C. Kebangkitan Yesus
1. Kematian Yesus dianggap sebagai kegagalan, perjuangan dan karya Yesus dianggap sia-sia dan
musnah seiring kematian-Nya. Namun dengan peristiwa kebangkitan Yesus dari alam maut,
Allah membalikkan semua pemikiran itu. Kebanggitan Yesus membuat kehadiran-Nya tidak
lagi terbatas ruang dan waktu. Ia hadir dimana-mana dalam hati semua murid-Nya.
2. Kebangkitan Yesus merupakan pembenaran dari Allah terhadap sabda dan karya-Nya serta
pembenaran terhadap perjuangan Yesus. Kebangkitan memberikan harapan baru bagi hidup
manusia bahwa ada harapan lebih baik setelah kematian di dunia ini.
3. Kitab Suci memberikan bukti bahwa Yesus bangkit yaitu:
a. Batu penutup makam Yesus sudah terguling, makam Yesus sudah kosong dan hanya ada
kain kafan
b. Pernyataan malaikat yang mengatakan bahwa Yesus sudah bangkit dan mendahului para
murid ke Galilea
c. Yesus menampakkan diri kepada Maria Magdalena dan murid-murid-Nya
d. Yesus menampakkan diri kepada Thomas
e. Yesus menampakkan diri di jalan Emaus
4. Makna dari kebangkitan Yesus
a. Kebangkitan Yesus merupakan pembenaran dari Allah terhadap Sabda dan karya-Nya serta
pembenaran terhadap perjuangan Yesus Kristus
b. Kebangkitan Yesus adalah permulaan dari corak kehidupan baru, kelahiran baru, dan
permulaan suatu kehidupan yang lebih mulia
5. Makna kebangkitan Yesus bagi manusia adalah bahwa kebangkitan Yesus mengajarkan pada
kita senantiasa bangkit dari kelemahan dan dosa, yakni
a. meninggalkan cara hidup lama menuju hidup baru dengan sikap peduli terhadap orang lain,
b. tidak mudah menyalahkan orang lain,
c. tidak mudah putus asa dan percaya diri,
d. menjadi orang yang selalu bersyukur dan mudah berterimakasih.
B. SAKRAMEN EKARISTI
https://www.youtube.com/watch?v=PoMawsF6zdc video membuat hosti oleh Suster CD
1. Syukuran merupakan kegiatan yang biasa dilakukan dalam masyarakat kita untuk menyukuri
peristiwa-peristiwa penting dalam hidupnya terlebih syukuran atas peristiwa yang
menyenangkan.
2. Syukuran biasanya diakhiri dengan perjamuan makan bersama dan makanan yang disajikan sama
dan mereka makan hidangan yang telah disediakan bersama-sama.
3. Perayaan Ekaristi sebagai ungkapan syukur atas karya dan pengorbanan Yesus Kristus
4. Sakramen Ekaristi berasal dari kata Yunani “Eucharistien” yang berary puji syukur dan
kegembiraan. Dengan demikian, Ekaristi dipahamy sebagai:
a. Syukuran dan pujian kepada Bapa.
b. Kenangan akan kurban Kristus dan tubuh-Nya.
c. Kehadiran Kristus oleh kekuatan perkataan-Nya dan roh-Nya.
5. Ekaristi sebagai sumber dan puncak hidup kristiani berarti:
a. Dalam Ekaristi semua kegiatan lain memperoleh sumber rahmat dan kekuatan.
b. Ekaristi merupakan suatu perjamuan sakramental yang menjadi puncak kegiatan orang
kristiani.
6. Pada malam sebelum menderita sengsara, Yesus mengadakan perjamuan bersama para murid-
Nya sebagai tanda perpisahan di sebut Perjamuan Malam Terakhir
7. Dalam perjamuan malam terkahir, ada sua hal yang dilakukan Yesus yaitu:
a. Yesus mengambil cawan berisi anggur dan roti, Ia mengucap syukur dan memberikan pesan,
“Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi kenangan akan Daku”.
Roti melambangkan diri Yesus sendiri yang akan dipersembahkan melalui penderitaan-Nya
di salib demi keselamatan manusia
b. Yesus mengambil cawan berisi anggur dan berkata, “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh
darah-Ku, yang ditumpahkan bagimu”. Ini berarti bahwa anggur melambangkan darah
Kristus yang bertumpah di salib, juga demi keselamatan manusia. Yesus berpesanagar para
murid selalu melakukan kembali peristiwa ini untuk mengengkan diri-Nya.
8. Sesuai pesan Yesus, perjamuan Tuhan diteruskan oleh Gereja hingga kini dalam bentuk perayaan
Ekaristi. Perayaan Ekaristi mengenang dan menghadirkan kembali tindakan penyelamatan yang
dilakukan Yesus kepada manusia sekaligus menyukurinya.
9. Bagi Gereja sekarang, Ekaristi merupakan Ucapan Syukur dan pujian Kepada Bapa. Kita
bersyukur kepada Allah atas segala kebaikan-Nya: untuk segala sesuatu yang dia laksanakan
dalam penciptaan, penebusan, dan pengudusan. Maka selayaknya Gereja mengagungkan pujian
kepada-Nya.
10. Ekaristi adalah kenangan akan kurban Yesus Kristus. Kenangan tidak hanya berarti
mengenangkan peristiwa di masa lampau, tetapi membuat peristiwa penyelamatan itu dihadirkan
kembali sehingga dapat diraskan oleh segenap Gereja dan anggotanya yang hadir dan
merayakannya.
11. Ekaristi adalah sebagai kehadiran Kristus melalui kekuatan Sabda-Nya dan Roh Kudus. Dalam
Ekaristi Ia hadir dalam Gereja (pemimpin maupun umat yang hadir), Ia hadir melalui Sabda-
sabda-Nya yang kita dengar dan lewat ikatan antara anggota-Nya yang dipersatukan oleh Roh
Kudus. Ia juga hadir secara nyata dalam Tubuh dan darah-Nya dan Ia mengundang semua murid-
Nya untuk menyambut-Nya.
12. Dalam mendukung perayaan Ekaristi, terdapat perlengkapan liturgi yang mencakup pakaian
liturgi, warna liturgi dan bejana suci. Adapun yang termasuk pakaian liturgi yakni amik, alba,
singel, stola, dan kasula. Pakaian tersebut berwarna-warni disesuaikan dengan tema misalnya
warna hijau, kuning, merah, ungu, dan putih. Sedangkan bejana suci meliputi piala, patena, sibori,
piksis, montrans, ampul, lavabo, pendupaan, aspergillum, buku misa, dan wadah relikui
13. Susunan tata perayaan Ekaristi secara garis besar adalah:
a. Ritus Pembuka
b. Liturgi Sabda
c. Liturgi Ekaristi
1) Doa Syukur Agung (Konsekrasi)
2) Komuni
d. Ritus Penutup
14. Syarat untuk dapat menyambut komuni dalam Ekaristi yaitu:
a. Sudah dibaptis dan telah menerima komuni pertama.
b. Tidak mempunyai dosa berat.
c. Satu jam sebelum komuni pantang makan dan minum, kecuali air putih.
KD 3.11 Memahami makna Sakramen Pengurapan Orang Sakit sebagai sarana Gereja untuk
mendampingi orang yang sakit
B. SAKRAMEN PENGURAPAN ORANG SAKIT
1. Pada zaman Yesus, orang Yahudi menganggap bahwa penyebab sakit yang diderita seseorang
adalah akibat dari dosa mereka atau dosa orang tua mereka. Penderitaan adalah sesuatu yang tidak
mengenakkan. Sakit dan penderitaan merupakan bagian dari kehidupan manusia.
2. Setiap orang pernah mengalami sakit, meskipun berbeda-beda sakit yang diderita. Setiap orang
berbeda pula dalam menyikapi sakit yang dideritanya.
3. Menyikapi sakit secara positif
• Menyesali tindakan sebelumnya yang menyebabkan sakit
• Banyak berdoa
• Berserah diri kepada Tuhan
4. Menyikapi sakit secara negatif
• Terus-menerus mengeluh
• Menyalahkan diri sendiri
• Menyalahkan orang lain
• Merasa ditinggalkan sanak saudara
• Takut meninggal
5. Sikap yang dimiliki oleh orang sakit pada dasarnya mereka sangat membutuhkan dukungan dan
motivasi dari orang lain untuk kesembuhannya. Mereka membutuhkan orang yang mau
mendengarkan keluhkesahnya, yang selalu siap membantu dan melayani dan yang sungguh mau
turut serta/solider terhadap penderitaannya. Itu semua dapat meringankan penderitannnya.
6. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk mendampingi orang yang sakit secara umum misalnya:
a. Menjenguk mereka
b. Mendoakan mereka
c. Melayani dan menunggui mereka
d. Memberikan semangat dan motivasi untuk sembuh
7. Gereja juga berusaha melaksanakan tugas sebagai sarana penyelamatan bagi banyak orang
dengan merawat orang sakit, memberi pendampingan kepada mereka dengan doa-doa dan tugas
karya pelayanan lainnya bagi orang sakit. Usaha dari Gereja untuk melaksanakan pelayanan ini
makin tampak nyata dengan adanya sakramen yang khusus bagi orang sakit, yaitu Sakramen
Pengurapan Orang Sakit.
8. Sakramen Pengurapan Orang Sakit merupakan usaha dari Gereja untuk mendampingi dan
memberikan kekuatan bagi orang yang sakit.
9. Sakramen Pengurapan Orang Sakit diberikan kepada orang beriman yang merasa mulai
menghadapi bahaya maut karena sakitnya, lanjut usia atau orang yang menghadapi operasi besar.
Sakramen ini dapat diterima seseorang lebih dari satu kali. Sakramen Pengurapan Orang Sakit
dapat dilakukan di gereja, rumah atau rumah sakit
10. Simbol pokok yang harus kelihatan dalam sakramen ini adalah uskup/imam meletakkan tangan
ke atas orang sakit sambil berdoa bagi si sakit, dilanjutkan pengurapan dengan minyak.
11. Ada beberapa bacaan Kitab Suci yang dijadikan dasar biblis/alkitabiah dari Sakramen
Pengurapan Orang Sakit, antara lain:
a. Markus 6: 13: “dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan
minyak dan menyembuhkan mereka”.
b. Markus 16: 18: “mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut,
mereka tidak akan mendapat celaka: mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan
orang itu akan sembuh”.
c. Yakobus 5:14-16: “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para
penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam
nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan
akan membangunkan dia, dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.
Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu
sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” dengan
Menerima sakramen ini mereka yang sakit mendapat peneguhan bahwa Allah hadir dan
mendampingi sehingga mereka percaya bahwa Allah membantu menanggung pula beban si
sakit.
12. Dalam pelaksanaan Sakramen Pengurapan Orang Sakit, paling tidak ada 3 unsur pelakunya yaitu:
a. Imam: Pemimpin upacara yang menerimakan Sakramen Pengurapan Orang Sakit, yang tidak
dapat diwakili oleh orang yang tidak ditahbiskan.
b. Si sakit: Orang yang menderita sakit berat dan sudah dibaptis. Ia akan mendapat penghiburan
dan kekuatan dari doa-doa Gereja serta rahmat Tuhan.
c. Jemaat: Keluarga si sakit beserta umat lingkungan setempat, yang menjadi pendukung si sakit
untuk menerima rahmat Tuhan.
13. Tata urutan Sakramen Pengurapan Orang Sakit
a. Jika kondisi si penderita sakit masih memungkinkan, sangat baik jika pemberian Sakramen
ini didahului dengan penerimaan Sakramen Tobat
b. Uskup/Imam meletakkan tangan ke atas orang sakit sambil berdoa bagi si penderita sakit,
kemudian memberikan pengurapan dengan minyak
c. Jika dimungkinkan juga dapat dilanjutkan dengan penerimaan komuni
14. Rahmat dari Sakramen Pengurapan Orang Sakit adalah:
a. Menganugerahkan Roh Kudus yang menjadikan si penerima mempunyai kekuatan,
ketenangan, dan kebesaran hati untuk mengatasi kesulitan.
b. Menganugerahkan rahmat Gerejani.
c. Mengajak penderita untuk mempersatukan penderitaannya dengan penderitaan Yesus.
d. Menyiapkan agar bila penerimanya meninggal, ia layak menghadap Bapa.
Sumber Rangkuman”
Sulisdwiyanta. Yohanes dan Atrik Wibawa Lorensius.2020: PELANGI.Buku Pendamping
Pendidikan Agama Katolik dan Budi PekertiI. Yogyakarta: Kanisius.