Anda di halaman 1dari 1

A. Pemahaman tentang Problem of Evil secara umum.

Dalam filsafat agama, natural atheology merupakan cabang filsafat yang


mencoba membuktikan keyakinan teis (orang yang percaya mengenai keberadaan Tuhan)
adalah salah. Salah satu argumen utama dan terkuat dari natural atheology ini adalah
Problem of Evil. Pemahaman ini juga biasa dikenal dengan “Masalah Kejahatan”,
merupakan sebuah konsep yang mengacu pada tantangan untuk mendamaikan
kepercayaan antara Allah yang Maha Kuasa dan Maha Tahu dengan keberadaan
kejahatan dan penderitaan yang ada di dunia. Secara umum, Problem of Evil sering
dirumuskan dalam dua bentuk: masalah logis kejahatan dan masalah bukti kejahatan.
Masalah Bentuk logis dari argumen ini mencoba menunjukkan ketidakmungkinan logis
antara Konsistensi Tuhan dan kejahatan, sedangkan bentuk pembuktiannya mencoba
untuk menunjukkan bahwa mengingat banyaknya kejahatan di dunia ini, tidak mungkin
ada yang Mahakuasa, Mahatahu dan konsep Tuhan yang Mahabaik. Sebab jika Ia
demikian, tidak mungkin Dia mengizinkan begitu banyak kepedihan dan penderitaan
terjadi di dunia ini. Formula logis yang umumnya dipakai untuk malawan Theisme
menurut Kristen adalah sebagai berikut:

Premis 1 : Jika Allah Mahakuasa, Ia akan dapat mencegah kejahatan.


Premis 2 : Jika Allah Mahabaik, Ia akan berkehendak untuk mencegah kejahatan.
Kesimpula : Jadi, jika Allah Mahakuasa dan Mahabaik, maka tidak ada kejahatan.
n
Premis 3 : Tetapi kejahatan ada.
Kesimpula : Oleh karena itu, tidak ada Allah yang Mahakuasa dan Mahabaik.
n

Realita yang dapat kita lihat disekitar kita dapat dilihat tentang banyaknya
penderitaan, kekerasan, kematian, dan perang seolah-olah mendukung pendapat para
skeptis tersebut. Problem of Evil dipandang dalam bentuk sederhana sebagai konflik yang
melibatkan tiga konsep, yaitu: kuasa Tuhan, kebaikan Tuhan dan kehadiran
kejahatan di dalam dunia. Akal pikiran manusia memberitahu bahwa ketiga konsep
tersebut tidak mungkin benar pada saat yang bersamaan melainkan memungkinkan
terjadinya penolakan dari masing-masing konsep yang ada sehingga timbullah pandangan
baru dalam diri manusia, yaitu: membatasi kuasa Tuhan, membatasi kebaikan Tuhan
karena Ia tidak berbuat banyak untuk mengatasi kejahatan karena Ia tidak mampu (Allah
itu terbatas), atau memodifikasi keberadaan kejahatan sebagai sebuah ilusi dari pikiran
yang fana. Namun, fakta-fakta Alkitab memberikan tanggapan mengenai hal ini bahwa
“jika Allah mahabaik, Ia akan mengalahkan kejahatan. Jika Allah mahakuasa, Ia dapat
mengalahkan kejahatan. Maka, karena kejahatan masih belum dikalahkan, natur dari
kemahakuasaan dan kebaikan Allah adalah jaminan bahwa kejahatan pada akhirnya akan
dikalahkan.”

Anda mungkin juga menyukai