Anda di halaman 1dari 2

The Consolation Of Philosophy

Oleh: Christopher Davinci Rettob/1323019003

I. Ringkasan isi teks


The consolation of philosophy adalah suatu buku yang ditulis oleh Boethius yang
menceritakan masa-masanya ada dalam penjara. Masa-masa di penjara dipandang sebagai
sesuatu yang tidak menyenangkan dan menyakitkan hatinya. Akan tetapi, dalam masa-
masa seperti ini pula, ia mendapatkan seorang “penghibur” yang ia disebutnya sebagai
filsafat. Sampai saat ini, tidak diketahui pasti siapa dan seperti apa “filsafat” itu, namun
banyak yang menggambarkan bahwa filsafat ini mempunyai rupa seorang gadis. Konon
gadis ini memberikan “penyembuhan” sekaligus penghiburan serta kebijaksanaan kepada
Boethius. Banyak percakapan yang dilakukan antara Boethius dan filsafat ini. Di antara
sekian banyak itu, salah satu teks yang ditulis adalah teks ini.
Teks ini sendiri adalah teks yang terdapat dalam buku pertama dari lima buku
yang ia tuliskan. Dalam teks ini diceritakan bahwa “gadis” menanyakan kepada Boethius
mengenai asal muasal dari alam semesta dan segala isinya. Selain itu boethius juga
ditanya apakah mungkin segala sesuatu ini tercipta secara acak atau hanya kebetulan
belaka. Boethius tidak menjawab pertanyaan itu dengan jawaban ya atau tidak. Dia
menjawab bahwa segala sesuatu bisa saja tercipta secara teratur atau juga memang Tuhan
sebagai pendiri alam semesta telah mengabaikan perkejaannya.
Setelah dilontarkan pertanyaan itu, Boethius kembali dilontarkan pertanyaan. Ia
ditanyai apa awal dan akhir segala sesuatu. Boethius mengaku bahwa ia tidak bisa
menjawab pertanyan itu karena kesedihan yang sedang melandanya. Si Gadis itu pun
akhirnya kembali bertanya apa yang menjadi sumber kesedihannya? Ia menjawab bahwa
sumber kesedihannya adalah Tuhan. Namun si Boethius tetap tidak mengetahui akhir dari
kesedihannya itu.
Si Filsafat pun bertanya lagi, apakah boethius ingat jika dia adalah laki-laki.
Pertanyaan ini yang mengantarkan kepada kesimpulan penyakit Boethius yakni Boethius
lupa akan identitasnya. Hal ini dialami karena Boethius telah mengalami kedukaan yang
besar seperti, kehilangan harta benda karena dirampok. Hal ini membuat Boethius
berpikir bahwa alam semesta ini tidak ada yang memandu jadi seolah-olah nasib manusia
juga dilemparkan begitu saja secara acak.
Si Filsafat pun memberikan sebuah semangat bahwa dalam kesulitan apapun
lihatlah kebenaran, pilih jalan yang lurus, lepaskan semua beban dan rantai yang
mengikat jiwa.
II. Makna Filosofis
Makna filosofis yang bisa saya ambil sebagai suatu nilai kebijaksanaan adalah,
jangan sampai lupa bahwa segala sesuatu memiliki awal dan akhir yang bersumber pada
sang penguasa sendiri yakni Tuhan. Boethius yang mengalami kesedihan tidak menyadari
hal ini. Bahkan ia disebut sampai melupakan dirinya sendiri.
Menurut saya inilah gambaran jiwa yang tersakiti. Jiwa yang ditekan oleh
kesedihan dan kesengsaraan yang mendalam. Jiwa yang tanpa arah dan tidak memiliki
tujuan akhir. Jiwa yang bahkan tidak mengenali dirinya sendiri. Plato memang pernah
mengatakan bahwa tubuh adalah penjara bagi jiwa. Akan tetapi, apa yang dialami
Boethius seolah lebih berat dari itu. Boethius seolah menganggap bahwa hidupnya tidak
berguna dan berputar seperti itu saja tanpa sang penguasa yang mengatur segalanya
menjadi teratur. Hidup yang dipenuhi dengan kesedihan inilah yang membuat seseorang
seolah sudah mati. Sudah lupa akan segalanya.
Maka dari itu, seharusnya manusia dapat melihat kebenaran meskipun jalan yang
dilalui sulit. Seharusnya manusia tetap percaya pada adanya sang penguasa yang
mengatur alam semesta ini. Manusia percaya bahwa segalanya telah diatur dan berjalan
sesuai dengan keteraturannya. Kesadaran ini akan membawa manusia untuk sungguh
memaknai hidup sebagai hidup yang patut dijalani.
Kesedihan yang mendalam jangan membuat manusia terkungkung dalam
kesedihan itu. kesedihan yang berlarut sangat berbahaya bagi jiwa. Jiwa yang terkurung
dalam kesedihan dan penderitaan kerapkali membuat mereka lupa akan semua hal di
sekitar mereka termasuk diri mereka. Diperlukan kesadaran diri untuk senantiasa ingat
bahwa Tuhan akan selalu mendampingi.

Anda mungkin juga menyukai