Anda di halaman 1dari 4

SATU-SATUNYA ANDALANKU

BACAAN ALKITAB : ZEFANYA 1:7,12-18

TUJUAN :

1. Umat belajar dari peringatan Zefanya kepada bangsaYerusalem mengenai hari Tuhan.

2. Umat menyadari bahwa Tuhan menghendaki umatNya untuk mengandalkan Dia dan hidup
dalam kebenaran, meskipun ada goncangan dan perubahan yang tidak mudah.

PENGANTAR

Insecure - istilah ini sering kita pakai untuk menyebutkan manusia yang mengalami
perasaan takut, cemas, kuatir. Tidak jarang, orang yang mengalami insecure akan berpandangan
negatif terhadap dirinya sendiri. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain : tidak
adanya pengakuan dari orang lain, melihat bahwa dirinya gagal memenuhi standar ideal, dan
kurang menyadari kelebihan diri sendiri.

Manusia pada hakikatnya membutuhkan pujian dan penerimaan. Namun, kita tak dapat
selalu mengandalkan orang lain untuk melakukannya kepada kita. Dengan demikian, orang yang
mengalami insecure diundang untuk memiliki self-love. Self-love adalah upaya untuk mencintai
diri sendiri. Hal ini dapat membuat rasa takut dan kurang percaya diri menjadi menurun dalam
kehidupan seseorang.

Namun, selflove yang berlebihan juga tidak baik. Terlalu mencintai diri sendiri secara
berlebihan dapat membuat seseorang memiliki kecenderungan narsisme. Selain itu, selflove yang
berlebihan dapat membuat seseorang menjadi egois, merasa puas dan cukup dengan diri sendiri
tanpa pertolongan orang lain.

Melalui bacaan ini, kita belajar dari kesalahan-kesalahan umat Yehuda yang
mengandalkan harta benda dan segala takhayul. Mereka hidup dengan rasa puas dan cukup akan
dirinya. Mereka melupakan kehadiran Tuhan dan juga sesama. Di situlah Zefanya hadir
memberikan peringatan bahwa hari penghukuman Tuhan akan tiba. Tuhan tidak akan berdiam
diri. Dalam ketegasannya, Tuhan menunjukkan bahwa hari penghakiman itu akan tiba.
Peringatan tersebut menjadi penting untuk menolong kita menyadari bahwa Tuhanlah satu-
satunya andalan dalam hidup. Bukan diri sendiri, juga bukan segala kebanggaan diri di luar kita.

PENJELASAN

Melihat isi kitab Zefanya, secara garis besar terbagi menjadi 3 inti:

Pasal 1:2 - 2:3 à penghukuman pada hari Tuhan dan seruan untuk bertobat.

Pasal 2:4-3:8 à hukuman atas bangsa-bangsa, termasuk Yerusalem.

Pasal 3:9-20 à janji keselamatan.

Bacaan kali ini masuk dalam bagian pertama. Ancaman mengenai penghukuman Tuhan tentu
tidak terlepas dari konteks yang terjadi saat itu.Umat Yehuda mengalami kemurtadan, dan terjadi
ketidakadilan sosial dimana-mana. Hal ini dipengaruhi oleh agama-agama dan kebiasan asing di
sekitar mereka. Salah satu yang terpengaruh adalah adanya sekelompok orang yang beranggapan
bahwa Tuhan tidak berbuat baik dan tidak berbuat jahat (lih. ayat 12). Dengan kata lain, mereka
menganggap bahwa Tuhan tidak melakukan apa-apa.

Inilah yang menjelaskan bahwa mengapa bukan hanya bangsa Yehuda yang menjadi objek
kemurkaan Tuhan, melainkan juga bangsa-bangsa lain. Di ayat 18c dinyatakan “malah
kebinasaan dahsyat diadakan-Nya terhadap segenap penduduk bumi". Manusia yang berdosa di
hadapan Tuhan seringkali mengira dapat menutupi dosa itu dari Tuhan. Hal ini sama dengan
gambaran rumah di Israel kuno yang biasanya gelap karena sinar matahari tidak dapat masuk.

Namun, tidak ada kegelapan yang tersembunyi di hadapan Tuhan. Dituliskan dalam ayat 12,
“Pada waktu itu Aku akan menggeledah Yerusalem dengan memakai obor....”. Obor menjadi
lambang terang Tuhan yang dapat menggeledah seluruh tingkah laku buruk Yerusalem. Tuhan
akan menghukum orang yang berbuat jahat dan menyatakan berkat bagi orang yang berbuat baik.
Tuhan tidak berdiam diri. Tuhan adalah Allah yang tegas dan adil.

Tuhan akan menghukum orang-orang yang mengental seperti anggur di atas endapannya (lih.
ayat 12). Apa maksud dari mengental seperti anggur di atas endapan? Pada zaman tersebut,
belum ada saringan untuk anggur. Maka, proses pembuatan anggur dilakukan tanpa alat dan
membutuhkan waktu cukup lama.

Jika anggur diperas tanpa alat, maka air, kulit, dan biji akan ikut tertuang dalam wadah. Maka,
anggur tersebut akan dibiarkan beberapa hari supaya ampas di dalamnya mengendap. Kemudian,
anggur di atas endapan tersebut akan dituang ke sebuah wadah baru dengan perlahan agar ampas
yang telah mengendap tidak ikut tertuang. Proses tersebut dilakukan beberapa kali agar
didapatkan anggur yang bening. Sebetulnya bisa saja anggur yang ampasnya telah mengendap
tidak dituang ke wadah yang lain. Namun, jika seseorang menggunakan anggur tersebut, tentu ia
akan terkejut melihat endapan yang ada di dalam anggur tersebut. Frasa “mengental seperti
anggur di atas endapan" hendak menggambarkan orang-orang yang merasa puas dengan dirinya
sendiri. Orang-orang seperti ini tidak mau berproses untuk membuang hal-hal buruk dalam diri.
Itulah gambaran orang-orang yang menjadi sasaran murka Tuhan. Zefanya mengucapkan
ancaman hukuman atas pegawai-pegawai istana (ayat 8-9), para pedagang (ayat 10-11), dan
orang-orang yang puas dengan diri sendiri serta mengabaikan Tuhan (ayat 12-13).

Dalam buku Surat Zefanya, Robert M. Paterson menuliskan “Para pegawai di istana akan
dibukum karena mereka mengikuti kebiasaan-kebiasaan asing, termasuk takhayul-takhayul, dan
menjadi kaya melalui perbuatan-perbuatan yang tidak jujur. Alasan mengapa para pedagang
dihukum tidak diberikan, tetapi pastilah kesalahan mereka agak sama, yaitu mereka memperoleh
keuntungan dengan menipu orang. Usaha para ateis praktis, yang menjadi kaya dan puas dengan
dirinya sendiri, akan gagal. Harta kekayaannya akan dirampas, dan tidak akan menempati
rumahnya dan minum anggur dari kebun mereka.”

Dari bacaan ini, sebenarnya pemahaman iman kita semakin diteguhkan. Bahwa pada hakikatnya
Tuhan kita adalah Allah yang benar, dan dengan demikian juga menuntut kebenaran dari umat-
Nya. Tentu pemahaman tersebut selalu dapat dipatahkan jika berkaitan dengan kerapuhan
manusia yang tidak dapat menjadi sempurna. Namun, Tuhan menghendaki umat-Nya untuk
hidup dalam kebenaran, termasuk menggumulkan, berjuang, dan terus mengupayakan
kebenaran.

Dengan demikian, jangan merasa puas diri dalam ketiadaan upaya untuk memperjuangkan hidup
yang benar di dalam Tuhan. Kerapuhan kehebatan diri manusia tidak dapat ditutupi dengan
mengandalkan yang lain. Baik itu harta, kekuasaan, jabatan, dan tindakan-tindakan
menguntungkan diri sendiri. Tidak ada yang dapat disembunyikan di hadapan Tuhan. Kerapuhan
diri manusia tidak dapat membuat kita mengandalkan kehebatan diri. Kerapuhan manusia
seharusnya menuntun kita mengupayakan hidup dalam kebenaran hanya dengan mengandalkan
Tuhan. Merasa puas dengan diri sendiri, membuat kita tidak berubah dan bertumbuh dalam
hidup benar yang terus diperbaharui. Mengandalkan Tuhan berarti berjalan dalam kebenaran
firman Tuhan, meskipun kita harus melalui proses yang tidak mudah.

Sumber : Lentera Umat Juli-Desember 2023 Edisi 36.

Anda mungkin juga menyukai