Anda di halaman 1dari 1

Berburuk Sangka…

Sebuah kapal pesiar mengalami kecelakaan di laut dan akan segera tenggelam. Sepasang suami istri berlari menuju ke
skoci untuk menyelamatkan diri. Sampai di sana, mereka menyadari bahwa hanya ada tempat untuk satu orang yang
tersisa. Segera sang suami melompat mendahului istrinya untuk mendapatkan tempat itu. Sang istri hanya bisa
menatap kepadanya sambil meneriakkan sebuah kalimat sebelum skoci menjauh dan kapal itu benar-benar
menenggelamkannya.

Guru yang menceritakan kisah ini bertanya pada murid-muridnya, “Menurut kalian, apa yang istri itu teriakkan?”

Sebagian besar murid-murid itu menjawab, “Aku benci kamu!” “Kamu egois!” “Nggak tau malu!” “Dasar pengecut..”

Setelah mendengar jawaban muridnya, lalu guru tersebut bercerita tentang hal yang sebenarnya.. bahwa yang
diteriakan oleh sang istri adalah “jaga anak kita” Hal ini diketahui dari buku harian yang ditemukan anaknya..

Kapal itu kemudian benar-benar tenggelam dan sang suami membawa pulang anak mereka sendirian. kenyataan
adalah pasangan suami isteri tersbut naik kapal pesiar itu, mereka sudah mengetahui bahwa sang ibu menderita
penyakit kronis dan akan segera meninggal. Karena itulah, di saat darurat itu, ayahnya memutuskan mengambil satu-
satunya kesempatan untuk bertahan hidup. Dia menulis di buku harian itu, “Betapa aku berharap untuk mati di bawah
laut bersama denganmu. Tapi demi anak kita, aku harus membiarkan kamu tenggelam sendirian untuk selamanya di
bawah sana.”

Jamaah sholat subuh yang dimulyakan Allah…

Moral dari cerita tersebut adalah bahwa penilaian baik dan dan jahat di dunia ini tidak sesederhana yang kita sering
pikirkan. Ada berbagai macam komplikasi dan alasan di baliknya peristiwa yang kadang sulit dimengerti.

Dalam Bahasa Arab, berburuk sangka diistilahkan dengan su’udzan sedangkan berbaik sangka diistilahkan dengan
husnudzan. Kedua istilah tersebut sangat berlawanan. Dalam Islam, su’udzan harus dibuang jauh-jauh dalam
kehidupan umat Islam. Kenapa? Karena su’udzan bisa menjadikan perseteruan dan pertengakaran antar sesama.

“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan
berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain” [Al-Hujurat : 12]

Perbuatan baik dan buruk itu sebenarnya ditentukan oleh niat. Bagaimana tidak, terkadang niat buruk bisa dilakukan
dengan tindakan yang baik. Misalkan ketika ada seorang yang menjadi pemimpin di suatu daerah. Ia bersikap baik
pada masyarakatnya. Padahal, itu dilakukan semata-mata hanya untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat. Di balik
itu semua, ia ternyata menghianati masyarakat dengan mengkorupsi uang misalnya, dan lain lain. Niat buruk, tapi
terlihat sebagai perbuatan mulia?.

Atau sebaliknya, ketika ada kerja bakti, kita melihat ada orang yang malah duduk santai sambil minum. Kita katakan
orang tersebut tidak bekerja. Padahal, di luar sepengetahuan kita, dia sudah bekerja dari pagi-pagi sekali, sebelum kita
datang. Wajar dia beristirahat saat itu.

Dari contoh kasus diatas, masihkah kita yakin kita bisa menentukan baik – buruk pekerjaan dari apa yang kita lihat?
Jawabannya adalah TIDAK. Sebelum pelakunya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada kita, kita tidak bisa
memastikannya. Walaupun terkadang kita benar, namun kita tidak bisa memastikannya. Karena memang hanya niatlah
yang menentukan semua itu.

Setiap orang mempunyai caranya sendiri dalam menjalankan niatnya, dan kita tidak tahu niat baik atau niat buruk dari
orang tersebut. Oleh karena itu, hendaklah kita selalu berpikir positif. Jikalau memang ada hal-hal yang buruk yang kita
lihat, kita tahan untuk tidak langsung menilainya sebagai perbuatan buruk sebelum kita mengetahui peristiwa
sesungguhnya yang terjadi.. Jadi, marilah budayakan berpikir positif dan berbaik sangka. Semoga hidup kita menjadi
lebih baik dengan hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai