Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah : 2 Kor. 8:1-7; Mat. 13:3-7, 22; Kej. 3:1-6.; Yes 56:11; Mat.
26:14-16; 2Pet. 1:5-9
Ayat Hafalan :
Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran
dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. (Matius 13:22)
Cinta akan uang dan harta benda bisa datang kepada kita dari berbagai sudut. Ellen G. White
menggambarkan taktik Iblis untuk memikat kita melalui tipu muslihat materialisme. "Pergilah,
jadikan pemilik-pemilik tanah dan uang mabuk dengan kepentingan hidup ini. Hadapkanlah dunia
ini kepada mereka dalam bentuk yang paling menarik, agar mereka menyimpan harta mereka di
sini, dan menaruk cinta mereka pada perkara-perkara duniawi. Kita harus mengerahkan seluruh
tenaga kita untuk menghalangi orang-orang yang bekerja dalam ladang Tuhan memperoleh harta
kekayaan untuk menentang kita.
Usahakanlah agar seluruh uang itu berada dalam kekuasaan kita. Karena makin banyak uang yang
mereka peroleh makin besarlah kesempatan kita bagi mereka untuk merusak kerajaan kita dengan
merampas rakyat kita. Usahakanlah agar perhatian mereka lebih terarah kepada yang daripada
membangun kerajaan Kristus dan penyebaran kebenaran yang kita benci. Dan kita tidak perlu takut
akan pengaruh mereka; karena kita mengetahui bahwa setiap orang yang mementingkan diri dan
tamak, akan jatuh di bawah kekuasaan kita, dan akhirnya akan dipisahkan dari umat Allah." -- Ellen
G. White, Nasehat Penatalayanan, hlm. 88,89.
Taktik ini, sayangnya, tampaknya akan berjalan dengan baik. Marilah kita melihat bahaya ini dan
apa yang Firman Tuhan katakan kepada kita sehingga kita bisa menghindari jebakan spiritual ini.
Injil Kemakmuran
Seorang pengkhotbah televisi terkenal memiliki pesan sederhana: Allah ingin memberkati Anda,
dan bukti berkat-Nya adalah kelimpahan harta benda yang Anda miliki. Dengan kata lain, jika
Anda setia, Allah akan membuat Anda kaya. Ide ini, atau yang mirip dengan itu, telah disebut Injil
Kemakmuran. Ikuti Allah, dan Dia akan membuat Anda kaya dalam harta duniawi. Ide ini tidak
lain adalah pembenaran tiologi palsu untuk materialisme, karena apa yabg ide ini sebenarnya
katakan adalah, apakah Anda ingin menjadi materialistis dan merasa senang akan hal itu? Nah,
kami telah mendapatkan "Injil" untuk Anda.
Namun menghubungkan Injil dengan jaminan kekayaan adalah pertunjukan tambahan yang salah
arah. Keyakinan ini menciptakan ketidak sesuaian dengan Alkitab dan mencerminkan teologi
egisentris yang tidak lebih daripada sekadar setengah benar dibungkus dalam bahasa Alkitab. Inti
dari kebohongan ini adalah masalah inti dari segala dosa, dan itu adalah diri dan keinginan untuk
menyenangkan diri dan keinginan untuk menyenangkan diri di atas segalanya. Teologi Injil
Kemakmuran mengajarkan bahwa, dalam memberi kepada Allah, kita memperoleh imbalan
jaminan kekayaan materi. Tetapi ini membuat Allah seperti mesin penjual otomatis dan mengubah
hubungan kita dengan Dia kepada tidak berarti kecuali sebuah kesepakatan: Aku melakukan ini
dan Engkau berjanji untuk melakukan itu sebagai imbalan. Kita memberi, bukan karena itu adalah
hal yang benar untuk dilakukan tetapi karena apa yang kita dapatkan sebagai imbalan. Itu adalah
Injil Kemakmuran.
Bacalah _2 Korintus 8:1-7. Apakah yang terjadi di sini? Apakah prinsip-prinsip yang kita
lihat dalam ayat-ayat ini yang bertentangan dengan ide Injil kemakmuran ini? Apa yang
Paulus maksudkan ketika ia berbicara tentang "pelayanan kasih" (2 Kor. 8:7)
Orang-orang ini, meskipun dalam keadaan "sangat miskin" (2 Kor. 8:2), namun sangat murah hati,
memberi lebih dari yang mereka mampu. Ayat-ayat seperti ini, dan banyak yang lain, mampu
membantah teologi Injil kemakmuran yang salah, yang mengajarkan bahwa jika Anda hidup benar
dihadapan Allah, maka Anda akan memiliki banyak harta benda sebagai buktinya.
Apakah contoh-contoh yang Anda bisa temukan dari mereka yang setia kepada Allah namun
tidak kaya dalam harta duniawi, dan mereka yang tidak setia kepada Allah tetapi kaya
dalam harta duniawi? Apakah yang hal ini seharusnya sampaikan kepada kita tentang
menggunakan kekayaan sebagai indikator berkat Allah?
Kita tidak membutuhkan Alkitab untuk mengajari kita satu kebenaran yang jelas: Kekhawatiran
akan hidup ini dan kekayaannya bersifat sementara. Tidak ada di sini yang bertahan, dan pastinya
tidak akan berlangsung lama juga. Sebagaimana Paulus katakan: "Sebab kami tidak
memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah
sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal." (2 Kor. 4:18) Orang Kristen memiliki
penglihatan rabun ketika mereka terpaku kepada kekhawatiran dunia ini daripada di jalan menuju
surga. Dan hanya sedikit hal yang dapat membutakan mata mereka kepada jalan itu selain tipu daya
kekayaan. Hellen Keller, seorang yang buta, berkata: "Orang yang paling menyedihkan di dunia
ini adalah orang yang memiliki penglihatan tetapi tidak memiliki visi."
Alkitab dipenuhi dengan contoh-contoh dari mereka yang dapat melihat tetapi, sesungguhnya, buta
secara spiritual. "Beberapa sangat mencintai dunia ini sehingga itu menelan kasih mereka kepada
kebenaran. Sementara harta mereka bertambah di sini, minat mereka dalam harta surgawi menurun.
Semakin mereka memiiliki dunia ini, semakin dekat mereka memeluknya bagi mereka, seakan-
akan takut harta yang mereka dambakan akan diambil dari mereka. Semakin banyak mereka miliki,
semakin sedikit yang mereka ingin untuk berikan kepada orang lain, karena semakin banyak yang
mereka punyai, semakin miskin mereka rasa. O, tipu daya kekayaan! Mereka tidak akan melihat
dan merasakan kebutuhan dari maksud-maksud Allah.' -- Ellen G. White, Spiritual Gift, jld. 2, hal.
267. Penglihatan spiritual yang buram menempatkan keselamatan kekal dalam bahaya. Tidaklah
cukup membuat Yesus tetap dalam penglihatan, kita harus membuat-Nya dalam fokus.
Bacalah Matius 13:3-7 dan 22. Apakah bahaya yang Yesus amarkan kepada kita di
sini? Mengapakah ini sebuah perangkap yang mudah bagi siapa saja, kaya dan miskin,
untuk jatuh?
Pertama, Yesus mengamarkan kita tentang "kekhawatiran dunia ini" (Mat. 13:22). Yesus
memgatahui bahwa kita semua memiliki kekhawatiran, termasuk keuangan. Orang miskin
khawatir bahwa mereka tidak memiliki kecukupan, orang kaya khawatir tentang apa lagi yang
mungkin mereka inginkan. Kita hanya harus yakin bahwa kita tidak membiarkan kekhawatiran
seperti ini "menghimpit firman" (Mat 13:22) dalam kehidupan kita. Kedua, Yesus mengamarkan
kita akan "tipu daya kekayaan" (Mat. 13:22). Meskipun kekayaan itu sendiri tidaklah jahat, itu tetap
memiliki kekuatan untuk menipu kita dalam cara yang bisa menuntun kepada pemusnahan kita.
Apakah "tipu daya kekayaan" yang Anda dapat lihat dalam hidup Anda sendiri? Apakah
pilihan praktis yang Anda bisa buat untuk melindungi diri Anda sendiri dari penipuan ini?
Langkah-langkah Ketamakan
Seperti semua dosa, ketamakan mulai dalam hati. Itu mulai di dalam diri kita dan
kemudian bekerja keluar. Inilah yang telah terjadi di Eden.
Bacalah Kejadian 3:1-6. Apakah yang Setan lakukan untuk memikat Hawa ke
dalam dosa? Bagaimanakah ia telah menggunakan prinsip-prinsip yang sama
selama berabad-abad untuk menipu kita juga?
"Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap
kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia
mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang
bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya"(Kej. 3:6).
Jika seseorang tidak mengetahui lebih jauh, seseorang dapat berpikir bahwa industri
periklanan mendapat contoh paradigmanya (pola pikir) bagaimana menjual produknya
dari kisah Eden. Iblis menyajikan buah pohon larangan dengan cara membuat dalam diri
Hawa ada kerinduan untuk menginginkan lebih daripada yang dia telah miliki, dan
membuat dia berpikir bahwa dia membutuhkan sesuatu yang dia benar-benar tidak
miliki. Sungguh cerdas! Kejatuhannya adalah sebuah demonstrasi dari tiga langkah
yang kita masing-masing ambil ketika kita jatuh ke dalam ketamakan. Aku Lihat, Aku
Ingin, Aku Ambil.
Ketamakan, tentu saja, bisa menjadi dosa yang senyap. Seperti hawa nafsu, itu
tersembunyi di balik tabir daging kita. Tetapi ketika itu akhirnya menghasilkan buah,
itu bisa menghancurkan hubungan, meninggalkan bekas luka di orang yang Anda cintai,
dan memukul kita berulang-ulang dengan rasa bersalah setelah itu.
Biarlah ketmakan muncul ke permukaan, dan itu akan mengesampingkan prinsip apa
pun. Raja Ahab melihat kebun anggur Nabot, menginginkannya dan cemberut hingga
ratunya telah membunuh Nabot (1 Raj. 21). Akhan tidak bisa menolak ketika ia melihat
pakaian dan uang, jadi dia menginginkannya dan mengambilnya (Yos. 7:20-22).
Ketamakan, pada akhirnya, adalah bentuk lain dari mementingkan diri.
"Jika mementingkan diri adalah bentuk umum dari dosa, ketamakan dapat dianggap
sebagai bentuk mementingkan diri yang umum. Hal ini dengan cara yang mencolok
diisyaratkan oleh Rasul Paulus, ketika menjelaskan 'masa yang sukar' [2 Tim. 3:1] dari
puncak kemurtadan, dia menggambarkan mementingkan diri sebagai seseuatu yang
akan produktif dalam semua kejahatan yang kemudian akan menang, dan ketamakan
sebagai buahnya. 'Manusia akan mencintai dirinya sendiri, tamak' [2 Tim. 3:2]." - John
Harris, Mammon (New York: Lane & Scott, 1849) hlm. 52.
Mengapakah penting untuk mengenali di dalam diri kita sendiri setiap dan semua
kecenderungan ke arah ketamakan?
Bagi kita makhluk yang telah jatuh, keserakahan bisa semudah seperti bernapas, dan
sangat alami. Namun, sulit untuk membayangkan apapun dalam karakter manusia yang
kurang mencerminkan karakter Kristus selain keserakahan. :Karena kamu telah
mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu
menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-
Nya" (2 Kor. 8:9).
Hanya Tuhan yang tahu kerusakan yang telah ditimbulkan ketamakan sepanjang
sejarah. Keserakahan telah menyebabkan peperangan. Keserakahan telah menyebabkan
orang-orang melakukan kejahatan yang membawa kehancuran kepada diri mereka
sendiri dan keluarga mereka. Keserakahan bisa seperti virus yang akan menempel
kepada tuannya dan menghabiskan setiap kebajikan hingga tidak ada tersisa dan
semakin serakah. Keserakahan adalah penyakit yang menginginkan segalanya: Gairah,
kekuatan, dan harta. Kembali, Aku lihat, Aku Ingin, Aku ambil.
Bacalah Matius 26:14-16. Apakah yang bisa kita pelajari tentang kekuatan
keserakahan dari kisah yang menyedihkan ini?
Perhatikan kata-kata Yudas: "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku
menyerahkan Dia kepada kamu?" (Mat. 26:15). Berbicara tentang membiarkan
keserakahan mengalahkan segala sesuatu yang lain! Yudas memiliki kesempatan seperti
beberapa orang di sepanjang sejarah: dia hidup dengan Yesus yang menjelma,
menyaksikan mukjizat-mukjizatnya, dan mendengar-Nya mengkhotbahkan firman
kehidupan. Dan lagi, lihat tindakan yang dilakukan seseorang karena dituntun
keserakahan dan ketamakan.
Pengendalian Diri
Bacalah ayat-ayat berikut. Apakah yang ayat-ayat tersebut katakan yang dapat dan
seharusnya menolong kita memahami bagaimana orang-orang, kaya atau miskin, bisa
melindungi diri mereka sendiri dari bahaya yang keserakahan, ketamakan, dan cinta
uang dan hal-hal materi bisa di sajikan kepada orang Kristen? (Kis. 24:24-26, Gal.
5:22-25, 2 Ptr. 1:5-9)
Ayat-ayat ini begitu kaya dan penuh dengan perintah Ilahi tentang bagaimana kita harus
hidup. Tetapi perhatikan satu benang merah. Pengendalian diri. Sifat ini bisa menjadi
sangat sulit ketika tiba kepada keserakahan, ketamakan, dan keinginan untuk memiliki
harta benda. Hanya melalui pengendalian diri, pertama pikiran kita dan selanjutnya
tindakan kita, kita bisa dilindungi dari bahaya-bahaya terhadap hal-hal yang telah kita
bicarakan.
kita bisa melatih pengendalian itu hanya kepada tingkat penyerahan diri kita sendiri
kepada kuasa Tuhan. Tak satupun dari kita, dengan kuasa kita sendiri, bisa
mengalahkan sifat-sifat dosa ini, terutama jika mereka telah lama diperkembang dan
dimanja. Kita benar-benar membutuhkan kerja supernatural Roh Suci di dalam hidup
kita jika kita mau memperoleh kemenangan atas penipuan-penipuan yang kuat ini.
"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak
melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan
kamu dicobai melampaui ekkuatanmu. Pada waktu kamu di cobai Ia akan memberikan
kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya" (1 Kor. 10:13).
Bacalah kembali 2 Petrus 1:5-9. Apakah jalan yang Petrus tunjuk? Apakah langkah-
langkahnya, dan bagaimana kita bisa belajar mengikutinya, khususnya di dalam
pergumulan kita melawan keserakahan dan ketamakan?
Kristen Materialistis, dengan kata lain, dengan bangga minum dari sumur kekayaan
tetapi secara rohani dehidrasi. Tetapi kita tidak akan pernah haus dengan meminum air
yang Kristus berikan (Yoh 4:14)
1. Pikirkan lebih dalam pada gagasan Injil kemakmuran. Ayat-ayat apakah yang
mungkin digunakan orang yang percaya pada ide ini untuk berusaha
mengembangkannya? Pada saat yang sama, apakah contoh-contoh yang Anda
dapat temukan dari Alkitab tentang orang beriman yang hidupnya adalah
kehidupannya yang menentang pengajaran palsu ini?
2. Setelah anak pertamanya berumur beberapa tahun, seorang pria berkata: "Aku
telah belajar dua hal penting kebenaran Alkitab dari anak ini. Pertama, bahwa
kita dilahirkan berdosa. Kedua, bahwa kita dilahirkan serakah." Siapakah yang
bisa menghubungkan cerita--cerita tentang bagaimana bahkan anak-anak
mengungkapkan betapa alami-nya keserakahan kita sebagai manusia? Apakah
yang hal ini katakan kepada kita tentang kebutuhan akan anugerah Ilahi?
Melayani Allah dan melayani uang merupakan tindakan saling ekslusif. Itu salah satu
atau yang lain, Allah atau mamon. Adalah sebuah khayalan untuk berpikir kita bisa
memiliki keduanya karena menjalani kehidupan ganda cepat atau lambat akan mengejar
kita. Kita mungkin menipu orang lain, bahkan mungkin diri kita sendiri, tetapi tidak
dengan Allah, kepada siapa kita akan suatu hari nanti harus memberikan
pertanggungjawaban.
Kita harus membuat pilihan, dan semakin lama kita ragu-ragu, membuat alasan-alasan,
menunda-nunda, semakin kuat pegangan yang uang dan cinta akan uang akan mendesak
jiwa kita. Iman menuntut sebuah keputusan.
Apa yang seharusnya membuat keputusan kita jauh lebih mudah adalah dengan fokus
kepada siapa Allah itu, apa yang Dia telah lakukan bagi kita, dan apa yang kepada-Nya
kita berutang.
"Kristuslah yang membentangkan langit, dan yang meletakan dasar bumi ini. Tangan-
Nya lah yang menggantungkan segala dunia ini di angkasa, dan yang membentuk segala
bunga di padang. 'Engkau yang menegakkan gunung-gunung dengan kekuatan-Mu.'
Kepunyaan-Mu lah laut, Ia-lah yang mengisi bumi ini dengan keindahan, dan udara
dengan nyanyian. Dan pada segala benda yang ada di bumi, di udara, dan di langit, ia
menyuratkan kabar kasi Bapa." - Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld 5, hlm.14.
Hal-hal materi, di dalam dan dari diri mereka sendiri, tidaklah jahat. Tidak seperti
beberapa agama, yang mengajarkan bahwa dunia materi dan materi itu sendiri adalah
buruk atau jahat dan bahwa hanya hal-hal rohani yang baik. Alkitab menghargai dunia
materi.
Lagipula, Yesus sendiri menciptakan itu. Lalu, bagaimanakah itu bisa menjadi jahat?
Sayangnya, itu bisa, sebagaimana dengan semua karunia-karunia Allah, digunakan
untuk menyesatkan dan kejahatan, tetapi itu tidak membuat karunia yang asli menjadi
jahat. Alkitab memperingatkan terhadap penyalahgunaan dan penyimpangan dari hal-
hal yang Allah telah ciptakan di dunia ini, tetapi bukan terhadap hal-hal materi itu
sendiri.
Sebaliknya, Allah menciptakan dunia materi, dan dia ingin umat-Nya menikmati buah
dan keuntungan dari dunia ini juga: "Dan haruslah engkau, orang Lewi dan orang asing
yang ada di tengah-tengahmu, bersukaria karena segala yang baik yang diberikan
Tuhan, Allahmu, kepadamu dan kepada seisi rumahmu" (Ul. 26:11; lihat juga Ul.
14:26).
Yesus adalah Sang Pencipta (Yoh. 1:1-3), dan bumi tidak lebih adalah sebuah contoh
dari apa yang telah Dia ciptakan. Kemampuan kreatif-Nya memberikan-Nya perspektif
yang uni pada kehidupan itu sendiri dan mereka yang hidup di atasnya. Dia mengetahui
nilai dari hal-hal materi, dan mengetahui bahwa Dia memberikannya kepada kita untuk
keuntungan kita, dan bahkan untuk kesenangan kita. Dia mengetahui juga apa yang
terjadi ketika manusia menyalahgunakan pemberian-pemberian itu, atau bahkan
membuat pemberian-pemberian berakhir dalam diri mereka sendiri, ketika,
sebagaimana dengan semua yang lain, materi itu dimaksudkan untuk digunakan bagi
memuliakan Allah.
Amatilah karunia luar biasa dari dunia yang diciptakan. Bahkan setelah
kerusakan akibat dosa, kita masih bisa melihat kebaikan yang melekat begitu
banyak atasnya. Apakah dunia yang diciptakan, dalam kebaikannya, katakan
kepada kita tentang kebaikan pencipta-Nya?
"Berikut adalah dua misteri dalam kesatuan - kemajemukan oknum dalam keesaan
Allah, dan kesatuan Keallahan dan kemanusiaan dalam Yesus.... Tidak ada di dalam
fiksi yang begitu fantastis seperti kebenaran inkarnasi ini." - J.I. Packer, Knowing God
(Downers Grove, Illinois: InterVarsity Press, 1973), hlm. 53.
Satu alasan Yesus datang ke dunia ini adalah untuk menunjukkan kepada kita betapa
Allah penuh kasih dan peduli dan seberapa banyak Dia peduli kepada masing-masing
kita. Berbeda dari beberapa dewa yang dingin dan jauh, sebagaimana beberapa
meyakininya, Yesus mengungkapkan karakter Bapa yang sejati.
Setan, bagaimanapun, telah mencoba untuk memisahkan manusia dari Allah. Dia telah
mencoba untuk mengurangi-Nya, mencirikan Dia sebagai seorang yang tidak peduli
tentang kita. Dia melakukan semua yang Dia bisa, melalui cara apapun yang mungkin,
untuk menjauhkan kita dari mengetahui dan mengalami realitas kebaikan dan kasih
karunia Allah. Kasih yang berlebihan kepada hal-hal materi bekerja dengan baik sebagai
salah satu dari cara-cara Setan untuk mencapai tujuan kahir ini.
Bacalah Matius 19:16-22. Apakah yang cerita ini nyatakan tentang bagaimana
Setan bisa menggunakan cinta kita akan hal-hal materi membuat kita jauh dari
Tuhan?
Bayangkanlah diri Yesus, Allah di dalam daging, berbicara kepada orang muda ini yang
jelas mengetahui bahwa Yesus adalah seorang yang istimewa. Namun apa yang terjadi?
Dia mengizinkan kekayaannya yang besar, cintanya akan hal-hal materi, memisahkan
dia dari Oknum yang adalah Allah sendiri. Cinta akan dunia dan hal-hal materi begitu
membutakannya bahwa meskipun dia sedih, kesedihan itu tidaklah cukup membuat dia
melakukan hal yang benar. Dia tidak bersedih karena dia kehilangan milik (bukan). Dia
sedih karena dia kehilangan jiwanya atas hal-hal itu.
Apakah kita kaya atau miskin, bagaimanakah kita bisa memastikan kita menjaga
hubungan yang benar kepada hal-hal dunia ini?
Kasih Allah bagi kita menggerakan rencana penebusan. Yesus menjadi "jaminan" bagi
kita (Ibr. 7:22). Ini adalah identitas Kristus sebagai Penebus yang mengungkapkan
transaksi yang paling penting yang pernah di buat. Hanya pengorbanan hidup-Nya lah
yang dapat membayar harga tuntutan keadilan Ilahi. Yesus membayar utang dosa yaitu
kita berutang sebagaimana keadilan dan rahmat dirangkum di kayu salib. Alam semesta
tidak pernah melihat atau menyaksikan tampilan kekayaan seperti yang digunakan
dalam pembayaran untuk penebusan manusia (Ef. 5:2).
"Oleh mencurahkan seluruh perbendaharaan surga ke dalam dunia ini, oleh memberikan
kepada kita segenap surga dalam Kristus, Allah telah membeli kemauan, kasih sayang
pikiran, jiwa setiap makhluk manusia." - Ellen G. White, Membina Kehidupan Abadi,
hlm. 249.
Bacalah setiap ayat dan daftarkan diri dari hal-hal apa Yesus telah
menyelamatkan kita: Kol. 1:13; 1 Tes 1:10; 1 Ptr. 1:18; Ibr. 2:14, 15; Gal. 3:13;
Why. 1:5.
Kata bahaya Yunani tetelestai dalam Yohanes 19:30 disebut kata yang terpenting yang
pernah diucapkan. Itu berarti "Sudah selesai," dan adalah ucapan terakhir Yesus di kayu
salib. Pernyataan terkahir-Nya berarti bahwa misi-Nya telah selesai dan utang kita
"dibayar lunas." Dia tidak mengucapkan itu sebagai seorang yang tidak memiliki
pengharapan tetapi sebagai seorang yang berhasil dalam penebusan dunia yang hilang.
Melihat pada salib penebusan mengungkapkan peristiwa masa lalu dengan efek
sekarang dan harapan masa depan. Yesus memberikan hidup-Nya untuk
menghancurkan dosa, kematian dan pekerjaan kejahatan sekali dan selamanya. Ini
berarti bahwa meskipun tidak layak, kita ditebus (Ef. 1:7). Untuk melihat keajaiban
keselamatan secara seklias adalah dengan menjalani tanah suci.
Kristus sebagai penebus adalah gambar yang paling luhur dari Allah. Keinginan-Nya
yang terutama adalah menebus kita. Ini mengungkapkan perspektif-Nya terhadap umat
manusia dan khususnya bagaimana Dia menghargai hubungan dengan kita. Dengan
keadlina terpenuhi, Kristus memalingkan perhatian-Nya kepada tanggapan kita
terhadap pengorbanan-Nya.
Pikirkan tentang hal ini: Kristus membayar utang, sepenuhnya dan lengkap,
untuk semua kejahatan yang Anda pernah lakukan. Apakah seharusnya
tanggapan Anda? (Lihat Ayub 42:5, 6).
Apakah maksud Allah ketika Dia berkata bahwa “tidak ada yang seperti Aku di
seluruh bumi”?
“Tidak mungkin bagi pikiran manusia yang terbatas untuk memahami sepenuhnya
karakter atau pekerjaan dari Dia yang tidak terbatas. Kepada intelek yang paling tajam,
kepada pikiran yang terkuat dan berpendidikan tinggi, Oknum yang kudus itu akan
selalu tinggal terbungkus dalam misteri.”—Ellen G. White, Testimonies for the Church,
jld. 5, hlm. 698, 699.
Allah tidak mempunyai yang sederajat (1 Raj. 8:60). Dia berpikir, mengingat, dan
bertindak dengan cara-cara yang kita tidak pahami. Tidak peduli apa upaya yang kita
coba untuk membuat-Nya ke dalam gambar kita sendiri, Allah tetap Allah. Dialah yang
menjadikan setiap kepingan salju, otak, wajah, dan karakteristik individu yang unik, dan
“tidak ada yang lain” (1 Raj. 8:60). Lagipula, Dia adalah Pencipta, dan sebagai Pencipta
Dia tentu berbeda dari ciptaan-Nya.
Apakah yang ayat-ayat ini beritahukan kepada kita tentang betapa berbedanya
Allah dari ciptaan-Nya. 1 Sam. 2:2; Mzm. 86:8; Yes. 55:8, 9; Yer. 10:10; Tit. 1:2.
Ketika kita melihat kepada Allah, semua yang Dia miliki, dan semua yang Dia lakukan,
itu luar biasa bahwa Dia bisa memiliki saingan. Namun Dia, dalam arti Dia harus
“bersaing” untuk cinta dan kasih sayang manusia. Mungkin itu sebabnya Dia
mengatakan bahwa Dia adalah Allah yang “cemburu” (Kel. 34:14). Allah menciptakan
manusia untuk bebas, yang berarti kita memiliki pilihan untuk melayani-Nya atau
melayani apa pun. Itu telah menjadi, dalam banyak hal, masalah utama manusia:
Memilih untuk melayani allah yang lain, terlepas dari bentuk apa mereka muncul,
sebagai lawan kepada melayani satu-satunya Allah yang layak dilayani, Oknum yang
menciptakan dan memiliki semua alam semesta. Itu sebabnya maka sesungguhnya Dia
adalah Allah yang cemburu.
Apakah, jika ada, dalam hidup Anda bersaing dengan Allah untuk kasih sayang
Anda?
Kepemilikan Sejati
Kita milik Allah, baik melalui penciptaan dan melalui penebusan. Dan bukan hanya kita
milik Allah, tetapi semua harta kita juga. Kita, diri kita sendiri, tidak memiliki apa-apa
selain pilihan kita sendiri.
Sebaliknya, prinsip utama keduniawian adalah gagasan bahwa kita adalah pemilik harta
kita. Namun ini adalah penipuan. Bagi orang Kristen yang menganggap mereka adalah
pemilik utama harta mereka, memikirkan sesuatu yang bertentangan kepada apa yang
diajarkan Firman Allah.
Allah, bukan kita, yang memiliki segala sesuatu (Ayb. 38:4-11). Kita hanya- lah orang
asing dan penyewa (Luk. 25:33), sama seperti orang Israel berada di Tanah Perjanjian.
Kita bahkan bergantung kepada Tuhan untuk napas berikut- nya (Kis. 17:25). Apa yang
kita pikir kita miliki, Dia miliki. Tetapi kita adalah penatalayan-Nya, dan dengan
demikian kita mengelola harta yang berwujud dan bahkan tidak berwujud untuk
kemuliaan Allah.
Daftarkan hal-hal dari ayat-ayat berikut yang Allah miliki: Ul. 10:14; Mzm. 50:10;
104:16; Yeh. 18:4; Hag. 2:8; 1 Kor. 6:19, 20. Apakah yang ayat-ayat ini
beritahukan kepada kita tentang bagaimana kita seharusnya melihat hal-hal
materi yang kita miliki di tangan kita?
Kepemilikan Allah dan penatalayanan kita mengamanatkan sebuah hubung- an, salah
satu yang melaluinya Dia bisa menggunakan kita dengan cara yang akan
mempersiapkan kita untuk surga dan yang akan menguntungkan dan memberkati orang
lain. Tetapi penatalayan yang tidak setia bisa membatasi akses Pemilik untuk harta-Nya
sendiri.
Seperti yang kita lihat kemarin, Allah tidak memaksakan kehendak-Nya kepada kita.
Dia menciptakan kita, dan memberi kita harta di dunia ini untuk dikelola bagi-Nya
hingga Dia datang kembali. Apa yang kita lakukan terhadap harta itu mencerminkan
jenis hubungan yang kita miliki dengan-Nya.
Pikirkan dalam-dalam apa artinya itu bahwa, dalam kenyataan, Anda tidak
memiliki salah satu dari hal-hal yang Anda miliki tetapi bahwa mereka adalah
milik Allah. Apakah yang seharusnya hal itu beritahukan kepada Anda tentang
bagaimana Anda seharusnya berhubungan dengan hal-hal yang Anda miliki?
Kata kerja Ibrani untuk “berkuasa” (Kej. 1:26, 28) berarti “untuk membawa di bawah
pengendalian dan aturan.” Ini, mengingat konteksnya, bukanlah kekuasaan yang kejam
melainkan peraturan yang penuh kasih dalam merawat ciptaan Tuhan. Tanggung jawab
ini tidak berhenti. Dalam lingkungan ini Adam dan Hawa belajar bahwa Allah adalah
pemilik, dan mereka adalah manajernya, atau penatalayan. Dari awal Allah bermaksud
agar Adam dan Hawa memiliki posisi tanggung jawab dan kepercayaan tetapi bukan
sebagai pemilik. Mereka menunjukkan kepada Allah bahwa mereka setia kepada tugas-
tugas mereka.
“Adam dan Hawa diberi Taman Eden untuk dirawat. Mereka ‘mengusahakan dan
memeliharanya.’ Mereka berbahagia di dalam pekerjaan mereka. Pikiran, hati, dan
kemauan bertindak dalam keharmonisan yang sempurna. Dalam pekerjaan mereka tidak
menemukan kelelahan, kerja keras. Jam-jam mereka dipenuhi dengan pekerjaan yang
berguna dan persekutuan satu dengan yang lain. Pekerjaan mereka adalah
menyenangkan. Allah dan Kristus mengunjungi dan berbicara dengan mereka. Mereka
diberikan kebebasan yang sempurna....Allah adalah pemilik dari rumah Eden mereka.
Mereka mengurusnya di bawah Dia.”—Ellen G. White, Manuscript Releases, jld. 10,
hlm. 327.
Untuk Didiskusikan:
1.Apakah fakta bahwa Allah adalah pemilik dunia ajarkan kepada kita tentang
tanggung jawab dasar kita ketika itu menyangkut lingkungan? Sementara kita
harus menghindari fanatisme politik dari beberapa pecinta lingkungan tetapi
semuanya menyembah ciptaan itu sendiri, apakah seharusnya sikap kita, sebagai
orang Kristen, terhadap peduli lingkungan?
2.Pikirkan lebih dalam pada gagasan Allah sebagai Allah yang “cemburu.” Itu
tidak selalu suatu konsep yang mudah dipahami, terutama karena dalam istilah
manusia kita melihat kecemburuan sebagai sesuatu yang buruk, sebagai sesuatu
yang harus dihindari. Namun, bagaimanakah kita dapat memahami gagasan ini
seperti yang diterapkan kepada Allah tanpa ada hal-hal negatif yang biasanya
dunia mengerti?
Ayat Hafalan: “Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran
melepaskan orang dari maut... siapa mempercayakan diri kepada kekayaan akan
jatuh; tetapi orang benar akan tumbuh seperti daun muda” (Amsal 11:4, 28)
Meskipun Setan gagal mencobai Yesus, ia telah berhasil kepada semua orang lain. Dia
akan terus melakukannya kecuali kita bertempur menggunakan persenjataan dan kuasa
Allah, yang satu-satunya menawarkan kita kebebasan dari daya tarik dunia.
Dengan demikian, kita harus memusatkan perhatian kita pada pemberi nafkah surgawi
kita. Daud menyadari nilai sebenarnya dalam hidup ini ketika dia menulis, “Singa-singa
muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari Tuhan, tidak kekurangan
sesuatu pun yang baik” (Mzm. 34:11). Salomo mengakui bahwa hikmat dan pengertian
lebih berharga daripada perak dan emas (Ams. 3:13,14). Kebahagiaan sejati dan hidup
benar datang dengan mengalihkan pandangan kita dari harta yang kita miliki dan
melihat kepada Kristus yang hidup, yang memiliki kita.
Satu-satunya pengharapan kita untuk lepas dari daya tarik dunia adalah hubungan yang
vital dan berhasil dengan Yesus. Pekan ini, kita akan mempelajari unsur-unsur dari
hubungan kita, dan betapa pentingnya itu bagi keberhasilan kerohanian kita sendiri
untuk mengenali kekuatan di balik topeng dunia dan melihat pentingnya Kristus sebagai
alasan sebenarnya untuk hidup.
Apakah ayat-ayat lain yang dapat Anda temukan yang berbicara tentang terhadap
apa seharusnya kita mempertahankan pikiran kita tetap fokus? (Lihat, sebagai
contoh, Flp. 4:8.)
Satu-satunya obat untuk keduniawian, dalam bentuk apa pun itu muncul, adalah
ketaatan yang terus-menerus kepada Kristus (Mzm. 34:1) melalui pasang surut
kehidupan. Musa “menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih
besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah” (Ibr.
11:26). Sebelum hubungan lainnya, Kristus haruslah menjadi prioritas pertama kita.
Kristus mencari komitmen berdasarkan keyakinan, bukan pada sesuatu yang disukai;
artinya, kita harus berbakti kepada Kristus karena siapa Dia dan apa yang Dia telah
lakukan bagi kita, bukan karena keuntungan langsung yang mungkin ditawarkan iman
dan komitmen kepada-Nya.
Hidup kita disembunyikan di dalam Kristus, dan rencana-Nya menjadi rencana kita.
Komitmen sejati adalah meletakkan tangan kita untuk membajak tanpa “menoleh ke
belakang” (Lukas 9:62). Ketika kita membuat komitmen seperti itu, Yesus mengangkat
kita kepada potensi penuh kita. Ketika kita berserah kepada-Nya, Dia akan melepaskan
cengkeraman dunia pada jiwa kita. Kita harus lebih berpusat kepada Kristus ketimbang
berpusat pada materi; itu saja yang akan mengisi kekosongan dalam hidup kita.
Pikirkan tentang waktu Anda mendapatkan harta milik, sesuatu yang Anda
sangat inginkan. Berapa lamakah sukacita dan kepuasan berlangsung sebelum itu
memudar dan Anda segera kembali kepada di mana Anda mulai?
Dalam Firman
Lebih dari enam miliar Alkitab telah didistribusikan di seluruh dunia, tetapi berapa
banyakkah yang melihat Alkitab sebagai Firman dari Allah yang hidup? Berapa
banyakkah yang membacanya dengan hati terbuka yang tulus untuk mengetahui
kebenaran?
Mempelajari Alkitab dengan tepat mengarahkan kompas rohani kita dan memampukan
kita untuk mengarungi dunia kepalsuan dan kebingungan. Alkitab adalah dokumen
hidup yang bersumber dari Ilahi (Ibr. 4:12), dengan demikian itu mengarahkan kita
kepada kebenaran yang kita tidak dapat peroleh di tempat lain. Alkitab adalah peta jalan
Kristus untuk hidup seharihari, dan itu mendidik kita memperluas daya pikir kita dan
memurnikan karakter kita.
Bacalah Yohanes 5:39; 14:6; dan 20:31. Alkitab, khususnya kitab Injil, memberi
kita informasi yang paling berkuasa tentang Kristus. Apakah yang disampaikan
ayat khusus ini dalam Yohanes tentang Dia dan mengapakah Dia begitu penting
bagi kita dan untuk semua yang kita yakini?
Kita mempelajari Alkitab karena itu adalah sumber utama Kebenaran. Yesus adalah
Kebenaran, dan di dalam Alkitab kita menemukan Yesus sebagaimana Dia yang kita
kenal karena dalam Alkitab Dia telah diungkapkan kepada kita. Di sini, dalam Firman
Allah, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kita belajar tentang siapa Yesus dan apa
yang Dia telah capai bagi kita. Kita, kemudian, jatuh cinta dengan-Nya, dan
menyerahkan hidup dan jiwa kita kepada penjagaan-Nya yang kekal. Dengan mengikut
Yesus dan menuruti firman-Nya, sebagaimana terungkap dalam firman-Nya, kita bisa
bebas dari ikatan dosa dan dunia. “Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu
pun benar-benar merdeka” (Yoh. 8:36).
Bacalah Roma 8:5, 6, apakah sedang diamarkan kepada kita di sini, dan
bagaimana mempelajari Firman Allah bisa menolong kita dalam perjuangan atas
pikiran kita?
Cinta akan dunia, khususnya cinta akan harta duniawi, dapat dengan mudah menarik
kita menjauh dari Tuhan jika kita tidak berhati-hati. Itu sebabnya kita harus menjaga
diri kita sendiri dalam Firman, yang mengarahkan kita kepada realitas keabadian dan
kerohanian yang begitu penting bagi kehidupan Kristen. Cinta akan hal-hal duniawi
tidak pernah mengangkat pikiran kepada moralitas rohani; sebaliknya itu menggantikan
prinsip Alkitab dengan keserakahan, mementingkan diri, dan nafsu. Cinta, sebagaimana
terungkap dalam Alkitab, membangun hubungan yaitu dengan mengajari kita
pentingnya memberikan diri kita kepada orang lain. Sebaliknya, keduniawian hanyalah
tentang mendapatkan harta benda untuk diri sendiri, yang merupakan kebalikan dari
semua yang Yesus nyatakan.
Namun bahkan di sini kita harus berhati-hati karena kadang-kadang doa-doa kita bisa
sekadar sebuah ekspresi sifat mementingkan diri sendiri. Itu sebabnya kita perlu berdoa
dalam kepasrahan kepada kehendak Allah.
Beberapa tahun lalu, seorang wanita menyanyikan kata-kata ini, “Ya Tuhan, tidakkah
Engkau mau membelikan saya mobil Mercedes-Benz?” Hal itu, dengan caranya sendiri,
adalah sebuah serangan terhadap materialisme terhadap mereka yang mengaku beriman
kepada Allah. Kita juga harus yakin bahwa ketika kita berdoa, yang dengan sendirinya
sebuah tindakan kepasrahan kepada Allah dan mati bagi dunia, bahwa kita mencari
kehendak Allah, dan bukan sekadar keinginan kita.
Bacalah Ibrani 11:1-6. Komponen sangat penting apakah yang harus menyatu
dengan semua doa-doa kita? Juga, apakah artinya datang kepa- da Allah dalam
iman dan berdoa dalam iman?
Jika tidak ada iman yang melekat kepada doa-doa kita, akan ada praduga, keyakinan
palsu Setan. “Doa dan iman adalah serumpun, dan keduanya perlu dipelajari bersama-
sama. Dalam doa beriman ada ilmu Ilahi. Itu adalah ilmu yang harus pahami setiap orang
yang akan membuat pekerjaan seumur hidupnya berhasil. Kristus berkata, ‘Apa saja
yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu
akan diberikan kepadamu’ (Mrk. 11:24). Dia membuat jelas bahwa permintaan kita
harus sesuai dengan kehendak Allah; kita harus meminta hal-hal yang Dia telah janjikan,
dan apa pun yang kita terima harus digunakan dalam melakukan kehendak- Nya. Syarat-
syaratnya terpenuhi, janji itu tegas.”—Ellen G. White, Prayer, hlm. 57.
Lihat pada kehidupan doa Anda pribadi. Apakah yang Anda doakan? Apakah
yang doa-doa Anda beritahukan tentang prioritas Anda? Apakah hal-hal lain yang
mungkin Anda perlu doakan?
Kehidupan Hikmat
Salah satu cerita yang paling indah di dalam Alkitab ditemukan dalam kisah
permohonan Salomo kepada Allah, untuk memberikan kepadanya, di atas segala sesuatu
“hati yang paham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat
membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup
menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini? (1 Raj. 3:9).
Apakah kata-kata penting yang Allah katakan kepada Salomo bahwa, seandainya
diperhatikan, akan menghindarkan raja dari kehancuran yang dibawa hartanya
kepadanya? Mengapakah bahwa apa yang Allah katakan kepadanya di sini begitu
penting bagi kita semua? 1 Raj. 3:14; lihat juga 1 Yoh. 5:3; 1 Ptr. 4:17.
Salomo memiliki hikmat yang besar, tetapi hikmat di dalam dan dari dirinya sendiri,
jika tidak ditindaklanjuti dan dihidupkan, menjadi tak lebih daripada sekadar informasi
yang baik. Dalam arti Alkitabiah kata tersebut, hikmat yang tidak ditindaklanjuti
bukanlah hikmat yang benar. Banyak orang yang akan memiliki banyak informasi yang
benar tentang Allah dan tuntutan-Nya akan hilang. Tetapi kurangnya penurutan Salomo
menyebabkan dia menyimpang dari jalan ke mana Tuhan telah memanggilnya. Hanya
di kemudian hari dia benar-benar tiba pada kesadarannya, menulis dalam kerendahan
hati: “Karena hikmat lebih berharga dari pada permata, apa pun yang diinginkan orang,
tidak dapat menyamainya” (Ams. 8:11).
Hikmat adalah aplikasi dari pengetahuan dan pengertian. Pengetahuan mewakili fakta-
fakta; pengertian mewakili kearifan; dan hikmat datang dalam proses menerapkan
pengertian dan pengetahuan kita untuk hidup kita. Seorang penatalayan yang bijaksana
membutuhkan bukan hanya pengetahuan dan pengertian tetapi pengalaman yang
muncul dari menghidupkan pengetahuan dan pengertian itu.
Contoh Salomo menunjukkan kepada kita betapa mudahnya bahkan orang yang paling
bijaksana dan orang yang paling berpengertian dapat hanyut dalam kekosongan pola
hidup materialistis jika orang itu tidak menghidupkan pengetahuan yang telah diberikan
kepadanya.
Bandingkan 1 Korintus 3:19 dan Amsal 24:13, 14. Apakah perbedaan antara dua
jenis hikmat yang dibicarakan di ayat-ayat ini? Bagikan ja- waban Anda dengan
UKSS pada hari Sabat.
Roh Suci
Pertentangan besar adalah nyata: Kedua belah pihak bertarung untuk jiwa kita. Yang
satu menarik kita kepada Kristus (Yoh. 6:44) dan yang satu kepada dunia (1 Yoh. 2:16).
Kuasa Roh Suci di dalam hidup kita dapat dan akan menarik kita ke arah yang benar
jika kita mau tunduk kepada-Nya.
“Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam
seluruh kebenaran” (Yoh. 16:13; lihat juga Yoh. 14:16). Roh Suci memperlengkapi kita
untuk hidup dengan prinsip dan dengan iman, bukan dengan keinginan atau emosi yang
begitu mendominasi dunia. Persiapan yang sukses untuk hidup di surga datang melalui
hidup di dunia ini di bawah pengendalian Roh Suci .
Paulus menasihatkan: “Supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia,
tetapi pada kekuatan Allah” (1 Kor. 2:5). Daya tarik dunia, seringkali melalui harta
benda, menarik kita menjauh dari Tuhan. Sebaliknya, jika kita tidak menolak, kuasa
Roh Suci akan menarik kita ke arah Yesus.
Keberhasilan dalam pertempuran dengan dunia dan daya tariknya akan tercapai
hanya dari luar diri kita sendiri. Bacalah Yeh. 36:26, 27; Yoh. 14:26; dan Ef. 3:16,
17. Ketika kita membiarkan Roh Suci menguasai kita, hal-hal apakah yang Allah
akan lakukan untuk memastikan bahwa kita memiliki kemenangan rohani?
“Melalui teori palsu dan tradisi Setan dapat menguasai pikiran. Oleh menga- lihkan
manusia kepada ukuran yang palsu, ia membuat tabiat bercacat. Melalui Kitab Suci Roh
Suci berbicara kepada pikiran, dan menanamkan kebenaran dalam hati. Dengan
demikian Ia membeberkan kesalahan, dan mengusirnya dari jiwa. Dengan Roh
Kebenaran, yang bekerja melalui sabda Allah, Kristus menaklukkan umat pilihan-Nya
kepada-Nya.”—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 313.
Roh Suci adalah pemberita kebenaran dan pemberian utama yang Yesus dapat berikan
untuk mewakili Keallahan di atas bumi setelah kenaikan-Nya. Roh Suci berusaha untuk
memberikan kita kuasa untuk mengalahkan kuasa daya tarik dunia dan “pesona”nya.
Dunia sungguh menarik kita semua, bukan? Apakah pilihan-pilihan yang Anda
bisa buat, saat ini, yang bisa menolong Anda berserah kepada, yang satu-satunya
dapat memberi Anda kekuatan untuk melawan pencobaan-pencobaan dunia?
1.Pikirkan ide tentang kasih dan tugas. Apakah maksud Ellen White ketika,
setelah menyebut keduanya kembar, dia berkata bahwa satu tanpa yang lain tidak
“berfungsi dengan baik.” Seperti apakah kasih terlihat tanpa tugas, dan seperti
apakah tugas terlihat tanpa kasih? Mengapakah keduanya harus bersama-sama?
2.Ayat hafalan pekan ini berbunyi: “Pada hari kemurkaan harta tidak berguna,
tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut.... Siapa memercayakan diri
kepada kekayaan akan jatuh; tetapi orang benar akan tumbuh seperti daun
muda” (Ams. 11:4, 28). Apakah arti ayat ini? Apakah yang ayat ini nyatakan
tentang kekayaan dan apa yang ayat ini tidak nyatakan?
5.Apakah jawaban yang Anda berikan berkaitan dengan pertanyaan terakhir hari
Rabu tentang berbagai macam hikmat?
Sabat, 27 Januari 2018
Ayat Hafalan: “Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk
mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk
menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati
kita” (1 Tes. 2:4).
Pekerjaan pertama Adam dan Hawa melibatkan penatalayanan. Taman dan semua
ciptaan diberikan kepada mereka untuk pelihara, untuk nikmati, dan memiliki kuasa
atasnya (Kej. 2:15), meskipun tidak ada yang mereka miliki. Sebaliknya, mereka adalah
penatalayan atas apa yang Tuhan telah percayakan kepada mereka.
Pekan ini kita akan melihat lebih dekat pada definisi penatalayan namun setelah
kejatuhan, setelah orang tua pertama kita diusir dari Eden. Artinya, kita juga adalah
penatalayan, tetapi kita adalah penatalayan di lingkungan yang sangat berbeda dari yang
Adam dan Hawa pertama kali nikmati.
Beberapa karakteristik dari seorang penatalayan dibuat jelas dalam Perjanjian Lama.
Pertama, posisi seorang penatalayan adalah salah satu tanggung jawab yang besar (Kej.
39:4). Penatalayan dipilih karena kemampuan mereka, dan mereka menerima rasa
hormat dan kepercayaan dari pemilik mereka untuk menerima pekerjaan yang
dilakukan. Kedua, penatalayan tahu bahwa apa yang telah dipercayakan kepada mereka
adalah milik tuan mereka (Kej. 24:34-38). Ini perbedaan utama antara penatalayan dan
pemilik. Penatalayan memahami kedudukan mereka. Ketiga, ketika penatalayan
mengambil untuk mereka gunakan sendiri apa yang telah dipercayakan kepada mereka,
hubungan kepercayaan antara mereka dan pemilik rusak, dan sang penatalayan dipecat
(Kej. 3:23; Hos. 6:7).
Bagaimanakah kita bisa belajar lebih baik akan pentingnya konsep bahwa kita
sesungguhnya adalah penatalayan atas apa yang kita miliki dalam hidup ini?
Bagaimanakah kenyataan ini seharusnya memengaruhi semua yang kita lakukan?
Senin, 29 Januari 2018
Baik dalam Perjanjian Lama dan Baru, penatalayan didefinisikan oleh apa yang mereka
lakukan. Perjanjian Baru secara khusus menjelaskan penatalayan dalam istilah
akuntabilitas (Lukas 12:48) dan harapan (1 Kor. 4:2). Perjanjian Lama, sungguh, lebih
terfokus pada menyatakan kepemilikan Allah daripada langsung mendefinisikan kita
sebagai penatalayan-Nya. Jadi, sementara konsep penatalayan sangat mirip untuk
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Perjanjian Baru memperluas konsep melampaui
sekadar manajemen rumah tangga.
Dalam perumpamaan penatalayan yang tidak jujur (Luk. 16:1-15), Yesus memperluas
definisi penatalayan. Pelajaran-Nya adalah tentang lebih daripada seorang penatalayan
yang melepaskan diri dari bencana keuangan. Hal ini juga berlaku bagi mereka yang
melepaskan diri dari bencana rohani melalui manifestasi iman yang bijaksana.
Penatalayan yang bijaksana akan bersedia bagi kedatangan Yesus di masa mendatang
melebihi di sini dan sekarang (Mat. 25:21).
Bacalah 1 Korintus 4:1, 2; Titus 1:7; dan 1 Petrus 4:10. Apakah yang
diberitahukan ayat-ayat tersebut kepada kita tentang penatalayan dan
penatalayanan?
“Haruskah saya membuka hati pada Roh Suci , agar setiap kemampuan dan energi yang
Allah telah mandatkan kepada saya dapat dibangunkan? Saya ada- lah milik Kristus,
dan saya bekerja di pelayanan-Nya. Saya penatalayan kasih karunia-Nya.”—Ellen G.
White, Fundamentals of Christian Education, hlm. 301.
Bacalah Lukas 12:45. Mengapakah kita sebagai orang Advent, yang seringkali
bergumul dengan pemikiran “menunda,” harus secara khusus berhati-hati
tentang jatuh ke dalam penipuan ini?
Zofar orang Naama berkata kepada Ayub, “Dapatkah engkau memahami hakikat Allah,
menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa?” (Ayub 11:7). Kata “rahasia”
berarti membingungkan, tidak jelas, tidak diketahui, tidak dapat diterangkan, atau tidak
dapat dipahami. Rahasia-rahasia Allah telah dicatat di dalam Kitab Suci, meskipun
memahaminya secara lengkap masih di luar pemahaman kita. Itu sebabnya itu adalah
rahasia.
Itu seperti masing-masing kita adalah orang yang rabun jauh melihat ke dalam langit,
berharap melihat detail-detail yang terkecil. Kita tidak bisa melihat sejauh itu kecuali
Allah mengungkapkannya kepada kita.
Apakah yang Ulangan 29:29 katakan tentang apa yang diungkapkan kepada kita?
Kita adalah penatalayan dari hal-hal yang kita sepenuhnya tidak pahami. Kita hanya
tahu sebanyak yang diungkapkan wahyu dan Kitab Suci. Penatalayanan terbesar kita
adalah untuk hidup “sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan
rahasia Allah” (1 Kor. 4:1).
Yang terbesar dari semua rahasia adalah bahwa kita semua bisa mengalami Kristus,
“pengharapan akan kemuliaan.” Rencana keselamatan adalah supranatural dan mustahil
bagi kita untuk memahaminya sepenuhnya. Bahwa Pencipta segala sesuatu yang ada
(Yoh. 1:1-3) akan turun ke bumi ini dan “dimanifestasikan dalam daging” (Ellen G.
White, Manuscript Releases, jld. 6, hlm. 112) hanya untuk memberikan Diri-Nya sendiri
sebagai korban bagi dosa-dosa manusia, membawa rahasia yang mungkin tidak akan
pernah sepenuhnya dipahami oleh setiap ciptaan. Bahkan malaikat belajar untuk
memahami rahasia mengapa Yesus datang ke bumi (1 Ptr. 1:12). Namun demikian, apa
yang mereka tahu menyebabkan kita semua memuji Tuhan untuk kemuliaan dan
kebaikan-Nya (Lihat Why. 5:13).
Anda telah dipanggil untuk menjadi penatalayan Injil. Tanggung jawab apakah
yang secara otomatis Anda miliki?
Bacalah Efesus 6:13-17. Apakah yang telah diberikan oleh Allah yang atasnya kita
harus menjadi penatalayan? Mengapakah manajemen yang tepat dari hal-hal ini
sangat penting untuk kita?
“Tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rm.
6:23). Dunia, dan semua yang dunia tawarkan, tidak dapat menawarkan kita penebusan
yang kita miliki dalam Kristus. Penebusan, pemberian yang Allah berikan kepada kita,
adalah milik kita yang paling berharga. Dengan tetap membuat penebusan selalu di
hadapan kita membantu kita menjaga perspektif dalam penatalayanan kita akan harta
benda lainnya yang diberikan kepada kita dari Allah juga.
“Hanya dalam terang yang bersinar dari Golgota dapatlah pengajaran alam dibaca
dengan tepatnya. Perantaraan kisah Betlehem dan salib biarlah ditunjukkan bagaimana
kebaikan akan mengalahkan kejahatan, dan bagaimana setiap berkat yang datang kepada
kita adalah suatu pemberian dari penebusan.”— Ellen G. White, Membina Pendidikan
Sejati, hlm. 89.
Penebusan adalah milik kita hanya karena Yesus membayar harga tertinggi. Paulus jelas
menyatakan, “Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu
pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya” (Ef. 1:7). Kata “kita
beroleh” berarti bahwa kita beroleh “penebusan.” Itu adalah miliki kita, tetapi hanya
karena Allah telah memberikannya kepada kita. Maka, betapa sangat penting agar kita
mengenakan “seluruh perlengkapan senjata Allah” (Ef. 6:11), agar si jahat tidak datang
dan mengambilnya. Karena satu-satunya cara dia bisa melakukan ini adalah jika kita
mengizinkan dia, yang akan terjadi hanya jika kita tidak mematuhi apa yang dinyatakan
kepada kita dalam “Firman Allah” (Ef. 6:17). Perlindungan terbesar kita adalah dengan
menuruti, dalam iman, terang yang diberikan kepada kita.
“Allah rindu untuk membawa manusia ke dalam hubungan langsung dengan diri-Nya
sendiri. Dalam semua urusan-Nya dengan manusia Dia mengakui prinsip tanggung
jawab pribadi. Dia berusaha untuk mendorong rasa ketergantungan pribadi dan
menanamkan kesan kebutuhan akan bimbingan pribadi. Pemberian-Nya dipercayakan
kepada manusia sebagai individu. Setiap manusia telah dijadikan penatalayan atas
tanggung jawab yang kudus; masing-masing melaksanakan tanggung jawabnya sesuai
dengan pengarahan sang Pemberi; dan oleh semua pertanggungjawaban
penatalayanannya harus diberikan kepada Allah.”—Ellen G. White, Testimonies for the
Church, jld. 7, hlm. 176.
Ketika kita menjadi penatalayan, kita tidak akan memindahkan tanggung jawab kita
kepada orang lain atau kepada organisasi. Tanggung jawab pribadi kita adalah kepada
Allah dan akan tercermin dalam semua interaksi kita dengan orang-orang di sekitar kita
(Kej. 39:9; lihat juga Dan. 3:16). Kita akan melakukan tugas yang ada dengan
kemampuan terbaik kita. Sukses di mata Tuhan akan lebih bergantung pada iman kita
dan kemurnian kita daripada kecerdasan dan talenta.
Teolog dan filsuf selama berabad-abad telah memperdebatkan pertanyaan yang sulit
tentang kebebasan kehendak. Tetapi Kitab Suci jelas: Kita sebagai manusia memiliki
kebebasan kehendak dan kebebasan memilih. Jika tidak, ide dihakimi oleh perbuatan
kita tidak masuk akal. Oleh karena itu, kita memiliki tanggung jawab pribadi, oleh kasih
karunia Allah, untuk memutuskan membuat keputusan yang tepat dalam semua yang
kita lakukan, termasuk menjadi penatalayan setia atas semua milik Tuan kita.
Ide yang sama dilanjutkan juga dalam Perjanjian Baru. “Perjanjian Baru mengambil ide-
ide Perjanjian Lama dan menggabungkan mereka dengan ide- ide abad pertama, konsep-
konsep, dan kata-kata, hingga memperkaya dan memperluas pengajaran Alkitab tentang
penatalayanan. Kata-kata Yunani yang paling umum digunakan dalam hubungan
dengan penatalayanan berasal dari oikos dan oikia, ‘rumah.’ oikonomos adalah orang
yang menjaga rumah: Penatalayan atau manajer. Oikonomia adalah kata benda abstrak,
“pengelolaan rumah,” makna yang sering jauh lebih luas.”—Handbook of Seventh-day
Adventist Theology (Hagerstown, Md.: Review and Herald Publishing Association,
2000), hlm. 653.
2.Di UKSS, bahaslah lebih dalam gagasan menjadi penatalayan dari hal-hal yang
tidak nyata tetapi rohani. Apakah artinya? Bagaimana- kah kita “mengelola” hal-
hal ini?
4.Mengapakah begitu penting bagi kita untuk belajar percaya dan yakin pada hal
rohani yang kita tidak pahami sepenuhnya? Namun demikian dalam cara duniawi
apa kita melakukannya sepanjang waktu?
Sabat, 17 Februari 2018
DAMPAK PERSEPULUHAN
Untuk Pelajaran Pekan Ini Bacalah: Mrk. 16:15; 1 Ptr. 3:8, 9; 1 Kor. 9:14; Roma
3:19-24.
Ayat Hafalan: “Tidak tahukah kamu bahwa mereka yang melayani dalam tempat
kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang
melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? Demikian pula
Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil harus hidup
dari pemberitaan Injil itu” (1 Korintus 9:13, 14).
Sebagaimana kita lihat pekan lalu, persepuluhan adalah ekspresi iman yang penting. Ini
adalah salah satu cara untuk mengungkapkan, atau menguji, kenyataan pengakuan iman
kita. “Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu!
Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu?
Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji” (2 Kor. 13:5).
Pekan ini kita akan meneruskan peninjauan kita tentang persepuluhan: Penyalurannya,
apa artinya bagi orang lain, dan apa dampaknya terhadap kehidupan rohani kita.
Apakah rencana keuangan yang disetujui Allah untuk menyelesaikan misi ini?
Apakah arti “seluruh persembahan persepuluhan” (Mal. 3:10). Apakah arti
ungkapan “supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku” (Mal. 3:10).
Sebagaimana kita telah lihat, orang telah mengembalikan persepuluhan sejak zaman
Abraham dan Yakub (Kej. 14:20; 28:22) dan mungkin sebelumnya. Persepuluhan
adalah bagian dari sistem yang mendanai gereja Allah. Ini adalah sumber pendanaan
terbesar dan metode yang paling bijaksana untuk melaksanakan misi-Nya.
Dalam budaya saat ini, mayoritas orang Kristen relatif memberi sedikit untuk mendanai
misi Allah. Jika setiap orang Kristen memberikan persepuluhan yang jujur, hasilnya
akan “hampir tak terbayangkan, benar-benar menakjubkan, hampir di luar
pemahaman.”—Christian Smith and Michael O. Emerson, Passing the Plate (New
York: Oxford University Press, 2008), hlm. 27.
Di setiap zaman Allah telah memiliki orang-orang yang bersedia mendanai misi-Nya.
Semua kita memiliki tanggung jawab untuk memahami dan bekerja bersama untuk
membiayai tugas global ini. Kita tidak boleh menjadi kacau, tidak peduli, atau sembrono
tentang mendanai misi. Tantangan kita jauh lebih besar daripada ketika orang-orang dan
orang Lewi berkata kepada Nehemia: “Kami tidak akan membiarkan rumah Allah kami”
(Neh. 10:39), dan lebih menakutkan dari apa yang dihadapi umat percaya di tahun 1800-
an. Saat ini anggota dan para pendeta harus bersatu secara rohani dan bekerja bersama
secara finansial dalam cara yang memenuhi tujuan global dan mendanai misi.
Pikirkan tentang jangkauan yang luas dari misi Advent di dunia (lihat Why. 14:6,
7). Bagaimanakah seharusnya masing-masing kita memahami tanggung jawabnya
pribadi dalam hal membantu mendanai pekerjaan ini?
Senin, 19 Februari 2018
Berkat-Berkat Allah
Seperti yang kita lihat dalam Maleakhi 3:10, Allah menjanjikan berkat besar kepada
mereka yang setia dalam persepuluhan mereka. Namun berkat Allah tidaklah satu
dimensi. Untuk menekankan, misalnya, akumulasi aset materi sebagai berkat, dengan
mengorbankan segala sesuatu yang lain, adalah pandangan yang sangat sempit terhadap
apa sesungguhnya berkat Allah itu.
Berkat dalam Maleakhi adalah berkat rohani dan juga berkat sementara. Arti berkat
Allah dibuktikan dengan keselamatan, kebahagiaan, kedamaian hati, dan Allah selalu
melakukan apa yang terbaik bagi kita. Juga, ketika kita diberkati oleh Allah, kita
berkewajiban membagikan berkat-berkat itu dengan orang yang kurang beruntung. Kita
telah diberkati untuk memberkati orang lain. Memang, melalui kita Allah mampu
memperluas berkat-berkat-Nya di tempat lain.
Bacalah 1 Petrus 3:8, 9. Apakah yang Petrus katakan kepada kita tentang
hubungan antara diberkati dan menjadi berkat bagi orang lain?
Dari persepuluhan berkat ganda datang. Kita diberkati, dan kita menjadi berkat kepada
orang lain. Kita bisa memberikan dari apa yang telah diberikan kepada kita. Berkat-
berkat Allah bagi kita menyentuh ke dalam dan kepada orang lain secara luar. “Berilah
dan kamu akan diberi.... Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan
diukurkan kepadamu” (Luk. 6:38).
Bacalah Kisah Para Rasul 20:35. Bagaimanakah hal ini berlaku untuk
persepuluhan juga?
Berkat terbesar persepuluhan mengajarkan kita untuk percaya kepada Allah (Yer. 17:7).
“Sistem persepuluhan yang istimewa ini didirikan di atas prinsip yang abadi seperti
hukum Allah. Sistem persepuluhan ini adalah berkat bagi orang-orang Yahudi, jika tidak
Allah tidak akan memberikannya kepada mereka. Demikian juga hal itu akan menjadi
berkat kepada mereka yang melaksanakannya hingga akhir zaman. Bapa surgawi kita
tidak memulai rencana persembahan terpadu untuk memperkaya diri-Nya sendiri, tetapi
menjadi berkat besar kepada manusia. Dia melihat bahwa sistem kemurahan hati ini
adalah satu-satunya yang dibutuhkan manusia.”—Ellen G. White, Testimonies for the
Church, jld. 3, hlm. 404, 405.
Pikirkan tentang saat-saat Anda telah diberkati oleh Tuhan melalui pelayanan
orang lain kepada Anda. Lalu bagaimanakah Anda dapat pergi dan melakukan
hal yang sama kepada orang lain?
Tujuan Persepuluhan
Paulus menulis kepada Timotius: “‘Janganlah kamu memberangus mulut lembu yang
sedang mengirik’, dan lagi ‘seorang pekerja patut mendapat upahnya’” (1 Tim. 5:18).
Dia mengutip Musa dalam Ulangan 25:4 berkaitan dengan lembu dan Yesus dari Lukas
10:7 berkaitan dengan pekerja. Ungkapan tentang lembu tampaknya menjadi sebuah
pepatah, dan itu berarti adalah adil bagi lembu untuk memakan padi-padian sementara
bekerja. Dengan cara yang sama, pepatah kedua berarti bahwa pekerja yang sungguh-
sungguh yang memberitakan Injil harus dihargai dengan upah.
Allah menciptakan dan bekerja dalam sistem. Dia telah merancang sistem tata surya,
ekosistem, sistem pencernaan, sistem saraf, dan banyak lagi. Sistem persepuluhan
digunakan oleh orang-orang Lewi (Bil. 18:26) dalam memelihara Bait Suci dan untuk
menunjang mereka. Persamaan saat ini mungkin mereka yang mengabdikan hidup
mereka untuk memberitakan Injil. Sistem persepuluhan Allah adalah cara yang dipilih-
Nya untuk mendukung pelayanan, dan itu telah digunakan sepanjang sejarah
keselamatan. Maka, mendukung pekerja-pekerja seperti itu dengan persepuluhan adalah
dasar dan prinsip untuk pekerjaan Allah.
Apakah yang Paulus maksudkan dan apa makna moral dari ungkapan
“Demikianlah pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan
Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu” (1 Kor. 9:14)? Apakah yang 2
Korintus 11:7-10 ajarkan tentang perlunya untuk mendukung orang-orang yang
menyebarkan Injil?
Ketika Paulus berkata: “Jemaat-jemaat lain telah kurampok dengan mene- rima
tunjangan dari mereka, supaya aku dapat melayani kamu!” (2 Kor. 11:8), dia berbicara
seperti mengejek menerima upah dari gereja Makedonia yang miskin sementara
melayani ke jemaat Korintus yang kaya. Maksud dia kepada gereja di Korintus adalah
bahwa mereka yang memberitakan Injil layak untuk digaji.
Persepuluhan digunakan untuk tujuan tertentu dan harus tetap demikian. “Perpuluhan
diasingkan untuk suatu maksud khusus. Perpuluhan tidak boleh dianggap sebagai dana
sosial. Tetapi khusus diabdikan untuk membantu mereka yang membawa pekabaran
Allah kepada dunia, dan tak boleh diselewengkan dari maksud ini.”—Ellen G. White,
Counsels on Stewardship, hlm. 103.
Bacalah Imamat 27:30. Dalam cara apakah prinsip yang terlihat di sini berlaku
bagi kita sekarang?
Rumah Perbendaharaan
Allah memiliki rumah perbendaharaan untuk angin (Yer. 10:13), air (Mzm. 33:7), dan
salju dan hujan es (Ay. 38:22), yang atas semuanya Dia memiliki pengendalian
sepenuhnya. Tetapi rumah perbendaharaan Allah yang paling berharga adalah sesuatu
yang melibatkan persepuluhan. “Mengenai bani Lewi, sesungguhnya Aku berikan
kepada mereka segala persembahan persepuluhan di antara orang Israel sebagai milik
pusakanya, untuk membalas pekerjaan yang dilakukan mereka, pekerjaan pada Kemah
Pertemuan” (Bil. 18:21). Ayat ini adalah penyebutan pertama di mana persepuluhan
disimpan dan dikenal saat ini sebagai “prinsip rumah perbendaharaan.” Allah lebih
lanjut memerintahkan orang Israel untuk membawa persepuluhan mereka ke tempat
yang Dia pilih (Ul. 12:5, 6). Selama masa Salomo, persepuluhan dikembalikan ke bait
suci Yerusalem. Orang Israel dengan mudah memahami apa dan di mana “rumah
perbendaharaan” ketika Nabi Maleakhi berkata kepada mereka: “Bawalah seluruh
persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan” (Mal. 3:10). Rumah
perbendaharaan mewakili lokasi dari mana ibadah keagamaan berlangsung dan di mana
orang-orang Lewi disokong.
Apakah nama lain yang digunakan dalam Kitab Suci untuk mengidentifikasikan
rumah perbendaharaan? 1 Taw. 26:20; 2 Taw. 31:11-13; Neh. 10:38.
“Sementara pekerjaan Allah menjadi luas, panggilan untuk pertolongan akan datang
lebih dan lebih sering lagi. Supaya panggilan-panggilan ini boleh dijawab, orang-orang
Kristen haruslah memperhatikan perintah, ‘Bawalah seluruh persembahan persepuluhan
itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku.’
Maleakhi 3:10. Jika orang-orang yang mengaku Kristen akan dengan setia membawa
kepada Tuhan persepuluhan dan persembahan mereka, perbendaharaan-Nya akan
penuh. Tidak akan ada kesempatan untuk terpaksa menggunakan pasar amal, lotre, atau
pesta kesukaan untuk mendapatkan dana guna menunjang Injil.”—Ellen G. White, Alfa
dan Omega, jld. 7, hlm. 284.
Inti dari pekabaran Alkitab adalah bahwa kita semua tidak layak untuk keselamatan
(Rm. 3:23). Jika kita layak mendapatkannya, itu akan melalui jasa, atau melalui
pekerjaan, dan bahwa ide itu bertentangan dengan Kitab Suci.
Bacalah Roma 4:1-5. Apakah yang ayat-ayat ini ajarkan tentang kasih karunia
yang bertentangan dengan jasa?
Maka, keselamatan adalah pemberian (Ef. 2:8, 9) diberikan kepada yang tidak layak
menerimanya. Keselamatan datang karena jasa pengorbanan Kristus yang sempurna
dikreditkan ke rekening kita. Sebagaimana halnya dengan masalah persepuluhan, tidak
ada kredit diperoleh yang dari Allah dengan mengembalikan persepuluhan. Lagi pula
jika persepuluhan mulai dengan Allah sebagai pemilik, apa jasa yang mungkin ada
dalam memberikannya kembali kepada-Nya?
Apakah yang Lukas 21:1-4 katakan kepada kita tentang apa artinya hidup oleh
iman?
2.Pikirkan lebih mendalam ide tentang semua anggota gereja boleh lakukan apa
pun yang mereka inginkan dengan persepuluhan; yaitu, mengirimnya ke mana
pun karena mereka anggap layak, yang bertentangan kepada “rumah
perbendaharaan.” Mengapakah ini adalah sebuah ide yang buruk? Apakah yang
akan terjadi kepada gereja kita? Mengapa tindakan-tindakan seperti itu akan
membawa keretakan yang mengerikan di antara kita?
3.Dalam Lukas 21, Yesus memuji janda karena memberikan uangnya ke bait suci
tanpa dipengaruhi semua kecurangan yang Dia tahu sedang berlangsung di sana.
Apakah yang hal itu seharusnya katakan kepada mereka yang merasa bahwa
mereka dapat mengalihkan persepuluhan mereka karena mereka memiliki
pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana itu digunakan?