manusia
Dari tema diatas kita melihat seakan-akan ada pertentangan antara Kedaulatan
Allah dan Kebebasan manusia, namun benarkah demikian yg dinyatakan oleh
Alkitab??
Apakah Alkitab mendukung Kedaulatan Allah saja dan mengabaikan kebebasan
manusia??
Apakah Alkitab mendukung Kebebasan manusia saja dan mengabaikan
Kedaulatan Allah??
Atau Alkitab mendukung keduanya??
dosa (terbelenggu). Dan semua manusia mengalami ini yaitu terbelenggu oleh
dosa karena dosa asal.
Dan hal ini jelas dinyatakan oleh Alkitab sbb:
Roma 7:18 Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai
manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam
aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.
Yakobus 1 :13- 14
13 Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari
Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak
mencobai siapapun.
14 Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan
dipikat olehnya.
Yakobus 1 : 17
Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya
dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan
atau bayangan karena pertukaran.
Yakobus 3:14-15
14 Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri,
janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran!
15 Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu
manusia, dari setan-setan
Jadi penjelasan saya diatas sesuai dengan prinsip Alkitab yaitu sesuatu yang baik
datangnya dari Allah dan yang jahat berasal dari diri kita sendiri atau dari setan.
(dan prinsip ini juga dipegang di dalam ajaran Reformed ).
Allah yang telah ditetapkan di dalam rencanaNya yang kekal.. atau dengan
kata lain jika Allah tidak mengizinkan maka hal tsb tidak akan mungkin terjadi.
Sehingga segala sesuatunya tetap berada di dalam kedaulatan Allah.
Sekarang kita lihat ayat2 yang menyatakan seakan-akan Allah yang
menetapkan kejahatan yaitu:
Kel 4 :21
Firman TUHAN kepada Musa: "Pada waktu engkau hendak kembali ini ke Mesir,
ingatlah, supaya segala mujizat yang telah Kuserahkan ke dalam tanganmu,
kauperbuat di depan Firaun. Tetapi Aku akan mengeraskan hatinya, sehingga ia
tidak membiarkan bangsa itu pergi.
Mungkin penjelasan saya ini tidak dapat menyelesaikan semua persoalan yang
ada, namun di topic ini saya mencoba menjelaskan dari salah satu sudut
pandang dimana Allah bukan-lah Pencipta dosa.
Dan segala sesuatu yang terjadi tetap berada di dalam Kedaulatan Allah.
Berikut ini adalah penjelasan dari Bapa Gereja Augustinus dan Tokoh Reformasi
John Calvin:
Dosa masuk karena izin Allah yang effektif, seturut istilah Augustinus (permission
efficax).
Allah mengizinkan dosa, namun manusia yang harus dipersalahkan, bukan Allah.
Tetapi Allah secara effektif mengizinkan dosa.
Calvin memaparkan hal berikut : manusia menghendaki suatu kehendak yang
jahat, Allah menghendaki suatu kehendak yang baik.
kejahatan yang berlawanan dengan kehendak Allah, tidak dilakukan tanpa
seizin dari Allah, karena tanpa seizin Allah, hal itu sama sekali tidak mungkin
terjadi.
Note:
Saya pribadi lebih tertarik menggunakan istilah dari Augustinus yaitu
permission efficax dari pada kata menetapkan, namun bagi saya juga tidak
masalah jika menggunakan kata menetapkan selama pengertiannya
mengizinkan secara effektif.
Karena kata menetapkan memiliki konotasi yang negative yang seakan-akan
kejahatan berasal dari Allah. Untuk itu kita harus memahami terlebih dahulu
maksud dari kata tsb agar tidak terjadi salah pengertian yang menyebabkan kita
berpikir bahwa Allah-lah Pencipta dosa.