Anda di halaman 1dari 30

Manusia diciptakan

menurut gambar Allah


sebagai makhluk bebas
Citra Allah dan Kebebasan Manusia

• Kej 1:27-28
• Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar
Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah
memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan
bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di
laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.“

Menurut gambar-Nya Allah memberi tanggungjawab kepada manusia untuk


mengatur, menjaga dan mengelola alam semesta.
• Sirahk 17:1-10
• Manusia diciptakan Tuhan dari tanah, dan ke sana akan dikembalikan juga. Ia
menganugerahkan kepadanya sejumlah hari dan jangka, dan memberinya kuasa atas
segala sesuatunya di bumi. Kepadanya dikenakan kekuatan yang serupa dengan kekuatan
Tuhan sendiri dan menurut gambar Allah dijadikan-Nya. Di dalam segala makhluk yang
hidup Tuhan menaruh ketakutan kepada manusia, agar manusia merajai binatang dan
unggas. Lidah, mata dan telinga dibentuk-Nya, dan manusia diberi-Nya hati untuk
berpikir. Tuhan memenuhi manusia dengan pengetahuan yang arif, dan menunjukkan
kepadanya apa yang baik dan apa yang jahat. Ia menanamkan mata-Nya sendiri di
dalam hati manusia untuk menyatakan kepadanya keagungan pekerjaan Tuhan. Maka
manusia mesti memuji nama Tuhan yang kudus untuk mewartakan pekerjaan-Nya yang
agung.
Allah memberikan kuasa kepada manusia karena manusia memiliki pikiran dan kehendak
 mewartakan pekerjaan Allah.
• Tertulianus
“Manusia memiliki kebaikan yang telah Allah tempatkan dalam dirinya,
dan agar kebaikan itu dapat menjadi milik manusia dan menjadi bagian
dari kodratnya, maka manusia diberi kebebasan dan kemampuan untuk
menjaga keseimbangan dalam membuat keputusan dan untuk menjaga
kebaikan yang diberikan oleh Tuhan, sehingga kebaikan dihasilkan oleh
manusia mulai sekarang berasal dari kehendaknya sendiri”.

 Manusia diberi kebebasan supaya manusia mampu menjaga kebaikan.


• Gregorius dari Nisa dan St. Agustinus : kebebasan manusia menjadi perwujudan
dari kodrat manusia sebagai gambar Allah.
• St Thomas: “per imaginem significatur intellectuale et arbitrio liberum et per se
potestativum”.
• Hans Urs von Balthasar: gambar Allah dalam diri manusia itu nyata dalam
kebebasan manusia, tetapi kebebasan yang terbatas.

 Citra Allah dalam diri manusia merupakan dasar kebebasan dan


martabat pribadi manusia.
• Panggilan Sang Pencipta
• Dengan menciptakan manusia secara bebas, Tuhan menerapkan
pada manusia citraNya dan keserupaan denganNya.
• Manusia mendengar panggilan Sang Pencipta dalam
kecenderungan dan aspirasi kodratnya terhadap Yang Baik, dan
lebih lagi dalam perkataan Wahyu, yang diwartakan secara
sempurna dalam Kristus.
• Telah diwahyukan kepada manusia bahwa Tuhan
menciptakannya dengan bebas sehingga dengan rahmat,
manusia dapat menjalin persahabatan dengan Tuhan dan ikut
ambil bagian dalam hidupNya.
• GS 17 - Keluhuran kebebasan
Adapun manusia hanya dapat berpaling kepada kebaikan bila ia bebas.
Kebebasan itu oleh orang-orang zaman sekarang sangat dihargai serta dicari
penuh semangat, dan memang tepatlah begitu. Tetapi sering pula orang-
orang mendukung kebebasan dengan cara yang salah, dan mengartikannya
sebagai kesewenang-wenangan untuk berbuat apa pun sesuka hatinya, juga
kejahatan. Sedangkan kebebasan yang sejati merupakan tanda yang mulia
gambar Allah dalam diri manusia. Sebab Allah bermaksud menyerahkan
manusia kepada keputusannya sendiri, supaya ia dengan sukarela mencari
Penciptanya, dan dengan mengabdi kepada-Nya secara bebas mencapai
kesempurnaan sepenuhnya yang membahagiakan.
• Maka martabat manusia menuntut, supaya ia bertindak menurut pilihannya
yang sadar dan bebas, artinya: digerakkan dan di dorong secara pribadi dari
dalam, dan bukan karena rangsangan hati yang buta, atau semata-mata
paksaan dari luar. Adapun manusia mencapai martabat itu, bila ia
membebaskan diri dari segala penawanan nafsu-nafsu, mengejar tujuannya
dengan secara bebas memilih apa yang baik, serta dengan tepat-guna dan
jerih-payah yang tekun mengusahakan sarana-sarananya yang memadai.
Kebebasan manusia terluka oleh dosa; maka hanya berkat bantuan rahmat
Allah mampu mewujudkan secara konkrit nyata arah-gerak hatinya kepada
Allah. Adapun setiap orang harus mempertanggungjawabkan perihidupnya
sendiri di hadapan takhta pengadilan Allah, sesuai dengan perbuatannya
yang baik maupun yang jahat.
• Manusia mendapatkan asalnya bukan dari tindakannya sendiri atau suatu
tindakan kolektif, tapi dari kurnia Tuhan yang menciptakannya.
• Ini merupakan pengakuan iman kita yang pertama, dan juga meneguhkan
gagasan terluhur dari pikiran manusia.
• Kebebasan manusia adalah kebebasan yang dimiliki bersama yang lain.
Kemampuannya untuk merealisir diri tak tertekan sama sekali oleh
karena ketergantungannya pada Tuhan.
• Atheisme ada pertentangan antara kebebasan ilahi dan kebebasan
manusia  pengakuan tentang Tuhan menyebabkan sia-sialah usaha
manusia.
• Dalam kenyataannya dari Tuhanlah kebebasan manusia dan hubungan dengan
Tuhanlah yang memberikan arti kepada kebebasan manusia dan memberikan
keteguhan kepadanya.
Kebebasan manusia: Kebebasan dan Bebas Arbitrio
• Kebebasan : Tindakan fisik dan moral
• Manusia itu bebas berarti secara prinsip menunjuk ketidakterbatasan dari
Tindakan fisik dan Tindakan moral – menunjukkan akan martabat manusia.
• Kebebasan yang merupakan penguasaan batin tindakan seseorang dan
penentuan diri sendiri secara langsung menyangkut hubungan dengan tata
susila. Kebebasan memperoleh arti yang sebenarnya dalam memilih
kepada kebaikan moral, maka menampakkan diri sebagai terbebaskan
dari kejahatan moral.
• Isaiah Berlin: Bebas dari (negative) dan bebas untuk (positif)
• Bebas dari: bebas dari hambatan dan diperintah oleh orang lain.
• Bebas untuk: tersedianya kesempatan untuk menjadi penentu atas
kehidupan.
• Kebebasan manusia:
• Bebas  Kebebasan: diterima dari luar  spiritual, material,
sosial, politik  Gerakan pembebasan
• Bebas  Libero Arbitrio – Kehendak bebas: mengalir dari
dalam diri manusia  memiliki nilai lebih tinggi dibanding
yang pertama  dimensi manusia sebagai gambar Allah lebih
nampak.
Dosa  Perpisahan dengan Tuhan
• Tuhan memanggil manusia ke kebebasan.
• Dalam diri tiap pribadi ada keinginan untuk bebas. Namun keinginan
ini hampir selalu mengarah pada perbudakan dan penindasan. Oleh
karenanya semua keterlibatan terhadap pembebasan dan kebebasan
mengandaikan bahwa paradoks yang tragis ini telah dihadapi.
• Dosa manusia, yaitu perpisahan manusia dari Tuhan, merupakan
akar mendalam dari tragedi-tragedi yang menandai sejarah
kebebasan.
• Untuk memahami hal ini, banyak orang pada jaman kita sekarang ini
yang terlebih dahulu harus menemukan kembali arti berdosa.
• Dalam kerinduan manusia terhadap kebebasan tersembunyi godaan
untuk menyangkal kodratnya sendiri.
• Sejauh ia hendak mengingini segala hal dan ingin melakukan
apa saja dan dengan demikian lupa bahwa dia terbatas dan
adalah seorang makhluk, ia menyatakan diri sebagai Tuhan.
“Engkau akan menjadi seperti Tuhan”. (Kej. 3:5). Kata-kata dari
ular ini mengungkapkan hakikat godaan manusia; kata-kata tadi
mengandung penyimpanan terhadap makna kebebasannya.
• Hakikat dosa  manusia menolak kebenaran dan menempatkan
kehendaknya di atas kebenaran itu.
• Keinginan membebaskan diri dari Tuhan dan menjadi “tuhan”
bagi dirinya sendiri, manusia menipu diri dan membinasakan
diri. Ia menjadi asing terhadap dirinya.
• Dalam keinginannya untuk menjadi “tuhan” dan menundukkan
setiap hal di bawah kesenangannya sendiri, tersembunyilah suatu
penyimpangan gagasan tentang Tuhan.
• Allah adalah kasih dan kebenaran dalam kepenuhan pemberian
timbalbalik dari Pribadi-Pribadi Ilahi.
• Memang benar bahwa manusia dipanggil untuk menjadi serupa
dengan Tuhan dia menjadi serupa Tuhan tidak dengan semena-mena
menurut kesenangannya sendiri tapi sejauh dia mengakui bahwa
kebenaran dan cinta sekaligus merupakan prinsip dan tujuan
kebebasannya.
Dosa  Akar Keterasingan Manusia
• Dosa membuat manusia membohongi diri dan memisahkan diri dari
kebenarannya.
• Dengan mencari otonomi total dan merasa diri cukup, ia menyangkal
Tuhan dan dirinya sendiri. Keterasingan dari kebenaran tentang adanya
sebagai suatu makhluk yang dicintai Tuhan merupakan akar dari segala
bentuk keterasingan lainnya.
• Dengan menyangkal atau mencoba menyangkal Tuhan, yang merupakan
Awal dan Tujuannya, manusia secara mendalam mengacuhkan tertib
dirinya dan keseimbangan batinnya dan juga tertib dan keseimbangan
masyarakat, bahka ciptaan yang kelihatan. Dalam hubungannya dengan
dosa maka Kitab Suci melihat segala bencana yang menimpa manusia
dalam eksistensi pribadinya dan sosial.
• Kitab Suci memperlihatkan bahwa seluruh jalan sejarah mempunyai
suatu hubungan misterius dengan perbuatan manusia sejak dari awal
telah menyalah gunakan kebebasannya dengan menempatkan diri
melawan Tuhan dan dengan berusaha memperoleh tujuannya tanpa
Tuhan.
• Kitab Kejadian menunjukkan konsekuensi-konsekuensi dari dosa
asal ini dalam hakikat kerja serta kelahiran yang penuh penderitaan,
dalam penindasan pria terhadap wanita serta dalam kematian.
• Umat manusia yang kehilangan rahmat telah mewarisi kodrat yang
sama yang dapat mati, tidak dapat memilih yang baik dan cenderung
bersifat serakah.
• Economia Cristiana:
• Libero arbitrio adalah rahmat dari Allah sejak manusia
diciptakan – terang penciptaan.
• Pembebasan adalah anugerah yang jauh lebih besar 
pembebasan dari dosa bukan pembebasan sosial politik 
pembebasan  keselamatan kristiani.
Kebebasan Manusia sebagai Rahmat

Sejak kapan manusia memiliki kebebasan?


 Ada sejak dalam penciptaan bukan ditambahkan.
Dikehendaki Allah sejak dalam penciptaan.
Kebebasan bagian dari kesecitraan.

Kebebasan sebagai rahmat dari Allah.


• Tidakan manusia: Tindakan fundamental atau Tindakan intensional
(keterarahan kesadaran dan keterarahan tindakan) 
• Tindakan fundamental: dominasi otonomi manusia
• Dominasi manusia atas segala ciptaan
• Segala sesuatu bergantung pada manusia tidak ada ketergantungan
pada Allah.

• Tindakan intensional: ketergantungan manusia kepada Allah


Pencipta.
• Tindakan bebas manusia sebagai bagian dari misi Pencipta.
• Ketergantungan manusia kepada Allah.
• Manusia sebagai gambar Allah tidak hanya dominasinya terhadapa
segala ciptaan tetapi dalam misa Allah Pencipta.
Pembebasan dan Libero Arbitrio dalam Economia Cristiana
•Pembebasan menurut Paulus:
•“Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak
Allah dinyatakan. Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh
kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya,  tetapi dalam
pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan
kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah” (Rm 8:19-21).
•“Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan” (2 Kor
3,17).
•Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu
mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa,
melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih” (Gal 5:13).
• Paulus menunjukkan bahwa manusia mengalami
pembebasan dari perbudakan dosa, hukum, kematian dan
concupisentia  rahmat Allah.
1. Pembebasan dari dosa:
• manusia berada dibawah kekuasaan dosa (Rm 7).
• “karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan
daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan
penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia
yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara (Kol 6:12).
2. Pembebasan dari hukum Taurat: hukum Taurat sebagai terang
untuk mempersiapkan kehadiran Kristus bukan jalan untuk
pembenaran.
• “Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai
Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman. Dengan
demikian, Hukum Taurat adalah pengawas bagi kita sampai
Kristus datang supaya kita dapat dibenarkan oleh iman” (Gal
3:24).
• Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh,
 maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat (Gal 5:18).
3. Manusia dibebaskan dari kematian: dosa dan kematian
• Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh
satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu
telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah
berbuat dosa (Rm 5:12).
• Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup
yang kekal  dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Rm 6:23).
4. Pembebasan dari kelemahan
• “Jawab Tuhan kepadaku: ‘Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu,
sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.’
Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya
kuasa Kristus turun menaungi aku” (2Kor 12:9).
• Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam.
Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah
jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia
Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua
orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus (Rm 5:15).
• Pembebasan kristiani adalah rahmat yang menghantar orang pada
hidup kekal.
• Economia Cristiana
• Pembebasan yang dicapai manusia adalah kebebasan anak-anak
Allah, bukan produk manusia itu sendiri, bukan dari usaha
kehendak bebasnya sendiri  manusia itu diciptakan dan terbatas.
• Hanya dalam konteks pemberian dan rahmat ilahi  makna dan
nilai kebebasan manusia dipahami, yakni kebebasan dibebaskan,
kebebasan dicintai, kebebasan dapat dipertahankan dengan passion.
• Santo Thomas: jika manusia semakin banyak beramal kasih, maka
semakin banyak kebebasan yang dimilikinya.
• Kebenaran yang membebaskan kita
• Kata-kata Yesus: ”kebenaran akan membebaskan kamu” (Yoh
8:32) haruslah menerangi dan membimbing semua refleksi
teologis dan semua keputusan pastoral dalam bidang ini.
• Kebenaran ini yang berasal dari Tuhan berpusat pada Yesus
Kristus, Penebus dunia. Dari Dia yang merupakan “jalan, dan
kebenaran serta hidup” (Yoh. 14:6), Gereja menerima semua hal
yang harus diberikannya kepada umat manusia.
• Berkat misteri Sabda yang menjadi Daging dan Penebus Dunia,
Gereja memiliki kebenaran mengenai Bapa dan cintaNya kepada
kita, dan juga kebenaran mengenai manusia dan kebebasannya.
• Kebenaran yang membebaskan kita
• Berkat SalibNya dan KebangkitanNya, Kristus telah membawa
Penebusan kita, yang merupakan pembebasan dalam arti yang
sesungguhnya, sebab penebusan tadi telah membebaskan kita dari
kejahatan yang paling mendalam, yaitu dosa dan kuasa kematian.
• Ketika Gereja memanjatkan doa kepada Bapa: “Bebaskanlah kami
dari yang jahat”, Gereja memohon agar supaya misteri penebusan
dapat berkarya dengan sepenuhnya di dalam hidup kita sehari-hari.
• Gereja tahu bahwa Salib yang membawa penyelamatan adalah
sungguh-sungguh sumber cahaya dan kehidupan dan pusat sejarah.
• Cinta kasih yang bernyala dalam Gereja mendorongnya untuk
mewartakan Kabar baik dan membagi-bagikan buahnya yang
memberikan kehidupan lewat sakramen-sakramen.
• Kebenaran yang membebaskan kita
• Dari Kristus Penebuslah pikiran dan tindakan Gereja muncul,
bilamana dia merenungkan tragedi-tragedi yang menimpa dunia,
bila dia memikirkan mengenai makna pembebasan dan
kebenaran yang sejati dan jalan-jalan yang menuju kepadanya.
• Kebenaran bermula dengan kebenaran mengenai penebusan,
yang merupakan inti pokok misteri iman, dan demikian juga
merupakan dasar dan pedoman bagi kebebasan, dasar dan ukuran
segala tindakan pembebasan.
• Kebebasan orang-orang kecil dan miskin.
• Kenyataan mengenai mendasarnya kebebasan selalu dipahami oleh
Gereja, lebih-lebih lewat hidup kebanyakan kaum beriman,
terutama di antara kalangan kaum kecil dan miskin.
• Dalam iman mereka, orang-orang ini tahu bahwa mereka
menjadi sasaran cinta Tuhan yang tak terbatas. Masing-masing
dari mereka dapat berkata: “Saya hidup oleh iman dalam Anak
Allah, yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya
untuk aku” (Gal 2:20).
• Demikianlah martabat yang tak dapat dirampas dari mereka oleh
salah seorang penguasa manapun juga; begitulah kegembiraan
yang membebaskan yang ada di dalam diri mereka.
• Mereka tahu bahwa kata-kata Yesus juga ditujukan kepada mereka: “Aku tidak
menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh
tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan
kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari BapaKu” (Yoh. 15:15).
• Ikut ambil bagian dalam pengetahuan Allah merupakan emansipasi mereka dari
pernyataan-pernyataan mendominasi milik orang-orang terpelajar: ”Kamu semua
mengetahuinya…. dan tidak perlu kami diajar oleh orang lain” (1 Yoh. 2:20b,
27b).
• Mereka juga menyadari bahwa mereka ikut memiliki pengetahuan yang tertinggi,
yang menjadi panggilan umat manusia. Mereka tahu bahwa mereka dicintai oleh
Tuhan, sama seperti orang-orang lain dan lebih dari semua orang lainnya.
• Dengan demikian mereka hidup dalam kebebasan yang mengalir dari kebenaran
dan cinta kasih.

Anda mungkin juga menyukai