Anda di halaman 1dari 7

JUJURLAH DALAM SEGALA HAL

”Kami ingin bertingkah laku jujur dalam segala perkara.”—IBRANI 13:18.

1, 2. Mengapa TUHAN senang melihat upaya kita untuk jujur? Berikan contoh.

SEORANG ibu bersama putranya yang masih kecil keluar dari sebuah toko. Tiba-
tiba sang anak berhenti dengan wajah kaget. Di tangannya ada sebuah mainan kecil
yang ia ambil dari toko itu. Ia lupa mengembalikannya atau lupa bertanya apakah ibunya
mau membelikan mainan itu untuknya. Karena ketakutan, ia memanggil ibunya. Lalu,
ibunya menenangkan dia dan mengajaknya kembali ke toko agar dia mengembalikan
mainan tersebut dan meminta maaf. Sewaktu dia melakukannya, hati ibunya diliputi
perasaan sukacita dan bangga. Mengapa?
2
Orang tua selalu senang melihat anak mereka belajar pentingnya kejujuran.
Demikian pula Bapak kita yang adalah ”Allah kebenaran”. (Mazmur 31:5) Sewaktu
mengamati kita bertumbuh ke kematangan rohani, Ia senang melihat kita berupaya jujur.
Karena kita ingin menyenangkan Dia dan tetap berada dalam kasih-Nya, perasaan kita
sama seperti yang dinyatakan rasul Paulus, ”Kami ingin bertingkah laku jujur dalam
segala perkara.” (Ibrani 13:18) Tetapi, kadang-kadang kita mungkin merasa sangat sulit
untuk jujur dalam beberapa bidang kehidupan. Mari kita bahas empat bidang utama.
Lalu, kita akan membahas apa saja manfaat kejujuran.

JUJUR KEPADA DIRI SENDIRI


3-5. (a) Peringatan apa yang diberikan Firman Allah terhadap bahayanya menipu diri?
(b) Apa yang akan membantu kita jujur kepada diri sendiri?
3
Kesulitan pertama ialah belajar untuk jujur kepada diri sendiri. Sebagai manusia
yang tidak sempurna kita mudah sekali menipu diri. Misalnya, Yesus memberi tahu
orang Kristen di Laodikia bahwa mereka telah membohongi diri dengan berpikir bahwa
mereka kaya, padahal kenyataannya mereka ”miskin, buta, dan telanjang” secara rohani
—keadaan yang sungguh menyedihkan. (Penyingkapan 3:17) Dengan menipu diri,
situasi mereka justru semakin berbahaya.
4
Saudara mungkin juga mengingat peringatan sang murid Yakobus, ”Jika
seseorang menganggap dirinya orang yang beribadat namun tidak mengekang lidahnya,
tetapi terus menipu hatinya, bentuk ibadat orang ini sia-sia.” (Yakobus 1:26) Jika kita
berpikir bahwa ibadat kita akan tetap diperkenan Yehuwa sekalipun kita menggunakan
lidah dengan tidak sepatutnya, kita sebenarnya menipu hati kita. Ibadat kita kepada
Yehuwa akan sia-sia, sama sekali tidak berguna. Bagaimana caranya agar kita tidak
menempuh haluan yang berbahaya seperti itu?
5
Dalam ayat-ayat sebelumnya, Yakobus menyamakan kebenaran firman Allah
dengan sebuah cermin. Ia menasihati kita agar meneliti hukum Allah yang sempurna
dan membuat penyesuaian yang dibutuhkan. (Baca Yakobus 1:23-25.) Alkitab dapat
membantu kita jujur kepada diri sendiri dan melihat apa yang perlu kita lakukan untuk
memperbaiki diri. (Ratapan 3:40; Hagai 1:5) Kita juga bisa berdoa kepada Yehuwa dan
meminta-Nya memeriksa kita, membantu kita melihat apakah ada kesalahan serius, lalu
mengakuinya dan memperbaiki diri. (Mazmur 139:23, 24) Ketidakjujuran adalah
kelemahan yang tidak terlihat, dan pandangan kita tentang hal itu harus sama dengan
pandangan Bapak kita yang di surga. Amsal 3:32 berkata, ”Orang yang belat-belit
memuakkan bagi Yehuwa, tetapi Ia akrab dengan orang-orang yang lurus hati.” Yehuwa
dapat membantu kita memiliki perasaan yang sama dengan perasaan-Nya dan melihat
diri sendiri seperti Ia melihat kita. Ingatlah perkataan Paulus, ”Kami ingin bertingkah laku
jujur.” Kita tidak dapat menjadi sempurna sekarang, tetapi kita dengan tulus ingin dan
sungguh-sungguh berupaya untuk jujur.

KEJUJURAN DALAM KELUARGA

6. Mengapa suami istri perlu jujur terhadap satu sama lain, dan dengan begitu, bahaya
apa yang mereka hindari?
6
Kejujuran hendaknya menjadi ciri khas keluarga Kristen. Karena itu, suami dan
istri harus saling terbuka dan jujur. Dalam perkawinan Kristen tidak boleh ada perbuatan
najis yang menyakiti hati seperti menggoda lawan jenis, memupuk hubungan gelap
melalui Internet, atau menggunakan pornografi dalam bentuk apa pun. Ada orang
Kristen yang sudah menikah yang melakukan perbuatan salah seperti itu dan
menyembunyikannya dari teman hidupnya. Dengan berbuat demikian ia tidak jujur.
Perhatikan kata-kata Raja Daud yang setia, ”Aku tidak duduk dengan orang-orang yang
tidak benar; dan dengan orang yang menyembunyikan siapa diri mereka, aku tidak
bergaul.” (Mazmur 26:4) Jika Saudara sudah menikah, jangan sekali-kali melakukan
sesuatu yang bisa membuat Saudara mulai terpikir untuk menyembunyikan keadaan
Saudara yang sesungguhnya dari teman hidup!

7, 8. Contoh apa saja dalam Alkitab yang dapat membantu anak-anak belajar nilai
kejujuran?
7
Sewaktu mengajar anak-anak mereka nilai kejujuran, orang tua yang bijaksana
akan menggunakan contoh-contoh dalam Alkitab. Untuk contoh yang buruk, ada kisah
tentang Akhan, yang mencuri dan berupaya menutupi perbuatannya; tentang Gehazi,
yang berdusta demi memperoleh keuntungan; dan tentang Yudas, yang mencuri dan
berlaku tidak jujur karena berpura-pura menjadi sahabat Yesus tetapi mengkhianatinya.
—Yosua 6:17-19; 7:11-25; 2 Raja 5:14-16, 20-27; Matius 26:14, 15; Yohanes 12:6.
8
Untuk contoh yang baik, ada kisah tentang Yakub, yang mendesak putra-
putranya untuk mengembalikan uang yang mereka temukan dalam kantong-kantong
mereka karena ia pikir uang itu mungkin secara tidak sengaja ditaruh di sana; tentang
Yefta dan putrinya, yang memenuhi ikrar bapaknya meskipun harus membuat
pengorbanan pribadi yang besar; dan tentang Yesus, yang dengan berani menyatakan
siapa dirinya di hadapan kumpulan orang yang garang demi menggenapi nubuat dan
melindungi sahabat-sahabatnya. (Kejadian 43:12; Hakim 11:30-40; Yohanes 18:3-11)
Beberapa contoh ini bisa memberi orang tua gambaran tentang informasi berharga yang
terdapat dalam Firman Allah yang dapat membantu mereka mengajar anak-anak
mereka untuk mengasihi dan menghargai kejujuran.

9. Apa yang hendaknya dihindari orang tua jika mereka ingin memberikan teladan
kejujuran kepada anak-anak mereka, dan mengapa teladan itu penting?
9
Dengan mengajarkan hal itu, orang tua memikul tanggung jawab penting. Rasul
Paulus bertanya, ”Apakah engkau, yang mengajar orang lain, tidak mengajar dirimu
sendiri? Engkau, yang memberitakan ’Jangan mencuri’, apakah engkau mencuri?”
(Roma 2:21) Ada orang tua yang membuat anak-anak mereka bingung dengan
mengajarkan kejujuran tetapi mereka sendiri tidak jujur. Bagi mereka, mencuri barang-
barang kecil dan sedikit berdusta mungkin bukan masalah dan mereka berdalih, ”Ah, ini
boleh diambil, kok” atau ”Bohong-bohong sedikit tidak apa-apa.” Sebenarnya, mencuri
adalah mencuri, tidak soal berapa nilai barang yang dicuri, dan berdusta adalah
berdusta, apa pun pokok pembicaraannya atau seberapa besar dusta itu.* (Baca Lukas
16:10.) Anak-anak cepat melihat kemunafikan dan hal itu bisa sangat merusak mereka.
(Efesus 6:4) Tetapi, kalau mereka belajar kejujuran dari teladan orang tua mereka,
kemungkinan besar mereka akan menjadi orang dewasa yang memuliakan Yehuwa di
dunia yang tidak jujur ini.—Amsal 22:6.

KEJUJURAN DALAM SIDANG

10. Mengenai komunikasi yang jujur di antara rekan-rekan seiman, apa yang perlu kita
ingat?
10
Pergaulan dengan rekan-rekan Kristen memberi kita banyak kesempatan untuk
mengembangkan kejujuran. Sebagaimana kita pelajari di Pasal 12, kita perlu berhati-hati
dalam menggunakan karunia berbicara, khususnya di antara saudara-saudari rohani
kita. Obrolan ringan bisa dengan begitu mudah berubah menjadi gosip yang berbahaya,
bahkan fitnah! Kalau kita meneruskan cerita yang sumbernya tidak jelas, kita mungkin
membantu menyebarkan dusta, sehingga jauh lebih baik untuk mengendalikan bibir kita.
(Amsal 10:19) Sebaliknya, kita mungkin mengetahui suatu fakta yang benar, tetapi tidak
berarti bahwa hal itu layak dibicarakan. Contohnya, masalah itu mungkin bukan urusan
kita, atau mungkin tidak pengasih untuk membicarakannya. (1 Tesalonika 4:11) Ada
orang yang menganggap jika kita berbicara apa adanya, itu sama dengan kejujuran,
tetapi kata-kata kita hendaknya selalu menyenangkan dan pengasih.—Baca Kolose 4:6.
11, 12. (a) Dengan cara apa saja orang yang melakukan perbuatan salah bisa
memperparah masalahnya? (b) Sebutkan dusta yang disebarkan oleh Setan
sehubungan dengan dosa yang serius, dan bagaimana kita dapat memeranginya?
(c) Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa kita jujur terhadap organisasi Yehuwa?
11
Sangatlah penting untuk jujur kepada pria-pria terlantik di sidang. Orang yang
melakukan perbuatan salah yang serius akan memperparah masalahnya kalau ia
mencoba menutup-nutupi dosanya dan berdusta kepada para penatua sidang sewaktu
ia ditanya. Orang seperti itu bahkan mulai bermuka dua, berpura-pura melayani Yehuwa
padahal terus melakukan dosa serius. Malah, haluan tersebut menjadi pola hidup
seseorang. (Mazmur 12:2) Yang lain lagi tidak memberitahukan seluruh fakta kepada
para penatua tetapi menyembunyikan fakta-fakta penting. (Kisah 5:1-11) Orang berlaku
tidak jujur sering kali karena memercayai dusta yang disebarkan oleh Setan.—Lihat
kotak ”Dusta ala Setan tentang Dosa yang Serius”.

DUSTA ALA SETAN TENTANG DOSA YANG SERIUS


Mengenai dosa yang serius, ada beberapa dusta berbahaya yang Setan ingin
Saudara percayai. Untunglah, orang Kristen bukannya tidak mengetahui ”siasat-siasat
licik” si Iblis. (Efesus 6:11) Perhatikan tiga dusta semacam itu.
 ”Dosa dapat disembunyikan.” Yang benar adalah bahwa Yehuwa melihat semua
perbuatan kita. ”Segala sesuatu telanjang dan terbuka di mata dia yang kepadanya kita
memberikan pertanggungjawaban.” (Ibrani 4:13) Karena Yehuwa mengetahui fakta-
faktanya dan kita harus bertanggung jawab kepada-Nya, untuk apa menambah
kesalahan dengan berusaha menyembunyikan dosa serius dari hamba-hamba-Nya di
bumi?—Lihat juga 2 Samuel 12:12.
 ”Para penatua tidak dapat dipercaya, jadi, jangan ceritakan apa-apa.”Raja Ahab
yang jahat menyapa Elia dengan kata-kata ini, ”Hai, musuhku.” (1 Raja 21:20) Sebagai
nabi Yehuwa di Israel, Elia sebenarnya bisa membantu Ahab memperoleh
pengampunan. Di sidang Kristen, Yesus menyediakan para penatua sebagai
”pemberian berupa manusia”. (Efesus 4:8) Meskipun tidak sempurna, para penatua
”menjaga jiwa [kita]”, artinya, memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan rohani kita.
(Ibrani 13:17) Mereka bukan musuh; mereka adalah sarana Yehuwa untuk membantu
kita.
 ”Kita melindungi sahabat kalau kita membantu dia menyembunyikan
dosanya.” Kenyataan sebenarnya adalah kita akan sangat merugikan orang yang
berbuat dosa kalau kita membantu dia menyembunyikan dosanya. Dosa serius adalah
tanda penyakit rohani yang parah; menyembunyikannya adalah sama seperti tidak
memberitahukan gejala penyakit serius kepada dokter ahli. (Yakobus 5:14, 15) Si
pedosa mungkin takut kalau-kalau ia akan didisiplin; tetapi disiplin adalah bukti kasih
Yehuwa, dan bisa jadi bahkan menyelamatkan kehidupan si pedosa. (Amsal 3:12; 4:13)
Selain itu, orang yang berkukuh pada dosanya kemungkinan besar akan benar-benar
membahayakan orang lain di sidang. Sikapnya yang salah yang menyebabkan dia
berdosa bisa menulari orang lain; apakah Saudara ingin turut berperan dalam hal itu?
(Imamat 5:1; 1 Timotius 5:22) Karena itu, dengan sungguh-sungguh pastikan bahwa si
pelaku kesalahan memberitahukan masalahnya kepada para penatua sidang.
12
Yang juga penting adalah jujur kepada organisasi Yehuwa pada waktu kita
menjawab pertanyaan secara tertulis. Misalnya, apabila melaporkan kegiatan kita dalam
pelayanan, kita tidak akan memalsukan fakta. Demikian pula, ketika mengisi formulir
permohonan untuk hak istimewa dinas tertentu, kita sama sekali tidak boleh memberikan
gambaran yang tidak benar tentang keadaan kesehatan kita yang sesungguhnya atau
segi lain dari kehidupan kita.—Baca Amsal 6:16-19.

13. Bagaimana kita dapat mempertahankan kejujuran dalam hubungan bisnis dengan
rekan seiman?
13
Kita juga perlu jujur kepada rekan-rekan seiman dalam soal bisnis. Kadang-
kadang, saudara dan saudari Kristen mungkin melakukan bisnis bersama. Mereka
hendaknya berhati-hati, memisahkan hal itu dari ibadat yang mereka lakukan di Balai
Kerajaan atau dalam pelayanan. Kegiatan bisnis bisa berupa hubungan antara majikan
dan karyawan. Jika kita mempekerjakan seorang saudara atau saudari, kita tentu akan
memperlakukan mereka dengan jujur, membayar gaji mereka tepat waktu, sesuai
dengan kesepakatan, dan disertai uang tunjangan yang telah diatur atau dituntut oleh
hukum. (1 Timotius 5:18;Yakobus 5:1-4) Sebaliknya, jika kita menjadi karyawan seorang
saudara atau saudari, kita akan bekerja sebaik mungkin sehingga layak menerima gaji
kita. (2 Tesalonika 3:10) Kita tidak mengharapkan perlakuan istimewa karena hubungan
rohani kita, seolah-olah majikan kita wajib memberi kita waktu bebas kerja, tunjangan,
atau keuntungan lain yang tidak diberikan kepada karyawan lain.—Efesus 6:5-8.

14. Apabila orang Kristen membentuk usaha patungan, tindakan pencegahan apa yang
sebaiknya mereka ambil, dan mengapa?
14
Bagaimana jika bisnis kita adalah semacam usaha patungan, mungkin dalam
bentuk investasi atau pinjaman? Alkitab memberikan prinsip yang penting dan berguna:
Buatlah perjanjian tertulis yang resmi! Misalnya, ketika Yeremia membeli sebidang
tanah, ia menyuruh orang membuatkan akta pembelian rangkap dua, di hadapan saksi-
saksi, dan menyimpannya dengan aman untuk dijadikan acuan di kemudian hari.
(Yeremia 32:9-12; lihat juga Kejadian 23:16-20.) Sewaktu berbisnis dengan rekan
seiman, kita harus menuangkan semua perincian dalam surat perjanjian yang disusun
dengan saksama dan ditanda-tangani di hadapan saksi-saksi. Itu tidak berarti kita tidak
percaya. Sebaliknya, hal itu membantu mencegah kesalahpahaman, kekecewaan, dan
bahkan perselisihan yang menyebabkan perpecahan. Setiap orang Kristen yang
melakukan bisnis bersama hendaknya ingat bahwa risiko dalam bisnis apa pun tidak
boleh membahayakan persatuan dan perdamaian sidang.*—1 Korintus 6:1-8.

KEJUJURAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

15. Bagaimana perasaan Yehuwa terhadap ketidakjujuran dalam bisnis, dan bagaimana
tanggapan orang Kristen terhadap hal yang sudah umum itu?
15
Kejujuran seorang Kristen tidak terbatas pada lingkup sidang. Paulus
mengatakan, ”Kami ingin bertingkah laku jujur dalam segala perkara.” (Ibrani 13:18)
Berkenaan dengan masalah bisnis, Pencipta kita sangat berminat akan kejujuran. Dalam
buku Amsal saja, ada beberapa ayat yang menyebutkan tentang timbangan yang tidak
benar. (Amsal 11:1; 20:10, 23) Pada zaman dulu, timbangan dan anak timbangan biasa
digunakan dalam berdagang untuk menimbang barang yang dibeli dan uang yang
digunakan untuk membelinya. Pedagang yang tidak jujur menggunakan dua macam
anak timbangan dan timbangan yang tidak benar untuk menipu dan mencurangi
pelanggan mereka.* Yehuwa membenci perbuatan seperti itu! Agar tetap berada dalam
kasih-Nya, kita dengan tegas menjauhi segala macam ketidakjujuran dalam bisnis.
16, 17. Sebutkan bentuk ketidakjujuran yang umum di dunia dewasa ini, dan orang
Kristen sejati bertekad untuk melakukan apa?
16
Karena Setan adalah penguasa dunia ini, kita tidak heran bahwa ketidakjujuran
ada di mana-mana. Setiap hari kita bisa menghadapi godaan untuk tidak jujur. Pada
waktu menulis riwayat hidup untuk melamar pekerjaan, orang umumnya berdusta dan
membesar-besarkan fakta, mengarang-ngarang surat rekomendasi dan melebih-
lebihkan pengalaman mereka. Sewaktu mengisi formulir imigrasi, pajak, asuransi, dan
formulir lain yang serupa, mereka umumnya memberikan jawaban yang tidak benar
demi mendapatkan apa yang diinginkan. Banyak pelajar menyontek pada waktu ujian,
atau sewaktu membuat karya tulis dan laporan untuk sekolah, mereka mungkin
membuka Internet dan menjiplak keterangan yang mereka peroleh, lalu menyajikan
karya orang lain seolah-olah itu adalah hasil karya mereka sendiri. Dan, ketika
berurusan dengan para pejabat yang korup, orang sering memberikan uang suap untuk
memperoleh apa yang diinginkan. Kita tidak heran lagi dengan perilaku semacam itu di
dunia yang penuh dengan ’pencinta diri sendiri, pencinta uang, dan orang yang tidak
mengasihi kebaikan’.—2 Timotius 3:1-5.
17
Orang Kristen sejati bertekad untuk tidak melakukan hal-hal itu. Yang
adakalanya mempersulit orang untuk jujur ialah bahwa orang yang tidak jujur tampaknya
sukses dan bahkan maju di dunia dewasa ini. (Mazmur 73:1-8) Sementara itu, orang
Kristen barangkali miskin karena ingin tetap jujur ”dalam segala perkara”. Apakah
pengorbanan tersebut ada gunanya? Tentu! Tetapi, mengapa? Berkat apa saja yang
diperoleh karena berlaku jujur?

BERKAT-BERKAT DARI KEJUJURAN


18. Mengapa dikenal sebagai orang yang jujur besar nilainya?
18
Dalam kehidupan, tidak ada banyak hal yang bisa dianggap lebih berharga
daripada dikenal sebagai orang yang jujur dan dapat dipercaya. (Lihat kotak ”Apakah
Saya Selalu Jujur?”) Dan, coba pikir—siapa pun dapat memiliki nama baik seperti itu!
Hal ini tidak bergantung pada bakat, kekayaan, penampilan, latar belakang sosial, atau
apa pun di luar kendali Saudara. Meskipun demikian, banyak orang gagal memperoleh
harta berupa nama baik. Itu sesuatu yang langka. (Mikha 7:2) Ada yang mungkin
mencemooh Saudara karena berlaku jujur, tetapi yang lain-lain menghargainya, dan
akhirnya, mereka memercayai dan menghormati Saudara. Banyak dari Saksi-Saksi
Yehuwa bahkan merasakan bahwa kejujuran mereka mendatangkan manfaat secara
keuangan. Mereka dapat mempertahankan pekerjaan mereka sewaktu karyawan yang
tidak jujur di-PHK, atau mendapat pekerjaan di perusahaan yang sangat membutuhkan
karyawan yang jujur.

APAKAH SAYA SELALU JUJUR?


Prinsip: ”Oh, Yehuwa, siapa yang akan menjadi tamu di kemahmu? . . . Ia yang
berjalan tanpa cela dan mempraktekkan keadilbenaran dan memperkatakan kebenaran
dalam hatinya.”—Mazmur 15:1, 2.

Pertanyaan untuk diri sendiri


 Mengapa penting bagi saya untuk selalu mengatakan kebenaran?—Amsal
6:16, 17.
 Bagaimana saya dapat ”menyingkirkan dusta” sewaktu mengisi formulir, seperti
kertas ujian sekolah, formulir pajak, atau data-data untuk pemerintah?—Efesus
4:25; Yesaya 28:15; Matius 22:17-21; Roma 13:1-7.
 Agar menjadi karyawan yang jujur, bagaimana seharusnya tutur kata dan
tindakan saya?—Amsal 11:1; Efesus 4:28; Kolose 3:9, 10.
 Jika saya memupuk cinta akan uang, bagaimana hal itu bisa melemahkan upaya
saya untuk jujur?—Mazmur 37:21; 1 Timotius 6:9, 10.

19. Bagaimana haluan kejujuran dapat memengaruhi hati nurani dan hubungan kita
dengan Yehuwa?
19
Entah Saudara mengalaminya atau tidak, Saudara akan merasakan bahwa
kejujuran mendatangkan berkat yang lebih besar lagi, yaitu hati nurani yang bersih.
Paulus menulis, ”Kami percaya bahwa kami mempunyai hati nurani yang jujur.” (Ibrani
13:18) Lagi pula, nama baik Saudara tidak pernah luput dari perhatian Bapak kita yang
pengasih di surga, dan Ia mengasihi orang yang jujur. (Baca Mazmur 15:1, 2; Amsal
22:1.) Ya, dengan berlaku jujur Saudara dapat tetap berada dalam kasih Allah, dan
itulah imbalan terbesar yang bisa kita dapatkan. Berikutnya, mari kita bahas suatu pokok
yang berkaitan: pandangan Yehuwa terhadap pekerjaan.
Di lingkup sidang, kebiasaan untuk mengatakan dusta besar yang jahat—jelas-
jelas untuk merugikan orang lain—bisa dikenai tindakan pengadilan oleh para penatua.
Mengenai apa yang harus dilakukan seandainya timbul masalah dalam usaha bisnis,
lihat saran-saran dalam Apendiks artikel ”Menyelesaikan Pertikaian Bisnis”.
Mereka menggunakan satu set anak timbangan untuk membeli dan yang lain
untuk menjual, sehingga mereka memperoleh keuntungan dari kedua belah pihak.
Mereka mungkin juga menggunakan timbangan dengan satu lengan lebih panjang atau
lebih berat daripada yang lain sehingga mereka dapat mencurangi pelanggan setiap kali
berdagang.

Anda mungkin juga menyukai