Anda di halaman 1dari 23

APAKAH ALLAH BERDAULAT?

Seorang sahabat saya kehilangan beberapa juta dollar akibat sebuah investasi yang gagal. Usianya
menjelang 70 tahun dan uang itu adalah uang pensiunnya. Jadi ini sungguh kerugian yang sangat
besar. Menurut saya dia telah salah menginvestasikan uangnya karena mendengarkan saran analis
abal-abal. Tapi Anda tahu jawabnya? “Allah itu berdaulat. Kurasa Dia tak ingin aku memiliki uang
itu.” Dengan kata lain, Allah-lah yang harus disalahkan atas kerugiannya itu.

Saya sempat tertegun. Belum sempat saya mengucapkan apa-apa, sahabat ini menyambung, “Mungkin
aku mirip seperti Ayub yang menderita di tangan Allah. Setidaknya aku bisa bilang, “Allah yang
memberi, Allah yang mengambil, terpujilah namaNya.”

Hmmm…

Di artikel yang lain saya sudah jelaskan mengenai Ayub yang salah memahami Allah, dia pikir Allah
itu pencuri dan pembunuh. Dinilai dari respon terhadap artikel tersebut, mungkin ada yang berpikir
saya ini sesat, padahal saya hanya mengutip kata-kata Yesus di Yohanes 10:10 dan Paulus di Roma
11:29.

Sekarang saya ingin lebih jauh menyoroti 3 kebohongan atau separuh-kebenaran yang harus dicabut
dari sistem kepercayaan Anda.

Kebohongan #1. Allah mengontrol/mengendalikan segala sesuatu.


Mungkin tak ada kebohongan yang lebih merusak daripada keyakinan bahwa Allah mengontrol segala
sesuatu dan bahwa Dia adalah alasan segala sesuatu terjadi. Mungkin Anda pernah mendengar ucapan
seperti ini:

“Saya mengidap kanker, tapi Allah berdaulat. Dia ijinkan ini terjadi untuk mengajarkan saya sesuatu.”

Atau, “Allah mengambil bayi saya. Mungkin Dia membutuhkan tambahan malaikat di sorga.”

Atau, “Saya kehilangan pekerjaan. Mungkin Allah mengambilnya karena saya terlalu menikmatinya.”

Ucapan macam ini tak masuk akal. Berapa orang yang diberi kanker oleh Yesus? Berapa orang yang
dirampok atau dibunuh oleh Yesus? Yesus tidak pernah melakukan hal-hal ini. Tapi ada yang berpikir
Bapa-Nya melakukan hal-hal ini sebagai kesenangan. Yesus berkeliling menyembuhkan yang sakit,
menghidupkan yang mati dan memberitakan kabar baik kepada orang miskin. Jika Allah Bapa yang
membuat orang jadi miskin, sakit atau mati, maka Allah Bapa dan Allah Anak adalah keluarga yang
terpecah. Tapi Bapa tidak begitu. Tapi Mereka tidak begitu.

Jika Allah memegang kendali atas segala sesuatu, maka Dia adalah pihak yang bertanggungjawab atas
semua kejahatan di dunia: semua perang, penyakit dan perusakan. Tapi berlawanan dengan
pemahaman tokoh perjanjian lama yang keliru mengenai Allah, Allah BUKAN sumber kejahatan. Di
dalam Dia tidak ada bayangan atau sisi gelap. Dia sepenuhnya terang.

Alkitab tak pernah bilang Allah memegang kendali atas segala sesuatu. Sebaliknya, Alkitab katakan:

Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat
~1 Yohanes 5:19
Dunia ini ada di bawah pengaruh si jahat, sesuatu yang penulis Perjanjian Baru katakan sebagai ‘kuasa
kegelapan’. Ya memang setan sudah dikalahkan dan dilucuti di salib, tapi pengaruhnya masih ada di
tempat-tempat dimana cahaya terang Injil tidak kelihatan.

Berpikir “Allah memegang kendali atas segala sesuatu” hanya akan membuat kita pasif dalam
perjalanan kehidupan. Kita jadi hanya akan duduk manis dan menerima saja apapun yang kehidupan
bawa kepada kita, sambil berkata, “C’est la vie (Ya begitulah hidup). Tuhan yang mengatur
semuanya.” Bisakah Anda bayangkan betapa pendeknya kitab Perjanjian Baru jika Yesus dan para
rasul berpikiran seperti itu?

Kebenarannya adalah Allah TIDAK mengontrol/mengendalikan segala sesuatu. Kabar baiknya


adalah luas wilayah pengaruh Allah akan meningkat seiring kita, anak-anak-Nya, bersinar di dunia
yang gelap ini. Dia sudah memberi otoritas kepada kita untuk melawan iblis dan menolak pengaruh
jahatnya. Kita telah diberi kuasa untuk menyembuhkan yang sakit, membangkitkan yang mati,
mengusir setan dan hal lain yang menyatakan terang Injil Kerajaan-Nya di tempat yang gelap.

Kebohongan #2. Semua yang terjadi adalah kehendak Allah.


Teman saya yang bangkrut itu mencoba menghapus kerugiannya dengan mengatakan, “Allah itu
berkuasa.” Dengan kata lain, adalah kehendak Allah yang agung dan misterius itu agar dia kehilangan
semua uangnya. Dia tak bilang, “Allah itu raja” – tak ada argumen mengenai itu. Tapi dia bilang,
“Semua yang terjadi adalah kehendak Allah.” Itu tidak benar.

Coba pikirkan:
– Bukan kehendak Allah Adam memakan buah dari pohon yang dilarang (Kejadian 2:17). Toh Adam
memakannya.
– Allah tak ingin seorangpun binasa (2 Petrus 3:9). Toh ada orang yang binasa.
– Allah menyuruh semua orang dimana-mana supaya bertobat (Kisah 17:30). Toh masih banyak orang
yang tidak bertobat.

Jika Anda membaca Alkitab, Anda akan melihat Allah Yang Mahakuasa, Penguasa Tertinggi di alam
semesta di atas segalanya, tidak selalu mendapatkan apa yang Dia inginkan. Bagaimana mungkin?

Ayat ini menjelaskan:


Langit itu langit kepunyaan Tuhan, dan bumi itu TELAH DIBERIKAN-Nya kepada anak-anak
manusia.
~Mazmur 115:16

Allah adalah Penguasa di alam semesta, tapi kita adalah ‘tuhan’ atau ‘penguasa’ kecil di dunia kecil
kita. Ini adalah hadiah Allah bagi kita, suatu kebebasan untuk memilih bagaimana kita akan hidup.
Masalahnya, kita seringkali membuat pilihan yang berlawanan dengan kehendak Allah.

Anda pikir kenapa Yesus mengajari kita berdoa, “Jadilah kehendak-Mu di bumi ini seperti di sorga”?

‘Allah itu berdaulat’ adalah mantra yang dimainkan hampir setiap kali sesuatu yang buruk terjadi. Tapi
itu tak benar. Kata ‘sovereign’ (berdaulat) bahkan tak ada dalam Alkitab.

[Kata ‘sovereign’ tidak digunakan di Alkitab versi King James (KJV). Tapi digunakan 303 kali dalam
Alkitab New International Version (NIV), dan selalu digunakan beriringan dengan kata ‘LORD’
(sovereign LORD), yang bersinonim dengan ‘Tuhan Allah’ (the LORD God) dalam KJV. Tetapi tak
satu kalipun kata ‘sovereign’ digunakan dalam pengertian agamawi yang dipahami sekarang. Agama
telah membuat kata ‘sovereign’ punya makna baru yang berarti Allah mengontrol/mengendalikan
segalanya, yang artinya tidak ada yang terjadi tanpa seijin atau seturut kehendak-Nya.
Padahal sebenarnya arti ‘sovereign’ menurut kamus adalah: 1. puncak, supreme; 2. memiliki ranking
atau kuasa tertinggi; 3. independen (negara), 4. excellent. Tak satupun yang berarti ‘Allah mengontrol
segalanya’.
~Andrew Wommack,The Sovereignty of God]

Kebenarannya adalah Allah TIDAK berdaulat, dalam arti Allah tidak selalu mendapatkan apa Dia
inginkan. Faktanya, kehendak-Nya tidak selalu terjadi. Tapi berita baiknya adalah Allah selalu
mampu mendatangkan kebaikan dalam situasi apapun yang dihadapi oleh orang yang percaya
kepada-Nya. Berita yang sangat baiknya adalah kita bisa berjalan dalam kehendak Allah sekarang
disini dengan pertolongan Roh Kudus. Itu cara terbaik untuk hidup.

Kebohongan #3. Allah sebenarnya bisa menghentikan hal buruk terjadi tapi Dia tak mau.
Seorang remaja laki-laki membawa senjata penuh peluru ke sekolah dan Allah tidak menghentikannya.
Gempa bumi meratakan sebuah kota dan Allah tidak melakukan apa-apa. Allah macam apa itu?

Kalimat “Allah sebenarnya bisa menghentikan hal buruk terjadi tapi Dia tak mau” adalah cara lain
mengatakan “Ini semua kesalahan-Nya. Dia mengijinkan ini semua terjadi.”

Seperti kebohongan lain yang dibahas di artikel ini, kebohongan ketiga ini juga memiliki sedikit
kebenaran di dalamnya. Semua yang terjadi, terjadi karena Allah memberi kita kebebasan melakukan
apa yang kita inginkan, bahkan kebebasan untuk membenci Dia, membunuh sesama kita, lalu
menyalahkan Dia atas apa yang kita lakukan. Tentu, kita terlihat bodoh saat melakukannya. Kita jadi
seperti Adam yang menyalahkan Allah karena memberikan perempuan yang menyebabkan dia berdosa
(Kejadian 3:12).

Kita adalah ahli dalam permainan saling menyalahkan, saling lempar kesalahan. Saat hal buruk terjadi,
kita menyalahkan gen kita, orangtua kita, suami/istri kita, anak-anak kita. Kita menyalahkan
pemerintah, sistem masyarakat, para pendatang, bahkan paham komunisme; dan di atas semuanya kita
menyalahkan Allah. “Aku sakit. Allah ijinkan ini terjadi. Dia yang salah.”

Yesus, sebaliknya, tak pernah menyalahkan siapapun. Dia menerima tanggungjawab atas kekacauan
yang kita sebabkan dan membereskannya.

Mempercayai kebohongan Allah berada di belakang segala sesuatu yang terjadi akan membuat Anda
duduk di tumpukan abu menjilati luka Anda dan meratapi keadaan Anda, seperti Ayub. Anda malah
tunduk pasrah saat iblis menghajar Anda. Siapa yang menginginkan hidup semacam itu?

Kebenarannya adalah Allah tidak selalu menghentikan hal buruk terjadi. Kabar baiknya adalah
kadangkala Anda bisa! Anda bisa menyatakan kehendak-Nya atas keadaan Anda dan bisa bertahan
dalam kondisi itu dengan memercayai Dia. Anda bisa berjalan di lembah bayang maut tanpa takut
karena tahu Dia ada di sana bersama Anda. Hidup ini tidak memegang kata terakhir jika Anda berjalan
dalam Roh.

SEBUAH TES SEDERHANA


Untuk melihat sejauh mana Anda memahami hal ini, tanyakan diri Anda pertanyaan ini:

Mana dari kedua ‘Yesus’ ini yang Anda temukan dalam Alkitab?
• Yesus #1: duduk diam tak berdaya, membuat alasan demi alasan, tak melakukan apapun untuk
menolong orang-orang yang ‘dibuat sakit’ oleh Allah.

• Yesus #2: berjalan keliling dengan kuasa Roh Kudus melakukan hal baik dan menyembuhkan yang
sakit dan membebaskan yang dikuasai setan.
Semoga Anda melihat bahwa yang kedua-lah yang benar (lihat Kisah 10:38). Sayangnya banyak yang
melihat Yesus sebagai yang nomor 1. Kita yang tidak berjalan dalam roh, kita yang tidak
menyembuhkan yang sakit tapi kita suka bikin alasan dengan mengatakan, “Allah yang pegang
kendali. Ini salah-Nya, ini di luar kuasa saya.”

Saya menulis ini bukan untuk menghakimi atau mengintimidasi Anda -kita semua sedang belajar- tapi
hendak membuat Anda marah atas kebohongan iblis yang selama ini melumpuhkan Anda. Yakobus
berkata, “Lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!” (Yakobus 4:7).

Sesederhana itu: Anda melawan, dia lari. Tapi kita tak akan melawan kalau kita berpikir Allah yang
berada di balik semua hal buruk yang terjadi, yang membuat kita sakit, membunuh anak-anak kita dan
merampok kita.

Allah TIDAK MEMBUAT Anda sakit, miskin, kalah, rugi.


Bukan Dia yang membuat Anda kehilangan uang Anda, pekerjaan Anda, kesehatan Anda, suami/istri
Anda, anak-anak Anda. Itu semua tragedi kehidupan akibat kutuk dosa Adam. Tapi kabar baiknya,
Seseorang yang LEBIH BESAR dari Adam telah datang dan telah memberi Anda otoritas untuk
menyatakan kabar baik kepada seluruh ciptaan.

• Anda sakit? Katakan kepada penyakit Anda tentang Yesus yang oleh bilur-bilur-Nya Anda sudah
sembuh (1 Petrus 2:24).

• Anda miskin? Katakan kepada rekening Anda tentang Raja Mahamulia dan Mahakaya yang telah
menjadi miskin supaya lewat kemiskinan-Nya Anda menjadi kaya (2 Korintus 8:9).

• Anda sudah dirampok, dirugikan, dibuat patah semangat, dihajar babak belur oleh kehidupan? Maka
jadilah seperti Daud yang menguatkan kepercayaan kepada Tuhan (1 Samuel 30:6).

Kenapa Yesus datang ke dunia? Apakah untuk membantu kita memahami bahwa Bapa tak mau
menolong? Tidak. Yesus datang untuk “membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu” (1 Yohanes 3:8).

Dalam nama-Nya, pergilah dan perbuatlah demikian!

[Paul Ellis: Is God Sovereign; 4 January 2013]

http://escapetoreality.org/2013/01/04/is-god-sovereign/

Tanya (T): Saya gagal memahami ini: Jika Allah ingin kita hidup dalam kehendak-Nya dan kejatuhan
karena pilihan salah yang diambil Adam dan Hawa membuat kita hidup di luar kehendak-Nya –
tidakkah itu membuat kematian dan kebangkitan Yesus tampak seperti ‘Rencana B’?

Jawab (J): Tidak. Alkitab berbicara mengenai rencana kekal Allah (misalnya di Wahyu 13:8 dimana
Anak Domba sudah disembelih sejak dunia dijadikan). Keputusan Allah memberi Adam kebebasan
untuk memilih diambil dengan pengetahuan sempurna akan konsekuensi atas keputusan itu. Allah tahu
benar konsekuensinya. Tapi toh Dia melakukannya. Ini menunjukkan bahwa Allah sudah bersiap dan
Dia lebih baik mati ketimbang hidup tanpa kita.

T: Bagaimana mungkin Anda bisa menaruh iman pada Allah yang tidak mengontrol segala sesuatu?
Bisakah kehendak dan rencana-Nya selalu digagalkan oleh makhluk yang Dia ciptakan (iblis atau
manusia)? Jika keselamatan kita dan dunia ini tergantung pada oknum yang tidak sepenuhnya
berkuasa, berarti kita dalam masalah.
Dari mulut Allah keluar ‘nasib’ kita (Ratapan 3:37-38), Dia yang mengatur jalan kita (Kejadian 45:8,
Pengkhotbah 7:13-17, Amsal 16:33, 21:1). Kita bernafas hanya karena Dia mengijinkannya (Ulangan
39:29, 1 Samuel 2:6,7, Yakobus 4:13-15). Kita beriman karena Allah mengontrol segala sesuatu
(Matius 19:26, Lukas 1:37) dan Dia mampu menjaga umat-Nya (Matius 5:45, 6:26,30; 10:29, Yesaya
45:5-7, Roma 9:18).

Ayub ‘menyalahkan’ Allah, tapi Alkitab katakan dia tidak berdosa (Ayub 1:21-22). Allah itu
memerintah atas segalanya (2 Tawarikh 20:6, Amsal 21:30, Yohanes 19:10,11) dan mengendalikan
semuanya (Kolose 1:16-17, Mazmur 33:9-11). Inilah Allah yang saya percaya.

J: Alkitab juga mencatat Ayub itu pahit (Ayub 3:20, 27:2), merasa benar/self-righteous (Ayub 13:19,
32:1-2) dan ingin mati (Ayub 3:21, 7:15, 17:13). Tidak ada yang bilang Allah tidak berkuasa penuh.
Dia berkuasa penuh! Yang saya sampaikan adalah Allah tidak bertanggung jawab atas segala
sesuatu. Ada perbedaan yang sangat besar.

T: Saya percaya Allah tidak memberikan hal buruk, itu dari setan. Tapi Dia mengijinkannya. Alasan-
Nya sering di luar pemahaman kita. Karena jalan-Nya bukan jalan kita. Bagaimana mungkin kita
memercayai Allah yang tidak mengontrol segala sesuatu?

J: Alkitab sendiri mengatakan Allah tidak mengontrol segala sesuatu. Jadi tak ada gunanya kita
memaksakan sebaliknya. Tapi kita bisa beristirahat dalam pemahaman bahwa dalam segala situasi
hidup Allah mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia (Roma 8:28). Jika Anda mengasihi-
Nya, maka Anda punya alasan kuat memercayai-Nya. Tapi jika Anda tidak mengasihi-Nya dan tidak
memercayai Dia, maka Dia tidak akan memaksakan kehendak-Nya pada Anda. Pemaksaan bukan
cara-Nya.

Ayat yang Anda sebutkan mengenai jalan-Nya bukan jalan kita adalah ayat yang digunakan jika kita
berhadapan dengan sesuatu yang tidak bisa kita pahami. Tapi bukan itu yang Yesaya maksudkan saat
ia menulis pasal 55 ayat 8-9. Pasal ini adalah nubuatan tentang suatu perjanjian yang baru, sesuatu
yang tak terbayangkan oleh orang yang hidup di masa perjanjian yang lama. Sesuatu yang di luar
pemahaman – yang hanya bisa dipahami dengan pertolongan Roh Kudus.

T: “Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku
sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir”
(Kejadian 45:8). Yusuf mengatakan Allah-lah yang menyuruh dia ke Mesir. Apakah artinya Allah
yang membuat Yusuf menjadi budak?

J: Pengertian modern tentang ‘Allah itu berdaulat’ datang dari sejarah kuno Israel. Di masa lalu, orang
Israel tidak punya pengetahuan apapun mengenai setan dan cara kerjanya. Jadi jika ada sesuatu yang
terjadi, baik atau buruk, mereka cenderung segera menuding Allah. Ayub adalah contoh paling
terkenal. Dan hari ini, walaupun Paulus menuliskan peringatan di 2 Korintus 2:11, masih banyak orang
membaca kitab Ayub dengan pengertian bahwa setan sedang menjalankan misi dari Allah.

Ada 4 alternatif memahami kata-kata Yusuf, silakan Anda pilih:


1. Saya salah dan Allah memang adalah perencana kejahatan dan hal buruk – menjual Yusuf sebagai
budak adalah rencana-Nya.
2. Yusuf salah menduga, dia pikir Allah yang membuat dia dijual sebagai budak.
3. Musa salah menuliskan cerita ini yang membuat banyak orang (tidak termasuk saya) berpikir Allah
telah merancang Yusuf jadi budak.
4. Yusuf tidak mengatakan, “Adalah kehendak Allah aku dijual jadi budak.” Yang dikatakannya
adalah, “Kejahatan yang kalian rancang dipakai Allah untuk kebaikan, karena Dia adalah Allah yang
baik, sang pembebasku.”
Yusuf tidak menyalahkan Allah, Yusuf tidak menyalahkan saudara-saudaranya; dan saya juga tidak
menyalahkan Allah. Saya memuji dan memberi kemuliaan pada-Nya karena telah ‘menenun’ segala
kejahatan yang dirancang manusia ke dalam rencana-Nya yang indah dan mulia. Dia mendatangkan
kebaikan bagi orang yang mengasihi-Nya dan yang terpanggil sesuai rencana-Nya.

KEDAULATAN TUHAN
Hati saya benar-benar diaduk bulan lalu ini. Saya menghadiri sebuah pertemuan di mana seorang
teman lama saya sedang melayani. Dia telah melalui beberapa hal mengerikan yang hampir
menghancurkan imannya. Ia menjadi pahit dan marah kepada Tuhan untuk hal-hal yang telah terjadi.
Ketika saya mendengarkan dia, dia telah merendahkan diri dan kembali mengasihi Tuhan dan
bersemangat tentang masa depan. Puji Tuhan! Namun, dalam proses itu, ia telah datang ke posisi
mempercayai bahwa Tuhanlah yang menyebabkan semua masalahnya. Dia memasrahkan dirinya
kepada “kedaulatan Tuhan.”

Saya percaya ini adalah doktrin terburuk di gereja saat ini. Saya tahu bahwa ini adalah pernyataan
mengejutkan dan dekat dengan penghujatan bagi beberapa orang, tetapi cara “kedaulatan” diajarkan
pada saat ini adalah benar-benar suatu pembunuh iman. Keyakinan bahwa Allah mengendalikan segala
sesuatu yang terjadi pada kita adalah salah satu penjebolan terbesar iblis dalam hidup kita. Jika
keyakinan ini benar, maka tindakan-tindakan kita tidak relevan, dan usaha-usaha kita tidak ada artinya.
Apa yang akan terjadi, terjadilah.

Jika kita percaya bahwa Allah menghendaki semuanya, yang baik maupun yang buruk, terjadi pada
kita, itu memang memberikan kita semacam bantuan sementara terhadap kebingungan dan
penghukuman, tetapi dalam jangka panjang, itu memfitnah Allah, menghalangi kita mempercayakan
diri kepada Tuhan, dan menyebabkan kepasifan.

KEDAULATAN ALLAH

Kata “berdaulat” (“sovereign”) tidak digunakan dalam Alkitab King James Version (dan juga tidak
ada di Terjemahan Baru – LAI, yang menerjemahkan kata aslinya menjadi berkuasa atau Maha Kuasa,
penerj.). Kata ini digunakan 303 kali dalam Perjanjian Lama dari New International Version, tetapi
selalu digunakan dalam hubungan dengan kata “TUHAN” dan setara dengan versi King James
“TUHAN Allah.” (Catatan penerjemah: TUHAN dalam huruf kapital diterjemahkan dari kata asli
nama YHVH atau YHWH). Tidak satu pun dari semuanya itu terdapat kata “berdaulat” yang
digunakan dengan cara yang telah diubahkan untuk digunakan dalam agama pada jaman kita ini.

Agama telah menghasilkan penemuan makna baru untuk kata “berdaulat,” pada dasarnya menjadi
berarti Allah mengendalikan segala sesuatu. Tidak ada yang bisa terjadi selain apa yang Dia kehendaki
atau ijinkan. Namun, dalam definisi yang sebenarnya tidak ada yang menyatakan demikian. Kamus
mendefinisikan “berdaulat” sebagai, “1. terpenting, tertinggi 2. Memiliki peringkat atau kekuasaan
tertinggi 3. Independen: suatu negara yang berdaulat 4. Unggul.” Tak satu pun dari definisi ini yang
berarti bahwa Allah mengendalikan segala sesuatu.

Diasumsikan bahwa karena Tuhan adalah yang terpenting atau tertinggi maka tidak ada yang bisa
terjadi tanpa persetujuan-Nya. Itu bukan apa yang Alkitab ajarkan. Dalam 2 Petrus 3:9, Petrus berkata,
“Tuhan .. menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik
dan bertobat.” Ini jelas menyatakan bahwa bukanlah kehendak Tuhan bagi siapa saja untuk binasa,
tetapi ada orang-orang yang binasa. Yesus berkata, “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena
lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang
masuk melaluinya” (Matius 7:13). Relatif sedikit orang yang diselamatkan dibandingkan dengan
jumlah yang terhilang. Kehendak Allah bagi orang-orang mengenai keselamatan itu tidak tercapai.

Ini dikarenakan Tuhan telah memberi kita kebebasan untuk memilih. Dia tidak menghendaki siapa pun
ke neraka. Ia telah membayar untuk dosa seluruh dunia (1 Yohanes 2:2; 1 Tim 4:10), tetapi kita harus
memilih untuk menaruh iman kita dalam Kristus dan menerima keselamatan-Nya. Orang-orang itulah
yang memilih neraka dengan tidak memilih Yesus sebagai Juruselamat mereka.Oleh kehendak bebas
manusialah mereka celaka /terkutuk, bukan Tuhan.

Orang hampir harus memanjat halangan yang Allah tempatkan di jalanan mereka untuk melanjutkan
perjalanan mereka ke neraka. Salib Kristus dan kuasa tarikan Roh Kudus adalah hambatan-hambatan
yang setiap orang berdosa temui. Tidak akan pernah ada yang berdiri di hadapan Allah dan mampu
menyalahkan-Nya karena menahan kesempatan untuk diselamatkan. Tuhan membujuk setiap orang
kepada-Nya, tapi kita harus bekerja sama. Pada akhirnya, Tuhan hanya memberlakukan konsekuensi
dari pilihan orang sendiri.

Tuhan memiliki rencana yang sempurna bagi kehidupan setiap orang (Yer. 29:11), tetapi Dia tidak
membuat kita berjalan di jalanan itu. Kita adalah agen-agen moral yang bebas dengan kemampuan
untuk memilih. Dia telah mengatakan kepada kita apa sajakah pilihan yang tepat (Ul. 30:19), tetapi
bukan Dia membuatkan pilihan-pilihan bagi kita. Tuhan memberi kita kekuatan untuk mengendalikan
nasib kita.

Pengajaran yang khas mengenai kedaulatan Tuhan menempatkan Yesus di kursi pengemudi dengan
kita sebagai penumpang. Pada permukaan itu terlihat bagus. Semua dari kita telah berhadapan dengan
hasil-hasil bencana akibat melakukan hal kita sendiri. Kita ingin dipimpin Tuhan, dan pengajaran
bahwa tidak ada yang terjadi selain apa yang Allah kehendaki itu cocok secara baik dengan keinginan
itu. Namun, Alkitab melukiskan gambaran bahwa kita masing-masing berada di balik kemudi
kehidupan kita sendiri. Kitalah orang yang melakukan pengendalian. Kita seharusnya meminta arahan
dari Tuhan, namun bukan Dia yang melakukan pengendalian bagi kita.

Manusia telah diberi otoritas atas hidupnya sendiri, tetapi ia harus memiliki arahan Tuhan untuk
berhasil. Yeremia 10:23 mengatakan, “Aku tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk
menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya. ~
(NIV: ..jalanan manusia tidak di dalam dirinya sendiri. Tidak dalam diri manusia yang berjalan
untuk mengarahkan langkahnya.)” Allah menciptakan kita untuk menjadi tergantung pada-Nya dan
ketidakbergantungan kita adalah akar dari semua masalah kita. Seolah-olah tidak cukup buruk bagi
manusia untuk mencoba untuk menjalankan urusannya secara independen dari Allah dan standar-
standar-Nya, hal itu telah dibuat lebih buruk lagi oleh agama dengan mengajarkan kepada kita bahwa
semua masalah kita sebenarnya adalah berkat dari Tuhan. Itu adalah suatu pembunuh iman. Itu
membuat orang benar-benar pasif.

Yakobus 4:7 mengatakan, “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan
lari dari padamu.” Ayat ini membuat jelas bahwa beberapa hal memang dari Tuhan, dan beberapa
lainnya dari setan. Kita harus tunduk kepada hal-hal yang dari Allah dan menolak hal-hal yang dari
setan. Kata “melawan” berarti, “dengan aktif memerangi.” Mengatakan “Apapun yang akan terjadi,
terjadilah” bukanlah dengan aktif berjuang melawan setan.

Jika seseorang benar-benar percaya bahwa Allah adalah pribadi yang menaruh penyakit pada mereka
karena Dia sedang mencoba untuk melakukan sesuatu untuk kebaikan dalam hidup mereka, maka
mereka tidak harus pergi ke dokter atau minum obat apapun. Itu akan menjadi penolakan rencana
Allah. Mereka harus membiarkan penyakit itu berlangsung dengan sendirinya dan dengan demikian
mendapatkan manfaat penuh dari koreksi Allah. Tentu saja, tidak ada yang menganjurkan itu.
Itu tidak masuk akal. Bahkan lebih masuk akal untuk percaya bahwa Allah adalah pribadi di belakang
tragedi itu.

Kisah Para Rasul 10:38 mengatakan bahwa Yesus menyembuhkan semua orang yang tertindas OLEH
IBLIS. Bukanlah Tuhan yang menindas mereka dengan penyakit. Itu adalah iblis. Hal ini sama pada
hari ini. Penyakit adalah dari setan, bukan dari Tuhan. Kita perlu melawan penyakit dan, dengan iman,
menyerahkan diri kepada penyembuhan, yang berasal dari Allah melalui penebusan Kristus.

Saya tahu seseorang berpikir, Bagaimana dengan contoh Perjanjian Lama di mana Allah memukul
orang dengan penyakit dan wabah? Ada banyak yang bisa saya katakan tentang hal itu jika saya punya
kesempatan, tetapi jawaban sederhana untuk pertanyaan itu adalah bahwa tidak satupun dari contoh-
contoh itu merupakan berkat. Tulah-tulah itu adalah kutukan. Penyakit dalam Perjanjian Lama adalah
hukuman, tetapi dalam Perjanjian Baru, Yesus telah menanggung kutukan bagi kita (Gal. 3:13). Tuhan
tidak akan menempatkan penyakit pada orang percaya Perjanjian Baru lebih dari Dia akan membuat
kita melakukan dosa. Baik pengampunan dosa maupun penyembuhan adalah bagian dari penebusan
Yesus yang telah disediakan bagi kita.

Ulangan, pasal 28, harus selamanya menyelesaikan pertanyaan ini untuk semua orang yang percaya
Firman Allah. Yang pertama 14 ayat Ulangan 28 daftar berkat-berkat Tuhan dan 53 ayat terakhir daftar
kutukan Tuhan. Penyembuhan terdaftar sebagai berkat (Ul 28:4). Penyakit terdaftar sebagai kutukan
(Ul. 28:22, 27-28, 35, 59-61). Allah menyebut penyakit sebagai suatu kutukan. Kita seharusnya tidak
menyebutnya sebagai suatu berkat.

Mengetahui bahwa Tuhan bukanlah pencipta dari masalah-masalah saya adalah salah satu wahyu yang
paling penting yang pernah diberikan Tuhan kepada saya. Jika saya pikir Allahlah yang membunuh
ayah saya ketika saya berusia dua belas tahun, dan beberapa teman-teman terbaik saya sebelum saya
berusia 20, jika Tuhan yang membuat orang-orang menculik saya, memfitnah saya, mengancam akan
membunuh saya, dan mengubahkan orang-orang yang saya cintai berbalik melawan saya , maka saya
akan memiliki waktu yang sulit untuk mempercayai Tuhan, jika Dia memang seperti itu.

Sebaliknya, sangat menyenangkan untuk mengetahui bahwa Allah hanya memiliki hal-hal baik di
gudang-Nya untuk saya. Setiap masalah dalam hidup saya adalah dari setan, oleh perbuatan sendiri,
atau hanyalah hasil-hasil kehidupan di planet yang telah jatuh ini. Bapa surgawi saya tidak pernah
melakukan sesuatu yang mencelakai saya dan tidak akan pernah. Aku TAHU itu.

Saya tidak mengatakan bahwa tidak ada yang dipelajari dari kesulitan-kesulitan hidup. Sebagian besar
dari Anda yang sedang membaca artikel ini telah datang kepada Tuhan karena sesuatu dalam hidup
Anda yang telah membuat Anda kewalahan dan menyebabkan Anda berbalik kepada Tuhan untuk
mencari pertolongan. Situasi itu tidak berasal dari Allah tidak peduli apa hasil-hasilnya. Andalah yang
berpaling kepada Tuhan dan iman Anda yang ditempatkan di dalam Dia itulah yang mengubah hidup
Anda, bukan kesulitan tersebut.

Jika kesulitan-kesulitan dan masalah-masalah membuat kita menjadi lebih baik, maka setiap orang
yang memiliki masalah-masalah akan menjadi lebih baik bagi mereka. Mereka yang memiliki masalah
yang paling gawat yang akan menjadi yang terbaik. Namun itu sama sekali tidak begitu.

Mari saya ilustrasikan ini dengan cerita tentang anak saya, Joshua. Ketika ia berusia satu tahun, saya
sedang memuat kayu pada suatu truk besar di tengah panasnya Texas di musim panas. Joshua bersama
dengan saya, dan dia punya waktu yang lama untuk bermain di halaman itu. Pada sore hari, dia
menjadi lelah dan mengantuk dan mulai berbaring di tanah untuk tidur siang. Aku tahu ibunya tidak
akan menyukai itu, jadi saya menempatkan dia ke dalam kabin truk untuk berbaring dan menikmati
tidur siangnya.
Dia telah lama ingin masuk ke truk itu sepanjang hari, dan ketika saya menaruh dia di sana, ia bangun
kembali. Saya harus menurunkan kaca jendela karena panas, dan Joshua bersandar keluar jendela dan
melambaikan tangan pada saya di spion samping. Saya menyuruhnya untuk berbaring dan bahkan
memberinya satu pukulan, tapi dia tidak mengindahkannya. Dia bersandar ke luar jendela terlalu jauh,
jatuh keluar dari mobil itu, matanya terbentuk ke papan berjalan dan mendarat dengan kepalanya.

Saya berlari ke arahnya, berdoa ke atasnya, dan memeluknya sampai ia berhenti menangis. Kemudian
saya mengatakan kepadanya bahwa itulah sebabnya saya telah menyuruhnya untuk berbaring dan tidur
dan jangan bersandar keluar jendela. Saya menggunakan situasi yang menyebabkan dia sakit untuk
mengajarinya, tetapi jika Joshua akan menjadi seperti guru-guru kedaulatan zaman ini, dia akan pergi
keluar dan menceritakan kepada semua teman-temannya bahwa ayahnya telah membuatnya jatuh dari
truk itu untuk mengajarinya ketaatan. Itu bukan demikian. Saya melakukan apa yang saya bisa untuk
menahannya. Saya akan sangat terluka jika itulah caranya Yosua berpikir tentang saya.

Demikian juga, saya tidak percaya bahwa adalah memberkati Bapa surgawi kita jika kita
menyalahkan-Nya untuk semua masalah yang datang ke dalam hidup kita. Tentu, Dia akan menghibur
kita ketika kita berpaling kepada-Nya di tengah-tengah masalah kita, tetapi Dia tidak menciptakan
situasi negatif yang merugikan kehidupan kita.

Allah berdaulat dalam arti bahwa Dialah yang terpenting dan tertinggi. Tidak ada satu pun yang
memiliki otoritas atau kekuasaan yang lebih tinggi, tetapi itu tidak berarti dia menjalankan kuasa-Nya
dengan mengendalikan segala sesuatu dalam hidup kita. Tuhan telah memberikan kepada kita
kebebasan untuk memilih. Dia memiliki rencana bagi kita. Dia berusaha untuk mengungkapkan
rencana itu kepada kita dan mendorong kita ke arah itu, tapi kitalah yang memilih. Dia tidak
membuatkan pilihan-pilihan kita untuk kita.

Dalam banyak kasus, adalah pilihan kita yang salah yang membawa bencana kepada kita. Dalam kasus
lain, masalah-masalah kita bukanlah apa-apa selain serangan dari iblis. Dalam beberapa kasus,
kekuatan alam dunia yang tidak sempurna menyebabkan kepedihan bagi kita. Tragedi-tragedi kita
tidak pernah merupakan penghakiman atau koreksi dari Allah. Yesus datang untuk memberi kita hidup
yang berkelimpahan. Iblis datang untuk mencuri, membunuh dan membinasakan (Yohanes 10:10).
Jangan pernah membingungkannya. Jika itu baik, itu Tuhan. Jika itu buruk, itu setan.

Ini adalah doktrin fundamental kekristenan yang harus dipahami dengan baik jika Anda ingin
berkemenangan dalam hidup Anda. Percaya bahwa Allah mengendalikan segala sesuatu membuat
orang pasif. Mengapa berdoa dan mempercayai untuk sesuatu yang lebih baik? Apapun Tuhan
kehendaki akan terjadi. Namun itu sama sekali tidak benar.

Tuhan adalah jawaban untuk semua masalah kita. Dia bukanlah masalahnya.

Saya menyarankan Anda untuk berbagi pelajaran ini dengan orang lain. Saya benar-benar percaya
bahwa kebingungan mengenai topik ini adalah cara Setan untuk mendorong keluar kehendak Tuhan
dari kehidupan kebanyakan orang. Ajaran ini bisa mengubahkan hidup seseorang.

Catatan:

Tulisan ini adalah terjemahan artikel yang ditulis oleh Andrew Wommack di websitenya..

You can also read the original English article “The Sovereignty Of God”.
BUKTI TAK TERBANTAHKAN BAHWA
ALLAH TIDAK MENGONTROL ATAS
SEGALA SESUATU
BUKTI TAK TERBANTAHKAN BAHWA ALLAH TIDAK MENGONTROL ATAS SEGALA
SESUATU(Diterjemahkan dari artikel Phil Drysdale tgl 12 Januari 2015 “Irrefutable Proof that God Is
Not In Control of Everything”).
Saya tahu judul artikel ini kontroversial.
Tapi ini benar.
Allah tidak memgontrol segala sesuatu.
Dan saya memiliki bukti tak terbantahkan tentang itu.
Bukti apa?
Sebelum kita sampai ke bagian itu, mari kita bahas dulu mengenai kehendak Allah.
Jika benar Allah mengontrol segala sesuatu, maka seluruh kehendakNya pasti terlaksana.

Tampaknya ini cukup jelas, masalahnya cukup banyak orang yang berpendapat bahwa kehendak Allah
pasti selalu terlaksana.
Mereka berkata, “Jelas kan bukan kehendak Allah menyembuhkan semua orang karena tidak semua
orang disembuhkan”.

Atau yang lebih aneh lagi, “Jelas bahwa Allah menciptakan sebagian orang ditetapkan untuk masuk
neraka dan sebagian orang masuk surga karena tidak semua orang diselamatkan”.
Pandangan ‘jika tidak terjadi berarti bukan kehendak Tuhan’, atau ‘jika terjadi berarti itu kehendak
Tuhan’ tampaknya cukup menakutkan.
Kenapa?
Karena itu menciptakan ‘kehendak Tuhan’ yang didasarkan pada pengalaman kita, bukan pada Alkitab
dan Firman Yesus!
Kehendak Tuhan sering dinyatakan dengan jelas dalam Alkitab, tapi tidak selalu terjadi demikian
dalam hidup kita.

CONTOH

Kita lihat di 2 Petrus 3:9 “..Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan semua orang
berbalik dan bertobat”.
Dihadapkan pada ayat ini kita punya 2 pilihan :

Keinginan Allah tidak selalu tercapai

atau

Kita harus percaya pada universalisme.

Hal ini mungkin masih bisa diperdebatkan. Mari kita bahas sesuatu yg lebih tak terbantahkan.
APAKAH ALLAH INGIN MANUSIA BERBUAT DOSA?

Apakah pernah diceritakan di Alkitab bahwa Allah menginginkan orang melakukan dosa?
Tentu tidak. Allah ingin kita kudus.

Bahkan salah satu tema utama Alkitab adalah Allah ingin manusia hidup bebas dari dosa dan segala
ikatannya.
Karena itulah Yesus datang, untuk menghapus dosa dunia.
Tapi apa kenyataannya?
Semua manusia telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah.

Tak hanya itu, walaupun kita saat ini dalam Kristus telah dilepaskan dari dosa, kita MASIH berbuat
banyak dosa.
Jadi, apakah kehendak Allah kita terus berbuat dosa?

Atau.. apakah mungkin sebenarnya Allah ‘tidak memegang kontrol’?

SEKARANG DENGARKAN BAIK-BAIK!

Saya tidak sedang mengatakan sesuatu yg mengecilkan supremasi Allah atau menafikan posisiNya
sebagai Kekuasaan Tertinggi di alam semesta ini (atau semesta-semesta lain).
Yang saya ingin sampaikan adalah Allah tidak perlu dalam posisi mengontrol.

Allah berkuasa, ya benar, tapi itu tidak berarti Dia mengontrol.


Pertama, bagi pengguna New International Version (NIV), ada yang perlu Anda tahu.

Setiap kali Anda menemukan kata-kata ‘Sovereign God’ (288x disebutkan), itu seharusnya dibaca
‘Tuhan Allah’. Dalam bahasa Ibrani, tidak disebutkan kata ‘sovereign’ dan menggunakannya adalah
keputusan penerjemah.
Kedua, dalam bahasa Ibrani, kata ‘sovereign’ tidak berarti ‘in control = pemegang kendali/kontrol’,
tapi berarti ‘in charge’ = yang bertanggung jawab.
Dalam kamus, ‘sovereign’ berarti memiliki kekuasaan yang sangat besar atau terbesar/mutlak (to
possess supreme or ultimate power). Tapi tidak berarti kekuasaan itu digunakan utk mengatur dalam
setiap situasi di dunia ini.
Ratu Inggris berdaulat, dia memiliki kekuasaan besar, tapi dia tidak perlu mengatur apa yang harus
saya makan saat makan siang.
Atau, seorang CEO sebuah perusahaan. Ia bertanggung jawab atas sejumlah besar karyawan, tapi ia
tidak dalam kuasa mengatur tingkah laku mereka.
Sebenarnya, inilah yg membedakan antara pimpinan yang baik dgn yg tidak.

Jika CEO itu mengetahui perbedaan ini, ia akan mampu memberdayakan karyawannya. Tapi jika
tidak, ia akan berusaha mengendalikan karyawan lewat usaha mengatur setiap tindakan yang karyawan
lakukan.
Seperti seorang CEO, Allah yang in charge. Kekuasaan/kedaulatanNya adalah atas segalanya, tidak
ada yang mengaturNya dan Ia membawahi segalanya.

Sejak semula Ia memilih kita, ‘karyawan’Nya, orang-orang yang menerima delegasi tanggungjawab
dan berkuasa atas bumi.
Mazmur 115:16

Langit itu langit kepunyaan Tuhan , dan bumi itu telah diberikan-Nya kepada anak-anak manusia.
Tapi kuasa ini telah diberikan kepada Iblis dalam kejadian Taman Eden. Inilah mengapa ia bisa
menawarkan seluruh dunia kpd Yesus saat ia mencobai Yesus di gurun. Seluruh dunia tak lagi
dibawah kuasa manusia, tapi dibawah kuasanya (lihat Mat 4:8-9).
Ide tentang allah yg memiliki kontrol absolut adalah cara berpikir ala Yunani-Romawi. Mereka
memandang allah/dewa yang tidak memiliki kuasa absolut sbg dewa yg lemah.
Alkitab menggambarkan hal yang berbeda : Allah yang begitu merasa aman dengan posisi dan
kuasaNya sehingga Ia berani memberikan kuasa/mendelegasikan kuasaNya kpd kita, kendati Ia tahu
dengan pasti kita akan gagal.
Dia melakukannya karena Ia sangat ahli mendatangkan kebaikan dalam segala yang terjadi dan
memastikan rencanaNya terlaksana.

Bagi saya ini menunjukkan Allah yang secara tak terbatas lebih berkuasa, bukan kurang berkuasa.
Anda pikir mengapa Yesus mengajarkan kita berdoa “Jadilah kehendakMu, di bumi seperti di surga”?.

Karena kehendakNya sudah terjadi di surga tetapi tak selalu terjadi di bumi.
INSYA ALLAH

Allah memang berkuasa dan turut bekerja mendatangkan kebaikan dalam hidup Anda, tapi jangan
terjebak mempercayai Ia mengatur segala hal sampai dengan hal-hal kecil dalam hidup Anda.
Jangan memutuskan apa kehendak Allah, berdasarkan apa yang terjadi pada Anda.
Beberapa kali saya menghabiskan waktu di Timur Tengah. Hal yang mengejutkan saya adalah cara
orang sana berkendara. Mereka berkendara spt orang gila. Banyak yang bahkan tidak mengenakan
sabuk pengaman, juga tidak menyuruh anak2nya memakainya. Jika ditanya mengapa, jawab mereka
adalah “Insya Allah” yg artinya jika Allah berkehendak.
Mereka pikir jika memang sudah diputuskan Allah mati ya mereka mati. Jika tidak, Allah pasti
melindungi mereka.

Itu memang contoh ekstrim, tapi demikianlah bnyk orang berpikir tentang hidupnya. Bahwa Allah
mengatur setiap tetek bengek dalam hidupnya.
Saya yakin Allah ingin angka kecelakaan di Timur Tengah jauh lebih rendah. Tapi itulah yang terjadi
saat orang-orang berkendara menerobos lampu merah dengan kecepatan 96km/jam tanpa mengenakan
sabuk keselamatan.
Tentu saja Allah bekerja dalam hidup kita utk melaksanakan kehendak dan rencanaNya, tapi Anda
tahu apa yang saya percaya..

Sering sekali kita berada dalam suatu situasi karena kita ‘berkendara’ dengan ceroboh dan seenaknya
dengan berkata “Insya Allah”, ketimbang mengenakan sabuk dan berhenti di lampu merah.
Ijinkan Allah berkuasa dalam hidup Anda, tapi jangan berharap Ia akan mengurusi urusan tetek bengek
kehidupan Anda.
Karena walaupun Allah mampu mengontrol segala sesuatu, Ia tak berniat melakukannya.
Ia menginginkan ‘rekan’, bukan boneka!

https://karnakasihnya.wordpress.com/2015/07/22/719/

APAKAH ALLAH ‘GILA-


MENGENDALIKAN’?
“Jangan kuatir, Allah mengendalikan semuanya.”

Apakah frasa ini terdengar familiar? Mungkin Anda mendengarnya setelah diberhentikan dari
pekerjaan atau saat seorang anggota keluarga meninggal dunia. Mungkin seseorang menghibur Anda
dengan kata-kata ini saat Anda mengalami masa berat dalam hal finansial. Adalah mudah menemukan
penghiburan dalam ideologi semacam ini – bahwa ada Allah di luar sana yang mengendalikan dan
mengatur segala sesuatu yang terjadi dalam hidup Anda, terutama saat Anda merasa mulai kehilangan
kendali.
Tapi jika kita mengikuti cara berpikir demikian, akan timbul pertanyaan lain, “Jika Allah
menggunakan kendali mutlak di bumi, apakah Ia bertanggungjawab atas segala hal buruk yang terjadi?
Apakah setiap pelanggaran dan penyalahgunaan juga adalah bagian dari ‘kehendak-Nya yang
sempurna’?”

Saya mulai mempertanyakan pandangan fundamentalis mengenai kedaulatan Allah saat menyaksikan
pertunjukan kaum muda berjudul ‘How God Made You’ (Bagaimana Allah Menciptakan Anda).
Tujuan pertunjukan tersebut adalah untuk mengajar anak-anak supaya menyukai penampilan mereka,
karena Allah menciptakan mereka seperti itu.

Kedengarannya indah, bukan? Tapi saat saya mulai benar-benar berpikir tentang hal itu, saya
menemukan hal yang berbahaya …

BIOLOGI SEDERHANA
Seorang pria dewasa mampu melepaskan hingga 1,2 milyar sel sperma dalam satu kali ejakulasi, dan
setiap sel berkompetisi untuk mencapai dan membuahi satu dari sekitar 450 sel telur. Artinya, sungguh
suatu kemungkinan yang sangat sangat kecil bagi terjadinya suatu kombinasi sel sperma-sel telur, dan
setiap kombinasi dari triliunan kemungkinan yang bisa terjadi akan menghasilkan individu yang
berbeda. Begitu kemungkinan 1 banding triliunan ini terjadi, ciri genetik dari kedua orang tua
berkombinasi secara acak, menghasilkan hasil dengan kemungkinan yang sangat beragam.

Artinya seorang anak yang terjadi sebagai hasil pembuahan pada pukul 8 pagi ini akan menjadi
individu yang sangat berbeda dengan anak yang terjadi sebagai hasil pembuahan pada pukul 9.

Artinya juga, kedua orang tua dengan mata coklat tanpa ada sejarah keluarga bermata biru, akan
memiliki anak bermata coklat. Alasannya karena warna mata, sebagaimana banyak ciri fisik lainnya,
diturunkan dari gen dominan orang tua. Seorang anak memiliki mata coklat bukan karena Allah
sedang tidak mood menciptakan orang bermata biru.

Apakah ini artinya Allah tidak terlibat dalam pembuahan manusia? Seperti semua kaidah atau aturan
dalam penciptaan, Allah membuat sistem dalam setiap bidang. Untuk apa Allah menciptakan sistem
biologi dengan kemungkinan tak terbatas jika Dia langsung mencomot dan menyatukan setiap
kombinasi dan menentukan tampilan genetik setiap orang?

Saya percaya Allah menghembuskan Roh-Nya kepada setiap kehidupan dan memutuskan bahwa
dalam kasih-Nya yang tak terbatas, Dia akan mendampingi setiap anak. Dia menghargai setiap
kehidupan yang baru, terlepas dari bagaimana kondisi kehidupan itu tercipta. Tapi ini tidak berarti
Allah berkehendak seorang gadis 15 tahun akan mengandung tanggal 5 Agustus pukul 16.45 di jok
belakang mobil Mustang milik Johnny. Semua ini biologi sederhana.

Kejutan: Allah tidak membuat Anda hamil. Seks yang membuat Anda hamil.

AYAT MENGENAI RENCANA ALLAH


Anda mungkin mulai merasakan ‘kegeraman ilahi’ saat ini, mengingat-ingat dalam pikiran Anda ayat-
ayat yang pernah Anda baca mengenai Allah membentuk Anda di dalam rahim ibu Anda …dan
bukankah itu menyangkut rencana Allah?

Ada tiga referensi alkitabiah yang menulis mengenai interaksi Allah dengan mereka sebelum mereka
lahir:
Pemazmur, Yeremia dan Yesaya.

Kita mulai dengan Mazmur 139:13-14:


“Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.
Aku bersyukur kepada-Mu, oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib [for I am fearfully and
wonderfully made]; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.”

Apa Anda pernah bertanya apa artinya “oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib”? Definisi Strong
untuk ‘ajaib’ adalah ‘pâlâh’ (‫פּלה‬, H6395), yang artinya ‘to be set apart’ (dibuat berbeda, dipisahkan,
dibedakan). Allah menuliskan kehendak-Nya dalam hidup kita dan membedakan kita dengan mandat
dan karunia berbeda. Raja Daud dibuat berbeda; ada sesuatu yang dilihat nabi Samuel dalam dirinya,
suatu percikan yang Allah gunakan untuk membuat tanda dalam dirinya sebagai salah satu raja
terbesar dalam sejarah Israel.

Yang juga menarik adalah kata ‘membentuk’ di ayat 13, yakni kata ‘qânâh’ (‫קנה‬, H7069) yang berarti
membeli (purchase).

Pemazmur bukan sedang membuat pengamatan ilmiah mengenai pembuahan atau kehamilan, dia
sedang menekankan investasi Allah yang sepenuh hati dalam setiap kehidupan – bahwa bahkan di
dalam kandungan pun, Allah melihat Anda dan memilih untuk menjalin pertalian antara hati-Nya
dengan hati Anda.

Dalam Yeremia 1:5 dan Yesaya 49:5, kita melihat baik Yeremia maupun Yesaya merujuk kepada
TUJUAN yang Allah lekatkan pada keberadaan mereka. Yesaya dipanggil menjadi ‘hamba’ sedang
Yeremia dipanggil menjadi ‘nabi’. Kata dalam bahasa Ibrani untuk ‘membentuk’ dapat diterjemahkan
sebagai ‘ditentukan’ (predetermined). Perhatikan, Allah tidak menentukan setiap keputusan yang akan
mereka ambil, tapi Ia menciptakan mereka untuk secara unik memiliki kemampuan untuk mencapai
tujuan strategis dalam hidup mereka.

Ayat indah yang sangat terkenal Yeremia 29:11, telah menjadi poster pendorong motivasi bagi
Kekristenan modern, dimana kita dapat menemukan ketenangan saat tahu Allah memiliki rencana
yang telah ditetapkan bagi setiap aspek hidup kita.

“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah
firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan
kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
~Yeremia 29:11

Orang-orang menggunakan ayat ini untuk mengatakan bahwa Allah menangani bahkan hal-hal kecil
dalam hidup mereka, tapi yang sebenarnya tertulis adalah, “Sebab Aku ini mengetahui
RANCANGAN-RANCANGAN apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan,
…”

Rancangan-rancangan. Jamak! Ada lebih dari satu jalur yang bisa Anda pilih, karena Anda adalah
peserta yang memiliki kuasa dalam takdir Anda sendiri. Mengasumsikan setiap aspek hidup Anda
ditentukan oleh Allah, mulai dari tampilan Anda hingga keputusan yang harus Anda ambil setiap hari,
adalah pengabaian terhadap pemahaman yang sehat akan ilmu pengetahuan dan Kitab Suci. Berasumsi
demikian merampok penghargaan kita terhadap sistem yang telah Allah tetapkan dan terhadap
kepemilikan peran kita dalam mengelola hidup yang sudah Ia berikan kepada kita.

Poin lain yang hendak saya soroti dalam Yeremia 29:11 adalah Allah tidak merancang atau
merencanakan tragedi atau kehancuran dalam hidup kita. Rancangan-Nya bagi kita adalah “bukan
rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepada kita hari depan yang penuh harapan.” Seringkali,
saat sesuatu yang buruk terjadi dalam hidup kita, kita cenderung segera mengkategorikannya: entah itu
Allah yang sedang menguji kita atau musuh sedang menyerang kita. Kenyataannya dalam banyak
kasus, ya begitulah hidup.
Tindakan-tindakan kita membawa konsekuensi, demikian juga tindakan orang lain. Kadang kala rasa
sakit yang kita alami adalah hasil dari pilihan buruk orang lain. Kadang itu adalah hasil pilihan buruk
kita sendiri.

Yang manapun itu, sebagai seorang bapa yang baik, Allah mengambil hidup kita yang tercabik-cabik.
Ia tak menyisakan apapun. Setiap kali kita mengacau, Ia menyerap rasa sakit dan derita kita ke dalam
rancangan-Nya untuk menyejahterakan kita dan memberi kita hari depan penuh harapan. Dia tak
pernah gagal menggantikan perkabungan kita dengan tarian.

MENEMUKAN ‘SESEORANG’
Tentu saja, kurang lengkap rasanya membahas kedaulatan Allah tanpa menyinggung hal pacaran.
Entah bagaimana, banyak orang muda Kristen memiliki ide yang tertanam kuat di pikiran mereka
bahwa Allah bertanggung jawab mencarikan pasangan masa depan mereka. Orang-orang malang ini
sering melewatkan tahun demi tahun menunggu datangnya ‘seseorang’ dari Allah bagi mereka,
ketimbang berinisiatif untuk menjalin hubungan yang fungsional dan hidup dengan orang lain.

Pemikiran semacam ini tidaklah alkitabiah. Selain Adam dan Hawa, satu-satunya kejadian dimana
Allah aktif memilihkan pasangan untuk seseorang adalah saat Ia menyuruh Hosea mengawini Gomer
seorang perempuan sundal, sebagai suatu lambang profetik bagi umat Israel.

Jadi, kecuali ini adalah skenario perkawinan ideal Anda, menunggu-nunggu Allah mengawinkan Anda
sepertinya bukan rencana terbaik.

Masalah utama konsep perjodohan yang diatur Allah seperti ini adalah Allah-lah, bukan Anda, yang
bertanggung jawab atas perkawinan Anda. Sehingga suatu saat jika Anda menghadapi masalah di
dalamnya, Allah bertugas memperbaikinya, lha iya dong, Dia yang menaruh Anda dalam perkawinan
itu pada awalnya.

Saya percaya Allah berinvestasi penuh dalam proses Anda menjalin hubungan, memilih pasangan
hidup dan membangun perkawinan yang bertumbuh. Tapi berpartisipasi dan menentukan adalah hal
yang sama sekali berbeda.

Dari pengalaman saya pribadi, ada indikasi yang sangat jelas bahwa Allah turut berperan
(berpartisipasi) dalam bertemunya saya dan suami saya. Tapi pada akhirnya, adalah saya yang
memutuskan, bukan Allah, untuk berkata “Ya, saya bersedia” di hari perkawinan. Saya tahu kasih
sayang Bapa kepada saya tidak dipengaruhi oleh orang yang kawin dengan saya. Poin pentingnya
adalah Ia memberi saya kemampuan/kapasitas untuk memilih. Inilah sebabnya kita harus meminta
nasehat dari Roh Kudus dalam proses pengambilan keputusan kita, bukannya ‘mengalir saja’ dengan
harapan Allah akan menangani segalanya bagi kita.

Percaya bahwa kita hanya pion dalam permainan catur ilahi akan membuat kita kehilangan
sepenuhnya gambaran Allah yang Yesus datang untuk singkapkan:

Abba.

HUBUNGAN BAPA-ANAK
Bayangkan seorang bapak dan anaknya mengelola bisnis bersama. Sang bapa menyuruh anaknya
untuk menangani suatu proyek, karena suatu saat nanti sang bapa akan menyerahkan sepenuhnya
bisnis itu kepada si anak. Bayangkan si anak menyelesaikan proyek itu dengan gemilang, dan
seseorang datang untuk memberi selamat.

Sang bapa tidak akan menjawab, “Anak saya adalah alat yang sempurna yang saya gunakan dari waktu
ke waktu.” Tidak, tidak, tidak. Sebaliknya ia akan menjawab, “Sebenarnya, anak saya yang telah
menyelesaikan proyek ini. Saya memang memberinya ide saat proyek akan dimulai, tapi ia yang
menjalankannya dan menyelesaikannya. Saya sangat bangga!”

Menurut Kejadian 1:26, kita diciptakan menurut ‘gambar’ (image) Allah. Kata dalam bahasa Ibrani
untuk gambar adalah ‘tselem’ (‫צלם‬, H6754), yang diturunkan dari akar kata yang berarti ‘bayangan’.
Umat manusia dapat digambarkan sebagai 7 milyar ‘gambar’ Allah, dan setiap kita membawa bagian
gambar yang unik dari Bapa kita.

Kita melihat, maksud Allah adalah bermitra dan memberdayakan manusia, bukan mengendalikan
manusia, sejak interaksi pertama di Kejadian. Allah meminta Adam untuk menamai setiap makhluk
hidup. Mengapa? Karena Allah memberi Adam kuasa (dominion) atas bumi. Dengan meminta Adam
berpartisipasi, melalui memutuskan dan menyebutkan identitas setiap binatang, Allah mengundang
Adam kepada posisi berkuasa atas bumi.

Dan tebak? Bahkan setelah mereka meninggalkan Eden, mandat atas umat manusia tidak pernah
berubah – “Beranakcuculah dan usahakanlah bumi yang telah Kuberikan kepadamu.”

Allah tidak mengendalikan. Seperti dengan sangat tepat dikatakan oleh ahli teologia Harold Eberle,
“Allah tidak mengendalikan dunia (doesn’t control the world) tapi Ia berkuasa atas dunia (in charge of
the world).” Allah memiliki otoritas tertinggi. Dia adalah Raja. Dan dengan posisi-Nya itu, Ia bebas
ikut campur dengan cara apapun yang Dia inginkan. Tapi ketimbang mengurusi segala tetek-bengek
kita, Dia memilih untuk berpartisipasi/berperan serta bersama kita dalam menghidupi kehidupan kita
dalam sistem yang telah dibangun-Nya bagi kita. Selain itu, Ia mengimpartasikan bagian otoritas-Nya
kepada kita.

Dalam ‘Doa Bapa Kami’, Yesus mengatakan kepada Bapa, “Datanglah kerajaan-Mu, jadilah
kehendak-Mu, di bumi seperti di sorga.” Kata-kata Yesus menyiratkan bahwa kehendak Bapa belum
termanifestasi sepenuhnya di bumi, dan dengan mengajar kita berdoa demikian Yesus sedang
mengajar bahwa kita adalah peserta dalam tercapainya kehendak Allah di bumi. Kita memiliki hak
istimewa dan tanggung jawab bermitra dalam rancangan-Nya bagi umat manusia dan membawa
Kerajaan Sorga ke bumi sekarang di sini.

Allah tidak mengendalikan jalur karir yang Anda pilih. Dia tidak mengatur diet Anda atau rencana
latihan kebugaran Anda. Dia tidak mengatur dimana Anda akan tinggal. Dia tidak mengatur sebesar
apa keluarga Anda akan berkembang. Dia bahkan tidak mengatur bagaimana Anda akan mati. Dia
adalah Bapa yang berdedikasi, bukan yang gila kendali. Seorang bapa yang baik menuntun,
menyemangati, dan mencintai; bukan mengatur dan mengendalikan setiap langkah anak-anaknya.

Dalam pelaksanaannya hal ini bisa jadi menakutkan, karena ini artinya Anda memiliki kuasa untuk
membuat pilihan Anda sendiri dan menerima konsekuensi dari pilihan Anda. Pilihan untuk kehidupan
yang berkelimpahan adalah milik Anda. Anda tak bisa lagi bersikap seolah Anda cuma korban. Allah
memiliki rancangan dan panggilan bagi hidup Anda, juga solusi dan strategi. Tapi Ia tidak akan
menghidupi kehidupan Anda bagi Anda.

Jika Allah ingin mengendalikan setiap hal yang terjadi di dunia, untuk apa Ia menciptakan umat
manusia? Untuk apa Ia menciptakan sistem biologi yang digerakkan oleh kombinasi acak genetis?

Jika dunia adalah mesin robotik yang digerakkan oleh Allah, untuk apa Anda ada?

Allah tidak gila kendali. Sebagaimana seorang bapa yang baik Ia memberikan kebebasan kepada kita
untuk memilih karir kita, pasangan kita, tujuan hidup kita, dan banyak lagi. Dia mengajak kita untuk
membuat keputusan yang bijak dan menunjukkan kepada kita bagaimana mengalami hidup
berkelimpahan. Dia rindu untuk bekerjasama dengan kita dalam kegiatan kita hari lepas hari.
Dia adalah Bapa kita, bukan seorang yang gila mengendalikan.

[Destiny McMillen: Is God A Control Freak?; November 8, 2015]

http://brazenchurch.com/is-god-a-control-freak/

DIKARUNIAI SEGALA BERKAT DI DALAM


KRISTUS
“Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala
perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat
engkau di atas segala bangsa di bumi. Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi
bagianmu, jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu: …”
(Ulangan 28:1-2)

Pasal ini berisi syarat-syarat menerima berkat dan kutuk Allah di tanah perjanjian bagi orang Israel.
Tiga belas ayat pertama berisi janji Allah bahwa Dia akan memberkati Israel jika mereka setia,
sedangkan ayat 15-68 adalah daftar yang lebih panjang berisi kutuk yang akan menimpa mereka jika
mereka tidak setia.

Berkat-berkat perjanjian lama merupakan sesuatu yang ditentukan oleh perbuatan atau kinerja. Ketika
kita mendasarkan kehidupan Kekristenan kita pada pola perjanjian yang lama (old covenant), itu
artinya kita membatalkan dan meniadakan janji-janji berdasarkan perjanjian baru (new covenant)
dalam hidup kita. Hal mendasar tentang perjanjian lama adalah perjanjian itu merupakan akad atau
perjanjian antara Allah yang sempurna dan manusia yang tidak sempurna. Dalam perjanjian yang
demikian tidak seorang manusia pun akan dapat menikmati kepenuhan berkat Allah.

Dengan menggenapi setiap ketentuan hukum perjanjian lama dengan sempurna sebagai perwakilan
kita, Yesus dikaruniai segala berkat tanpa ada kutuk yang menyertai. Sehingga TIDAK ADA anak
Allah yang diberkati dan dikutuk pada saat yang sama. Yesus mewakili kita, karena Dia tahu persis
kita tidak akan pernah mampu menaati hukum perjanjian lama dengan sempurna. Penggenapan-Nya
mendatangkan atas Dia berkat Allah, yang Dia pertukarkan dengan segala pelanggaran kita. Dengan
demikian, Yesus menanggung segala kutuk yang seharusnya ditanggungkan atas manusia, sehingga
manusia dapat menerima segala berkat yang Yesus terima karena kesempurnaan-Nya menaati hukum.

Sungguh sangat disayangkan demikian banyak pendeta atau pemimpin jemaat yang menaruh kutuk
atas jemaat mereka dengan alasan telah berkelakuan tidak baik, tidak membayar persembahan dan
persepuluhan, atau karena jemaat meninggalkan pelayanan mereka. Pula dikatakan jemaat harus
melakukan perbuatan-perbuatan baik (berpuasa, menginjil, memberi persembahan) agar memenuhi
syarat menerima berkat Allah. Ini sama saja dengan merangkul roh perjanjian lama saat menghidupi
yang baru.

Yang harus kita pahami saat membaca Ulangan 28 adalah ini. Kita menerima segala berkat yang
tercantum dalam tiga belas ayat pertama karena kita beriman kepada karya Kristus yang
paripurna, kita menerima semua yang telah Dia bayar. Tidak ada orang Kristen yang perlu
mempelajari daftar kutuk yang tercantum dalam pasal ini dan kuatir mereka mungkin hidup di
dalamnya, karena apa yang telah Allah berkati, tidak ada yang dapat membalikkannya (lihat
Bilangan 23:20).
Mengapa banyak orang Kristen yang getol sekali mengatakan dan mengajarkan kepada orang Kristen
lain bahwa mereka mungkin sedang dikutuk karena perbuatan buruk yang mereka lakukan dalam
hidup mereka? Orang-orang ini menyuruh mereka mengingat dan mendaftar setiap dosa dalam hidup
mereka. Jika Anda terlibat dalam perburuan dosa, akan selalu ada satu dosa lagi yang Anda temukan.
Hal ini terjadi karena orang-orang ini tidak mengerti betapa sempurnanya karya Kristus yang
sempurna itu.

Kita harusnya selalu memandang kepada Sang Anak yang ada di dalam kita, bukannya mencatat
dengan saksama dosa-dosa kita. Alkitab katakan, “Sebab Kristus adalah ‘ya’ bagi semua janji Allah.
Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan ‘Amin’ untuk memuliakan Allah” (2 Korintus 1:20). Segala
berkat kita terima bukan karena perbuatan baik kita, tetapi perbuatan baik-Nya. Kristus yang ada di
dalam kita, adalah pengharapan akan kemuliaan (Kolose 1:27). Inilah yang namanya kasih karunia
atau anugerah. Dialah yang melayakkan dan membuat kita memenuhi syarat menerima berkat Allah
dan Dia tinggal di dalam kita. Jadi secara praktis adalah mustahil Anda tidak diberkati tahun ini dan
sepanjang hidup Anda.

Aspek menarik lainnya adalah bahwa berkat-berkat Allah adalah ‘Ya’ di dalam Yesus. Mengapa
demikian? Di bawah perjanjian lama Israel hanya mengatakan “Amin” atas kutuk. Anda dapat
menemukannya dalam Ulangan 27. Pasal 27 ditutup dengan 12 ayat yang diawali dengan
“Terkutuklah”.

Kata-kata kutuk ini mendahului berkat-berkat dalam pasal 28 yang menunjukkan bahwa kutuk
mendahului berkat. Yesus menanggung kutuk kita agar kita bisa menerima berkat-Nya, dan kutuk itu
sudah diselesaikan saat kita tinggal di dalam kebaikan-Nya.

Yesus Sang “Amin” telah memeteraikan berkat-berkat Allah atas hidup Anda dengan darah-Nya. Jadi
Anda dapat menerima yang terbaik dalam hidup Anda di tahun yang baru ini dan di tahun-tahun
berikutnya sepanjang umur Anda. Terimalah apa yang adalah bagian Anda oleh iman dan
berkuasalah dalam hidup.

Tidak ada syarat apapun. Semuanya tersedia oleh iman kepada kasih karunia-Nya. Sesederhana itu.

Simeon Edigbe: Already Blessed in Jesus; January 3, 2015.

http://reigninglife.blogspot.co.id/2015/01/already-blessed-in-jesus.html

SURAT TERBUKA UNTUK PEMUDA


‘BERDARAH PANAS’
Kasih karunia menarik para pendosa. Karena saya adalah pemberita kasih karunia yang radikal, saya
banyak menerima banyak email dan pesan facebook dari orang-orang Kristen yang sedang hidup
dalam dosa. Sangat sedikit yang minta bantuan supaya bisa mengatasi dosa. Kebanyakan isinya adalah
minta jaminan bahwa Allah akan tetap mengasihi mereka, tak peduli betapa buruk perilaku mereka.
Pesan yang paling banyak saya terima adalah dari para anak muda yang sudah tinggal bersama dengan
pasangannya sekalipun mereka belum resmi menikah.
Artikel ini saya tujukan bagi orang-orang yang berjuang melawan dosa, terutama bagi anak-anak muda
yang ‘berdarah panas’ itu. Berikut jawaban saya untuk 5 pertanyaan yang paling umum ditanyakan:

1. Apakah Allah mengasihiku jika aku tetap berbuat dosa?


Ya, tentu saja. Berbeda dengan apa yang agama ajarkan selama ini, kasih Allah pada Anda tidak ada
kaitannya dengan kelakuan atau moral Anda. Dia mengasihi Anda karena Dia adalah kasih.

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang
tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang
kekal.
~Yohanes 3:16

Anda bagian dari dunia? Berarti Anda dikasihi Allah.

Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita,
ketika kita masih berdosa.
~Roma 5:8

Banyak faktor yang berubah dalam hidup, tapi kasih Allah adalah sesuatu yang konstan dan bisa Anda
andalkan. Tapi pertanyaan sebenarnya adalah, “Apakah Anda merasakan dan menikmati kasih-Nya
kepada anda?” Sang ayah dalam perumpamaan anak yang hilang tidak pernah berhenti mengasihi
anaknya, tapi si anak tidak tahu dan tidak menikmati kasih bapanya selama perhatiannya terfokus ke
tempat lain.

Kita semua punya kebutuhan. Semua kebutuhan ini dirancang untuk menuntun kita kepada Yesus
(Filipi 4:9). Jika Anda mencoba memenuhi kebutuhan Anda dari sumber lain selain Yesus, Anda
sedang membuat pilihan yang inferior. Dan dari sinilah masalah dimulai.

2. Apakah kasih karunia Allah berarti aku bisa meneruskan hidup dalam dosa?
Tidak. Kasih karunia memerdekakan dan ya, itu termasuk kemerdekaan untuk membuat keputusan
yang salah. Tapi kalau Anda menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk membuat diri Anda menjadi
budak dosa atau budak agamawi, Anda benar-benar melewatkan esensi kasih karunia (Galatia 5:1).

Seorang percaya yang kembali menikmati dosa adalah ibarat seorang tahanan yang sudah dibebaskan
karena kebaikan seorang raja yang murah hati, memakai kebebasannya untuk kembali berbuat
kejahatan yang dulu membuat dia masuk penjara. Raja kita adalah raja yang sangat, sangat murah hati.
Ia tidak akan menjebloskan Anda kembali ke penjara. Diri Anda sendirilah yang akan menjebloskan
Anda ke sana.

Raja segala raja menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan BUKAN supaya Anda bisa kembali ke gua
gelap Mesir Anda. Itu namanya salah jalan. ‘Mesir’ adalah sejarah. Kita punya tujuan dan kasih
karunia yang membawa kita tiba disana. Bergerak dan masuklah ke ‘Tanah Perjanjian’ kasih-Nya
karena disanalah kehidupan sejati dimulai.

3. Apakah aku akan kehilangan keselamatanku jika aku memilih terus hidup dalam dosa?
Tidak. Yesus-lah keselamatan Anda, Roh Kudus-lah jaminan abadi Anda (2 Korintus 1:22). Jika
berbuat dosa membuat Anda kehilangan keselamatan, sorga bakal kosong.

Tapi pertanyaan ini mengganggu saya. Agama telah membuat kita begitu terobsesi mengejar sorga dan
menghindari neraka, membuat kehidupan kita seolah sedang menunggu sesuatu. Padahal, bumi
bukanlah ruang tunggu sebelum memasuki kekekalan. DISINIIah tempat dimana Kehidupan Sejati itu
DIMULAI.
INILAH hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka MENGENAL Engkau, satu-satunya Allah yang
benar, dan MENGENAL Yesus Kristus yang telah Engkau utus.
~Yohanes 17:3

Jangan ‘menunda’ hidup Anda dengan hidup menurut daging. Keselamatan itu bukan nanti disana, tapi
SEKARANG dan DISINI. Kehendak Allah adalah Anda mengalami di bumi-seperti-di sorga hari ini.
Memilih jalan dosa -membuat keputusan yang bodoh dan menabur dalam daging- akan membuat Anda
mengalami di bumi-seperti-di neraka.

Agama telah merantai kita dalam pengkategorian baik dan jahat. “Bukankah kita harus melakukan
yang baik dan menjauhi yang jahat?” Pertanyaan semacam ini adalah buah dari pohon pengetahuan
baik dan jahat. Bukan berarti pertanyaannya salah, hanya saja pertanyaan itu tak akan membawa Anda
pada jawaban yang tepat. Kita memperoleh kasih karunia BUKAN dengan berbuat baik, sebaliknya,
kita tidak bisa menghalangi kasih karunia dengan berbuat jahat. Sekalipun kita berbuat jahat, kasih
karunia-Nya bersinar bahkan lebih terang (lihat Roma 5:20).

Kasih karunia bermaksud memberi Anda kehidupan sedangkan dosa menghancurkan kehidupan Anda.
Kasih karunia adalah penawar bagi racun dosa. Sekarang, karena Anda sudah diselamatkan dari
kematian, berhentilah minum racun! Sebaliknya, minumlah dari mata air kehidupan itu, Yesus.

4. Jika Allah mengasihiku dan keselamatanku terjamin, kenapa aku tidak bisa terus berbuat apa yang
kuperbuat sekarang?
Karena berdosa itu bodoh! Sama dengan mengirim sms saat berkendara di jalan tol. Karena Anda bisa
melakukannya, bukan berarti Anda harus melakukannya. Dunia mengajarkan kepada kita, “Jika terasa
menyenangkan, lakukan,” atau “Kan tidak ada yang dirugikan, apa salahnya?”

Kedua pesan ini adalah pesan yang merusak. Hiduplah berdasarkan nafsu Anda maka Anda akan
berujung diperbudak nafsu Anda. Anda akan hidup di bawah standar Anda yang sebenarnya.

Inilah pesan yang benar : Jika kita mencoba menyelamatkan diri kita dengan melakukan apa yang
menurut kita benar, kita kehilangan diri kita. Tapi saat kita percaya kepada-Nya, kita benar-benar
hidup.

Memercayai Yesus bukan tentang menyiksa daging kita. Itu namanya asketisme, dan itu adalah
memuaskan daging dalam bentuk lain. Memercayai Yesus adalah MENGANGGAP DIRI
SENDIRI SUDAH MATI bagi dunia dan bagi Anda, dan membiarkan Dia menjalani
kehidupan-Nya lewat Anda. Percayalah kepada saya, kehidupan-Nya jauh lebih menyenangkan
daripada kehidupan Anda!

“Kan tidak ada yang dirugikan, apa salahnya?” Darimana Anda tahu tak ada yang dirugikan atau
disakiti? Apakah Anda mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai masa depan Anda? Apakah
Anda yakin wanita yang sedang kumpul kebo bersama Anda saat ini akan jadi istri Anda, ataukah dia
akan jadi istri pria lain? Apakah Anda yakin wanita ini akan menjadi ibu dari anak-anak Anda, ataukah
ia akan menjadi ibu dari anak-anak pria lain? Jika Anda yakin, nikahi dia. Tapi jika Anda tak yakin,
maka berhenti main-main dan dewasalah! Jadilah laki-laki sesungguhnya! Orang-orang terlalu
berharga untuk dipermainkan.

5.Aku tak bisa menolong diriku sendiri. Aku tak yakin bisa berhenti walaupun aku sangat ingin.
Ini bukan pertanyaan. Ini adalah pernyataan ketidakpercayaan kepada kasih karunia Tuhan yang
memampukan kita berkata ‘Tidak’ pada segala kefasikan dan kejahatan (Titus 2:12).

Secara fisik mungkin benar Anda terikat kecanduan. Anda terikat dan terpuruk sedemikian dalam
sehingga sepertinya tak ada jalan keluar. Tapi itu tak berarti Anda tak memiliki penolong dan pilihan.
Penolong Anda adalah TUHAN sendiri! Tak seorangpun berada di luar jangkauan kasih karunia-Nya
yang mampu mengubah hidup.

Saya telah bertemu dengan begitu banyak orang yang hidupnya berubah total karena kasih karunia. Di
Kerajaan-Nya ini terjadi setiap waktu. Tapi transformasi tak akan terjadi pada orang yang tidak
percaya. Jadi berhenti memposisikan diri sebagai korban. Berhentilah memperkatakan dusta atas hidup
Anda, itu adalah ketidakpercayaan kepada Anak Allah yang hidup di dalam diri Anda.

Lihatlah kepada Penebus Anda yang luarbiasa. Nyatakan identitas sejati Anda di dalam Dia. Jika pagi
hari Anda bangun dan dosa mengundang, katakan di cermin, “Aku adalah anak Bapaku dan Bapaku
mengasihiku! Aku adalah kebenaran Allah dalam Kristus Yesus. Sebagaimana Yesus, demikian aku
ada di dunia ini!”

Saya TIDAK mengajarkan iman plus usaha. Saya mengajarkan iman kepada kasih karunia-Nya yang
dahsyat! Iman harus diperkatakan dan dilakukan supaya menjadi pengalaman nyata. Dunia
mengatakan Anda adalah produk dari pilihan dan perilaku Anda. Tapi Tuhan mengatakan Anda adalah
anak kesayangan-Nya. Pilih siapa yang akan Anda dengar.

Sebagai penutup, saya akhiri dengan ini: Setiap teologi yang tidak membuat Anda mampu mengatasi
dosa adalah teologi tak berguna, yang membuat Anda semakin buruk karena penghakiman dan rasa
bersalah. Inilah yang membuat kasih karunia nyata-nyata lebih baik daripada agama. Kasih karunia
bukan seperangkat aturan yang menuduh. Kasih karunia adalah Sang Pemenang perkasa yang
menjalani kehidupan-Nya yang berkemenangan lewat Anda!

[Paul Ellis : An Open Letter to Hot-Blooded Young Men; 21 August 2011]

http://escapetoreality.org/2012/08/21/letter-to-young-men/

KEBENARAN INDAH DIBALIK CERITA


ELIA DAN JANDA SARFAT
(1 Raja-Raja 17:1-24)
Melalui kisah ini Bapa sedang menubuatkan sebuah potongan kisah Yesus, apa yg dikerjakan Yesus
bagi kita.

Kisah Elia ini terjadi saat Israel dilingkupi kekeringan rohani dan jasmani. Hujan tidak turun sama
sekali kurang lebih selama tiga tahun. Bisa dibayangkan betapa kering dan gersangnya.

Awalnya Allah menyuruh Elia bersembunyi di Sungai Kerit. Disana Elia disediakan makan oleh
burung gagak.
Sungai Kerit bicara tentang sumber natural kita sementara gagak menggambarkan sumber
supranatural; hidup kita dipelihara oleh 2 sumber itu.
Kenapa Allah suruh Elia ke Sungai Kerit yang kecil dan tidak terkenal, bukannya ke Sungai Yordan
yang besar dan terkenal.
Allah mau tunjukkan bahwa sumber yang kecil bisa memelihara hidup kita.
Mungkin anda hanya punya bisnis kecil, tapi bisa mencukupi kebutuhan anda.
Elia dipelihara dari kekeringan oleh Tuhan di tepi Sungai Kerit dan diberi makan oleh burung gagak;
tiap pagi dan sore burung gagak membawa roti dan daging untuk Elia.
Tuhan sanggup mengubah lambang kematian (gagak) menjadi kehidupan, kutuk diubah jadi berkat.

Saat bicara khawatir hidup, Tuhan menyuruh kita memandang burung-burung di langit.
Tapi ada satu jenis burung yang secara spesifik disebut ada dalam Mazmur 147:9.
“Dia, yang memberi makanan kepada hewan, kepada anak-anak burung gagak, yang memanggil-
manggil”.

Burung gagak adalah burung paling tidak diminati untuk dipelihara karena bulunya tak indah,
berwarna hitam polos, suaranya juga tidak merdu kaaak…kaaak… Selain itu burung gagak selalu
dihubungkan dengan kematian, malapetaka, mistik dan sihir.
Tapi Tuhan memberi makan burung gagak, bahkan anak-anaknya yang tidak sanggup mencari makan
sendiri. Apalagi kita, anak-anakNya.

Walau demikian Sungai Kerit juga bisa kering; sumber natural kita bisa kering: bisnis bisa jatuh, usaha
bisa bangkrut, pekerjaan bisa hilang.
Tapi hidup kita bukan tergantung dari sumber natural kita. Bisnis bangkrut tidak membuat kita mati
karena hidup kita ada di dalam Dia (Yohanes 1:4).
Kita ‘mati’ (binasa) kalau tidak mengenal Allah kita (Hosea 4:6)

Setelah Sungai Kerit kering Elia disuruh ke Sarfat di Sidon, ke tempat seorang janda. Ini lambang
keselamatan akan diberikan kepada bangsa lain juga. Ingat, Sidon bukan wilayah yang penduduknya
percaya pada Allah Yahweh. Mereka orang kafir.
Anda pasti ingat kisah perempuan Siro Fenisia (Sidon) saat minta tolong kepada Yesus karena anaknya
kerasukan?
Yesus menjawab, “Tidak baik roti diberikan kepada anjing”.
Bangsa lain memang disetarakan dengan anjing oleh orang Israel, dan saat itu Tuhan Yesus belum
mati, sehingga keselamatan belum bisa sampai kepada bangsa lain.
Tapi dari cerita ini Allah sedang memberi ‘bocoran’ bahwa suatu saat keselamatan itu juga akan
sampai ke bangsa lain.

Janda adalah lambang situasi yang kalah, tidak menguntungkan, tidak memungkinkan, tidak ada
harapan.
Tapi Tuhan ahlinya membuat mukjizat yang kreatif.
Yang kecil, yang hina, yang tak ada artinya, yang dipandang hina oleh dunia, dipakai oleh Tuhan
untuk menyatakan mujizatNya.

Elia sendiri adalah gambaran Yohanes Pembaptis (Yohanes 1:17). Suara yang berseru-seru di padang
gurun. Menyuarakan pertobatan atas bangsa yang dikasihiNYA.

Elia datang ke Sarfat, bertemu seorang wanita janda dan ia minta air.
Saat itu air langka karena kekeringan.
Bisa dikatakan ini adalah gambaran kondisi hidup manusia yang membelakangi Allah (Roma 3:11), itu
yang membuat Elia menyerukan ‘pertobatan’.
Yohanes Pembaptis menyerukan yang sama, bukan?

Janda itu didapati Elia dekat gerbang kota sedang mengumpulkan kayu api.
Kayu adalah lambang kemanusiaan.
Pengumpulan kayu api adalah lambang upaya diri untuk bertahan hidup.

Setelah janda itu memberi air kepada Elia, sang nabi minta dibuatkan roti kecil.
Ini adalah gambaran Yesus, Sang Roti Hidup (Yohanes 6:35).
Saat janda itu bilang “Sekarang aku mengumpulkan kayu, lalu akan bikin roti, setelah itu aku dan
anakku mati” ; kayu bakar yang tadinya adalah upaya perempuan itu untuk bertahan hidup kini adalah
lambang kematian dia dan anaknya.

Ini cerminan salib.

Di salib, kita semua umat manusia mati bersama Yesus (Roma 6:4; Kolose 2:12)

Elia minta dibuatkan roti dari minyak dan tepung. Minyak, tepung, roti yang dipanggang adalah
lambang korban sajian (grain offering, Imamat 2:1-16).
Apa yang Allah sedang ajarkan disini?
Bahwa keamanan kita bukan tergantung pada ‘persediaan’ kita.
Tapi tergantung pada Dia yang adalah ‘Korban Sajian’ itu sendiri.
Minyak dan tepung yang dipanggang menjadi roti adalah gambaran Kristus yang disesah (gandum
disesah untuk menghasilkan tepung), diperas (zaitun diperas untuk mengeluarkan minyak) dan
merasakan panasnya hukuman atas dosa di atas salib.

Keamanan kita tergantung pada PENYEDIAAN-NYA (Efesus 4:19).

Kita aman di tangan Bapa.


Tidak perlu kuatir akan apapun.
Bapa ingin kita REST dalam Yesus.
Bahkan dalam situasi yang tampaknya tanpa harapan, Allah bekerja mendatangkan kebaikan bagi
anak-anakNya.

Anda mungkin juga menyukai