Alkitab sebagai wahyu Allah memberikan kepada kita catatan tentang penciptaan
manusia. Beberapa bagian penting dalam Alkitab yang digunakan sebagai pendahuluan
memahami penciptaan manusia adalah: Kej 1:26, Berfirman Allah, baiklah kita menjadikan
manusia menurut gambar dan rupa Kita; Kej 1:27, Menurut gambar Allah diciptakan-Nya
dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka; Kej 1:28, Allah memberkati mereka,
lalu Allah berfirman kepada mereka: Beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah
bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan
atas segala binatang yang merayap di bumi.; Kej 2:7, Tuhan Allah membentuk manusia itu
dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya;
demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup; Pkh 12:7, Dan debu kembali
menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya; Mat
10:28, Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang
tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan
baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.
Dari beberapa ayat di atas mengindikasikan bahwa ada kekhususan dalam penciptaan
manusia:
1. Penciptaan
manusia
didahului
oleh
suatu
permufakatan
di
antara
Tritunggal.
2. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
3. Manusia diciptakan dengan tindakan Allah secara langsung.
4. Ada
dua
elemen
berbeda
yang
membentuk
natur
manusia,
yaitu
tubuh dibentuk dari debu tanah dan jiwa dari nafas atau roh yang
dihembuskan Allah pada manusia.
5. Manusia diciptakan dalam kedudukan yang mulia di atas ciptaanciptaan lain.
6. Manusia
pertama
yang
diciptakan
Allah
adalah
Adam
dan
hawa
yang dari pasangan inilah manusia semua berasal.
orang kudus. Kebahagiaan sejati ini yang dinikmati oleh manusia sebelum jatuh
dalam dosa. Adam dan Hawa menikmati persekutuan yang harmonis dengan Tuhan karena
Allah selalu datang ke taman itu untuk bertemu mereka. Sebaliknya manusia sebelum jatuh
dalam dosa merupakan gambar Allah yang sejati sehingga hidupnya benar-benar berorientasi
pada Allah, bukan pada diri sendiri. Pemikiran dan kerinduannya benar-benar untuk melayani
Allah dan memperkenankan hati-Nya. Kondisi ini menggambarkan bahwa manusia pada
mulanya hidup dalam kebahagiaan dimana Allah menjadi pusat kebahagiaannya. Dosalah
yang mengalihkan kebahagiaan manusia dari Allah kepada diri sendiri.
Pengertian kita tentang tujuan hidup manusia memimpin kita untuk menyadari bahwa
Allah menciptakan kita untuk tujuan kemuliaan-Nya. Terlebih bagi kita yang telah menikmati
penebusan oleh Yesus Kristus, kemurahan pengampunan Allah akan dinyatakan
serta dipuji-puji (I Pet 1:8).
sempurna, hukum dan kehendak adalah satu sehingga persetujuan terhadap hukum
Allah tidak menghasilkan pertentangan di dalam kesadaran manusia. Pada kondisi yang
kudus ini, manusia tidak merasa hukum Allah ada di atasnya sebagai majikan melainkan
di dalam hatinya sebagai prinsip penggerak hidupnya. Menunjuk kepada perbedaan ini,
Paulus menuliskan, bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar, melainkan
bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa, bagi orang
duniawi dan yang tak beragama, bagi pembunuh bapa dan pembunuh ibu, bagi pembunuh
pada umumnya (I Tim 1:9).
hidup dan
10, 20:4).
bertindak
setelah
terpisah
dari
tubuh
(Luk
23:43;
Why
6:9-
Kedua cara pandang ini tidak bisa terpisah dalam memahami natur manusia.
Pandangan terhadap kesatuan harus tetap dipegang saat melihat adanya dua elemen yang
berbeda dalam natur manusia, agar kita tidak melihat perbedaan antara materi dan non-materi
sebagai
antitesis.
Dimana
tubuh
dianggap
sebagai
yang
duniawi
dan
lebih rendah dibanding roh yang dianggap surgawi yang lebih tinggi dan mulia. Hal ini
muncul dalam filsafat-filsafat Yunani yang membedakan secara tajam antara tubuh dan jiwa.
Sebaliknya, walaupun kita setuju Alkitab melihat manusia sebagai satu kesatuan dimana
tubuh dan jiwa bertindak bersama-sama sebagai satu pribadi tetapi ada satu waktu di antara
kematian kita dan kedatangan Kristus kedua kali, jiwa/roh kita tetap hidup terpisah dari tubuh
kita.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa manusia memiliki dua elemen
yang berbeda, yaitu: tubuh dan jiwa/roh. Walaupun para pendukung Trikotomi melihat jiwa
dan roh sebagai elemen yang berbeda tetapi sesungguhnya mereka tidak
mendapat dukungan yang kuat dari Alkitab. Ketika Allah menciptakan manusia, Allah
membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam
hidungnya (Kej 2:7). Peristiwa penciptaan manusia secara terang menjelaskan bahwa
Allah menggunakan debuh tanah (material) dan kemudian menghembuskan nafas hidup
(imaterial). Walaupun roh dan jiwa sering digunakan di dalam Alkitab untuk menjelaskan
manusia, namun tidak bermaksud membicarakan dua bagian yang berbeda.
1.
2.
3.
4.
5.
menumpukkan istilah sinonim untuk menekankan satu keberadaan dan bukan untuk
menjelaskan bagian-bagian yang berbeda. Hal ini sering dilihat dalam bagian
Alkitab yang lain, seperti Matius 22:37 atau Markus 12:30.
2. Ibrani 4:12 Untuk memahami ayat ini sama dengan I Tesalonika 5:23 dimana
penulis Ibrani dengan bebas menyebutkan enam istilah bagian tubuh manusia: jiwa, roh,
sendi-sendi, sum-sum, pikiran dan pertimbangan hati. Ini tidak berarti bahwa firman
Allah dapat memisahkan bagian-bagian ini melainkan si penulis sedang membicarakan
bagian-bagian spiritual manusia yang tidak tersembunyi dari penetrasi kuasa firman
Allah.
Hal yang menarik selain dukungan Alkitab adalah pengalaman pribadi seseorang yang
dianggap sebagai dasar pandangan bahwa manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh.
Pengalaman rohani ini seperti pengalaman rohani seseorang tentang kehadiran Allah yang
melampaui pikiran dan perasaan. Sering dijadikan contoh tentang perkataan Paulus, Sebab
jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku
tidak turut berdoa (I Kor 14:14). Pengalaman ini dianggap bahwa pengalaman rohani adalah
pengalaman batin tanpa proses berpikir rasional. Dan jika dapat mengalami hal demikian
maka itu menunjukkan peran roh yang berbeda dari jiwa. Menanggapi hal demikian, Alkitab
memberitahukan bahwa pengalaman rohani tidak hanya dibicarakan kepada fungsi roh.
Tetapi
kadang-kadang Alkitab menghubungkannya dengan pengalaman jiwa, contoh: Lukas 1:46,
Jiwaku memuliakan Tuhan atau perkataan Daud dalam Mazmurnya, Dari Daud. Pujilah
TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN,
hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! (Maz 103:1-2). Tentang
pengalaman Paulus mengenai berdoa dalam roh, itu tidak berarti bahwa Paulus sedang
berbicara mengenai pengalaman rohani hanya dialami oleh roh manusia. Paulus sedang
menunjukkan
bahwa
roh adalah subjek tindakan di dalam pusat hidupnya. Roh yang membuat manusia sebagai
manusia dan membuat pribadi sebagai pribadi. Dengan demikian maksud Paulus disini bahwa
roh bukan elemen ketiga dari manusia melainkan sedang menunjukkan bagian
imaterial dari manusia sebagai pusat tindakan Roh Kudus yang memimpin untuk menyembah
Allah.
Pengalaman
selanjutnya
adalah:
apakah
manusia
dan
hewan
dibedakan oleh satu elemen yaitu roh? Memang pada dasarnya manusia berbeda dengan
binatang, dimana manusia memiliki kemampuan untuk berelasi dengan Allah dan bersukacita
di dalam persekutuan rohani dengan Allah yang adalah Roh. Sedangkan hewan
tidak memiliki relasi persekutuan rohani dengan Tuhan. Benarkah hal ini disebabkan karena
hewan tidak memiliki roh? Pada kenyataannya organ manusia yang berelasi kepada Allah
menyangkut keseluruhan manusia, bukan hanya salah satu bagian saja. Pikiran manusia dapat
mengasihi Allah, membaca dan mengerti firman-Nya. Jiwa kita dapat menyembah Allah dan
bersukacita di dalam-Nya. Tubuh kita akan dibangkitkan dan hidup selamanya bersama
dengan Allah di surge ketika Yesus telah datang kedua kali. Jika yang berelasi dengan Allah
adalah manusia seutuhnya maka jelas bukan elemen roh yang membedakan manusia dengan
hewan. Tetapi hal yang membedakan keduanya adalah jiwa itu sendiri. Jika kita
mendefenisikan jiwa sebagai: intelek, emosi dan kehendak maka dapat disimpulkan bahwa
beberapa jenis hewan memiliki jiwa. Tetapi jika jiwa kita defenisikan sebagai bagian
imaterial
yang berelasi dengan Allah dan hidup selamanya maka dapat disimpulkan bahwa hewan tidak
memiliki jiwa. Pengalaman terakhir yang sering dijadikan dasar tentang
adanya elemen ketiga, yaitu roh dalam hidup manusia adalah pengalaman seseorang menjadi
orang percaya. Benarkah bahwa roh manusia yang dihidupkan sehingga dapat menurut
kepada Allah ketika seseorang menjadi percaya kepada Yesus? Alkitab menjelaskan bahwa
yang dihidupkan oleh Allah bukan hanya satu oragan manusia melainkan manusia seutuhnya.
Paulus menulis bahwa kamu adalah ciptaan baru di dalam Yesus (II Kor 5:17), kita mati bagi
dosa dan hidup bagi Allah (Rom 6:11).
Hal-Hal Yang Harus Diketahui Tentang Jiwa
1. Jiwa bukan hasil emanasi Ilahi Jiwa bukan hasil emanasi Ilahi karena dua alasan: (a)
Emanasi
mengimplikasikan
bahwa
substansi
Allah
dapat
mengalami
perubahan, dan ini tidak mungkin terjadi dalam keberadaan Allah karena bertentangan
dengan sifat-sifat-Nya: Allah tidak berubah dan tidak mungkin kurang dari diri-Nya
sendiri. (b) Substansi adalah tempat dimana sifat-sifat hakikinya hadir. Jika manusia
mampu mengambil bagian dari substansi Ilahi berarti manusia memiliki sifat-sifat Allah
yang hakiki seperti: maha hadir, mahatahu. Ini tidak mungkin.
2. Jiwa bukan Bentuk Ilahi
Jiwa bukan bentuk ilahi seperti ajaran Pantheisme. Allah dan manusia adalah keberadaan
yang berbeda, Pencipta ciptaan, tidak dapat disamakan.
3. Jiwa bukan hasil keturunan yang spontan.
4. Jiwa tidak dapat diterangkan oleh teori evolusi