Anda di halaman 1dari 2

PERINTAH KEDELAPAN: JANGAN MENCURI DARI 10 HUKUM TAURAT.

Nats: Kel. 20:15

Minggu ke-42 dari Katekismus Heidelberg:

110. Pert. Apa yang dilarang oleh Allah dalam perintah yang kedelapan? Jaw. Allah tidak hanya melarang pencurian
(a) dan perampasan (b) yang dihukum oleh pemerintah. Segala tipu daya yang dirancang untuk memperoleh milik
sesama kita manusia juga Dia namakan pencurian (c), apakah dilakukan dengan kekerasan atau dengan berbuat pura-
pura adil, ataupun dengan timbangan, ukuran, takaran, barang-barang (d), mata uang palsu, dengan makan riba (e) atau
dengan cara apa pun yang dilarang oleh Allah. Selain itu juga segala sifat kikir (f), dan segala pemborosan serta
pemakaian dengan sia-sia atas pemberian-pemberian- Nya (g).
(a) I Ko 6:10. (b) Ima 19:13. (c) I Te 4:6. (d) Ams 11:1. (e) Ula 23:19. (f) I Ti 6:10. (g) Ams 23:20-21.

111. Pert. Tetapi, apa yang diperintahkan oleh Allah kepada Saudara dalam perintah ini? Jaw. Agar aku sedapat-
dapatnya dan di mana mungkin berupaya demi kemanfaatan sesamaku manusia, dan bertindak terhadapnya
sebagaimana aku ingin orang lain bertindak terhadap diriku (a). Selain itu, agar aku bekerja dengan tekun, supaya aku
dapat memberikan pertolongan kepada orang yang berkekurangan (b).
(a) Mat 7:12. (b) Efe 4:28.

MENCURI LEBIH DARI SEKEDAR MENGAMBIL UANG ATAU BARANG.


Kita seringkali menganggap bahwa kita tidak pernah mencuri, karena kita tidak pernah mengambil uang atau barang
orang lain tanpa diketahui oleh orang tersebut. Tetapi mencuri lebih luas dari hal tersebut.

ORANG KRISTEN PERNAH DEKAT DENGAN DOSA INI.


Orang-orang Kristen pernah dekat sekali dengan dosa ini: dosa mencuri, yaitu mencuri manusia (Kel. 21:16). Kata
yang digunakan pada Kel. 20:15 dn Kel. 21:16 sama-sama: ‫( גנב‬ganav). Dari bapak Patriak kita telah melakukan dosa
ini: mencuri dan menjual saudara mereka sendiri, Yusuf. Demikian juga orang-orang Kristen di Eropa mereka mencuri
orang-orang
Afrika dan menjualknya seperti Yusuf, yaitu menjadi budak. Dan dosa pencurian ini dilakukan oleh orang-orang
Kristen selama ratusan tahun. Sejarah sudah membuktikan bahwa kita, orang Kristen tidak luput dari dosa mencuri.
Karena itu orang-orang Kristen harus belajar dari sejarah, jikalau tidak ingin mengulangi sejarah yang sama.

Professor Teologia: Maxie Dunnam & Lloyd J. Ogilvie mengatakan bahwa hukum ke-8 hampir selalu dilanggar orang
Kristen dengan beberapa cara:

tidak memberikan gaji yang pantas kepada orang-orang yang bekerja kepada mereka,

mencuri nama baik seseorang: dengan gosip yang begitu jahat,

mencuri nama baik seseorang: ketika kita sebenarnya bisa menjaga nama baik orang tersebut dengan membela mereka,
tetapi kita diam saja,

mencuri pujian: tidak memberikan kepada orang lain support, pujian, dan kredit ketika mereka berhak
mendapatkannya,

Pink Arthur: Gambling adalah mencuri karena mendapatkan uang tetapi tidak bekerja. Tiga cara untuk mendapatkan
uang: 1) bekerja; 2) diberikan oleh orang lain; 3) mencuri. Berarti ketika seseorang tidak bekerja atau tidak diberi,
maka itu termasuk pencurian.

Mengapa mencuri ada dilarang oleh Tuhan?

Berdosa kepada Tuhan: Kita menghianati Tuhan karena tidak percaya kepada providensi Tuhan. Curiga akan
providensi Allah adalah sebuah dosa yang begitu jahat dimata Allah. Mengapa Abraham disebut sebagai Bapa orang
Beriman? Karena dia percaya kepada providensi Allah. Ishak bertanya, “Ayah, kita sudah punya kayu bakar, tetapi
dimana korban bakarannya?” Abraham katakan apa, “Allah yang akan menyediakan.”

Berdosa kepada sesama: karena mencuri sebenarnya sedang menghkianati cinta dan perhatian kita terhadap sesama
kita.

Setelah melihat apa-apa saja yang dilarang di dalam perintah ini, kita masuk ke dalam bagian apa saja yang
diperintahkan oleh hukum ini:
1. PERIZINAN MEMILIKI HARTA. ASUMSI DASAR PERINTAH INI adalah ADANYA KEPEMILIKAN. Di
dalam perintah kedelapan: “jangan mencuri” mengasumsikan adanya kepemilikan harta. Perintah jangan mencuri tidak
akan bermakna jikalau tidak ada hak kepemilikan. Kekristenan sama sekali bukanlah komunisme yang mengingkari
hak kepemilikan.
Meskipun di dalam Kisah Para Rasul diceritakan tentang kehidupan kristen yang saling berbagi (Kis. 2:44-45), namun
tetap saja ada hak milik perseorangan yang diberikan secara sukarela untuk bisa dinikmati secara komunal. Demikian
juga Petrus mengatakan kepada Ananias dan Safira (Kis. 5:3-4), jikalau mereka tidak memberikan tanah mereka itu,
tanah mereka tetap menjadi hak mereka. Di dalam perintah ini, orang Kristen bisa belajar mengenai menghormati hak
kepemilikan pribadi ataupun hak kepemilikan orang lain.
ALKITAB TIDAK MENOLAK HAK KEPEMILIKAN TETAPI MENEKANKAN CARA PENGGUNAAN YANG
BENAR. Alkitab sama sekali tidak menolak hak kepemilikan, tetapi Alkitab menekankan bagaimana cara
menggunakan hak kepemilikan tersebut.

2. KEWAJIBAN SETIAP ORANG UNTUK BEKERJA. Pada Efesus 4:28 (Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri
lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat
membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan), mencuri merupakan anti-tesis dari bekerja. Ketimbang
seseorang mengambil apa yang menjadi milik orang lain, dia seharusnya memberikan kepada orang lain apa yang dia
miliki sebagai bentuk gaya hidup yang:
a. dermawan,
b. berbelaskasihan, dan
c. ungkapan cinta terhadap sesama.
Di Alkitab dua kali dikisahkan sikap belaskasihan Tuhan Yesus yang berhubungan dengan sikap dermawan ini.
Gerakan demikian dimulai dengan kalimat, “Maka tergeraklah Yesus dengan belaskasihan.” Lalu Tuhan Yesus
mengadakan muzizat: memberi makan 4000 orang dan memberi makan 5000 orang.

3. MENOLONG ORANG YANG MISKIN (BERKEKURANGAN).


Pada pertanyaan Katekismus Heidelberg: “111. Pert. Tetapi, apa yang diperintahkan oleh Allah kepada Saudara dalam
perintah ini (perintah kedelapan)?” salah satu jawabannya adalah “…agar aku bekerja dengan tekun, supaya aku dapat
memberikan pertolongan kepada orang yang berkekurangan (Ef.4:28).” Bukan hanya Katekismus Heidelberg ataupun
Katekismus Besar saja yang cukup prihatin dengan keadaan orang berkekurangan, tetapi Alkitab juga.

APA ALASAN KITA UNTUK MENOLONG ORANG YANG BEKEKURANGAN?

Alkitab memuji orang-orang yang ingat terhadap orang-orang berkekurangan (Ul. 15:7-8; Ams. 14:31; Maz. 41:1).

Salah satu defenisi orang benar menurut Alkitab adalah orang yang memperhatikan dan berlaku adil kepada orang-
orang berkekurangan (Ayub 29:12, 16; 30:25).

Selain itu, melayani orang berkekurangan Yesus anggap sebagai pelayanan kepada diri-Nya sendiri (Mat. 25:31-46).

SIAPA ITU ORANG MISKIN MENURUT ALKITAB? Namun, sebelum menjalankan praktik kekristenan:
memperhatikan kebutuhan orang berkekurangan. Kita harus memperhatikan siapa yang menjadi orang miskin secara
materi, menurut Alkitab. Orang miskin:

bukanlah orang malas. Alkitab tidak pernah menganggap orang malas sebagai orang miskin. Orang malas menjadi
miskin karena dosa mereka sendiri;

orang miskin adalah orang yang di dalam hidupnya tidak memiliki kontrol terhadap situasi yang menjepit mereka
sehingga mereka harus hidup miskin; dan juga seringkali orang miskin muncul disebabkan tekanan oleh orang-orang
kaya dan yang berkuasa (Yak. 5:4). Orang-orang yang sedemikianlah yang dianggap Alkitab sebagai orang miskin;

CALVIN ADALAH MODEL GEREJA REFORMED PERIHAL MENOLONG ORANG BERKEKURANGAN.


Dengan demikian, bukan tanpa alasan, setiap gereja harus menjalankan pelayanan diakonia. Contoh bagi gereja adalah
Bapak Reformator Gereja: John Calvin. David W. Hall mengatakan bahwa John Calvin terkenal di dunia kekristenan,
bukan hanya karena teologia nya yang mendalam tetapi karena sikap belaskasihannya kepada orang-orang yang
membutuhkan dan berkekurangan (diakonia), seperti para pengungsi dan orang miskin. Pengaruh pelayanan
belaskasihan Calvin di Eropa di zamannya hampir sebesar pengaruh teologianya.

Anda mungkin juga menyukai