Tugas makalah mengenai manusia dan penderitaan oleh Dedy Mustari, mahasiswa
Teknik Kimia Universitas Bosowa Makassar. Manusia dan penderitaan merupakan
salah satu sub materi ISBD yang diajukan sebagai tugas kelompok.
BAB I
Pendahuluan
A.Latar Belakang
Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa
sebagai satu kesatuan yang utuh. Tubuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dan
dirasa, wujudnya konkret tetapi tidak abadi. Apabila manusia meninggal dunia,
tubuhnya hancur dan lenyap. Jiwa terdapat di dalam tubuh, tidak dapat dilihat, tidak
dapat diraba, dan sifatnya abstrak, tetapi abadi.
Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna jika dibandingkan
dengan makhluk-makhluk lain. Kesempurnaan itu terletak pada adab dan budayanya.
Manusia beradab dan berbudaya karena dilengkapi oleh penciptanya dengan akal,
nurani, dan kehendak yang terdapat dalam jiwa manusia.
Dalam kehidupan manusia disadari bahwa yang benar, yang indah atau baik,
dan berguna atau bermanfaat menciptakan kesenangan, kepuasan, kebahagiaan, dan
kedamaian bagi semua orang. Sebaliknya pula, manusia menyadari bahwa yang salah,
yang jelek atau buruk dan tidak berguna membuat orang tidak senang, tidak puas, tidak
bahagia, dan tidak ada kedamaian dalam kehidupan. Manusia yang memilih fakta,
peristiwa,atau lingkungan yang salah, buruk, jelek, dan merugikan selalu menjadi
sumber keonaran, kekacauan, permusuhan, dan penderitaan.
Pada dasarnya manusia dan penderitaan itu berdampingan. Setiap manusia
pernah mengalami penderitaan dalam hidupnya. Penderitaan adalah sesuatu yang
tidak menyenangkan yang dialami oleh manusia. Penderitaan ada yang berasal karena
Tuhan dan ada juga yang berasal dari ulah manusia itu sendiri. Dibalik sebuah
penderitaan manusia terdapat hikmah-hikmah yang positif yang bisa di ambil oleh
manusia untuk bisa merubah hidupnya menjadi lebih baik lagi.
B. Rumusan Masalah
1) Apakah pengertian penderitaan?
2) Apakah penyebab penderitaan itu?
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian Penderitaan
Penderitaan adalah ungkapan perasaan sakit yang dialami manusia dalam
kehidupan. Penderitaan bersumber pada unsur rasa dalam diri manusia. Menurut
asal katanya, penderitaan berasal dari kata derita dari bahasa sansekerta dhre
artinya menahan atau menanggung. Derita artinya perasaan tidak enak, perasaan tidak
menyenangkan, perasaan sakit. Penderitaan artinya menanggung perasaan tidak enak,
menanggung perasaan tidak menyenangkan, menanggung perasaan sakit. Penderitaan
dapat mengenai fisik, dapat mula mengenai mental, atau kedua-duannya fisik dan
mental. Karena penderitaan bersifat subjektif, maka sulit untuk mengukur berat ringan
penderitaan seseorang. Berat ringan penderitaan dapat dilihat pada kenyataan yang
dialami seseorang, yaitu akibat yang timbul pada badan atau jiwa penderita.
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan
bertingkat-tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Namun peranan individu juga
menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap
penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat
pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai
langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan
"risiko" hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya,
tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bermakna
agar manusia sadar untuk tidak memalingkan dariNya. Untuk itu pada umumnya
manusia telah diberikan tanda atau wangsit sebelumnya, hanya saja mampukah
manusia menangkap atau tanggap terhadap peringatan yang diberikanNya? Tanda atau
wangsit demikian dapat berupa mimpi sebagai pemunculan rasa tidak sadar dari
manusia waktu tidur, atau mengetahui melalui membaca koran tentang terjadinya
C. Nasib Buruk
Banyak ungkapan yang intinya menyebutkan, bahwa hidup sebernya adalah pilihan
dan nasib pun sebenarnya sama. Kita sendiri yang menentukan. Coba kita perhatikan
pola hidup kita, jika masih begitu-begitu saja mungkin ada yang perlu diubah dalam
jalan yang kita pilih saat menghadapi berbagai macam kendala atau keseharian kita.
Saat bangun pagi atau siang itu sebenarnya adalah pilihan. Saat akan bekerja, mau
banyak berbicara atau segera bekerja itu adalah pilihan. Intinya, kita sendri yang
menentukan seperti apakah kita dimasa depan.
Maka ketika kita melihat orang yang sudah sukses, patut kita pertanyakan, pilihanpilihan hidup seperti apa yang kita lakukan dalam keseharian. Pertanyaannya
kemudian, hidup seperti apa yang akan kita pilih entah baik atau buruk?. Maka jangan
salahkan nasib yang buruk jika sendiri tidak memaksimalkan pilihan positif dalam hidup.
Jangan katakan diri merasa belum beruntung jika kita sendiri ternyata tidak
memanfaatkan waktu secara maksimal. Apa yang kita maksimalkan itulah yang akan
berbuah di masa depan.
Nasib bisa kita simpulkan sebagai hasil dari apa yang kita lakukan, semakin baik
atau maksimal apa yang kita lakukan, maka semakin besar peluang nasib baik yang
akan kita dapatkan. Banyak orang terlalu menganggap melakukan sesuatu itu adalah
hal yang biasa dan cenderung melakukan sesuatu secara tidak maksimal dan
dampaknya mereka pun akhirnya mengalami nasib sial atau nasib buruk karena
perbuatan mereka sendiri yang berujung pada penyesalan dan penderitaan.
Nasib buruk adalah sebuah keadaan dimana seseorang atau sebagian
manusia mengalami sesuatu yang tidak diinginkan. Nasib buruk pasti pernah dan tidak
lepas dari setiap insan manusia. Nasib buruk merupakan cobaan yang diberikan untuk
selalu ingat kepada-Nya. Nasib buruk terjadi karena beberapa hal, salah satunya
adalah karena kelalaian manusia itu sendiri. Sebagai contoh, Anak remaja bernama Aldi
selalu menyendiri dan menutup dirinya terhadap perkembangan sosial, bahkan di
perguruan tinggi pun Aldi masih menutup diri dan menyebabkan nilai akademisnya
turun, sehingga tanpa disadari Aldi telah lulus dan ingin mencari pekerjaan namun
hingga sekarang Aldi masih belum mendapat satu pekerjaan pun. Aldi merasa
menyesal mengapa dahulu ia tidak membuka diri dan menambah wawasan dengan
berosialisasi terhadap kawan-kawannya. Nasib buruk yang menimpanya disebabkan
karena pilihannya yang salah dan berujung pada penyesalan dan penderitaan untuk
dirinya sendiri.
Nasib buruk bukan berasal dari Tuhan, tapi adalah hasil dari apa yang kita lakukan
selama ini. Melakukan yang terbaik, berusaha dengan keras, pantang menyerah dan
terus bertawakal merupakan kunci utama merubah nasib kita.
D. Penyesalan
Penyesalan berasal dari kata dasar sesal yang berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah perasaan tidak senang, kecewa, dan bersalah. Sedangkan arti
kata penyesalan adalah merasa tidak senang atau tidak bahagia karena telah
melakukan sesuatu yang kurang baik atau telah melakukan sebuah kesalahan.
Penyesalan juga merupakan sikap dan perasaan setiap manusia setelah mengalami
suatu nasib buruk. Menyesal itu sendiri merupakan akibat dan akibta itu ada karena
suatu sebab. Penyesalan biasanya menimbulkan rasa kekecewaan dan berimbas
kepada penderitaan, seseorang yang merasa telah gagal melaksanakan sesuatu yang
dia harapkan dan merasa kecewa pada dirinya sendiri menyebabkan dia terlarut-larut
dalam penyesalan dan penderitaan. Ada orang yang bertanya kenapa penyesalan
datangnya terakhir ?.
Penyesalan memang akan terjadi saat kita dihadapkan kepada pilihan atau
semacamnya. Kenapa datangnya belakangan, karena penyesalan merupakan sebuah
hukum sebab akibat. Secara umum penyesalan terjadi ketika merasa pilihan yang kita
buat tidak seperti yang kita harapkan apalagi setelah kita menyadari salah satu pilihan
dalam hidup kita yang kita tidak pilih ternyata lebih baik. Menyesal memang merupakan
akibat dari perbuatan kita, agar kita tidak merasakan penyesalan yang berimbas pada
penderitaan, maka lakukanlah sesuatu dengan benar dan berfikir bahwa apa yang telah
kita lakukan maupun pilihan yang telah kita ambil adalah yang terbaik yang bisa kita
lakukan dan kita pilih. Sebenarnya, penyesalan tidak selalu berimbas kesisi negatif,
penyesalan bisa menuju ke hal yang positif tergantung bagaimana seseorang
menyikapinya. Faktanya, psikolog menyatakan bahwa penyesalan memiliki manfaat
bagi kesehatan mental seseorang.Sebagai contoh, ada seseorang anak yang bernama
Irfan yang memfitnah temannya sebagai seseorang pencuri karena mengira bahwa
temannya tersebut adalah orang terakhir yang berada di kelas bersamaan saat barang
Irfan tersebut hilang, sehingga menyebabkan temannya tersebut dikucilkan, difitnah dan
menjadi buah bibir teman-temannya yang lain. Suatu ketika Irfan baru mengetahui
bahwa ternyata apa yang dia fitnahkan tidaklah benar dan merasa sungguh bersalah
kepada temannya tersebut, namun sayangnya temannya tersebut sudah terlanjur
pindah dan meninggalkan sekolah lamanya. Irfan begitu menyesal dan ingin meminta
maaf kepada temannya tersebut tapi sayangnya tidak bisa , dia pun sadar bahwa apa
yang dia lakukan dulu merupakan akibat dari kecerobohannya sendiri, melakukan
sesuatu tanpa berfikir dengan matang terlebih dahulu. Itu merupakan contoh bahwa
penyesalan merupakan akibat karena kelaian manusia itu sendiri, padahal hakikinya
manusia memiliki akal dan pikiran yang difungsikan untuk berfikir dan dapat
membedakan hal yang benar dan hal yang salah, sehingga tidak ada lagi yang
namanya penyesalan yang berimbas kepada penderitaan.
Banyak orang mengira bahwa pemakaman adalah saat yang paling berat bagi orang
yang ditinggalkan, sehingga banyak teman-teman atau kerabat berbondong-bondong
berkunjung ke kediaman orang tersebut, membantu, merasa berduka dan lain-lain.
Namun, beberapa saat kemudian orang-orang mulai kembali ke kehidupannya masingmasing. Sebenarnya, hal yang paling berat saat kehilangan orang yang dicintai adalah
waktu yang harus dilewati tanpa orang yang dicintainya tersebut. Momen-momen
kebersamaan, canda, tawa dan kegiatan-kegiatan lain saat bersama orang yang dicintai
sirna dan membuat perasaan orang yang ditinggalkan merasa terluka dan menderita.
Sekali lagi, bahwa kehilangan orang yang dicintai menimbulkan penderitaan yang
teramat dalam terhadap orang yang ditinggalkan.
3. Mulai ikhlas dan menerima keadaan
Saat kehilangan orang yang dicintai maka orang yang ditinggalkan akan mengalami
dua pola diatas dan beberapa waktu kemudian berangsur-angsur mulai membaik dan
merasa ikhlas akan kehilangan orang yang dicintai. Memang, penderitaan karena
kehilangan orang yang dicintai sangat lah menyakitkan dan begitu berat untuk diterima
tapi bukan berarti sebagai orang yang ditinggalkan harus berlarut-larut dalam
kesedihan dan penderitaan. Ikhlas, sabar dan mengambil hikmah dari kejadian tersebut
merupakan kunci awal memulai hidup baru yang lebih baik. Kehilangan orang yang
dicintai bukan berarti dunia telah berakhir, waktu terus berputar dan jangan biarkan
penderitaan menghalau jalan kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Kehilangan orang yang dicintai terbagi menjadi bebapa bagian, antara lain :
a) Kehilangan keluarga.
Keluarga merupakan pendopang paling besar dalam hidup seseorang, ada yang
benar-benar bergantung kepada keluarganya dan ada pula yang menjadi mandiri
karena keluarganya. Kehilangan keluarga merupakan kehilangan yang teramat
menyedihkan dan menimbulkun penderitaan yang begitu menyakitkan yang biasanya
berujung pada depresi dan bunuh diri bagi orang yang ditinggalkan.
b) Kehilangan kerabat/kekasih.
Kehilangan kerabat maupun kekasih juga termasuk penderitaan yang benar-benar
menyakitkan, sampai-sampai berujung pada bunuh diri. Banyak kasus bunuh diri
karena ditinggal pergi oleh sang kekasih atau karena sang kekasih telah meninggal.
Kehilangan orang yang dicintai merupakan penderitaan terbesar dalam hidup manusia
dan tidak akan terhelakkan bahwa manusia akan kehilangan orang yang dia kasihi atau
cintai. Sejatinya, kehilangan seseorang yang dicintai artinya kita juga kehilangan ikatan
atau jalinan yang ada dan biasanya menyebabkan seseorang kehilangan semangat
untuk hidup dan merasakan penderitaan yang begitu menyakitkan. Harapan seseorang
terhadap seseorang yang dicintai ikut sirna bersamaan dengan perginya orang yang
kita cintai. Saat kehilangan orang yang kita cintai, merasa ikhlas, dan berpasrah kepada
Tuhan Yang Maha Esa merupakan jalan untuk meringankan penderitaan dan awal
untuk memulai hidup baru.