiwa-
peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini pun seakan ikut membenarkan asumsi
tersebut. Sebut saja, fenomena meluas dan semakin masifnya aksi-aksi teror yang
mengatasnamakan Islam di Indonesia.1 Inilah salah satu wujud implikasi dari
luputnya nilai-nilai tauhid dalam kehidupan masyarakat. Padahal, apabila nilai-
nilai tauhid masih menghiasi kehidupan masyarakat, maka dipastikan setiap
manusia akan memahami bahwa setiap makhluk berasal dari satu sumber yang
sama. Sehingga tidak ada alasan yang dapat dibenarkan untuk mengambil nyawa
sesama makhluk Allah SWT.

Dengan kajian dan penghayatan yang lebih mendalam mengenai tauhid, maka
permasalahan-permasalahan seperti yang tersebut di atas tentunya akan lebih
mudah untuk didapatkan solusinya. Mengingat bahwa tauhid adalah dasar
fundamental dari setiap konsep maupun praktik keagamaan Islam. Tauhid dalam
dunia tasawuf dapat menjadi tawaran problematika sosial-keagamaan masyarakat.
Tauhid sendiri dalam semua kajian keilmuan Islam menduduki posisi yang
prinsipil. Tauhid menjadi kajian awal yang dibahas dalam hampir setiap cabang
keilmuan Islam, tidak terkecuali tasawuf. Dalam diskursus tasawuf, tauhid
menjadi salah satu prinsip yang mendasar sekaligus menjadi fondasi awal untuk
dapat membangun kedekatan dengan Allah SWT.2 Karena itulah tauhid memiliki
posisi yang penting dalam kajian tasawuf. Tasawuf dalam upayanya mengkaji
mengenai cara-cara mendekatkan diri dengan Allah, tentunya harus diawali
dengan pengenalan terhadap Allah itu sendiri. Di sinilah kemudian kajian akan
tauhid dibutuhkan, yakni untuk mengenal lebih dalam Allah SWT.

1.2 Rumusan dan pertanyaan


1. apa itu hakikat dan inti tauhid?
2. Apa manfaat yang di dapat saat kita bertauhid kepada allah?
3. Bagaimana jika kita tidak bertauhid kepada allah?
1.3 Tujuan Dan Manfaat Pembahasan
1. Memahami dan mempelajari hakikat dan ilmu tauhid
2. Memahami dan mempelajari keutamaan tauhid
3. Memahami dan mempelajari jaminan Allah bagi yang bertauhid mutlak
4. Memahami dan mempelajari pengaruh ilmu tauhid bagi kehidupan
5. Memahami dan mempelajari bahaya jahil terhadap ilmu tauhid
1.4 Metode Pembahasan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan
menggunakan metode pustaka yaitu berupa mencari dan mengumpulkan beberapa
sumber dari internet maupun buku yang mengenai seputar tauhid dan urgensinya
bagi kehidupan muslim.
BAB II
TINJAUAN TEORISTIS

2.1 Hakikat dan Inti Tauhid

Hakikat dan inti tauhid adalah agar manusia memandang bahwa semua perkara
berasal dari Allah ‘azza wajalla, dan pandangan ini membuatnya tidak menoleh kepada
selain-Nya. Seorang hamba melihat yang baik dan yang buruk, yang berguna dan yang
berbahaya dan semisalnya semuanya berasal darinya. Seorang hamba menyembahNya
dengan ibadah yang ikhlash hanya kepadaNya dan tidak menyembah kepada yang lainNya.

Tauhid bermakna meng-Esakan Allah, baik dalam hal meyakini bahwa hanya Allah
sebagai pencipta, pemelihara dan pemberi rizqi maupun dalam hal hanya Allah yang behak
disembah atau di ibadahi, juga meyakini nama-nama yang baik dan mulia bagi Allah.

Seorang hamba hanya boleh bertawakkal kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata,


tidak memohon kepada makhluk serta tidak memperdulikan celaan mereka. Ia ridha kepada
Allah, mencintaiNya dan tunduk kepada hukumNya.

Tauhid adalah meyakini keesaan Allah SWT secara rububiyah, ikhlas beribadah
kepada Allah, serta menetapkan bagi Allah nama-nama dan sifat-sifat
Allah.Tauhid rububiyyah diakui manusia dengan naluri fithrahnya dan pemikirannya
terhadap alam semesta. Tetapi sekedar mengakui saja tidaklah cukup untuk beriman kepada
Allah dan selamat dari siksa. Sungguh iblis telah mengakuinya, juga orang-orang musyrik,
namun tidak ada gunanya bagi mereka karena mereka tidak mengakui tauhid ibadah kepada
Allah ta’ala semata. Siapa yang mengakui tauhid rububiyah saja, niscaya dia bukanlah
seorang yang bertauhid dan bukan pula seorang muslim serta tidak dihormati/diharamkan
darah dan hartanya sampai dia mengakui dan menjalankan tauhid uluhiyyah. Sehingga dia
bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah semata, tidak
ada sekutu bagiNya. Dan dia mengakui hanya Allah saja yang berhak disembah, bukan yang
lainnya. Dan konsekuensinya adalah hanya beribadah kepada Allah saja, tidak ada sekutu
baginya.
2.2 Keutamaan Tauhid

Orang yang bertauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta’alal memiliki banyak keutamaan,
antara lain:

1. Orang yang kepada Allah akan dihapus dosa-dosanya.

2. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan mendapatkan petunjuk yang
sempurna, dan kelak di akhirat akan mendapatkan rasa aman.

3. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan dihilangkan kesulitan dan
kesedihannya di dunia dan akhirat.

4. Orang yang mentauhidkan Allah, maka Allah akan menjadikan dalam hatinya rasa cinta
kepada iman dan Allah akan menghiasi hatinya dengannya serta Dia menjadikan di dalam
hatinya rasa benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan

5. Tauhid merupakan satu-satunya sebab untuk mendapatkan ridha Allah, dan orang yang
paling bahagia dengan syafa’at Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
orang yang mengatakan ُ‫ الَ إِلَهَ إِالَّ هللا‬dengan penuh keikhlasan dari dalam hatinya.

6. Orang yang bertauhid kepada Allah Rasulullah Subhanahu wa Ta’ala dijamin masuk
Surga.

7. Orang yang bertauhid akan diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kemenangan,
pertolongan, kejayaan dan kemuliaan.

8. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan diberi kehidupan yang baik di
dunia dan akhirat.

9. Tauhid akan mencegah seorang muslim kekal di Neraka.

10. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla dengan ikhlas, maka amal yang sedikit
itu akan menjadi banyak.

11. Mendapat rasa aman. Orang yang tidak bertauhid, selalu was-was, dalam ketakutan, tidak
tenang. Mereka takut kepada hari sial, atau punya anak lebih dari dua, takut tentang masa
depan, takut hartanya lenyap dan seterusnya.

12. Tauhid merupakan penentu diterima atau ditolaknya amal kita. Sempurna dan tidaknya
amal seseorang bergantung pada tauhidnya. Orang yang beramal tapi tidak sempurna
tauhidnya, misalnya riya, tidak ikhlas, niscaya amalnya akan menjadi bumerang baginya,
bukan mendatangkan kebahagiaan baik itu berupa shalat, zakat, shadaqah, puasa, haji dan
lainnya. Syirik (besar) akan menghapus seluruh amal.

13. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan diringankan dari perbuatan yang
tidak ia sukai dan dari penyakit yang dideritanya. Oleh karena itu, jika seorang hamba
menyempurnakan tauhid dan keimanannya, niscaya kesusahan dan kesulitan dihadapinya
dengan lapang dada, sabar, jiwa tenang, pasrah dan ridha kepada takdir-Nya

14. Tauhid akan memerdekakan seorang hamba dari penghambaan kepada makhluk-Nya,
agar menghamba hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja yang menciptakan semua
makhluk. Artinya yaitu orang-orang yang bertauhid dalam ke-hidupannya hanya
menghamba, memohon pertolongan, meminta ampunan dan berbagai macam ibadah
lainnya, hanya kepada Allah Azza wa Jalla semata.

15. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan dimudahkan untuk melaksanakan
amal-amal kebajikan dan meninggalkan kemungkaran, serta dapat menghibur seseorang
dari musibah yang dialaminya.

16. Orang yang mewujudkan tauhid dengan ikhlas dan benar akan dilapangkan dadanya.

17. Orang yang mewujudkan tauhid dengan ikhlas, jujur dan tawakkal kepada Allah dengan
sempurna, maka akan masuk Surga tanpa hisab dan adzab.
2.3 Jaminan Allah Bagi orang yang bertauhid mutlak

Ahli Tauhid Mendapat Keamanan dan Petunjuk

Seseorang yang bertauhid dengan benar akan mendapatkan rasa aman dan petunjuk.

Allah Ta’ala menegaskan dalam firman-Nya,

َ ِ‫الَّ ِذينَ َءا َمنُوا َولَ ْم يَ ْلبِسُوا إِي َمانَهُ ْم بِظُ ْل ٍم أُوْ لَئ‬
}82{ َ‫ك لَهُ ُم ْاألَ ْمنُ َوهُم ُّم ْهتَ ُدون‬

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman

(syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang

mendapat petunjuk.” (QS. Al An’am:82)

Kezaliman meliputi tiga perkara :

 Kezaliman terhadap hak Allah yaitu dengan berbuat syirik

 Kezaliman seseorang terhadap dirinya sendiri yaitu dengan berbuat maksiat

 Kezaliman seseorang terhadap orang lain yaitu dengan menganiaya orang lain

Kezaliman adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Kesyirikan disebut kezaliman

karena menujukan ibadah kepada yang tidak berhak menerimanya. Ini merupakan kezaliman

yang paling zalim. Hal ini karena pelaku syirik menujukan ibadah kepada yang tidak berhak

menerimanya, mereka menyamakan Al Khaaliq (Sang Pencipta) dengan makhluk,

menyamakan yang lemah dengan Yang Maha Perkasa. Manakah kezaliman yang lebih parah

dari ini?

Yang dimaksud dengan kezaliman dalam ayat di atas adalah adalah syirik, sebagaimana

dijelaskan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salaam ketika menafsirkan ayat ini. Ibnu

Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Ketika ayat ini turun, terasa beratlah di hati para

sahabat, mereka mengatakan siapakah di antara kita yang tidak pernah menzalimi dirinya

sendiri (berbuat maksiat), maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salaam bersabda, “Tidak

demikian, akan tetapi yang dimaksud (dengan kezaliman pada ayat tersebut) adalah

kesyirikan. Tidakkah kalian pernah mendengar ucapan Lukman kepada anaknya, “Dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran

kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya

mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar” (QS Lukman: 13)] 

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan

kezaliman (kesyirikan), merekalah ahli tauhid. Mereka akan mendapatkan rasa aman di dunia

dan akhirat seta mendapatkan petunjuk baik di dunia maupun di akhirat. Mereka akan

mendapatkan keamanan di dunia berupa ketenangan hati, dan juga keamanan di akhirat dari

hal-hal yang ditakuti yang akan terjadi di hari akhir. Petunjuk yang mereka dapatkan di dunia

berupa ilmu yang bermanfaat dan amal shalih, sedangkan petunjuk di akhirat berupa petunjuk

menuju jalan yang lurus. Tentunya kadar keamanan dan petunjuk yang mereka dapatkan

sesuai dengan kadar tauhidnya. Semakin sempurna tauhid seseorang, semakin besar

keamanan dan petunjuk yang akan diperoleh.

Ahli Tauhid Pasti Masuk Surga

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salaam bersabda,

“Barangsiapa yang bersyahadat (bersaksi) bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak

disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bersaksi bahwa Muhammad

adalah hamba dan rasul-Nya, dan ‘Isa adalah hamba dan rasul-Nya, dan kalimat yang

disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh dari-Nya, dan bersaksi bahwa surga dan neraka

benar adanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga, sesuai amal yang telah

dikerjakakannya”
Ini merupakan janji dari Allah Ta’ala untuk ahli tauhid bahwa Allah akan memasukkan

mereka ke dalam surga. Ahlu tauhid adalah mereka yang bersyahadat (bersaksi) dengan

persaksian yang disebut dalam hadist di atas. Maksud syahadat yang benar harus terkandung

tiga hal yaitu mengucapkannya dengan lisan, mengilmui maknanya, dan mengamalkan segala

konsekuensinya, tidak cukup hanya sekadar mengucapknnya saja.

Yang dimaksud dengan ‘alaa maa kaana minal ‘amal (sesuai amal yang telah dikerjakannya)

ada dua tafsiran:

Pertama: Mereka akan masuk surga walaupun memiliki dosa-dosa selain syirik karena dosa-

dosa selain syirik tersebut tidak menghalanginya untuk masuk ke dalam surga, baik masuk

surgasecara langsung maupun pada akhirnya masuk surga walau sempat diadzab di neraka.

Ini merupakan keutamaan tauhid yang dapat menghapuskan dosa-dosa dengan izin Allah dan

menghalangi seseorang kekal di neraka.

Kedua: Mereka akan masuk surga, namun kedudukan mereka dalam surga sesuai dengan

amalan mereka, karena kedudukan seseorang di surga bertingkat-tingkat sesuai dengan amal

shalihnya.

Ahli Tauhid Diharamkan dari Neraka

Sungguh, neraka adalah seburuk-buruk tempat kembali. Betapa bahagianya sesorang yang

tidak menjadi penghuni neraka. Hal ini akan didiapatkan oleh seseorang yang bertauhid

dengan benar.Pengharaman dari neraka ada dua bentuk:

 Diharamkan masuk neraka secara mutlak dalam arti dia tidak akan pernah masuk

neraka sama sekali, boleh jadi dia mempunyai dosa kemudian Allah mengampuninya

atau dia termasuk golongan orang-orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa

azab.

 Diharamkan kekal masuk neraka dalam arti dikeluarkan dari neraka setelah sempat

dimasukkan ke dalamnya selama beberapa waktu.


Makna diharamkannya masuk neraka dalam hadist di atas mencakup dua bentuk ini.

Ahli Tauhid Diampuni Dosa-dosanya

Hidup kita tidak luput dari gelimang dosa dan maksiat. Oleh karena itu pengampunan dosa

adalah sesuatu yang sangat kita harapkan. Dengan melaksanakan tauhid secara benar,

menjadi sebab terbesar dapat menghapus dosa-dosa kita.

Dalam hadist ini Nabi mengkhabarkan tentang luasnya keutamaan dan rahmat Allah ‘Azza

wa Jalla. Allah akan menghapus dosa-dosa yang sangat banyak selama itu bukan dosa syirik.

Jaminan Bagi Masyarakat yang Bertauhid

Kebaikan tauhid ternyata tidak hanya bermanfaat bagi individu. Jika suatu masyarakat benar-
benar merealisasikan tauhid dalam kehidupan mereka, Allah Ta’ala akan memberikan
jaminan bagi mereka sebagaimana firman-Nya :

‫ض َك َماا ْست َْخلَفَ الَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِ ِه ْم َولَيُ َم ِّكن ََّن لَهُ ْم ِدينَهُ ُم الَّ ِذي‬ ِ ْ‫ت لَيَ ْست َْخلِفَنَّهُ ْم فِي ْاألَر‬
ِ ‫َو َع َد هللاُ الَّ ِذينَ َءا َمنُوا ِمن ُك ْم َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬
}55{ َ‫ك فَأُوْ الَئِكَ هُ ُم ْالفَا ِسقُون‬ َ ِ‫ضى لَهُ ْم َولَيُبَ ِّدلَنَّهُم ِّمن بَ ْع ِد خَ وْ فِ ِه ْم أَ ْمنًا يَ ْعبُدُونَنِي الَيُ ْش ِر ُكونَ بِي َش ْيئًا َو َمن َكفَ َر بَ ْع َد َذل‬
َ َ‫ارْ ت‬

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka
berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya
untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka
dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah
(janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An Nuur:45)”

Dalam ayat yang mulia ini Allah memberikan beberapa jaminan bagi suatu masyarakat yang
mau merealisasikan tauhid yaitu :
1. Mendapat kekuasaan di muka bumi.
2. Mendapat kemantapan dan keteguhan dalam beragama.
3. Mendapat keamanan dan dijauhkan dari rasa takut.

Pembaca yang dirahmati Allah, inilah sebagian diantara jaminan yang akan didapatkan oleh
ahli tauhid. Semoga janji Allah dan Rasul-Nya di atas, semakin memotivasi kita untuk terus
mempelajari tauhid dan mengamalkannya. Wallahul musta’an.

2.4 pengaruh ilmu tauhid dalam kehidupan

Tauhid adalah harta termahal yang dimiliki oleh seroang hamba. Karena tauhid memiliki
banyak pengaruh dalam kehidupan nyata, berikut adalah banyak pengaruh tauhid dalam
kehidupan muslim:

Pertama, orang yang bertauhid dan beriman kepada Allah dan rasul-Nya pasti tahu mengapa
Allah SWT menciptakannya sehingga ia berada di atas jalan yang lurus, ia mengetahui dari
mana awal dan ke mana akhir hidupnya, jauh dari kebutaan dan kesesatan.

٢٢﴿‫اط ُّم ْستَقِ ٍيم‬ ِ ‫﴾أَفَ َمن يَ ْم ِشي ُم ِكًب”“ًّا َعلَ ٰى َوجْ ِه ِه أَ ْهد َٰى أَ َّمن يَ ْم ِشي َس ِوًي”“ًّا َعلَ ٰى‬
ٍ ‫ص َر‬

“Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak
mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?” (QS.
Al-Mulk: 22).

Kedua, tauhid menjadikan hati-hati manusia bersatu dengan Rabb yang satu, satu kitab, satu
risalah, dan satu kiblat, dan iman juga menjadikan manusia saling mencintai dan bersaudara
seperti firman Allah SWT :

١٠﴿ َ‫﴾إِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُونَ إِ ْخ َوةٌ فَأَصْ لِحُوا بَ ْينَ أَ َخ َو ْي ُك ْم ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون‬

“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah


hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat.” (QS. Al-Hujuraat: 10).

Rasulullah SAW bersabda:

َ ‫َمثَ ُل ال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ فِي تَ َوا ِّد ِه ْم َوتَ َرا ُح ِم ِه ْم َوتَ َعاطُفِ ِه ْم َمثَ ُل ال َج َس ِد إِ َذا ا ْشتَ َكى ِم ْنهُ عُضْ ٌو تَدَاعَى لَهُ َسائِ ُر ال َج َس ِد بِال َّسهَ ِر َوال ُح ََّمى‬
ُ‫(ر َواه‬
)‫ ُم ْسلِ ٌم ع َِن النُّ ْع َما ِن ْب ِن بَ ِشي ٍْر رضي هللا عنه‬.

“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan
saling bersikap lemah lembut adalah seperti satu tubuh, jika salah satu anggota tubuh
merasakan sakit maka semua anggota tubuh yang lain akan sulit tidur dan demam.” (HR.
Muslim dari An-Nu’man bin Basyir RA).
Masyarakat beriman adalah masyarakat yang melakukan ta’awun (saling bekerja sama)
dalam kebaikan dan taqwa dimana anggota masyarakatnya saling melarang dari perbuatan
dosa dan permusuhan, semua berusaha untuk sukses menggapai ridha Allah, individunya
merasa takut untuk berbuat zhalim, mencuri, menipu, membunuh, berzina, menyuap atau
menerima suap, berdusta, dengki, ghibah atau perbuatan jahat lain karena ia takut kepada
Allah dan takut kepada hari di mana ia harus berhadapan dengan Allah SWT untuk
mempertanggungjawabkan semua amalnya.

Dan ketika kaum muslimin berpegang teguh dengan tauhid mereka menjadi orang-orang
yang terbaik seperti firman-Nya:

ِ ‫اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬


ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُمن َك ِر َوتُ ْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ ۗ َولَوْ آ َمنَ أَ ْه ُل ْال ِكتَا‬
ۚ ‫ب لَ َكانَ خَ ْيرًا لَّهُم‬ ْ ‫ُكنتُ ْم َخ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬
١١٠﴿ َ‫﴾ ِّم ْنهُ ُم ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َوأَ ْكثَ ُرهُ ُم ْالفَا ِسقُون‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali-Imran: 110)

Ketiga, bila iman telah menyebar luas di masyarakat, maka pastilah akan membuahkan amal
shalih yang diridhai Allah swt sehingga membuka berbagai pintu kebaikan dan
mendatangkan pertolongan Allah dalam menghadapi musuh-musuh mereka.

٩٦﴿ َ‫ض َو ٰلَ ِكن َك َّذبُوا فَأَخ َْذنَاهُم بِ َما َكانُوا يَ ْك ِسبُون‬
ِ ْ‫ت ِّمنَ ال َّس َما ِء َواأْل َر‬
ٍ ‫﴾ َولَوْ أَ َّن أَ ْه َل ْالقُ َر ٰى آ َمنُوا َواتَّقَوْ ا لَفَتَحْ نَا َعلَ ْي ِهم بَ َر َكا‬

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, Pastilah kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-
ayat kami) itu, maka kami sreiksa meka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf: 96)

‫ِّت أَ ْقدَا َم ُك ْم‬ ُ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِن تَن‬
ْ ‫صرُوا هَّللا َ يَنصُرْ ُك ْم َويُثَب‬

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)

Begitulah dulu kaum muslimin, sebelumnya mereka adalah orang-orang yang lemah dan
miskin, namun mereka beriman dan beramal shalih hingga Allah membuka pintu-pintu
keagungan di dunia untuk mereka, Allah cukupkan mereka dengan karunia-Nya, dan Allah
tolong mereka dari musuh-musuh mereka dengan pertolongan yang gilang-gemilang.
2.5 bahaya jail terhadap ilmu tauhid

Apa akibat negatif dari kejahilan terhadap ilmu tauhid dalam hidup manusia?

Pertama, orang yang tidak mengenal Penciptanya seperti orang buta di dunia ini, ia tidak
tahu mengapa ia diciptakan, atau apa hikmah (tujuan) keberadaannya di atas bumi ini.
Hidupnya berakhir dalam keadaan ia tidak tahu mengapa ia memulai hidup. Ia keluar dari
dunia tanpa tahu mengapa ia dulu masuk ke dalamnya.

‫ُون َويَأْ ُكلُونَ َك َما تَأْ ُك ُل اأْل َ ْن َعا ُم‬


“َ ‫ت تَجْ ِري ِمن تَحْ تِهَا اأْل َ ْنهَا ُر ۖ َوالَّ ِذينَ َكفَرُوا يَتَ َمتَّع‬ ِ ‫إِ َّن هَّللا َ يُ ْد ِخ ُل الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬
ٍ ‫ت َجنَّا‬
١٢﴿‫﴾ َوالنَّا ُر َم ْث ًوى لَّهُ ْم‬

“Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal saleh ke dalam jannah
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. dan orang-orang kafir bersenang-senang (di
dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal
mereka.” (QS. Muhammad: 12).

Kedua, siapa yang tidak beriman kepada hari akhir, maka ia ditipu oleh dunia, ia jadikan
semua cita-cita dan ambisinya adalah bagaimana mewujudkan kepentingannya di dunia
sebelum mati, mengambil yang halal dan haram, tidak peduli apakah itu membahayakan
orang lain atau tidak karena yang penting adalah kepentingannya. Dengan sikap egois ini
masyarakat menjadi cerai berai, interaksi dan hubungan sesama anggota masyarakat menjadi
rusak, mereka saling membenci dan memerangi, tidak seperti masyarakat yang beriman dan
berpegang teguh dengan agamanya.

Ketiga, bila kejahilan terhadap ilmu tauhid ini merata di masyarakat, maka aqidah atau
keyakinan masyarakat akan rusak, lalu amal pun akan rusak, maksiat dan dosa tersebar luas,
kemudian mengakibatkan turunnya hukuman Allah swt atas umat Islam yang mengabaikan
atau meninggalkan prinsip agama mereka.

٤١﴿ َ‫ْض الَّ ِذي َع ِملُوا لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ِجعُون‬ ِ َّ‫ت أَ ْي ِدي الن‬
َ ‫اس لِيُ ِذيقَهُم بَع‬ ْ َ‫﴾ظَهَ َر ْالفَ َسا ُد فِي ْالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر بِ َما َك َسب‬

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum: 41).
BAB III
ANALISIS

3.1 Analisa Teoristis

a. Hakikat dan inti tauhid

3.2 Analisa Praktis


BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Kesimpulan

Dari yang teruraikan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa tauhid merupakan inti pokok
agama islam sebagai pengakuan umat islam terhadap pencipta yang mutlak dan tidak ada
yang dituju selainnya. Untuk itu dalam firman Allah dan sabda

Nabi Muhammad SAW dikatakan :

“ orang-orang yang beriman dan mempercampuradukkan iman mereka dengan kezaliman


(syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan. Mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk “ (QS. Al-Anam:82)

Rasullullah bersabda, “Allah ta’ala berfirman, “wahai anak adam, seandainya engkau datang
kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh jagad, lantas engkau menemuiku dalam keadaan
tidak menyekutukan-Ku dengan suatu apa pun, maka aku akan memberimu ampunan sepenuh
jagad itu pula, “(HR. Tirmidzi 3540)

4.2 Rekomendasi.

semoga setelah mempelajari dan memahami pembahasan ini kita dapat mengambil hikmah
betapa pentingnya tauhid ini bagi umat islam dan merupakan factor terpentiuntuk
mengembalikan kejayaan islam pada umat ini. Untuk itu, kita sebagai generasi penerus
perjuangan islam harus sekuat tenaga untuk mengimplementasikan konsep tauhid dalam
semua segi kehidupan kita. Pada akhirnya kita berharap dan berdoa kepada Allah SWT
supaya mengembalikan kejayaan umat ini dengan konsep tauhid yang kita amalkan.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.alhikmah.ac.id/bahaya-akibat-jahil-terhadap-ilmu-tauhid/
2. https://www.alhikmah.ac.id/pengaruh-tauhid-dalam-kehidupan/

3.  www.muslim.or.id
4. https://almanhaj.or.id/3169-keutamaan-tauhid.html

5. Selesai disusun malam Rabu, 8 Rabi’ul Akhir 1431 H/23 Maret 2010, Rumah
Tercinta di Kompleks Ponpes Jamilurrahman

Penulis: Abu ‘Athifah Adika Mianoki

Muroja’ah: M.A. Tuasikal

Anda mungkin juga menyukai