TRILEMA EPICURUS 1. Apakah Tuhan mau, tapi tidak mampu melenyapkan kejahatan? Berarti Tuhan tidak Maha Kuasa 2. Apakah Tuhan mampu, tapi tidak mau melenyapkan kejahatan? Berarti Tuhan tidak Maha Penyayang 3. Jika Tuhan mau dan mampu melenyapkan kejatahan, mengapa masih ada kejahatan? Atau jika Tuhan tidak mau dan tidak mampu melenyapkan kejahatan, mengapa masih disebut Tuhan PROBLEM KEJAHATAN 1. Tuhan digambarkan sebagai: a. Maha Tahu b. Maha Kuasa c. Maha Penyayang Berarti Dia tahu kita menderita Berarti Dia bisa menghentikan penderitaan kita Berarti Dia ingin kita tidak menderita 2. TERNYATA KITA MENDERITA Maka berarti Tuhan tidak memiliki sifat-sifat tersebut atau memang Dia tidak ada. EVIL Malum Morale (Keburukan Moral) o Pada orangnya (mau melakukan perbuatan jahat) o Pada perbuatannya (kejam, malas, tidak adil)
Malum Physicum (Keburukan fisik, kerusakan,
bencana) Problem kejahatan & Monotheisme Problem kejahatan ini ada secara khusus untuk agama-agama yang sifatnya monotheis, seperti Islam, Kristen, Yahudi. Agama yang lain, yang menerima Tuhan lebih dari satu, salah satu Tuhan itu bisa dianggap bertanggung jawab terhadap kejahatan tersebut. LEIBNIZ Tuhan itu pasti bijaksana, Maha Kuasa dan Maha Baik Tuhan tidak akan menciptakan dunia yang sempurna sebab hanya Dia-lah yang sempurna Yang diciptakan Tuhan adalah “Dunia terbaik yang mungkin ada” Tidak ada sesuatu yang benar-benar jahat, segala hal ada alasannya. Kalau kita tahu alasan Tuhan, kita akan memahami apa kebaikan dari munculnya kejahatan tersebut. DAVID HUME Hume menganggap problem kejahatan itu terlalu besar untuk diabaikan Kalau kita meyakini kejahatan itu ada, berarti kita harus menerima kalau Tuha itu Tidak Maha Kuasa atau Tidak Maha Penyayang Hal ini membawa implikasi ‘matinya’ Tuhan theistic Oleh karena itu Tuhan itu tidak ada. ST. AGUSTINUS Tuhan itu sempurna Tuhan membuat dunia ini sempurna Kejahatan itu penyimpangan dan perusakan Penyimpangan dan perusakan itu tidak diciptakan Karena itu Tuhan tidak dapat disalahkan karena adanya kejahatan. “Kemungkinan Kejahatan” Kejahatan lahir dari malaikat dan manusia yang memilih menyimpang dari jalan Tuhan Kemungkinan adanya kejahatan adalah ‘niscaya’ karena Hanya Tuhan yang sempurna, makhluk itu sifatnya ‘bisa berubah’ dan salah. “Hukuman Untuk Kejahatan” Manusialah yang menghancurkan tertib alam yang menyebabkan “kejahatan natural” (bencana alam) Bencana alam itu adalah satu hukuman yang layak Oleh karena itu Tuhan tidak berhak mengintervensi kejahatan/bencana tersebut. Kelemahan Teori Augustinus Ada Kesalahan Logis Schleirmacher: Ada kontradiksi dalam anggapan bahwa dunia ini sempurna lalu terjadi penyimpangan / perusakan. Perusakan/penyimpangan berarti juga sesuatu yang ‘ada’ di dunia ini dan berarti juga Tuhan tahu serta kuasa untuk membuat tidak ada penyimpangan/perusakan. Orang yang sama sekali tentang ‘baik dan buruk’ kadang memilih perbuatan buruk, tidak selalu perbuatan baik, berarti pengetahuan tentang kejahatan itu tidak selalu dari manusia, tetapi juga dari Tuhan. IRENAEUS Irenaeus menerima bahwa Tuhan juga memiliki andil dalam adanya kejahatan, namun dia beralasan: o Maksud awal Tuhan sebenarnya untuk membuat manusia yang sempurna o Namun kesempurnaan manusia itu tidak “sekali jadi”, harus berkembang setahap demi setahap. Free Will Tuhan harus memberikan pilihan bebas, dan berarti juga kebebasan untuk tidak patuh. Hal inilah yang membawa kepada munculnya kejahatan Oleh karena itu, tertib alam semesta harus didesain dengan desain yang memungkinkan terjadinya kejahatan. Kelemahan Teori Irenaeus Perilaku Moral menjadi tidak berarti Apa gunanya konsep hidup sesudah mati, surga, neraka? Tetap menunjukan bahwa kejahatan dan bencana juga tetap merupakan ‘kehendak’ Tuhan. PROCESS THEODICY Kekuatan Tuhan tidak terbatas, namun saat berinteraksi dengan alam semesta, ia ‘dibatasi’ oleh struktur alam semesta dan hukum alam (sunatullah). Tuhan selalu menawarkan kemungkinan paling baik untuk setiap hal, namun manusia dan kondisi/struktur alam semesta tidak selalu sesuai dengan ‘rencana Tuhan’
Mengapa ada kejahatan?
Order- complexity- evil- suffering
Or Chaos Tipe Jawaban 1: Perlunya Penderitaan Sebagai Hukuman atas orang-orang yang berdosa Sebagai ujian untuk nantinya memperoleh pahala dan kebahagiaan di Surga Untuk memurnikan hati manusia (bernilai secara moral untuk penyucian) Kelemahan Tipe Jawaban I Hukuman? Bagaimana dengan anak kecil yang tidak mengerti apa-apa lalu terkena musibah? Bagaimana dengan orang baik-baik yang dirundung penderitaan terus? Kebahagiaan di surga? Apakah Tuhan yang Maha Baik harus menuntut “pembayaran” yang begitu kejam dari orang yang ingin masuk surga? Kalau Tuhan begitu mencintai kita, apakah ia harus menyiksa kita sebelum kita boleh masuk surga? Untuk memurnikan/penyucian? Ada banyak orang yang justru ‘remuk’, ‘putus asa’, ‘murtad’, dll karena penderitaan dan musibah. Tipe Jawaban 2: Skenario Besar Musibah dan penderitaan harus dilihat secara keseluruhan tidak parsial Jumlah orang yang menderita dan jumlah bencana tidak sebanding dengan jumlah orang yang nyaman dan tenteram. Secara umum alam semesta ini tertib Dunia yang ada penderitaan ini lebih baik, karena dari sana diketahui mana yang sabar/tidak, yang patuh/tidak, yang adil/tidak, mengambil pelajaran/tidak. Kelemahan Tipe Jawaban 2 Berarti harus ada orang yang menderita agar keseluruhan lebih baik Kebahagiaan orang banyak seakan mau ‘ditukar’ dengan penderitaan sedikit orang. Tipe Jawaban 3 Berhadapan dengan Tuhan manusia itu tidak seimbang, karena itu diamlah, jangan protes! Kelemahan Tipe Jawaban 3 Apakah wajar melarang orang yang merasa diperlakukan tidak adil untuk protes? Kalau memang Tuhan tidak memiliki kualifikasi Maha Kuasa, Maha Adil dan Maha Baik, mengapa harus disebut begitu?