Anda di halaman 1dari 2

Venita Isadora Elisabeth Waruwu

2110070

3. Apakah yang dimaksud dengan dosa sebagai hamartia? Jelaskanlah.

Hamartia jika diartikan secara harafiah adalah sebuah kegagalan untuk mencapai sasaran
walaupun seseorang telah mengerahkan seluruh usaha dan kemampuan yang terbaik. Hamartia
merupakan dosa yang melenceng dari tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, manusia berusaha
mengerahkan seluruh potensi yang dimiliknya, tetapi hasilnya adalah sasaran yang hendak dicapai
meleset.

Keadaan dosa hamartia ini tercermin dalam kitab Roma 7:19 yang berisikan bahwa manusia
itu memiliki kehendak yang menghendaki yang baik namun yang diperbuat adalah yang jahat.
Manusia berusaha untuk dapat melakukan kehendak Allah dengan usahanya yang terbaik namun
manusia selalu gagal dalam mewujudkan hal tersebut. Seperti contoh orang ingin menjadi saleh
dengan cara memberikan sedekah, namun di dalam hati kecilnya dia memiliki “kebanggaan” (awal
dari perasaan bahwa dia melakukan kebaikan).

Nilai kebaikan itu merupakan sesuatu yang lumrah bagi umat manusia, namun manusia
merasa dengan cara tersebut mereka akan menjadi lebih baik dan kebanggan ini memupuk dan
menjadi merasa lebih baik daripada orang lain (timbul rasa sombong). Mengalahkan dosa hamartia ini
sangat sulit bagi umat manusia. Dengan demikian, seluruh kesalehan, kebijakan, dan pencapaian
prestasi rohani tidak mampu untuk menyelamatkan manusia dari kuasa dosa yang membelenggunya.

11. Apakah yang dimaksud oleh Johanes Calvin dengan predestinasi?

Menurut rumusan dari Johanes Calvin, predestinasi didefinisikan sebagai sebuah keputusan
Allah yang kekal sebab Allah dengan kemahatahuan-Nya Allah telah tahu segala hal dari sebelumnya
(prescientia). Allah telah memilih kita umat manusia sebelum dunia ini dijadikan. Keselamatan itu
berkaitan dengan predestinasi. Allah telah tahu dengan persis siapa yang diselamatkan dan siapa yang
tidak diselamatkan (biasanya identik dengan arti takdir). Bisa dikatakan bahwa predestinasi adalah
takdir Allah.

Predestinasi juga dapat diartikan sebagai sebuah takdir dari Allah yang bebas memilih dan
menentukan segala hal yang terjadi khususnya adalah keselamatan seseorang sebab Allah memiliki
kuasa untuk mengendalikan kehidupan umat manusia. Bisa dikarakan bahwa Allah bebas dalam
menyayangi atau tidak menyayangi, menghukum atau menyelamatkan. Predestinasi juga merupakan
kedaulatan Allah (the sovereign of God) sehingga tidak ditentukan sama sekali oleh amal, kebajikan,
kesalehan, dan berbagai perbuatan keagamaan.

Namun, ajaran predestinasi ini cukup berbahaya. Ajaran ini dapat membuat manusia pasrah
total dan manusia melakukan deterministic-fatalistik (manusia bersifat pasif, tidak mengembangkan
kehendak bebas untuk melakukan sesuatu dengan bertanggungjawab). Padahal, Allah menciptakan
manusia dengan kehendak bebas sehingga manusia dapat melakukan segala keputusan dengan
kebebasan sebagai insan yang diciptakan dengan menurut gambar dan rupa Allah. Namun, manusia
hanya bebas untuk berbuat baik karena manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah dan tidak
bebas untuk melakukan hal yang jahat.

Jadi, seharusnya predestinasi Allah itu ditempatkan dalam perspektif anugerah kasih Allah
yang menyelamatkan. Dengan arti bahwa Allah itu Allah yang bebas mengasihi, bukan Allah yang
bebas menentukan untuk mengasihi atau membenci (Efesus 1:4). Predestinasi bermakna di dalam
konteks supaya kita sebagai manusia itu kudus. Jika kita menjumpai orang-orang yang melakukan
hal-hal yang jahat dan buruk, itu terjadi bukan karena kehendak Allah.

Anda mungkin juga menyukai