Anda di halaman 1dari 84

SEBUAH PENGANTAR

Ungkapan Penulis

Bismillahirrohmaanirrohim.

Segala puji hanya milik Allah semata yang mana telah berfirman “dan tiadalah kehidupan
dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih
baik bagi orang - orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?
Sholawat serta salam penulis lantunkan kepada Nabi Muhammad Rosululloh SAW, kepada
para keluarga dan para sahabatnya dengan lafad “allohumma sholli wasallim ‘alaa sayyidina
Muhammad wa ‘alaa aalihii wa ashhaabihii ajma’iin”.
Ramadhan tahun ini tidak seperti Ramadhan di tahun tahun biasanya, sedikit terhambat
aktivitas aktivitas yang biasa dilaksanakan pada Ramadhan tahun tahun sebelumnya. Moment
STAY AT HOME selama bulan Ramadhan bagi penulis merupakan kesempatan untuk lebih
produktif, gagasan dan ide ide tidak boleh mati. Pembatasan interaksi sosial atau dikenal dengan
istilah PSSB (pembatasan sosial skala besar) jangan mempengaruhi kreativitas kita sebagai mahluk
Tuhan yang berfikir. Ada beberapa tokoh yang produktif meski dalam pengurungan diri, sejarah
mencatat bahwa Prof Buya Hamka menyelsaikan tafsir Al Azhar dalam penjara dan Moh Hatta
menyelsaikan buku Alam Pemikiran Yunani dalam penjara.
Dengan berlandaskan apa yang dipituahkan Syekh Ibnu ‘Atoillah Assakandari dalam
karyanya Al Hikam “maa nafa’al qolba syaiun mitslu ‘uzlatin yadkhulu bihaa miidaana
fikrotin” bahwasanya tidak ada apapun yang bisa membahagiakan hati, sebanding kontemplasi
(merenung) yang luhur dalam ruang kesendirian yang sepi (bersamanya). Dengan demikian,
tulisan ini sarat dengan pemikiran penulis yang dihasilkan dari perenungan, pengalaman dan
sedikit dibingkai dengan pengetahuan yang masih terbatas. Pengalaman dan perenungan semacam
ini mungkin juga dialami oleh setiap manusia, pada topik atau problematik yang tentu saja
bermacam macam. Pembaca tentu saja bisa sepakat atau bahkan menolak, menambah atau bahkan
mengurangi tulisan tulisan ini, atas dasar pengalaman dan perenungan juga tentunya. Manusia
tidak akan terlepas dari empat dimensi, yakni keyakinan (perasaan), pengetahuan (pemikiran),
praktik (tindakan) dan pengalaman. Nah dimensi pengalaman dan perenunganlah yang tampak
paling banyak menjadi sumber inspirasi penulis dalam menulis. Atas dasar itu tulisan ini sebaiknya
didekati menurut bingkai penekanannya, yaitu pengalaman dan perenungan juga. Sebelum
membandingkan dengan dimensi dimensi yang lain.
Buku saku ini penulis persembahkan untuk penulis sendiri, Kemudian untuk keluarga
tercinta, terkhusus Ibu dan Bapak yang telah menggembeleng penulis dengan penuh semangat dan
kasih sayang yag tak lekang dipanas dan tak lupuk dihujan, untuk kakak kakak dan si bungsu
yang juga gemar menulis, semangat menulisnya ya, kemudian untuk para santri dan santriwati
pondok pesantren Darul Quran Islami tempat penulis meramu pengalaman dan perenungan lewat
kata perkata kalimat perkalimat dibuku yang saat ini sedang berada ditangan pembaca.. Tidak lupa
juga untuk orang orang yang penulis kenal dan sayangi.
Semoga buku ini bermanfaat untuk kita semua sebagai mahluk yang berfikir, berperasaan,
dan berkeyakinan, aamiin yaa robbal’aalamiin.
DAFTAR ISI

Sebuah Pengantar Ungkapan Penulis


 Renungan 1 : Tebarkanlah kasih sayang kepada semua mahluk hidup
 Renungan 2 : Sabar dan syukur adalah sayapnya orang mu’min
 Renungan 3 : Takabbur awal kebinasaan
 Renungan 4 : Allah maha misterius
 Renungan 5 : Triple filter test
 Renungan 6 : Jebakan iblis tidak memandang status sosial
 Renungan 7 : Agama diturunkan untuk manusia
 Renungan 8 : Kejujuran pangkal kesuksesan
 Renungan 9 : Ilmu pengetahuan adalah kekuatan
 Renungan 10 : Jadilah diri sendiri
 Renungan 11 : Sosial Climber
 Renungan 12 : Wanita dan emansipasi yang di khianati
 Renungan 13 : Masa depan dan kegelisahan manusia
 Renungan 14 : Tanah rantau pembentukan mental dan karakter
 Renungan 15 : Belajar agama lewat internet antara kemudahan dan kehawatiran
 Renungan 16 : Pemuda islam dan tantangan zaman
 Renungan 17 : Hakikat rendah hati
 Renungan 18 : Permudah jangan dipersulit
 Renungan 19 : Orang tua adalah madrasah pertama bagi anak anaknya
 Renungan 20 : Cinta dan benci
 Renungan 21 : Mencintai takdir
 Renungan 22 : Ngaji diri
 Renungan 23 : Menikah
 Renungan 24 : Adaptasi dan kemaslahatan umat
 Renungan 25 : Memaafkan dan bahaya balas dendam
 Renungan 26 : Dunia adalah sekolah tanpa bangunan
 Renungan 27 : Hakikat komunikasi, pengalaman, perasaan dan pemikiran
 Renungan 28 : Menjadi seorang awam yang bijak dalam bermedia sosial
 Renungan 29 : Ilmu jangan jauh jauh dari adab
 Renungan 30 : Kematian adalah pintu
RENUNGAN 1
Tebarkanlah kasih sayang kepada semua mahluk hidup.
1 Ramadhan 1441

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Dalam kitab Nashooihul ‘Ibaad karya syekh Nawawi Al Bantani diceritakan, bahwa dalam
sebuah mimpi seseorang, Imam Assyibli yang telah wafat itu ditanya oleh Allah “kamu tahu, apa
yang membuatKu mengampuni dosa dosamu?”.
“Amal shalehku” jawab Assyibli.
“Bukan”
“Ketulusanku dalam beribadah”
“Bukan”
“Hajiku, atau puasaku, atau shalatku”
“Juga bukan”
“Perjalananku menuju orang orang soleh dan untuk menimba ilmu”
“Bukan”
“Ya Allah, lantas karena apa?”.
Kemudian Allah menjawabnya dengan mengacu pada kisah bertemunya Imam Assyibli
dengan seekor kucing malang dipinggir jalanan kota Baghdad. Kucing kecil dan malang itu lemas
lunglai tidak berdaya karena ganasnya hawa dingin, kemudian dengan bersusah payah berusaha
menyudut kesuatu tempat dengan harapan kondisi bisa membaik. Imam Asayibli yang tergerak
hatinya lantas segera memungut binatang malang itu, kemudian menghangatkannya di dalam
jubah yang ia kenakan.
“Lantaran kasih sayangmu kepada kucing itulah, Aku memberikan rahmat kepadamu”. Kata Allah.
Dalam kitab yang sama diceritakan juga seorang sufi sekaligus filusuf islam yang bernama
Imam Al Ghazali, Syekh Nawawi Al Bantani menulis cerita seseorang yang berjumpa dengan
imam Al Ghazali dalam sebuah mimpi.
“Bagaimana Allah memperlakukannmu?”orang tersebut bertanya.
Imam Al Ghazali kemudian mengisahkan bahwa dihadapan Allah ia ditanya tentang bekal
apa yang ia bawa, Al Ghazali pun menimpali dengan menyebut satu persatu amal ibadah yang
pernah ia jalani selama hidup di dunia. Ternyata Allah menolak berbagai amal ibadah Imam Al
Ghazali kecuali satu kebaikannya, yaitu ketika bertemu dengan seekor lalat. Diceritakan suatu saat
sang Imam yang tengah asyik dan sibuk menulis kitab hingga seekor lalat mengusiknya, lalat ini
kelihatan haus dan tinta didepan sang imam menjadi sasaran minumnya. Sang Imam yang merasa
kasihan lantas berhenti menulis untuk memberi kesempatan kepada si lalat untuk melepas haus
dari tintanya itu.“Masuklah bersama hambaku ke surga”, kata Allah kepada Imam Al Ghazali
dalam kisah mimpi seseorang itu.
Dari kedua hikayat diatas, kita bisa memetik buah buah hikmah dan pendidikan yang
sangat berharga tentang, betapa dahsyatnya pengaruh hati yang dipenuhi kasih sayang dan
ketulusan, yang bersih dari sifat takabur dan egoisme. Hidup dan kehidupan kita didunia bukan
semata untuk kepentingan diri kita sendiri. Manusia adalah zoon politicon atau mahluk sosial.
Kasih sayang Imam Assyibli dan Imam Al Ghazali yang begitu luas bukan hanya kepada sesama
manusia, bahkan kepada seekor kucing dan lalat, menjadi wasilah dan membawa kedua tokoh
dengan jutaan pengikut ini pada kemuliyaan yang sejati.
Secara tersirat, dari kedua hikayat diatas kita bisa ambil makna, bahwa muliya atau hinanya
manusia dihadapan manusia lain utamanya dihadapan sang pencipta bukan karena status sosial
yang disandangnya, melainkan karena apa yang diperbuatnya (nilai ketaqwaan) dan
kemanfaatannya bagi semua mahluk hidup. Allah SWT berfirman “inna akromakum ‘indallohi
atqookum” (sesungguhnya yang muliya dihadapan Allah itu adalah yang bertaqwa). Logika
sederhana akan berasumsi, menolong binatang saja bisa mendapatkan kemuliyaan, apalagi kalau
menolong dengan sesama manusia. Khairunnaas anfa’uhum linnaas (sebaik baiknya manusia
adalah yang memberi kemanfaatan bagi manusia lainnya) begitu sabda sang Nabi kita semua.
Dalam ranah sosial, semua agama mengajarkan cinta dan kasih sayang, agama Islam
utamanya tidak hanya memerintahkan manusia untuk beribadah dimensi vertikal (hablum
minallah) namun juga dimensi horizontal (hablum minannaas). Keselarasan ibadah ritual
(mahdah) dan ibadah sosial (ghair mahdah) ini akan menjadikan manusia sebagai hamba Allah
yang sejati. Salah satu ajaran islam yang mendatangkan keridhoan Allah dan kemaslahatan bagi
kehidupan sesama manusia adalah cinta dan kasih sayang. Rosulullah SAW memerintahkan
umatnya untuk saling menebar kasih sayang kepada seluruh mahluk yang ada di muka bumi ini,
salah satu dari sekian hadits Nabi tentang kasih sayang yang paling mashur adalah “irhamuu man
fil ardhi yarhamkum man fissamaai” (sayangilah semua yang ada dibumi, maka semua yang ada
dilangit akan menyayangimu). Dan Allah SWT berfirman “Wata’aawanuu ‘alal birri wattaqwaa,
walaa ta’aawanuu ‘alal itsmi wal ‘udwaan” (dan saling tolong menolonglah dalam berbuat
kebajikan dan ketaqwaan, dan jangan saling tolong menolong dalam berbuat kejahatan dan
permusuhan). Ada pituah bijak mengatakan “Jika ada anak ayam yang terjatuh ke kolam,
tolonglah, mungkin dengan begitu akan menjadi sebab kita mendapat rahmat dan taufiqnya Allah
SWT.” Siapa tahu amal yang kita anggap sepele atau bahkan tidak kita anggap sebuah amal
kebaikan akan menuntun kita pada rahmatnya Allah SWT.
Semoga bermanfaat.
Wallohu ‘alam bisshowaab

RENUNGAN 2
Sabar dan syukur adalah sayapnya orang orang mu’min.
2 Ramadhan 1441

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Dalam suatu desa katakanlah ada dua orang pemuda dengan mata pencaharian yang
berbeda, yang pertama bekerja sebagai petani dan yang kedua bekerja sebagai tukang jualan es
cream keliling. Setap kali berdoa sehabis shalat, kedua pemuda tersebut tak pernah lupa meminta
diberi kelancaran, petani meminta diberi kelancaran, dan berharap setiap hari hujan dengan
harapan kebunnya subur dan hasil panennya bagus. sedangkan doa si penjual es cream meminta
diberi kelancaran dan berharap tiap hari cuaca panas dengan harapan es cream yang dijualnya laku
banyak. Ternyata setiap hari cuaca panas, dengan begitu sipenjual es cream merasa doanya dikabul
dan alhasil dagangannya laku, sedangkan sipetani merasa doanya tidak dikabul yang akhirnya
kebun kekurangan air dan hasil panen tidak sesuai yang di harapkan.
Disini, kalau kita coba bertanya, apakah Allah tidak mendengarkan doanya sipetani ?....
tentu saja jawabannya tidak, Allah mendengarkan doanya siapa saja yang berdoa. Tapi soal dikabul
atau tidaknya itu urusan Allah itu sendiri. Lalu apakah ada jawaban yang pas untuk pertanyaan
diatas ? tentunya ada, penulis akan mencoba menjawab dengan pengetahuan penulis yang terbatas
dan berdasarkan Al Quran dan Al Hadits disertai nasihat nasihat bijak para ulama.

Kita semua sudah tahu dan merasakan, sesungguhnya kehidupan dunia ini adalah negri
ujian dan cobaan, kita semua pasti pernah merasakn itu. Tidaklah seorang hamba hidup di dunia
melainkan dia akan diuji dan nantinya akan kembali kepda Allah SWT. Ujian dan cobaan hidup
di dunia ini terkadang berupa kelapangan dan kenikmatan, namun terkadang juga berupa
kesempitan dan musibah. Bisa berupa sehat atau sakit, bisa berupa kekayaan atau kemiskinan.
Realitasnya seorang mu’min akan mendapatkan ujian dalam dua keadaan, yakni keadaan susah
dan keadaan senang. Dan tentunya sebagai mu’min yang sejati, dalam setiap ujian atau musibah
yang menimpanya selalu bisa mengambil hikmah (kebajikan), para bijak mengatakan “kullu
syaiin hikmatun” (setiap perkara ada hikmahnya).
Seorang mu’min dalam setiap kondisi ujian yang dihadapi akan senantiasa dalam
kebaikan. Jika sedang diuji oleh Allah dengan kondisi kesusahan dan kesempitan seperti sakit,
keadaan ekonomi menurun dan musibah lainnya, ia akan menghadapinya dengan kesabaran,
sebaliknya apabila Allah mengujinya dengan kesenangan dan kemudahan seperti diberi kondisi
yang sehat, dan kekayaan harta, maka seorang mu’min akan menghadapinya dengan banyak
banyak bersyukur baik bersyukur dengan lisan atau dengan hati atau bil arkaan (dengan
menggunakan anggota badan kehal hal yang baik).
Kedua sikap diatas tadi dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW “ ‘ajaban
liamril mu’mini, inna amrohuu kullahuu khoirun walaisa dzaaka liahadin illaa lilmu’mini, in
ashoobathu sarroou syakaro fakaana khoirul lahu, wain ashoobathu dhorroou shobaro
fakaana khoirul lahu” (sungguh menakjubkan perkaranya seorang mu’min, segala sesuatu yang
terjadi padanya semua merupakan kebaikan. Ini terjadi hanya pada orang mu’min. Jika mendapat
sesuatu yang menyenangkan dia akan bersyukur, maka itu jadi kebaikan baginya. Sedangkan
apabila mendapatkan keburukan dia tetap bersabar, maka itu juga menjadi kebaikan baginya).
Seorang mu’min berdasarkan hadits diatas kalau kita fahami secara luas, dalam kondisi apapun
akan mendapatkan kebaikan berupa pahala dengan jalan bersabar dan bersyukur, ini artinya sabar
dan syukur bukan hanya sikap semata melainkan sudah ditetapkan menjadi salah satu sarana
ladang amal ibadah kita sebagai orang mu’min. Inna fii dzaalika la-aayaatil lukilli shobbaarin
syakuur (sesungguhnya dalam yang demikian itu terdapat tanda tanda bagi orang yang bersabar
dan orang yang bersyukur).
Hendaknya seorang mu’min sejati mengetahui bahwasanya apabila Allah memberi
kelapangan kepada seorang hamba berupa kondisi yang bahagia baik itu nikmat harta, kesehatan
dan kenikmatan lainnya bukan merupakan bukti bahwa Allah meridhoi dan memberi kemuliyaan
kepada hamba tersebut. Demikian pula kesempitan yang diperoleh oleh seorang hamba berupa
kekurangan harta, musibah sakit dan musibah musibah lainnya tidaklah menunjukan bahwa Allah
tidak ridho atau sedang menghinakan hamba tersebut. Ini merupakan prasangka seorang manusia
yang mana telah tercatat juga dalam kitab suci AlQuran “fa-ammal insaanu idzaa mabtalaahu
robbuhuu fa-akromahu wa na’amahu fayaquulu robbii akromani. Wa amma idzaa
mabtalaahuu faqodaro ‘alaihi rizqohu fayaquulu robbii ahaanan” (adapun manusia apabila
Tuhannya mengujinya lalu dia dimulaikannya dan diberi kesenangan, maka dia akan berkata
“Tuhanku telah memulaikannku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya dengan membatasi
rezeqinya maka dia akan berkata “Tuhanku menghinakanku)”.
Kemudiaan Allah SWT membantah prasangka hamba hambanya tersebut dalam ayat
selanjutnya dengan firmnnya “kallaa” (sekali kali tidaklah demikian), maksudnya bahwa
prasangka mereka begitu keliru dan tidak benar. Barang siapa yang Allah lapangkan baginya
berupa yang telah disebutkan tadi ataupun sebaliknya bukan merupakan bukti keridhoan Allah dan
kemuliaan orang tersebut atau sebaliknya bukan merupakan bahwa Allah tidak ridho dan
menghinakan hamba tersebut. Perihal doanya sipetani dan tukang jualan es cream dicerita diatas
tadi, bukan Allah tidak meridhoi dan kemudiaan menghinakan sipetani dan memulaikan si penjual
es cream, melainkan itu semua merupakan ujian dan cobaan semata, apakah sipetani mampu
bersabar dalam menghadapi ujiannya atau tidak ? dan apakah sipenjual es cream mampu bersyukur
atau tidak ?. Begitu juga dengan doa doa yang kita panjatkan baik dalam shalat wajib atau shalat
sunnah seperti tahajud, hajat dan duha, kalaupun dikabul apakah kita mampu bersyukur ? kalaupun
tidak dikabul apakah kita mampu bersabar ? kalau tidak bisa kedua duanya, ada sebuah hadits
qudsi yang bernuansa peringatan bagi siapa saja yang tidak bisa bersabar atas segala ujian dan
tidak bersyukur atas segala nikmat, ‘’anaa Allahu laa ilaaha illa anaa, man lam yasykur ‘alaa
n’amaai walam yashbir ‘alaa balaai walam yardho biqodooi falyattakhidz robban siwaai” (
Akulah Allah, tiada Tuhan melainkan Aku; siapa tidak bersyukur atas nikmat nikmat pemberianku,
tidak bersabar atas ujian ujianku, dan tidak ridho dengan kepastian qodhoku, maka carilah Tuhan
selain Aku). Semoga kita semua dijadikan hamba hambanya Allah yang senantiasa bersabar atas
segala macam ujian dan pintar bersyukur atas segala macama nikmat yang telah Allah berikan
aamiin yaa robbal’aalamiin.
Semoga bermanfaat.
Wallohu ‘alam bisshowaab.

RENUNGAN 3
Takabur awal kebinasaan.
3 Ramadhan 1441

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Dikisahkan ada seorang santri yang sedang melakukan perjalanan pulang dari menimba
ilmunya dengan menaiki gerobak kuda milik seorang kakek tua. Karena merasa jenuh dalam
perjalanan, kemudian untuk mengusir kejenuhan santri mengajak sikakek untuk berdialog.
santri mulai bertanya pada sikakek : apakah kakek mengerti ilmu syariat ?
kakek menjawab : tidak mengerti nak.
“waaah sayang sekali, kakek tidak mengerti ilmu syariat, kakek telah kehilangan setengah dari
seluruh kehidupan kakek, balas si santri”
Lalu apkah kakek mengerti ilmu tasawuf ? santri tersebut bertanya kembali.
Tidak mngerti juga, nak, tiap hari kakek hanya dengan gerobak kuda kecil ini mencari kayu
dihutan lalu kemudian menjualnya ke pasar untuk makan sehari hari keluarga dirumah, kalaupun
beruntung bapak jadikan gerobak kuda ini sebagai alat transportasi orang yang membutuhkan,
jawab melas sikakek.
Si santri menggelengkan kepala seraya berkata “waduh sayang sekali bahkan kakek tidak mengerti
akan ilmu tasawuf, berarti kakek telah kehilangan lagi setengah dari seluruh kehidupan kakek”.
Tidak terasa waktu telah sore dan mulai terlihat gelap, ditengah perjalanan tiba tiba terdengar
aungan harimau besar, dan sangat nyaring, ternyata benar didepan ada seekor harimau muda,
suasana mencekam. Si santri tersebut terlihat gemetaran dan merasa takut juga hawatir.
Seketika itu sikakek bertanya “nak, apakah kamu bisa memanjat pohon atau tahu cara mengusir
harimau ?”
Si santri dengan cepat menggelengkan kepala dan berkata “saya tidak bias memanjat pohon kek,
apalagi mengusir harimau, tiap hari saya hanya membaca dan berteman dengan buku dan kitab,
cepat tolonglah saya.”
“memanjat pohon kamu tidak bisa, cara mengusir harimau apalagi kamu tak bisa nak, apa arti dari
kehidupan kamu, arti dari apa yang kamu dapat dari buku dan kitab, berarti kamu akan kehilangan
seluruh kehidupan sekarang juga.

Apa yang bisa kita petik dari kisah fiktif diatas ?


Iya benar, diatas langit masih ada langit begitu pepatah mengatakan. Setiap manusia yang
lahir ke dunia ini yang cacat sekalipun di anugrahi kemampuan dan kelebihan masing masing,
bukankah banyak yang tuna netra tapi mahir dalam memainkan musik, yang tidak punya tangan
tapi begitu mahir melukis hanya dengan kaki, luar biasa bukan? jangan pernah meremehkan
kemampuan seseorang, belum tentu juga ilmu yang kita kuasai dan ketahui bisa berguna dimana
saja dan dalam konsidi apa saja. Ada seorang bijak mengtakan “hendaklah kita senantiasa rendah
hati, dan tidak sombong, lemah lembut dan penyantun. Tunjukanlah apa yang kita punya dalam
hal saling membantu. Kesombongan adalah awal kegagalan dan kebinasaan, orang yang sombong
adalah orang yang tak mengenal dengan falsafah “padi semakin berisi semakin menunduk”.

Pernahkah kita sombong ?


Apakah sombong itu ?

Sebelum kita menjawab pertanyaan yang pertama, Mari kita cari tau dulu apa itu arti
sombong atau takabur. Lalu apa sih sebenanya sombong itu ? sebagaimana tercantum dalam hadits
Nabi Muhammad SAW menyebutkan sombong sebagai pengingkaran terhadap kebenaran dan
memandang rendah manusia lain, penggalan redaksi haditsnya sebagai berirkut “alkibru bathorul
haqqi wa ghomthun naassi” (sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain).
Nah setelah kita mengetahui apa pengertian sombong, baru kita jawab pertanyaan pertama tadi
kalau kita merasa pernah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain, berarti kita pernah
sombong.
Disekitar kita, disamping kita, bahkan kita sendiri kemungkinan besar memiliki bibit bibit
kesombongan yakni menolak kebenaran, apalagi kebenaran yang datangnya dari orang yang lebih
rendah dari kita baik dalam segi usia, status sosial atau pengetahuan.
Ibnu Maskawaih dalam Tahdzib Al Akhlaq menjelaskan, kesombongan muncul pada saat
nafsu hewani (kebinatangan) menguasai hati seseorang. Akal sehat menjadi rusak. Dampak negatif
dari serangan virus sombong yang muncul, yaitu akhlaq tercela. Pada titik tertentu, yang
bersangkutan mulai mencari kelemahan orang lain. Bagi siapa saja yang terjangkit sombong, orang
lain tidak lebih baik darinya. Dia merasa paling mahir, hebat dan merasa paling dibutuhkan.
Menurut sosok yang terkenal dengan sebutan pendiri filsafat akhlaq itu, siapapun sesungguhnya
sangat tidak pantas bersifat takabur karena pada hakikatnya, sifat tersebut merupakan sifat Allah
dengan penamaan Al Mutakabbir dalam asmaaul husna. Wajar dan pantas bila sifat sombong itu
ada pada Allah sebab dia pemilik segalanya. Sedangkan jika kita sombong atas apa yang dia miliki
? ilmu yang kita miliki adalah pemberiannya, tubuh dengan segala aksesoris juga adalah milik
Allah. Kesombongan bisa menjangkit siapa saja. Tidak memandang faktor kelamin, status sosial,
ataupun tingkat intelektualitas. Pemegang kekuasaan pun tidak lepas dari sifat ini bahkan paling
berfotensi.
Mari kita membaca kembali kisah kisah orang yang binasa karena sifat sombong yang
diabadikan oleh kitab suci Al Quran dan Al Hadits dan kitab kitabnya para ulama, baik sombong
dengan pengetahuan, kekayaan atau kekuasaan. Raja Fir’aun dan Namruz binasa karena sombong
dengan kekuasaannya termasuk status sosialnya, Iblis dilaknat karena sombong dengan
kediriannya termasuk pengetahuannya, Ts’alabah dan Qorun yang binasa karena sombong dengan
kekayaannya. Saudaraku, jika kita merasa memiliki sesuatu bisa harta kekayaan, pangkat jabatan,
anak anak, rumah rumah, kendaraan, pengetahuan dan lain sebagainya yakinlah bahwa yang kita
miliki hanya sebatas titipan dan amanah dari Allah SWT dan akan kembali pada Allah. “Innaa
lillaahi wainnaa ilaihi rooji’uun” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan seseungguhnya
kepadanyalah kami kembali).
Jadi apa yang pantas di sombongkan dari diri kita ? tidak ada bukan ?.....
Terakhir pepatah mengatakan
“orang sombong itu ibarat orang yang berdiri diatas gunung, dia melihat orang lain kecil namun
dia tidak sadar orang lain melihatnya kecil juga. Sama sama dari tanah dan sama sama akan
ketanah jadi buat apa kita sombong. yang tinggi saja tidak melangit ini kenapa tanah sok menjadi
langit. Melihat keatas sebagai motivasi, bukan untuk jadi rendah diri, melihat kebawah agar
pandai bersyukur bukan menjadi takabur”.

Semoga bermanfaat.
Wallohu ‘alam bisshowab.

RENUNGAN 4
Allah maha misterius dengan segala ketentuannya, dan manusia adalah mahluk paling
misterius yang Allah ciptakan.
4 Ramadhan 1441

Bimillaahirrahmaanirrahim

Didunia ini siapa yang tidak punya sejarah?... Tidak ada bukan ?....
Semua orang punya sejarahnya masing masing punya cerita kehidupannya masing masing
dengan keunikannya masing masing. Bahkan penulis percaya orang biasa sekalipun punya sejarah
dalam hidupnya meski tidak diabadikan dibuku buku sejarah atau kitab kitabnya para ulama.
Tentunya kita bisa belajar mengambil hikmah dari sejarah, salah satunya dengan belajar sejarah
kemungkinan besa kitar bisa menebak apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang, menerka
nerka dan bersikap hati hati dalam bertindak, karena mau bagaimanapun sejarah akan selalu
terulang dalam waktu dan tempat yang berbeda. Disini penulis akan mengajak para pembaca yang
budiman untuk sama sama mengambil pelajaran baik yang tersurat atau yang tersirat dari kisah
seorang berandal yang dikemudian hari jadi seorang sufi yang berjiwa sosialis.
Mari kita simak dan cermati bersama sama.
Dalam kitab Tadzkirotul Auliya karya Syekh Fariduddin Al Atthar diceritakan tentang
seseorang yang bernama Bisyr bin Haris al Hafi. Al Atthar meriwayatkan, sewaktu muda Bisyr
adalah seorang pemuda berandal. Suatu hari dalam keadaan mabuk, Bisyr berjalan terhuyung
huyung. Tiba tiba ia temukan secarcik kertas bertuliskan “bismillaahirrohmaanirrohiim”. Bisyr
lalu membeli minyak wangi untuk memecrik kertas tersebut kemudian menyimpannya dengan hati
hati dirumahnya.
Pada suatu malam, ada seorang yang kasyaf bermimpi. Dalam mimpinya itu ia diperintah
oleh Allah untuk mengatakan kepada Bisyr ”engkau telah mengharumkan namaKu, maka akupun
telah mengharumkan dirimu, engkau telah memuliakan namaKu, maka aku pun telah memuliakan
dirimu. Engkau telah mensucikan namaKu, maka Akupun telah mensucikan dirimu. Demi
kebesaranKu niscaya kuharumkan namamu baik didunia mupun di akhirat nanti.” Lantas seorang
yang kasyaf itu bangun dan berfikir “bukankah Bisyr adalah seorang pemuda berandal, mungkin
aku telah bermimpi salah”. Atas dasar itu ia pun segera bersuci, shalat kemudian tidur kembali,
namun tetap saja mendatangkan mimpi yang sama. Ia ulangi perbuatan itu untuk yang ketiga
kalinya, ternyata tetap mengalami mimpi yang demikian juga. Keesokan harinya pergilah
seseorang yang kasyaf itu mencari Bisyr . Dari seorang yang ditanyanya, ia mendapat jawaban
”Bisyr sedang mengunjungi pesta minum anggur”. Maka pergilah ia kerumah orang yang sedang
mengadakan pesta minum anggur itu, dan menyampaikan pesan dari mimpinya tersebut kepada
Bisyr. Setelah mendengar pesan, Bisyr lalu berkata kepada kawan kawannya, “kawan kawan aku
dipanggil, oleh karena itu aku harus meninggalkan tempat ini. Selamat tinggal ! kalian tidak akan
pernah melhat diriku lagi dalam keadan seperti ini!”
Al Atthar selanjutnya meriwayatkan bahwa sejak saat itu tingkah laku Bisyr berubah
sedemikian salehnya. Sedemikian asyikya ia menghadap Allah bahkan mulai saat itu ia tak pernah
lagi memakai alas kaki, inilah sebabnya mengapa Bisyr dijuluki simanusia berkaki telanjang (al
hafi). Diceritakan Bisyr mempunyai jiwa sosial yang tinggi, rasa peduli dan empati kepada orang
orang miskin sangat besar. Konon disuatu musim yang begitu dingin , dimana semua orang
mengenakan pakaian tebal untuk menghagtkan tubuh mereka, beliau Bisyr Al hafi malah berbuat
sebaliknya. Dia melepas pakainnya ditengah cuaca yang begitu dingin. Akibatnya tubuhnya
menjadi menggigil kedinginan. Dengan tingkah lakunya itu orang orang keheranan dan bertanya
“mengapa engkau melepaskan pakainmu ditengah cuaca yang sangat dingin?”. Aku teringat orang
orang miskin, aku tidak punya uang untuk membantu mereka. Oleh karena itu, aku ingin turut
merasakan penderitaan mereka.” Jawab simanusia berkaki telanjang itu.

Bagaimana kisahnya para pembaca yang budiman ? menakjubkan bukan ?..

Ini sejarah, terlepas percaya atau tidaknya atas cerita diatas tadi itu kembali pada keyakinan
pembaca semua. Namun sebagaimana penulis katakandi awal, kita bisa memetik hikmah dan
pelajaran “f’atabiruu yaa ulil abshoor” (maka ambillah pelajaran, duhai orang orang yang
mempunyai pandangan). Sungguh sejarah mampu menghadirkan kekuatan inspirasi. Contoh diatas
hanya salah satu contoh dari lautan inspirasi yang diberikan oleh sejarah. seorang Individu,
keluarga, masyarakat, bahkan Negara, Semua bisa meneguk air kekuatan inspirasi dari sejarah.
Para ulama sejarah islam sudah banyak menuangkan hasil pemikiran yang dicetuskan oleh
inspirasi sejarah. Dan masih akan terus dibuka untuk siapapun yang mau menteladani akalnya
menyarikan inspirasi, motivasi dan inovasi dari berbagai sejarah yang ada didunia baik yang
tertulis atau tidak.
Ada poin penting yang bisa kita ambil pelajaran dari kisah simanusia berkaki telanjang
tadi, secara tersirat kisah diatas memberitahu kepada kita bahwasanya Allah dengan segala
ketentuannya begitu maha misterius, ketentuannya sulit kita tebak dan terka, sering kita mendengar
orang berkata “harapan tak sesuai dengan kenyataan dan manusia hanya bisa merencana, Allah lah
yang menentukan, rencana Allah selalu indah”. Kemudian dari kisah diatas kita bisa memetik
kearifan tentang pentingnya bersikap hati hati dalam memandang manusia, manusiawi dan
kemanusiaan. Bersikap hati hati dalam memvonis manusia, manusia dalah mahluk Tuhan yang
misterius, ungkap Descartes filusuf yunani. Sepertinya sulit bagi manusia biasa seperti kita untuk
menentukan arah tujuan dan akhir kehidupannya. Secara realitas yang kita saksikan disekitar kita
atau berdasarkan pengalaman, ada manusia itu yang awalnya baik tapi akhirnya tidak baik, ada
pula yang awal dan akhirnya baik, kemudian ada yang awalnya tidak baik akhirnya baik, dan ada
juga yang awal dan akhirnya tidak baik. Atau mungkin kita punya cerita yang sama dimana kita
dulu sewaktu sekolah atau mondok punya kawan yang begitu nakal dan kawan yang begitu pintar
tapi dikemudian hari kok bisa yang nakal lebih sukses dari yang cerdas dan kok bisa padahal
dulunya cerdas kok sekarang kehidupannya jadi hancur.
Manusia dengan kehidupannya bukanlah ibarat kita dalam foto, yang sampai puluhan
tahunpun akan tetap berdiam dalam posisi yang sama, melainkam manusia punya jalan cerita
masing masing punya pengalaman spiritualnya masing masing, manusia mengarungi dari waktu
kewaktu, peristiwa demi peristiwa dirasakan yang berkemungkinan besar akan merubah
pandangan dan sikap hidupnya. terkadang manusia bisa berubah bukan dengan teks teks
keagamaan ceramah dan tausiyah para muballigh, melainkan dengan sebuah pengalaman dan
peristiwa yang kadang diluar nalar kita. Maha misterius bukan ketentuan Allah itu ?
Suatu kewajaran bila kita mengataan seseorang itu brandal dan nakal, wajar juga kalau
tidak suka. Tapi Jangan berani berani menyimpulkan nasib akhir hidup seorang manusia. Kita
doakan saja yang baik baik karena Pertama, kita bukan Tuhan yang maha tahu dan kedua kita
bukan khidir yang dikisahkan membunuh seorang anak dengan alasan sudah tau dimasa yang akan
datang nasib sianak hanya akan mencelakakan kedua orang tuanya. Menyimpulkan sejarah
kemerdekaan Indonesia mungkin gampang. Begitu juga menyimpulkan sejarah perang dunia satu
dan dua, tidak terlalu sulit. Tapi menyimpulkan nasib akhir kehidupan seseorang? Orang orang
yang dipandang brandal dan bajingan sekalipun kita tidak tau akhir hidupnya akan bagaimana.
Celaka kah atau malah bahagia?. Pun orang yang kita pandang saleh, kita tidak tau akhir hidupnya
akan bagaimana. Bahagiakah atau malah celaka?
Bukankah tak sedikit sejarah mencatat orang orang saleh yang padahal oleh kitab suci
sudah dicatat akan bahagia, akhirnya malah celaka. Begitu juga orang orang pendosa yang sudah
jelas oleh kitab suci dicatat akan celaka, akhirnya bagja bahagia. Ada bukan seorang ahli ibadah
yang akhirnya malah celaka karena sebab menyakiti kucing, begitu juga seorang pendosa yang
akhirnya berbahagia hanya karena memberi minum seekor anjing. Bal'am bin Ba'uro pengikut
Nabi Musa yg terkenal dengan doanya yang selalu diijabah akhir hidupnya binasa, begitupun
Ts'alabah. Sy'awanah seorang perempuan yg dikatakan pendosa akhirnya menjadi seorang sufi.
Dan masih banyak lagi yang tak cukup bila dikaji hanya sampai batas teks tersuratnya saja,
tersiratnya juga sangat penting. Kalaupun kita punya wewenang untuk mengingatkan, bijak dan
ariflah. Sampaikanlah apa yang Allah firmankan dan apa yang telah Rosul sabdakan tapi jangan
berani berani memposisikan diri kita layaknya Allah yang sedang berfirman dan Rosul yang
sedang bersbada.

Bismillahirrohmaanirrohiim
“Fadzakkir innamaa anta mudzakkir. Lasta ‘alaihim bimushoitir” (maka berilah
peringatan, karena sesungguhnya engkau *Muhammad* hanyalah pemberi peringatan. Engkau
bukanlah orang yang berkuasa atas mereka). Amirul mu’minin, Umar bin Khattab berpesan
“hasibuu anfusakum qobla antuhaasabu” (hisablah/instropeksilah kalian sebelum kalian
dihisab).

Semoga bermanfaat.
Wallohu ‘alam bisshowaab.

RENUNGAN 5
Bisa jadi diam itu adalah emas apabila apa yang akan kita sampaikan menimbulkan
kekacauan, dan bisa jadi bicara adalah emas jika diam melihat kekacauan.
5 Ramadhan 1441

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Pembaca tau Socrates ? iya, benar, Socrates filusuf berkebangsaan Yunani gurunya Plato.
Socrates yang dijuluki sidukun beranak, bukan dalam artian membantu ibu ibu hamil dalam
melahirkan anak anaknya, melainkan membantu anak anak muda Yunani melahirkan ide ide atau
gagasan gagasan yang cemerlang. Meski akhir hidupnya tragis dan memilukan, dipaksa minum
racun, tetapi namanya lebih terkenal setelah kematiannya dibanding semasa hidupnya. Ide ide dan
buah pemikiran Socrates diabadikan oleh muridnya yang bernama Plato yang mana dikemudian
hari Plato melahirkan seorang murid briliyan yang bernama Aristoteles. Di Yunani kuno Socrates
terkenal memiliki pengetahuan yang tinggi dan sangat dihormati utamanya oleh kalangan anak
anak muda. Lagi lagi penulis dalam renungan kelima pada tanggal 5 Ramadhan ini akan mengajak
para pembaca untuk sama sama menyimak kisah dari filusuf bijak ini.

Dikisahkan suatu hari ada seorang kenalan dari temannya datang untuk bertemu dengan filusuf
besar itu dan berkata “tahukah anda apa yang saya dengar tentang teman anda?”
“Tunggu sebentar” Socrates menjawab, “sebelum anda menceritakan apapun yang anda dengar,
saya mau memberikan suatu test sederhana yang dikenal triple filter test”.
Pertama adalah filter KEBENARAN.
“Apakah anda yakin bahwa apa yang akan anda katakana pada saya itu benar ?”
“Tidak, sebenarnya saya hanya mendengar tentang temanmu itu dari orang lain”, jawab orang itu.
“Baik, jawab Socates “Jadi anda tidak yakin itu benar”. Sekarang saya akan memberikan filter
yang kedua
Filter kedua adalah KEBAIKAN.
“Apakah yang akan anda katakan tentang teman saya itu sesuatau yang baik?
“Tidak ,malah sebaliknya”
Jadi ,Socraets melanjutkan. “Anda akan menceritakan sesuatu yang buruk tentang teman saya tapi
anda sendiri tidak yakin bahwa itu sebuah kebaikan. Yang terakhir anda masih memiliki satu filter
lagi.”
Filter ketiga adalah KEMANFAATAN.
“Apakah yang akan anda katakan tentang teman saya itu akan bermanfaat bagi saya ?”
“Tidak, sama sekali tidak”
“Lalu, bila anda ingin menceritakan sesutau yang belum tentu benar, bukan tentang kebaikan, dan
bahkan tidak membawa kemanfaatan bagi saya, mengapa anda harus meneritakan itu pada saya
?…
Orang tersebut diam tak bisa berkata kata lagi.
Mari sama sama kita urai pelajaran yang kita dapat dari kisah diatas tadi.
Janganlah kita tergesa gesa dalam menyebarkan berita. Pada masa kini, ketika arus
informasi sedemikian mudahnya, tidak jarang saudara saudari kita atau mungkin kita sendiri sering
kali tanpa berfikir panjang, langsung menyebarkan semua berita dan informasi yang kita terima,
baik berita atau informasi didunia maya atau dunia nyata tanpa terlebih dahulu meneliti
kebenarannya, kebaikannya dan kemanfaatannya. Kita dengan sangat mudah men share berita,
entah dengan menggunakan media sosial semacam aplikasi faceebook atau whatsapp atau melalui
media lainnya. Akibatnya tak jarang muncullah berbagai macam kerusakan, seperti kekacauan,
provokasi, ketakutan atau kebingungan ditengah masyarakat akibat penyebaran berita semacam
itu.
Terkait dengan masalah ini, Allah swt pun memerintahakan pada kita untuk memeriksa
sesuatu berita terlebih dahulu karena belum tentu semua berita itu benar atau valid. Allah berfirman
“Yaa ayyuhalladziina aamanuu in jaa akum faasiqum binabain fatabayyanu an tushiibu
qouman bijahaalatin fatushbihuu ‘alaa maa fa’altum naadimiina” (wahai orang orang yang
beriman, jika datang orang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan
teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu. Q.S Al Hujuraat ayat 6).
Lalu apabila kita sudah memastikan kebenarannya, apakah berita itu akan kita sebarkan
begitu saja? Jawabannya tentu saja tidak, akan tetapi kita lihat terlebih dahulu kebaikan dan
kemanfatannya dari menyebarkan berita tersebut. jika tidak ada kebaikan dan kemanfaatannya atau
bahkan menimbulkan salah faham dalam skala besar, keresahan atau kekacauan ditengah tengah
masyarakat dan hal hal yang tidak diinginkan lainnya, maka hendaknya tidak disebarkan dan
alangkah baiknya diam. Penting bagi setiap dari kita baik pemberi, penyebar atau penerima berita,
untuk menggunakan triple filter test dicerita filusuf diatas tadi. Setiap kali kita mendengarkan
sesuatu atau membaca sesuatu jika bukan kebenaran, bukan kebaikan dan tidak ada manfaat, maka
tidak perlu kita terima. Apabila kita terlanjur mendengarnya jangan sampaikan pada orang lain
dan jangan menyakiti hati orang lain.
Jika abad modren ditandai dengan sebuah dictum dari Descartes “COGITO ERGO SUM”
(aku berfikir maka aku ada), maka kita saksikan era post truth mundur kembali sebelum abad
modern. Kebenaran, kebaikan dan kemanfaatan tidak lagi dikukur berdasarkan nalar rasionalitas
melainkan ditentukan oleh perasaan dan emosional. Jika informasi atau berita yang didapat sesuai
dengan emosinal dan perasaan kita apalagi ditambah dengan kepentingan, ia akan mudah diterima
dan disebarluaskan meskipun secara nalar kacau balau dan tidak sesuai dengan fakta. Dalam hal
ini kita juga harus mempunyai sikap kritis dalam artian, kita harus siap dan berani menganalisis
dan mengkaji semua pernyataan atau berita yang didapatkannya itu. Jika ada suatu ucapan yang
mashur ditengah tengah manusia, maka hal itu bukan berarti bahwa kita harus menerima ucapan
itu mentah mentah. Meskipum disampaikan dengan cara indah dan meyakinkan. Terlebih lebih
dalam urusan agama yang begitu sensitif bagi sebagian warga Idonesia. Kita harus menjadi orang
yang mempunyai sikap kritis. Janganlah kita menerima sesuatu atas dasar sikap membuta, entah
yang mengatakannya itu orang berpengaruh atau orang biasa biasa. Catatan, sikap kritis kita juga
harus berdasarkan intelektual bukan emosional.
Semoga bermanfaat.
Wallohu ‘alam bisshowaab.

RENUNGAN 6
Jebakan iblis tidak memandang status sosial.
6 Ramadhan 1441.

Bismillahirrahmaanirrahiim

Dalam kitab suci al quran diabadikan kisah tentang keengganan Iblis untuk bersujud pada
Nabi Adam atas perintah dari Allah SWT. Kisah diusirnya Iblis dari surga dan kisah komitmen
antara Iblis dengan Allah, dimana dikisahkan Iblis takkan pernah berhenti untuk menjerumuskan
manusia dalam lembah kehinaan. Dimulai dari tergodanya siti Hawa dan Nabi Adam, dikemudian
hari menjerumuskan kedua anak Adam dan Hawa yakni Habil dan Qabil, yang mana pristiwa ini
dicatat menjadi peristiwa pembunuhan pertama dalam sejarah peradaban umat manusia karena
perasaan cinta dan cemburu sosial. Iblis tak memandang status sosial dalam menjerumuskan umat
Nabi Muhammad SAW. Jebakan Iblis tak memandang status sosial, Bahkan Sykeh Ibnul Jauzi
dalam kitabnya Talbis Iblis menuliskan tentang jebakan jebakan iblis pada seorang faqih, hafidz,
pelaku tasawuf dll. Padahal menurut syekh Iyas dalam kitabnya Badai’uz zuhur, ia menuliskan
bahwa pada awalnya Iblis itu ahli ‘Ibadah dan namanya ‘Azazil bahkan mempunyai gelar Roiisul
Malaikat (pemimpin malaikat).
Dalam kaitannya dengan renungan penulis kali ini, ada sebuah kisah yang dinarasikan dari
kisah yang termaktub dalam kitab "Mukhtashar Tadzkiratul Qurtubi" karya ulama kenamaan,
Syekh Abdul Wahab As Sya'roni. Kisah yang kali ini akan kita baca dan cermati kalau tidak salah
pernah diadaptasikan kesebuah film bernafaskan religi dalam judul tipu daya Iblis disalah satu
stasiun tv. meski agak terkesan di dramatisir.
Pembaca tahu dengan yang namanya Barshisha ?
Pernah mendengar nama dan kisahnya ?
Kalau belum mari kita sama sama simak ceritanya.
Brashisha al-'Abid, begitulah orang-orang memberi gelar kepadanya. Al-‘abid secara
harfiyah diartikan sebagai ahli ibadah. gelar itu disematkan karena ia memang orang yang sangat
tekun beribadah. Bahkan, dikisahkan sampai-sampai malaikat pun terkagum atas ibadahnya. Ia
juga merupakan seorang guru spiritual yang ulung. Konon ia memiliki puluh ribuan murid yang
semuanya berilmu tinggi dan memiliki keramat bisa terbang. Namun, di tengah kekaguman para
malaikat itu, lantas Allah mengherankannya dengan berkata kepada para malaikat: "Gerangan apa
yang membuatmu begitu terkagum akan Barsisha. Padahal di dalam pandangan hakikatku, ia tak
ubahnya seperti setan yang terkutuk."
Malaikat pun tercengang mendengarnya. Mereka mulai menerka-nerka akan takdir apakah
yang membuatnya tersungkur ke dalam lembah derajat yang hina dina. Alkisah, Barsisha memiliki
sebuah keramat. Ya, apabila ia menemui orang gila dan kemudian menyentuhnya, maka seketika
orang gila tersebut sembuh. Dan yang terjadi saat itu pada seorang gadis anak raja. Sang putri
mengalami gangguan jiwa. Atas perintah sang raja, diutuslah pasukan kerajaan untuk membawa
sang putri ke tempat tinggalnya Barsisha di tengah hutan dengan harapan ia memperoleh
perawatan rehabilitasi dan akan menuai kesembuhan. Maka berangkatlah para pasukan dengan
membawa putri raja yang sedang sakit jiwa itu. Sesampainya di sana, setelah mengutarakan
maksud dan tujuan kedatangannya. Para prajurit kerajaan bergegas undur diri untuk kembali ke
kerajaan dengan meninggalkan sang putri bersama Barsisha di tmpatnya yang berada di tengah
hutan.
Saat para bala prajurit telah meninggalkan mereka berdua, saat putri raja masih dalam
keadaan gila, dan saat Barsisha hanya ditemaninya di tengah hutan belantara tanpa ada orang selain
mereka, Iblis pun datang menggoda: "Wahai Barsisha, tidakkah engkau melihat putri raja itu cukup
cantik jelita. Ia begitu menggoda. Tidakkah engkau berpikir untuk sejenak bersenang-senang
dengannya. Nikmatilah tubuhnya untuk sekali saja. Lagi pula, ia dalam keadaaan gila. Sudah tentu,
ia tidak akan mengetahui apa-apa yang terjadi saat ini, setelah kesembuhannya nanti. Kalian pun
juga hanya berdua di hutan belantara ini. Tak akan ada orang yang mengetahui. Ayolah, ku kira
pantas bagimu untuk rehat sejenak dari aktivitas ibadahmu yang melelahkan," bujuk iblis penuh
kemesraan.
Nahas menimpanya, Barsisha tergoda oleh tipu daya iblis terkutuk. Ia pun melakukan zina
bersama sang putri yang masih dalam keadaan gila. Namun baru saja usai melampiaskan nafsu
birahinya, Iblis kembali merasuk, berbisik menggoda ke dalam relung hati Barsisha. "celakalah
engkau wahai Barsisha. Cepat atau lambat, perbuatan kejimu terhadap sang putri akan diketahui.
Orang-Orang utusan kerajaan tidak akan terima akan perbuatanmu kepada anak rajanya. Terlebih,
engkau sudah terkenal sebagai seseorang yang sakti dan ahli beribadah. Jika hal ini diketahui,
sontak, reputasimu akan hancur berantakan. Nama baikmu akan tercemar. Dan seluruh orang akan
mencampakkanmu."
“Lalu apa yang harus kulakukan?” batin Barsisha mulai dirundung kecemasan dan gelisah
tak karuan. Ia mulai bertanya-tanya terhadap diri sendiri dan mencari cara bagaimana untuk
menutupi semua ini. Dan lagi-lagi, sang Iblis mulai berbisik melancarkan strategi: "Sudahlah,
bunuh saja wanita itu. Kemudian kuburlah ia dalam-dalam di atas gundukan pasir. Dan jika para
utusan kemari untuk menjemput sang putri, bilang saja bahwa ia telah sembuh dan pamit untuk
kembali ke kerajaan seorang diri. Maka, semuanya akan beres. Kalupun ia akhirnya tak kembali,
engkau tak akan disalahkan. Mereka pasti mengira bahwa sang putri telah mati tertikam binatang
buas di tengah perjalanannya kembali menuju istana.
"Naasnya, Barsisha pun kembali mengiyakan tawaran iblis yang seakan penuh kompromi
tersebut. Dibunuhlah sang putri olehnya dan kemudian ia kubur dalam-dalam hingga sekiranya tak
seorang pun mengira ada mayat di bawah sana. “Akhirnya, sekarang tuntas sudah semuanya,”
batin Barsisha penuh lega.
Namun tidak bagi Iblis. Setelah ia berhasil membujuk rayu manusia yang terkenal ahli
ibadah dan bisa menyembuhkan orang gila hanya dengan sentuhan tangannya itu, Iblis kemudian
menjelma menjadi seorang shalih ahli ibadah yang seakan dapat mengetahui segala sesuatu yang
terjadi. Ia kemudian masuk ke istana, menemui raja, dan menceritakan apa yang terjadi terhadap
putrinya dan Barsisha di tengah hutan belantara. Seketika sang raja mengirim utusan untuk
menangkap Barsisha di tempat kediamannya. Dan tanpa ampun, singkat cerita akhirnya Barsisha
dihukum salib oleh sang raja. Sungguh, kini Barsisha sudah tak mampu melakukan apa-apa. Di
tengah kelemahan Barsisha ini, dengan licik sang Iblis kembali memanfaatkan keadaan untuk
menjerumuskan lebih dalam lagi ke lembah kekufuran. Iblis pun berkata kepada Barsisha dengan
penuh rasa iba: "alangkah malangnya nasibmu, engkau sekarang terhukum salib oleh sang raja.
Namun, janganlah kau hiraukan. Sebentar lagi penderitaanmu akan berakhir. Aku akan
menolongmu. Tapi ada satu syarat yang harus kau penuhi."
"Apa itu, sungguh akan kulakukan asal engkau mau menyelamatkan," tanya Barsisha kegirangan.
"Sembahlah aku." Tutur iblis.
"Bagaimana aku dapat menyembahmu jika tubuhku tersalib oleh kayu?" tanya Barsisha di tengah
kondisinya yang semakin layu.
"Cukuplah bagimu untuk isyarat saja. Entah itu dengan anggukan atau sekedar kedipan mata
sebagai ganti sujudmu kepadaku."
Maka, dengan sisa-sisa tenaga, Barsisha yang mulai melemah pun akhirnya melakukan apa
yang diperintah oleh Iblis. Sayang, seketika itu juga ia mati. Dan Iblis pun tak menyelamatkannya,
sedang ia telah mati dalam keadan kufur terhadap Allah subhanahu wata'ala. Sungguh, benar-benar
Barsisha yang nestapa. Na'udzubillah.

Tentunya sebagai manusia biasa seperti kita yang takkan terlepas dari salah dan lupa “ al
insanu mahallul khotooi wannisyaan” (manusia tempatnya salah dan lupa), menjadi sebuah
keharusan bersikap hati hati dalam melakukan segala hal dan harus diutamakan, sebab ada pepatah
“Iblis akan menunjukan seribu pintu kebaikan kepada kita demi memasukan kita kesatu pintu
keburukan/kehinaan. Ketika iblis gagal membuat kita menjadi seorang pendosa, maka iblis akan
berusaha membuat kita menjadi orang yang paling merasa saleh dan paling merasa benar.
Syekh Ibnu Qoyyim menuturkan dalam salah satu karyanya yakni kitab Bada’iul Fawaaid
“sungguh Iblis itu akan mengajak manusia kepada enam perkara yaitu : kufur, bid”ah, dosa besar,
dosa kecil, hal hal yang mubah, hal hal yang tidak penting dan mengerahkan bala tentaranya dari
golongan manusia. Maksudnya seperti ini, apabila iblis berhasil mengajak manusia pada kekufuran
maka sudahlah iblis tenang saja dan sudah merasa berhasil menjerumuskan manusia. Namun
apabila gagal, iblis akan mengajak manusia kepada perbuatan bid’ah (dholalah) bahkan kalau
seseorang sudah terjerumus pada perkara bid’ah, iblis akan membuat bid’ah itu seakan akan indah.
Namun jika gagal, iblis akan mengajak manusia kepada perkara dosa dosa besar, jika tidak berhasil
iblis akan mengajak manusia untuk berbuat dosa dosa kecil, tidak berhasil juga iblis akan mengajak
manusia untuk berbuat hal hal mubah hingga lupa untuk beribadah, jika tidak berhasil iblis akan
mengajak manusia untuk berbuat hal hal yang tidak penting sehingga lupa akan perkara yang
penting dan jika tidak berhasil juga maka jalan terakhir iblis akan mengerahkan pasukannya dari
golongan manusia untuk menyerang orang orang yang berpegang teguh pada agama.
Sekarang saja dibulan suci Ramadhan yang dikatakan Iblis tidak bisa berbuat apa apa
dalam menggoda manusia karena dikurung, tetap saja ada kejadian kejadian seperti pembunuhan
dan pemerkosaan. dan dengan kejadian seperti ini juga membuktikan, bahwa iblis dalam bentuk
manusia (bil insi) itu nyata. Dan ada disekitar kita atau kita sendiri, na’uudzubillah.
Semoga bermanfaat.
Wallohu ‘alam bisshowaab.

RENUNGAN 7
Agama diturunkan untuk manusia dan digunakan untuk kemanusiaan.
K.H Abdurrahman Wahid.
7 ramadhan 1441.

Bismillahirrahmaanirrahiim

Renungan ketujuh ini, penulis akan mencoba menjabarkan kutipan K.H Abdurrahman
Wahid atau dikenal dengan sapaan GusDur. Pertama tama dikarenakan ini menyangkut soal
Agama yang sudah pasti para pembaca punya pemahaman masing masing, maka penulis akan
memberi pengantar sedikit. Pendapat penulis benar menurut penulis tapi kemungkinan salah
menurut para pembaca yang budiman. Ada pepatah arab mengatakan “kullu ro’sin ro’yun
(setiap kepala berbeda pemikiran). Dan perbedaan itu rahmat bagi mereka yang arif dan bijak.

Peradaban umat beragama saat ini sedang dilanda krisis nilai, yakni nilai kemanusiaan
(humanisme). Nilai kemanusiaan ini mulai memudar ditindas dengan menebalnya politik
identitas. Ideologisasi politis menjadikan agama hanya sebaga sarana menghancurkan buk an
mendamaikan dan mententramkan. Pesan-pesan agama yang damai dan menentramkan
dinodai dengan tafsiran-tafsiran keliru, sehingga melanggas nilai paripurna, di mana agama
membawa pesan perdamaian bagi manusia di seluruh dunia. Kemanusiaan dan pesan pesan
cinta juga kasih sayang menurut hemat penulis adalah titik temu semua agama.Tidak ada
masalah masing-masing orang berbeda keyakinan, berbeda pilihan politik, atau juga berbeda
latar belakang budaya. Selama setiap orang memahami pesan kemanusiaan, perbedaan tidak
akan menjadi sumber perpecahan dan kehancuran. Jika semua orang memahami nilai
kemanusiaan ini tidak akan ada konflik, atas nama apapun.

Kemanusiaan sebagai pesan tertinggi agama-agama menolak segala bentuk tindakan


kekerasan yang tidak manusiawi. Agama berperan membangun dialog lintas keberagaman
(wajadilhum billati hiya ahsan) demi tercapainya hubungan harmonis antar kehidupan
manusia. Penulis percaya, Setiap orang menginginkan kebahagiaan dan rasa aman. Agama
memberikan jaminan bahwa setiap umatnya dalam perdamaian. Begitu banyak pesan pesan
Agama yang bersifat sosial dan demi terciptanya keharmonisan sosial atau dalam istilah
agamanya (limashlahatil ummah) Cita-cita itu terasa hilang ketika agama dibenturkan dengan
berbagai kepentingan yang justru merusak pesan-pesan kemanusiaan yang telah paripurna.
Kekerasan meninggalkan duka. Pesan-pesan kemanusiaan diabaikan demi kepentingan
golongan yang terbatas.

Kemanusian adalah titik pertemuan bagi semua orang. Kalau kita tidak bisa menerima
orang lain karena agamanya, budayanya, bahasanya, madzhabnya, adat istiadatnya, maka
terimalah dan hargailah karena orang tersebut masih sama sama manusia seperti kita.
Meskipun berbeda agama, berbeda negara, semua orang pasti sama ketika bicara
kemanusiaan. Kemanusiaan meminta kita untuk peduli kepada orang lain, menghargai orang
lain, dan menebar perdamaian bagi semua kehidupan. Apabila seorang Voltaire mengatakan
jika bersangkutan dengan uang, semua orang termasuk ke dalam agama yang sama, maka
penulis akan mengatakan jika bersangkutan dengan kemanusiaan, semua orang termasuk
kedalam agama yang sama. Agama mendorong tegaknya nilai-nilai kemanusiaan, agar
tercipta tatanan kehidupan yang membahagiakan tanpa ada ancaman dan rasa takut. Ketika
rasa kemanusiaan yang menjadi sifat alami, maka tiada tanya tentang siapa yang akan
menerima apa yang akan dibagikan. Karena semata-mata demi panggilan nurani dan demi
memuliakan Sang Maha yang telah memberikan kehidupan.

Sejatinya agama adalah bicara tentang nilai-nilai kemanusiaan tanpa batas. Berbagi
sesama tanpa ada sekat. Karena nilai-nilai kemanusiaan yang ada yang bersifat universal.
Inilah ajaran agama sejatinya. Namun oleh keogisan manusia, nilai-nilai kemanusiaan yang
ada menjadi jualan semata. Nilai kebaikan bersifat eksklusiv, hanya untuk golongannya saja.
Pada hakekatnya semua agama bicara tentang kemanusiaan untuk saling berbagi kepada
mereka yang membutuhkan. Yang lebih berbagi kepada kekurangan. Yang berkekurangan
tetap perlu berbagi demi suara hatinya, semampu yang mereka bisa. Dalam beragama, kita
hendaknya tidak hanya mengedepankan prinsip benar salah. Tetapi juga mengunakan perasaan
untuk memaknai unsur ketentraman dan kemanusiaan yang terkandung dalam setiap agama.
Apabila seseorang hanya menganggap Agama yang dianut hanya sebagai satu satunya jalan untuk
mencapai sorga, dengan merendahkan Agama lainnya sebagai Agama yang salah dan sesat, maka
pemikiran dikotomi akan terus berkembang dalam dirinya bahkam sampai keanak cucunya.
Apakah ini yang kita inginkan ?....

Tidak ada yang salah dengan agama, semua tergantung pemeluknya. Setiap agama punya
ajaran cinta dan kasih sayang. Setiap agama masing masing mempunyai sejarah kelamnya dan
punya catatan hitam putihnya yang mana tidak terlepas dari latar belakang dan alasan kenapa harus
seperti itu. Dalam konteks moralitas, semua pemeluk agama dari berbagai agama yang ada belum
ada yang sempurna, semua masih perlu berbenah muhasabah dan memperbaiki diri masing
masing. Taukah anda, bahwa sejarah mengatakan dari setiap agama yang ada selalu tercatat para
pemeluknya lengkap dengan sikap dan sudut pandang serta pemikirannya dalam beragama.
Mereka adalah GusDur, Ghandi, Bunda Theresa, Dalai lama, Hitler, Ibnu Muljam, Issabela dan
masih banyak. Pertanyaannya, mau dengan cara siapa kita dalam beragama ? atau kita punya cara
sendiri dalam beragama sehingga cara kita itu menampakkan bahwa rahmatal lilalamiin itu bukan
hanya slogan semata melainkan sikap dan jalan hidup.
Islam menjadi salah satu agama yang dianut oleh umat manusia. Selain Islam juga terdapat
agama-agama lainnya seperti Kristen, Budha, Hindu dan sebagainya. Setiap agama memiliki
kepercayaannya masing-masing. Namun hal ini sering kali menjadi sebuah perdebatan diantara
umat manusia. Tidak sedikit pula pemeluk agama yang menghina Tuhan dari agama lain. Sehingga
hal ini kerap menimbulkan permusuhan diantara umat beragama. Dalam Islam, menghina Tuhan
agama lain merupakan suatu hal yang sangat dilarang. Karena dapat menimbulkan kerusakan yang
besar. Bukan hanya bagi dirinya sendiri namun juga terhadap keyakinannya. Berikut penjelasan
selengkapnya.

Sejatinya Islam mengatur segala sendi kehidupan, termasuk larangan mencaci maki,
mengolok-olok, menghina atau menjelekkan sesembahan penganut agama lain. Karena begitu
pentingnya, Allah SWT pun mengatur hal ini. Sebagaimana firman-Nya bahwa, “walaa
tashubbulladziina yad’uuna min dunillaahi fayasubbullaha’adwan bighairi ‘ilmin, kadzaalika
zayyannaa lukilli ummatin ‘amalahum tsumma ilaa robbihim marji’uhum fayunabbiuhum
bimaa kaanu y’amaluuun” (Dan janganlah kamu menghina sembahan-sembahan yang mereka
sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa
pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka.
Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa
yang dahulu mereka kerjakan.) Semoga Allah SWT memberikan kepada kita hati yang terbuka
luas, tentram dan memberi kesejukan pada setiap mahluk hidup. Aamiin yaa robbal’aalamiin.

Semoga bermanfaat.
Wallohu ’alam bisshowaab.

RENUNGAN 8
Kejujuran pangkal kesuksesan
8 Ramadhan 1441

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Kisah kisah bijak yang telah berusia ribuan tahun disampaikan secara turun temurun. Pada
kisah kisah tersebut bertebaran nilai nilai moral dan akhlaqul kariimah yang seharusnya mampu
menggugah hati nurani dan mendidik kepada kita untuk selalu setia pada prinsip prinsip kebaikan,
kebenaran dan keadilan yang tujuan akhirnya hanyalah kebahagiaan hidup bersama. Hidup ini
adalah sebuah siklus yang terus berputar dan kadang kita menemukan bahwa kita berada diatas
maupun dibawah. Pada sebuah keadaan yang tidak kita inginkan, setiap individu tentunya
membutuhkan suntikan motivasi dan energi agar jiwa yang sedang gundah dan galau tersebut bisa
melanjutkan kehidupan dengan penuh semangat.

Begitu banyak tokoh dunia yang sukses karena diawali kejujuran, salah satunya tokoh yang
sukses karena brsikap jujur bahkan membawa hikmah berupa hidayah dan taufiq bagi orang lain
adalah syekh ‘Abdul Qodir Jailani yang terkenal dengan gelar Shultoonu Al auliya (rajanya para
wali Allah).

Siapa yang tidak pernah mendengar nama Abdul Qodir al-Jailani?

Hampir semua muslim pernah mendengar namanya. Ketika namanya disebut, yang
terbayang adalah kesalehan dengan segudang karomah. Beliau merupakan tokoh sufi paling
masyhur di Indonesia. Peringatan haul Waliyullah ini pun selalu dirayakan setiap tahun di
beberapa pondok pesantren, termasuk di pesantren tempat penulis mencari pengalaman di daerah
Garut Jawa Barat. Tokoh yang diyakini sebagai cikal bakal berdirinya aliran tarekat Qadiriyah ini
lebih dikenal masyarakat lewat cerita cerita karomahnya dibanding ajaran spiritualnya. Biografi
tentangnya sering dibacakan dimajlis majlis yang dikenal dimasyarakat dengan sebutan
manaqiban. Masyarakat di desa penulis sering disebutnya ngaos layang (membacakan kisah
perjalanan beliau dengan gaya bicara seperti dalang).

Kisah ini dieritakan dalam kitab Irsyadul ‘Ibad karya Syekh Zaimuddim bin ‘Abdul Aziz.
Syekh Abdul Qadir al-Jailani pernah ditanya oleh muridnya yakni Syekh Muhammad bin Qaid Al
Awani tentang bagiamana membangun kesuksesan hidup. Seketika itu, Syekh Abdul Qadir pun
menjelaskan bahwa dirinya menjunjung kejujuran. Dengan memegang teguh kejujuran, Syekh
Abdul Qadir selamat dari perbuatan jahat para perampok saat ia dalam perjalanan menuntut ilmu
ke Baghdad. Kisah ini pun diceritakan Syekh Abdul Qadir Al Jailani kepada muridnya itu. Saat
kecil, Syekh Abdul meminta izin pada ibunya pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu. Ibunya pun
mengizinkan dan memberikannya uang sebagai bekal dalam perjalanan menuju Baghdad. Uang
sebanyak empat puluh dinar itu diselipkan di lipatan pakaian di bawah ketiak Syekh Abdul Qadir.
Sebelum berangkat, ibunya berpesan agar Syekh Abdul Qadir senantiasa jujur dalam kondisi
apapun. Syekh Abdul Qadir pun kemudian berangkat dengan rombongan kecil yang hendak
menuju Baghdad. Saat sampai di wilayah Hamdan, rombongan yang akan pergi ke Baghdad itu
pun dihadang oleh para perampok. Para perampok pun merampas semua harta benda orang-orang
yang akan berangkat ke Baghdad itu.

Hingga tiba saat Syekh Abdul Qadir didekati salah satu perampok, perampok itu
menanyakan tentang harta benda yang dibawanya. Seketika dengan jujur Syekh Abdul Qadir pun
menjawab bahwa ia membawa uang empat puluh dinar. Syekh Abdul Qadir pun menunjukan letak
di mana uangnya disimpan. Namun perampok yang bertanya itu meragukan jawaban Syekh Abdul
Qadir yang masih kecil dan menganggapnya hanya sebagai candaan. Tetapi, saat perampok
lainnya bertanya tentang hal yang sama. Syekh Abdul Qadir pun menjawab seperti yang diutarakan
sebelumnya. Hingga kemudian para perampok itu mengadu pada pemimpinnya. Pimpinan
perampok pun lantas menghampiri Syekh Abdul Qadir dan menanyakan tentang harta yang
dibawanya. Syekh Abdul Qadir pun kembali menjelaskan bahwa dirinya membawa uang empat
puluh dinar yang diletakan di lipatan baju. Pimpinan perampok itu lantas merobek jahitan baju
yang berada di bawah ketiak Syekh Abdul Qadir dan mendapati uang sebesar empat puluh dinar
itu. Pimpinan perampok pun terheran. Hingga bertanya pada Syekh Abdul Qadir tentang apa yang
membuatnya begitu saja mengaku tentang harta yang dibawanya yang akan dirampok. Syekh
Abdul Qadir pun menjawab bahwa ia teringat pesan sekaligus janji pada ibunya agar selalu jujur.
Sebab itulah syekh Abdul Qadir memberitahu harta yang dibawanya pada perampok.

Mendengar jawaban Syekh Abdul Qadir, pimpinan perampok itu tersungkur dan menangis.
Ia pun langsung menyatakan tobat atas perbuatannya. Seketika anak buahnya pun mengikuti
bertobat dan mengurungkan niat untuk merampok harta benda rombongan yang hendak pergi ke
Baghdad.

Jujur merupakan suatu kata yang sederhana dan memiliki arti yang sederhana pula tapi
bernilai luar biasa. Kejujuran juga harus dilakukan atau dipraktikan dalam kehidupan sehari hari.
Jujur merupakan sikap yang ada pada diri manusia. Akan tetapi harus kita akui manusia sulit
menerapkan sikap yang satu ini pada dirinya sendiri. Sikap jujur harus sama sama kita tanamkan
dalam diri sendiri dan harus mulai diterapkan pada anak anak diusia dini, meski kadang bagi
penulis yang pertama mendidik anak anak berbohong dalah orang tuanya sendiri. Padahal
menerapkan sikap jujur pada anak usia dini sangalah penting, karenanya akan membiasakan anak
berkata jujur dan apa adanya. Kejujuran akan banyak menuai hikmah, yang bisa didapat. Ada
beberapa contoh hikmah yang bisa didapat salah satunya jujur dalam bekerja maka orang akan
mempercayai dan menghargai kita, jujur dalam berdagang, termasuk jujur dalam mencari ilmu
pengetahuan.

Apakah benar jujur itu indah ? walau terkadang terasa pahit diawal tetapi akan terasa manis
juga pada akhirnya. Benarkah bersikap jujur dapat menghindarkan kita dari masalah ? dan dapat
memberikan hikmah yang baik bagi diri sendiri maupun orang lain ? mari kita buktikan sama sama.

Semoga bermanfaat.

Wallohu ‘alam bisshowaab.

RENUNGAN 9

Ilmu Pengetahuan adalah kekuatan.

Ucu syarifudin Hidayatullah.

9 Ramadhan 1441

Bismillahirrahmaanirrahiim

Tanggal 9 Ramadhan ini bertepatan dengan hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2020.
Selamat hari pendidikan Indonesiaku. Peringatan hari pendidikan Nasional pada tangal 2 Mei ini,
diambil dari tanggal lahir sosok yang dianggap berjasa dalam bidang pendidikan ditanah air, yaitu
Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara adalah salah satu tokoh ikonik didunia pendidikan
Indonesia. Semboyannya yang sampai sekarang dipakai, dipercaya bahkan dijadikan semboyan
kementrian pendidikan nasional di Indonesia adalah “ing ngarsa sung tulada” yang artinya didepan
memberi contoh, kemudian “ing madya mangun karsa” ditengan memberi semanagat dan “tut wuri
handayani” yang memiliki arti kurang lebih dibelakang memberi dorongan. Menurut hemat
penulis semboyan ini pantas juga dijadikan acuan dalam memimpin. Baik memimpin Negara,
Agama atau bahkan dalam berkeluarga.

Para pembaca yang budiman, dikarenakan ini hari pendidikan penulis sengaja
merenungkan tentang pentingnya ilmu pengetahuan, yang mana di awal, penulis mengutip
perkataan kakak yang ketiga, Ucu Syarifudin Hidayatullah. Kata dia ilmu pengetahuan adalah
kekuatan. Ya, dan penulis sangat setuju, ada pepatah mengatakan dengan ilmu hidup jadi mudah,
dengan agama jadi terarah dan dengan seni hidup jadi indah. Tak kalah hebatnya seorang ilmuwan
terkenal Albert Einstein berkeyakinan bahwasanya ilmu pengetahuan adalah peradaban yang
paling menakjubkan dalam sepanjang sejarah manusia. Islam sendiri menaruh perhatian yang
istimewa terhadap ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan seseorang bisa diangkat
derajatnya, Syekh Azzarnuji dalam kitabnya T’alim Mut’alim menuliskan syair “ta’allam fainnal
‘ilma zainun liahlihi, wafadhlun wa’inwanun likullil mahaamidi” (maka carilah ilmu, sungguh
ilmu pngetahuan itu jadi perhiasan bagi ahlinya, dan jadi keagungan baginya serta menjadi tanda
disetiap perkara yang terpuji).

Dijaman sekarang salah satu bekal hidup yang harus selalu di perbaharui dan disegarkan
adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Gus Umar salah satu senior sekaligus guru penulis
menuturkan “salah satu berkat bagi anak saleh dijaman sekarang adalah yang melek ilmu
pengtahuan dan teknologi”. Seperti yang kita tahu bahwa dewasa ini ilmu pengetahuan dan
teknologi begitu meningkat drastis. Ini artinya kita pun dituntut untuk terus meningkatkan diri kita
supaya tidak kadaluwarsa atau ketinggalan. kita harus menyadari bahwa perubahan situasi dan
kondisi akan selalu terjadi, sehingga manusia dituntut untuk senantiasa belajar terus belajar
menyesuaikan diri denga tuntutan zaman dan perkembangan zaman yang terjadi. Dengan
demikian, mengisyaratkan bahwa ilmu itu sangat penting bagi kehidupan kita. Kyai, guru, dosen,
pengusaha, mahasiswa, peneliti, aktor, penyanyi, programmer dan semua orang, semua
membutuhkan ilmu. Dan dari ilmu itu mereka telah membuat karya-karya besar yang menjadikan
hidup menjadi lebih hidup, terarah dan mempunyai makna serta tujuan.

Di dunia ini banyak sekali ilmu, apakah kita harus menguasai semuanya? Menurut penulis
pribadi tidak harus, karena kita tidak mungkin bisa menyerap semua hal dalam diri kita. Tapi
minimal ada beberapa ilmu yang wajib kita dalami. Dianataranya :

Pertama ilmu agama, ini pondasi dari segala ilmu. Pondasi harus kuat supaya kokoh dan
tidak mudah tumbang, agama tanpa ilmu pengetahuan buta, ilmu pengetahuan tanpa agama akan
lumpuh, ungkap Einstein.

Kedua, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang yang kita minati, pilih beberapa
yang kita suka dan mampu kita lakukan. Jangan semua ilmu kita serap secara mendalam, karena
tidak mungkin kita menjadi seorang yang ahli dalam semua bidang. Misalnya kita guru maka yang
perlu dipelajari adalah ilmu tentang keguruan dan beberapa ilmu pendukung. Atau bidang yang
kita minati kesenian, maka yang perlu ditekuni adalah ilmu kesenian. Ilmu pendukung ini bisa
kemampuan publik speaking, kreativitas, inovasi pembelajaran, dan teknologi pendidikan dan
lain-lain. Silahkan sesuaikan dengan kebutuhan kita.

Ketiga, adalah ilmu komunikasi dan pergaulan. Komunikasi disini penulis arahkan
kepenguasaan bahasa asing utamanya bahasa inggris dan arab, karena bagi penulis ini penting
untuk meningkatkan kesuksesan dalam segala hal. Adapaun yang dimaksud dengan pergaulan
disana adalah kecekatan kita dalam beradaptasi dengan berbagai macam situasi lingkungan yang
mliputi aspek psikologis, sosial dan budaya. Tanpa ilmu komunikasi dan pergaulan yang baik,
maka akan sulit bagi kita untuk menjadi pribadi yang lebih unggul.

Keempat adalah ilmu tentang kesehatan. Sehat itu mahal, sehat itu penting dan sehat itu
akan mempengaruhi stabilitas emosi, spirit dan kecerdasan intelektual kita.

Minimal empat hal itulah yang haru terus kita kembangkan dan kita gali. Dengan begitu
Insya Allah kita akan menjadi pribadi yang siap bertempur menghadapi tantangan zaman yang
begitu keras. Satu motto kita “ilmu pengetahuan adalah kekuatan”. Saking agungya ilmu
pengetahuan, dalam kitab yang sama syekh Azzarnuji kembali menuliskan sebaris syair yang
begitu menakjubkan, syairnya sebagai berikut : “al jaahiluuna famautun qoblal mauti,
wal’aalimuuna wain matu fa ahyaaun” ( orang bodoh dianggap sudah mati meski masid hidup,
orang berilmu meski sudah mati seakanakan masih hidup).

Smoga bermanfaat.

Wallohu ’alam bisshowaab.

RENUNGAN 10

Kita tidak mesti jadi orang lain atas prestasi mereka, jadilah diri sendiri dengan kemampuan
dan prestasi yang kita miliki.
10 Ramadhan 1441

Bismillahirrohmaanirrohiim

Renungan kesepuluh tanggal 10 ramadhan ini masih berkaitan dengan pendidikan. Sebagai
pengantar, penulis akan sedikit berbagi cerita. Ini pengalaman penulis sewaktu mencari
pengalaman di pondok pesantren Mifthahul Jannah Ngawi Jawa Timur.
“mas wahyu ayo ikut ! kita mencari ilmu” ajak Gus Dayat, senior penulis.
“nggih gus, kemana ?” jawab penulis sambil menghampiri beliau.
“Ayo ikut saja” timpal Gus Dayat.
Penulispun mengikuti beliau, dan ternyata kami berdua masuk ke aula tempat para santri nonton
tivi kalau libur ngaji. Gus Dayat menyalakan tivi sambil berkata “ayo sini kita mencari ilmu”.
“Oalaaah, nonton tivi toh gus ternyata” gumam hati penulis. Kebetulan malam itu kami menonton
film bergenre super hero spiderman 1 yang diperankan oleh Tobey Maguire.
“Perhatikan dialog dialognya lho yu, banyak memuat hikmah, jangan hanya aksi perang dan
bertarungnya yang kita nikmati dari film itu, pesan pesannya juga tak kalah penting” saran Gus
Dayat disela sela penulis asyik menonton.
Memang pada awalnya penulis suka nonton film itu hanya menikmati aksi aksinya seperti
tarung dan perang. Setelah mendengar tutur Gus Dayat penulis coba ikuti sarannya. Dan benar
film itu tidak hanya menampilkan aksi aksi tapi membawa atau mungkin yang lebih pas memuat
pesan pesannya juga yang tak kalah hebat. Di film Spiderman contohnya, penulis menemukan
pesan ketika paman Ben menasehati Peter Parker dimobil taksi, paman Ben berpesan “seiring
datang kekuatan besar, tanggung jawabpun semakin besar”. Renungkan !!!!!
“wah benar juga ya gus, dialog dialognya banyak memuat hikmah” ungkap riang penulis.
“ia memang makanya saya ngajak mas wahyu mencari ilmu meski dari film, ilmu pengetahuan tak
semua tertulis dikitab kitab dan buku sejarah”, tutur Gus Dayat.

Sebagai pengantar, penulis cukupkan sekian. Mari kita fokuskan kembali kerenungan kesepuluh
ini.
Pembaca suka nonton film ?
Genre apa yang paling diminati ?
Action, war, super hero, drama, horror ?
Ok, pembaca tahu dan pernah nonton film komedi Bollywood berjudul 3 IDIOT yang diperankan
salah satunya oleh Amir Khan ?
Film 3 IDIOT memang bukan film yang baru dirilis, penulis pertama kali menonton tahun
2018 dikontrakan kawan. Namun jujur, meski menonton berkali kali selalu saja meninggalkan
kesan dan pesan yang lumayan mendalam dihati dan pikiran. Apalagi kalau bukan karena tingkah
lucu dan hebatnya pesan yang ingin disampaikan oleh sang sutradara. Sesungguhnya penulis bukan
penggemar film india, kawan kami sering nyebutnya film indihe. Film india yang pernah penulis
tonton bisa dihitung dengan jari, dan mau genre apapun, film india itu selalu saja ada adegan joged
joged dan nyanyi, betul kan ?.... hal ini tentu sangat berbeda dengan penggemar film india. Penulis
ingat, semasa MA, penulis pernah punya kawan yang indiaholic namanya syarif hidayatulah
sekarang dia sedang kuliyah S1 dimalang, dari mulai film dan lagu lagunya dikoleksi dilaptopnya.
Nah, kita kembali ke film 3 idiot, pembaca yang belum pernah menonton pasti bertanya
tanya “apa hubungannya pendidikan dengan film india ini ? untuk jawabanya penulis akan coba
urai pesan pesan tentang pendidikan yang ingin sutradara sampaikan melalui film yang satu ini.
Jalan kisah ini sesungguhnya tidak terlalu rumit seperti film bergenre misteri, sangat
sederhana. Film ini menceritakan tentang tiga sahabat, Rancho yang diperankan oleh (Amir Khan),
Farhan yang diperankan oleh (R Madhavan) dan Raju yang diperankan (Sharman Joshie). Ketiga
sahabat ini sama sama kuliyah di Imperial College of Engineering (ICE). Kampus yang kayaknya
mirip mirip ITB dan ITS kalau di Indonesia. Sesuai dengan namanya, kampus ini mempelajari
mengenai teknik, dan mereka bertiga mengambil jurusan teknik mesin yang nantinya akan jadi
sorang insinyur. film ini berkisah tentang suka duka masa kuliyah, setelah lulus, masing masing
dari mereka berkarir sesuai dengan bidang yang mererka minati. Namun dari kesederhanaan itu,
sang sutradara Vidhu vinod chopra menyelipkan banyak pesan pesan moral dan lebihnya sekaligus
kritikan keras akan dunia pendidikan di India dan mungkin di Negara kita juga.
Meski film ini bergenre komedi romantis, namun pesan yang ingin disampaikan lumayan
cukup berat, melalui naskah yang ditulis oleh Rajkumar Hirani, film ini menurut hemat penulis
mengkritik system pendidikan yang ada di India. Melalui film ini kita dapat tahu seperti apa
kelebihan dan kekurangan sistem pendidikan disuatu tempat yang sebenarnya dan apa yang bisa
kita lakukan untuk mendukung pendidikan yang sehat. Sistem pendidikan jangan sampai
membunuh para generasi bangsa.
Dalam film 3 idiot, kekerasan batin oleh pihak pemerintah dan kampus yang diwakilkan
pada tokoh rector yang digambarkan sebagai seorag yang sangat kompetetif, tidak mau dikalahkan
oleh siapapun, selalu ingin jadi yang paling unggul, dan tidak punya hati. Pembaca semasa kuliyah
punya Dosen atau Rektor yang tak punya hati ? kalau tidak Alhamdulillah. Sang Rektor
beranggapan bahwa hidup itu adalah perlombaan, bahwa siapa saja dari kita yang tidak cerdas dan
cekatan dia akan dikalahkan oleh yang lainnya dan tidak dapat bertahan hidup, mirip mirip teorinya
Darwin ya yang natural selection itu, yang kuat hidup yang lemah mati. Bahkan dengan kekerasan
sikapnya, dalam film tersebut ada mahasiswa yang bunuh diri sampai Raju sendiripun mencoba
bunuh diri dengan melompat dari lantai 3 gedung kampus ruangannya si Rektor itu.
Tokoh Rancho yang diperankan oleh Amir khan memiliki kecerdasan yang menakjubkan
dan kritis terhadap kebijakan kebijakan sang Rektor. Banyak adegan adegan yang mengambarkan
bagaimana Rancho dengan tingkahnya yang kadang gila dan lucu berusaha memberikan masukan
kepada sang Rektor mengenai metode mengelola sebuah Institusi Pendidikan. Berbagai kutipan
tersebar hampir dikeseluruhan cerita, semisal :”Di sini kita tidak boleh berkretaifitas dengan
memberikan terobosan baru, tidak ada penemuan baru, tidak ada inovasi baru, hanya nilai dan
hafalan paling unggul dan beruntung bisa bekerja diperusahaan Amerika, tidak diajarkan untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan dan pendidikan, melainkan hanya untuk mendapatkan nilai yang
bagus”.
Selama ini mahasiswa, bukan hanya maha siswa, siswa siswi SD sampai SMA juga atau
mungkin diberbagai pondok pesantrenpun hanya dipacu untuk giat menghafal dan mendapatkan
nilai bagus, lulus lalu bekerja dan kaya raya tanpa pernah perduli dengan potensi lain yang ada
dalam diri. Jadi bahagia sedihnya hanya oleh nilai bukan menikmati proses dan perjuangan belajar.
Pernahkah pembaca merasaknnya ? atau pembaca adalah salah satu korban dari sistem pendidikan
yang seperti itu ?..... jujur, penulis pernah mengalami dan merasakannya. Belajar penuh rasa takut,
dituntut harus hafal dan bernilai bagus, bahkan karena nilai, ada istilah kelas istimewa, penulis
pikir seperti sistem kasta saja dunia pendidikan ini. Konsep seperti ini memang menguntunggkan
bagi mereka yang berjiwa kompetetif dan pintar, tapi pertanyaannya, bagaimana dengan mereka
yang sebaliknya ? dunia pendidikan yang sistemnya seperti demikian, dunia hanya akan
memandang pelajar yang nilainya bagus. Apakah ini yang kita kehendaki ? kembali lagi ini seperti
teorinya Darwin natural selection, yang kuat hidup yang lemah mati.
Disisi lain, kita saksikan sendiri sistem pendidikan yang saat ini berlaku di Indonesia hanya
mementingkan kompetensi sehingga mahasiswa atau pelajar itu sendiri banyak yang tidak mampu
berfikir secara kreatif, penulis tidak bermaksud menggeneralisasikan. Mahasiswa takut karya
mereka tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dan diinginan dosen atau guru, sehingga tak
sedikit bukan yang lebih memilih jalan pintas, salah satunya mencari jasa pembuatan makalah dan
skripsi. Pesan lain yang penulis dapat dari film ini adalah “kita tidak perlu jadi orang lain atas
prestasi mereka, jadilah diri sendiri dengan kemampuan dan prestasi yang kita miliki” milikilah
kepercayaan terhadap dirimu sendiri. Menjadi berbeda itu tidak masalah, asal kita tahu kemana
arah dan tujuannya.
Menghafal juga penting, tapi jangan jadikan tujuan utama, tujuan utama belajar itu
memahami dan mengamalkan, mungkin kita pernah sama sama menghafal tentang simbiosis
mutualisme hubungan anatara mahluk hidup yang saling menguntungkan, lalu apakah kita mampu
memahmi pentingnya simbiosis mutualisme dalam kehidupan sosial ? ilmu bukan hanya hafalan
semata, melainkan pengamalan dan penerapan, ada pepatah mengatakan “al’ilmu bilaa ‘amal
kassyajari bila tsimar” (ilmu tanpa amal bagai pohon tanpa buah). Terus menerus menghapal
tanpa memahami berarti memperkosa ilmu pengetahuan, hingga membunuh kreativitas manusia
untuk berkarya. Bagaimana tidak ? coba kita renungkan kalau hanya dengan menghafal
mempercepat kelulusan dan mendapat nilai bagus, tapi tidak pernah mengembangkan ilmu itu
sendiri, lalu apa yang akan kita bawa untuk menjalani kehidupan dilingkungan yang lebih luas ?
hafalan dan nilai bagus semata ? silahkan kita renungkan untuk kita dan untuk anak cucu pembaca
semua.
Secara perenungan penulis, tujuan pendidikan menjadi sangat komersial dan materialis,
bukan lagi memanusiakan manusia dan membina akhaqul karimah, maka tak heran bilamana
korupsi merajalela dinegri ini. Kita pikir para koruptor itu orang orang bodoh yang tak pernah
merasakan hangatnya bangku dan kursi kuliyah ?. orientasi pendidikan sesungguhnya sangatlah
muliya, tapi iming iming kesuksesan yang sangat materil itu membuat segalanya menjadi hancur.
Penulis punya kawan mondok, maaf tidak penulis sebut namanya, sewaktu dipondok kawan
penulis sangat cerdas bahkan menjadi lurah santri. tapi karena orang tuanya berpatokan kesuksesan
belajar itu bersifat materil, kawan penulis sering dibanding bandingkan dengan anak tetangganya
yang sudah berumah tangga dan punya pekerjaan. Pembaca diperlakukan seperti itu oleh orang
tua ?.. kalau iya, turut berduka cita, dan apa hasilnya ?... sukses atau malah tertekan dan frustasi
?... renungkan !!!!!.
Pesan selanjutnya yang penulis tangkap adalah dari tokoh yang bernama Raju, percaya atau
tidak ini mungkin kita alami bersama, entah itu karena sugesti dan doktrin dari lingkungan atau
keluarga sendiri. Bagi yang optimis mungkin takkan membiarkan dirinya tersisksa hanya untuk
masa depannya. Masa depan memang ghaib atau misteri, tapi bukanlah untuk ditakuti. Tempuhlah
dengan penuh kenikmtan karena setiap tantangan akan membuat kita tumbuh dewasa dan
berkembang dalam berpikir dan berpijak. Nikmatilah hari yang kita miliki, dan lakukan yang
terbaik. Terakhir, apakah pembaca punya pengalaman dimana pembaca bermimpi ingin jadi
seniman atau apa saja tapi karena lingkungan dan keluarga, pembaca malah jadi guru ? saya kira
pernah. Meski keahlian itu bisa dilatih, tetapi jika dipaksakan pemerkosaanlah yang akan terjadi,
seperti tokoh Farhan di film tersebut, Farhan bermimpi ingin jadi seorang Fotografer alam liar tapi
keluarga dan lingkungan memaksa Farhan harus jadi insinyur sehingga farhan meyakinkan
ayahnya dengan berkata “mungkin aku akan jadi insinyur dapat uang banyak rumah besar dan
mobil bagus tapi batinku akan tersiksa”. Renungkan !!!!!.
Dengan begitu penulis ingin menyihir pembaca sekalian lewat tulisan yang mungkin penuh
omong kosong ini untuk menjadi diri sendiri, memberikan kebebasan pada anak cucu untuk
menjadi diri sendiri dan mencintai apa yang di impikannya, entah bermimpi jadi seniman,
agamawan, ustadz, kyai, budaywan atau apa saja. Kita dukung dan beri dorongan, jangan lupa juga
perhatian moral bukan hanya finansial. Karena sesngguhnya bukan uang banyak yang dibutuhakn
manusia melainkan kedamain hati. Biar penghasilan kecil, rumah kecil kendaraan kecil, jika kita
mencintainya, mensyukurinya itu akan menjadi nikmat yang tak terkira.
Yup sobat pembaca semua, penulis harap tulisan ini bisa memberi manfaat pada teman
teman semua umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri. Saya yakin masih bayak pelajaran
yag bisa dipetik dari film 3 idiot ini.
Semoga bermanfaat.
Wallohu ‘alam bisshowaab

RENUNGAN 11
Hidup dalam kepura puraan adalah kebohongan yang menyiksa batin, berbahagialah jadi
diri sendiri dengan kesederhanaan.
11 Ramadhan 1441

Bismillahirrohmaanirrohiiim

Tema renungan yang akan penulis coba urai adalah tentang sosial climber dan
hubungannya dengan pengaruh media sosial terhadap kehidupan masyarakat. Obsesi ingin terlihat
mewah dimedia sosial yang menurut pengamatan penulis sedang menjangkit sebagian besar warga
Indonesia terutama kalangan anak remaja. Mau bagaimanapun para ahli definisi mengartikan
sosial climber, secara benang merahnya tetap saja sosial climber itu berbicara tentang pura pura
hidup dalam kemewahan.
Memiliki handphone dan media sosial mungkin sudah jadi keharusan dijaman sekarang,
bagaimana tidak, hampir semua aspek kehidupan bisa dilakukan melaui handphone dengan
berselancar dimedia sosial. Berwirausaha/bisnis bisa lewat media sosial atau yang sering kita sebut
dengan olshop (online shopping) atau jual beli online. Aspek pendidikan apalagi, ruang guru
misalnya salah satu aplikasi yang mendukung pendidikan anak anak sekolah, mencari hiburan dan
termasuk dalam mencari cinta, begitu bukan ? beruntunglah bagi merka yang menggunakan media
sosial sebagai ladang mencari keuntungan finansial, keuntungan intelektual bahkan keuntungan
amal ibadah. tak sedikit sekarang para agamawan yang berlomba lomba berdakwah dimedsos .
sekali lagi beruntunglah bagi mereka yang berbuat demikian.
Tapi bagaimana dengan yang sebaliknya, yang menggunakan media sosial hanya sebagai
ajang permusuhan dan perpecahan, tak sedikit kerusuhan tauran antar anak sekolah dimulai dari
cuitan atau tulisan dimedia sosial, lebihnya sampai saling bunuh membunuh. Na’udzubillahi min
dzaalik. Melaui media sosial juga kita sebagai warga Negara Indonesia yang menjungjung tinggi
UUD 1945 bisa dengan leluasa mengemukakan pendapat dan pemikiran kita sendiri. Benar ?
media sosial itu bisa negative atau positive tergantung kita yang menggunakannya, begitu kata
kawan penulis yang berpandangan Progresiv. Iya, dan bisa di terima pandangan kawan penulis itu.
Ada yang penulis naaskan, kemunculan media sosial ternyata secara perenungan dan
pengamatan penulis dibarengi juga dengan penyakit penyakit sosial yang dulu tidak pernah kita
kenal bahkan di temui sebelumnya. Salah satu penyakit itu adalah sosial climber. Prilaku yang
sealu ingin terlihat woww atau mewah sepertinya sudah menjamur luas dilingkungan masyarakat
baik dikalangan orag tua ataupun anak anak remaja. Penyakit yang satu ini penulis kategorikan
juga sebagai penyakit mental yang mana bahayanya bukan main main dan mungkin saja pembaca
adalah salah satu yang terkena penyakit ini. Semoga tidak dan dijauhkan, aamiin. Siapa saja bisa
terjangkit, mungkin awal awal hanya kalangan anak muda, tapi penulis amati kalaupun di datakan,
data itu sudah tidak valid, pasalnya pengguna media sosial sudah dari berbagai kalangan usia.
Bukan hanya remaja kini orang tuapun kadang sebagian ikut pamer memposting kegiatan
hedonisnya seperti liburan dan membeli barang barang mewah.
Sosial climber adalah kemungkinan besar bisa meruntuhkan moral bangsa. Bagaimana
tidak, wujud dari penyakit ini salah satunya ingin terlihat mewah di manapun dan kapanpun meski
kondisi kehidupannya biasa biasa saja. Hidup dalam kepura puraan memang yang pas kita
sematkan pada mereka para terjangkit virus sosial climber, masih mending yang benar benar hidup
dalam kemewahan, bagaimana kalau penyakit ini menjangkit anak anak muda khususnya yang
terlahir dari keluarga yang miskin papa. Mereka para sosial climber akan melakukan segala cara
untuk menjaga status sosialnya dimasyarakat dan lebih uniknya demi mendapatkan like dan
komentar diakun media sosial semisal faceebook atau Instagram mereka rela melakukan apa saja.
Seperti selfie ditempat tempat yang kadang membahayakan nyawa, selfie dengan gaya yang
kadang tak senonoh. Percaya tidak ? kalau tidak, silahkan pembaca buktikan sendiri. Sejak
kemunculan media sosial ini, satu persatu para pengguna media sosial seolah sudah terjangkit
penyakit ini. Missal saja ketika nongkrong disebuah tempat makan atau kafe terkenal, kadang
orang atau kita sendiri harus mempostingnya terlebih dahulu, benar tidak ?
Misal para pembaca mengajukan pertanyaan, lalu apakah kami tidak boleh bermedia sosial ?
Tidak boleh memposting ?
Jawabannya, bermedia sosial sangatlah boleh bahkan sudah penulis katakana dari awal,
bermedia sosial sudah jadi keharusan dijaman sekarang, karena selagi kita bijak dalam
mengunakannya akan banyak keuntungan yang kita dapat mulai dari keuntungan finansial,
intelektual dan amal. Memposting juga boleh, soal memposting itu adalah hak pribadi, namun
apabila dilakukan secara terus menererus maka akan membentuk mental yang status sosialnya
ingin diakui. Yang penulis tekankan disini ketidak harusan berpura pura supaya terlihat mewah
dan wow dalam bermedia sosial. Begitpun hidup mewah, penulis tidak melarang untuk hidup
dalam kemewahan, memiliki hidup mewah bukanlah hal yang salah, namun jika selalu dipamerkan
mau bagaimanapun pasti akan memberi dampak negative baik bagi pribadinya ataupun bagi orang
disekitarnya. .
Sosil climber sudah jadi gaya hidup modern. Gaya hidup modern membuat seseorang
tergoda untuk membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Karena gaya hidup inilah,
kehidupan menjadi sulit. Banyak orang berlomba-lomba untuk bisa lebih unggul dengan gaya
hidup hedonisnya. Mereka selalu ingin menunjukkan kemewahan yang dimilikinya untuk
meningkatkan gengsi. Padahal tak sedikit sebenarnya mereka memiliki kondisi finansial yang bisa
dibilang tidak bisa mendukung gaya hidup mewahnya. Di sinilah letak permasalahan dari gaya
hidup bermewah-mewahan yang tidak sesuai dengan isi kantong. Banyak orang memaksakan diri
untuk bisa tampil mewah. Padahal, apa yang dilakukannya sangat merugikan diri sendiri. Setiap
manusia pada dasarnya memiliki keinginan yang tidak terbatas. Naluri ini dimiliki oleh siapapun.
Banyak orang memiliki hutang hanya karena menuruti gengsinya. Dengan hidup sederhana, kita
akan lebih mudah bersyukur. Hati yang damai dan tentram bisa membuat hidup ini bahagia. Alam
yang kita pijak, mengajarkan pada kita pentingnya hidup sederhana dan bahayanya hidup serakah.
Menjaga kesan pada diri itu baik. Jika kesan gengsi yang di tonjolkan akan menjadi tidak
baik. Itulah realita zaman sekarang. Menuruti gengsi sudah menjadi gaya hidup, bahkan jadi
ideologi yang menetap tanpa tergantikan. Tanpa disadari, gengsi agar bisa dibilang mewah
menjerumuskan seseorang ke hutan kacaunya disorientasi dalam berkehidupan. Glamour, ia hanya
akan menjerumuskan manusia kedalam mimpi buruk dari nilai merek dan harga.
Kita jangan menyiksa diri sendiri dan menambah beban keluarga dengan hidup pura pura
ingin terlihat mewah. Sir issac newton berkata “alam dengan segala kejadiannya mengajarkan kita
hidup apa adanya dan sederhana”. Tugas kita ialah membatasi keinginan tersebut sesuai dengan
keadaan finansial yang dimiliki. Kita harus pandai memilah-milah antara kebutuhan dan
keinginan.Tak perlu hidup mewah untuk dipuji banyak orang. Bergaya mewah dengan
mengorbankan diri sendiri justru menjadi awal bencana. Kita takkan bisa merasakan kebahagiaan
yang sesungguhnya. Kesederhanaan membuat hidup ini tenang dan damai. Siapa bilang
kebahagiaan hanya bisa didapatkan dari kemewahan, kemewahan palsu justru membuat hati
merana. Setuju tidak ?........ Semoga kita semua menjadi manusia yang sewajarnya saja dan
sederhana, aamiin yaa robbal’aalamiin.

Semoga bermanfaat.
Wallohu ‘alam bisshowaab.

RENUNGAN 12
Wanita dan emansipasi yang dikhianati.
12 Ramadhan 1441
Bismillaahirrohmaanirrohiim.

Peran Wanita di Era Globalisasi


Mungkin pembaca pernah atau sering mendengar para guru ngaji atau kyai pondok berkata
“al mar-atu ‘imaadul bilaad”. Penulis tidak tau pasti apakah ungkapan ini hadits Nabi ? atau atsar
? atau hanya kata kata mutiara ?. kalaupun dikatakan hadits, apakah haditsnya sohih, dho’if atau
maud’u ? wallohu ‘alam. Meski demikian, penulis tidak terlalu mempermasalahkannya, toh tidak
bertentangan dengan nas Al quran bukan ?
Dalam hal ini, penulis akan lebih cendrung memandang ungkapan diatas melalui kaca mata
sosial dalam kaitannya dengan peran wanita diera globalisasi. Ungkapan “al maratu ‘imaadul
bilaad” secara sederhana artinya (perempuan adalah tiangnya Negara). Penulis pribadi memaknai
ungkapan diatas sebagai “wanita dalam bingkai emansipasi”. Apabila kita berbicara mengenai
emansipasi di Indonesia mustahil tidak menyertakan sosok R.A Kartini, seorang wanita priyayi
jawa yang mempunyai pemikiran revolusioner pada masanya. Pastinya lahirnya pemikiran dan
gerakan emansipasi ini, tidak terlepas dari latar belakang dan alasannya.
Seperti yang kita ketahui, emansipasi ialah istilah yang digunakan untuk menjelaskan
persamaan hak gender, serta persamaan hak lainnya. Sedangkan wanita dalam bingkai emansipasi
penulis maksudkan ialah yang pertama suatu proses pelepasan diri wanita dari kedudukan sosial
yang rendah yang membatasi kemungkinan besar kaum waniita untuk berkembang maju di segala
bidang dalam kehidupan masyarakat. Dan, yang kedua memandang perempuan sebagai manusia
seutuhnya, bukankah islam juga diturunkan ketika sebagian manusia mengingkari kemanusiaan
perempuan.
Sebagaimana laki laki, perempuan juga mempunyai hak hak kemanusiaan. Secara
dogmatis agama, laki laki dan perempuan berasal dari satu keturunan (bani adam). Keduanya sama
sama mempunyai hak, beban dan tanggung jawab. Penulis berikan satu contoh untuk
menjelaskannya, secara fungsional wanita punya hak untuk ikut andil dalam memajukan
bangsanya, misalkan dalam jabatan pendidikan dan sosial politik, meski punya hak bukan berarti
wajib atau harus, namun dilihat dari aspek kemaslahatnnya, boleh jadi sebuah kondisi menuntut
diangkatnya sebagian perempuan tertentu, pada usia tertentu untuk masalah masalah tertentu dan
pada kondisi dan situasi tertentu. Perempuan yang menjadi direrktur, ketua yayasan, mentri sosial,
atau yang lainnya maka tidaklah mengapa selama memang sangat diperlukan. Dengan catatan
tidak melupakan sifat domestikalnya juga, seperti memasak, mengurus anak dll.

Wanita dan Emansipasi di Masa Kini


Kondisi wanita masa kini sangatlah jauh berbeda dengan kondisi pada masa lalu. Sekarang
hampir semua wanita telah dan sedang merasakan kebebasan atas hak hak yang telah
diperjuangkan pada masa lalu. Namun naasnya emansipasi wanita dimasa kini kebanyakan
dijadikan kedok dan batu loncatan semata utnuk melakukan kebebasan yang sebebas bebasnya.
Contohnya, sebagian kaum wanita hususnya yang masih muda, dengan kebebasannya
memperdagangkan kecantikannya di dalam jaringan gelap prostitusi, entah itu alasannya karena
ekonomi atau yang lebih parahnya sudah menjadi gaya hidup. Dengan demikian, bahwa
kebebasan tersebut malah mnghancurkan derajat para wanita dan emansipasi sendiri semakin
kehilangan maknanya.
Di era globalisasi ini, kebudayaan barat telah masuk dalam berbagai aspek kehidupan.
Bukan budayanya yang tidak baik yang mesti kita serap, melainkan sains dan teknologinya lah
yang mesti kita pelajari dan tekuni. Globalisasi yang saat ini telah kita rasakan dan saksikan,
nampaknya berdampak pada pola pemikiran dan pola kehidupan masyarakat. Kaum hawa,
diarahkan dalam khidupan yang hingar bingar karena tuntutan zaman, yang kemudian
mengarahkan pada pola kehidupan yang hedonis dan matrealistis. Dengan gaya hidup yang
hedonis sebagian wanita di era globalisasi seperti ini, ruh dan semangat suci emansipasi semakin
hilang, sehingga berakibat ketidak sadarannya kaum wanita terhadap peran dan posisinya dalam
masyarakat, mengabaikan nilai nilai dan norma dalam masyarakat baik yang tertulis atau yang
tidak tertulis.
Tidak hanya berhenti disitu, dalam ruag lingkup pendidikan juga tidak jauh berbeda. Masih
bayak mahasiswi atau pelajar yang apatis terhadap permasalahan dilingkunan sekitar, selain itu
yang tidak kalah ironisnya, ada pula mahasiswi atau pelajar yang masuk sekolah atau kampus
dengan bergaya hidup terinspirasi dari film drama yang bermewah mewahan, memanjakan diri di
media sosial, berkelompok, senang senang, sehingga perkuliahan dan sekolahnya hanya dijadikan
status. Duh gusti sangat disayangkan sekali, padahal dulu untuk pendidikan yang setara, bebas,
dan setinggi tingginya diperjuangkan dengan susah payah oleh para pejuang emansipasi wanita.
seharusnya pada masa masa pendidikan, seorang pelajar dituntut untuk produktif dan kreatif.
Jika dibandingkan kembali maka kondisi saat ini lebih mencerahkan dari pada masa lalu.
Dimana masa kini para wanita telah banyak memiliki kesempatan untuk semakin inovatif dikancah
publik maupun domestik, sudah banyak bukan wanita karir dimasa kini, dan para ibu rumah tangga
juga telah memiliki banyak ketrampilan. Hal tersebut seharusnya dimanfaatkan oleh wanita untuk
lebih produktif dan kreatif dalam berbagai bidang.
Semoga bermanfaat.
Wallohu ‘alam bisshowaab.

RENUNGAN 13
Masa depan, pandangan hidup dan kegelisahan manusia.
13 Ramadhan 1441
Bismillahirrohmaanirrohiim

“Jangan takut, jangan gelisah. Kalaupun masa depan itu ada, emak hanya percaya satu jam
kedepan itu masa depan, hari esok juga masa depan. Jalani hari demi hari dengan sebaik mungkin”
begitu wejangan emak pada penulis setiap mau bepergian jauh.
Tak sedikit manusia yang gelisah oleh yang namanya harapan dan masa depan. Sering
Orang tua sampai tak lagi nyenyak tidurnya hanya karena memikirkan masa depan yang jadi anak
anaknya. Apalagi tipe orang tua yang suka membanding banding anaknya dengan anak tetangga.
Penulis punya kawan kakak kelas di SD yang sangat terobsesi ingin jadi orang kaya dan
mempunyai masa depan yang cerah, segala macam usaha dilakoni, jatuh bangun dan untung rugi
sudah menjadi sahabatnya setiap hari, hal yang paling tidak penulis lupa dari dia adalah
kegelisahan dan ketakutannya, setiap dia bermimpi hal hal yang membuat dia tidak senang dia
langsung ngomong pada penulis “yu saya tadi malam mimpi dikejar setan, apa tandanya saya akan
gagal terus ya ?”. penulis pikir kawan yang satu ini dibuat takut dan gelisah oleh apa yang
diharapkan dan di impikannya. Punya harapan tidaklah salah begitu juga menata keinginan untuk
masa depan tidak salah juga, namun jangan terlalu terikat atau melekat, nanti berakibat tidak baik
juga pada diri kita sendiri.

Setiap manusia punya pandangan hidup dan harapan dimasa depan. Setuju tidak ?.....

Pandangan hidup itu bersifat kodrati karena ia menentukan masa depan seseorang.
Pandangan hidup juga bisa kita artikan pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan,
pedoman, arahan atau petunjuk hidup. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran
manusia berdasarkan pengalaman menurut waktu dan tempat hidupnya. lingkungan menjadi salah
satu faktor yang mempunyai pengaruh besar dalam membentuk pandangan hidup seseorang.
Salah satu contohnya, dikampung halaman (daerah sunda) hampir semua orang tua
khususnya ibu ibu sering berkata “ah awewe mah anger sakola luhur luhur oge, ngaji luhur luhur
oge bakal ka dapur akhirna mah” dalam Bahasa indonesianya bisa diartikan “perempuan itu mau
ngaji dan sekolahnya tinggi, tetap saja akhirnya bakal kedapur (hanya berperan menjadi seorang
ibu rumah tangga, tidak lebih). Perkataan ini seolah olah mendarah daging menjadi doktrin
kepercayaan dan akhirnya menjadi budaya dan pandangan hidup. Walhasil, kawan kawan
perempuan penulis meski sekolahnya luhur minimal S1 dan ngajinya sampe keluar kota tetap saja
akhirnya hanya jadi ibu rumah tangga, paling menonjol dan dibanggakan jadi guru ngaji dan guru
paud. Kejadian seperti ini mungkin karena faktor pengaruh sosial budaya dikampung halaman atau
tidak adanya kepeduliaan para tokoh masyarakat setempat dalam memberi ruang pada kaum
wanita muda untuk ikut berpartisipasi dalam memajukan masyarakat.
Berbeda dengan kehidupan masyarakat diperkotaan seperti di perumnas muara bulian ini,
hampir semua pandangan hidup masyarakatnya itu tertuju menjadi seorang PNS tak terkecuali
wanita, pedidikan harus tinggi. Ada kenalan orang tua, beliau bekerja di kesatuan polisi pamong
praja, masyarakat setempat biasa menyapanya dengan nama Romo, dia berkata “menjadi honorer
dilingkungan seperti ini tidak menjamin masa depannya bagus yu, kecuali bagi orang yang
hidupnya agamis”. Dengan demikian pandangan hidup itu bukanlah timbul seketika atau dalam
waktu yang singkat saja, melainkan melalui proses waktu yang lama dan terus menerus sehingga
hasil pemikirannya itu dapat diuji.
Manusia juga hampir semua mempunyai harapan akan masa depan. Katanya manusia tanpa
harapan masa depan berarti manusia itu mati dalam hidup, padahal tak sedikit juga yang mati dan
hidupnya tak damai hanya karena harapan akan masa depan. Masa depan dalam pandangan penulis
tidak lebih dari rangkaian kemungkinan dan prediksi yang manusia buat sendiri. Dan tak sedikit
manusia dibuat bingung oleh kemungkinan yang mereka buat sendiri. Tak sedikit manusia yang
tersiksa oleh pandangan hidupnya dimasa depan. Manusia menata harus jadi ini, nikah harus
begini, punya rumah dan lain sebagainya, manusia dibuat stress oleh apa yang dijadikan pandangan
hidupnya. Manusia disiksa oleh angan angan dan keinginan. Sekali lagi, mempunyai cita cita,
mimpi dan pandangan hidup dimasa depan tidak lah salah, namun jangan terlalu terikat dan
melekat, itu hanya akan menyiksa diri sendiri.
Orang orang yang terlalu melekat akan pandangan hidupnya dimasa depan, akan terlihat
gelisah dan cemas. Tidak mau menerima kenyataan. Kegelisahan dan kecemasan adalah sebuah
kondisi suasana hati dan pikiran tanpa ada rangsangan pemicu dari luar, melainkan dari dalam diri
orang yang bersangkutan. Kegelisahn merupakan perasaan batin yang muncul dari rasa hawatir
yang ada dalam benak seseorang. Kegelisahan berbeda tipis dengan ketakutan, rasa takut
diakibatkan oleh penyebab dari luar yang nyata pada saat itu, misalnya kita takut berada ditempat
yang tinggi, kita takut oleh buaya atau sedang dalam menghadapi suatu ancaman. Sedangkan
perasaan gelisah timbul dari angan angan hati yang menyangkut sesuatu yang belum terjadi atau
akan datang misalkan gelisah akan masa depan.
Kegelisan ditimbulkan oleh suatu rasa ketidak pastian akan keberhasilan dan kesejahtraan
dimasa yang akan datang. Dan kegelisah ini adalah penomena batin yang dirasakan oleh semua
orang. Tanpa peduli status sosial atau golongannya. Orang miskin bisa gelisah soal kehidupan dan
kesejahtraannya dimasa depan, orang kaya begitupun gelisah akan keselamatan dan keamanan diri
maupun harta bendanya. Tidaka ada orang yang bebas atau kebal diri dari rasa yang satu ini, hanya
saja yang membedakannya bagaimana cara seseorang dalam menghadapinya. Jadi bicara soal
kegelisahan adalah bicara mengenal diri kita sendiri. Jadi mari kita kenali diri sendiri.

Bagaimana cara mengatasinya ?

Ketakutan dan kegelisan manusia hanya akan bisa diatasi dengan menaklukannya. Selama
ketakutan itu ada dalam pikiran maka ketakutan akan terus menghantui kita dan menjadi sumber
kegelisahan yang tak putus. Kegelisahan akan terus memancing reaksi negative dari alam bawah
sadar yang akan mengirimkan berbagai sinyal ketubuh dan emosi kita. Itu sebabnya orang orang
gelisah kemudian memiliki gangguan emosional mudah marah, memiliki berbagai gangguan tidur,
mimpi buruk atau gangguan kesehatan lainnya secara terus menerus. Berdasarkan pengalaman dan
apa yang dirasakan, penulis mempunyai beberapa tips dalam mengatasi atau menghadapi kegelisah
yang berlebihan.

1. Cari tahu apa sumber kgelisan yang kita rasakan, apakah sumbernya dari harapan atau
impian dimasa depan. Setelah ketemu cobalah unuk merubah pandangan hidup dengan
sewajarnya saja, tidak perlu mengukur kesuksesan dan keberhasilan kita dengan ukuran
kesuksesan dan keberhasilan orang lain.
2. Kurangi waktu melamun yang unfaedah yang memungkinkan kita memikirkan kegelisahan
dengan mengisinya dengan berbagai aktifitas positif atau lakukan aktifitas yang lumayan
berat, sehingga tubuh merasa lelah dan tidak punya waktu untuk memikirkan kgelisahan.
Ketika tubuh merasa lelah maka kita akan semakin cepat tidur untuk mengistirahatkan fisik
dan pikiran.
3. Belajar berfikir positif dan berpasangka baik tentang apapun dalam hidup kita. hilangkan
pikiran ngatif dari kepala kita.
4. Beri pengaruh positif terhadap pikiran kita dengan membaca buku atau menonon film atau
mengobrol dengan orang orang yang dapat menginspirasi dan memberi kita dukungan.
5. Untuk lebih rileks, kita dapat mencoba berbagai aroma theraphi yang dapat membantu kita
merasa lebih rileks dan lebih tenang salah satuya dengan banyak mengingat Tuhan atau
metode meditasi.
6. Carilah kawan yang bisa memahami dan mengerti kedirian kita.
7. Belajar menenagkan pikiran dan perasaan kita. Begitu banyak orang mengalami
penderitaan dalam hidupnya. Hampir semua bentuk penderitaan datang dari pikiran, baik
dalam bentuk kecemasan akan masa depan, maupun penyesalan atas masa lalu. Penderitaan
nyata sehari-hari bisa dilampaui dengan baik, jika kita mampu berpikir jernih, jauh dari
kecemasan dan penyesalan yang kerap mencengkram pikirannya. Sebaliknya, hal kecil
akan menjadi sulit dan rumit, ketika pikiran kita dipenuhi dengan kecemasan dan
penyesalan
8. Pembaca bisa menambah tipsnya sendiri.

Semoga bermanfaat.

Wallohu ‘alam bisshowaab.

RENUNGAN 14
Tanah rantau, pembentukan mental dan karakter.
14 Ramadhan 1441
Bismillahirrohmaanirrohiim.

Di rumah dan diperantauan itu sangat berbeda, dirumah (di daerah sendiri) hati akan
merasa tenang dan nyaman, sedangkan di luar rumah (dalam perantauan) hati kurang tenang dan
perasaan pun tidak nyaman, juga perasaan-perasaan tidak enak lainnya, namun didalam kekurang
tenangan, ketidak nyamanan dan perasaan tidak enak itulah letak pembentukan jiwa menjadi jiwa
yang siap menghadapi cobaan dan rintangan, jiwa yang siap menyongsong hari depan tanpa terlalu
menggantungkan kepada orang lain.
Merantau merupakan salah satu prinsip orang minang bahkan mungkin sudah jadi ideologi
bagi mereka. Sebenarnya orang jawa dan sunda juga banyak yang suka merantau tapi tidak
melebihi orang minang. “Pantang bagi lelaki minang jika tidak keluar dari kampung kelahirannya
untuk sukses. Lalu kembali lagi ke kampung sudah menjadi sukses”, tutur pak Syaiful seorang
pensiunan yang juga orang minang. Mau bagaimanapun kita mesti belajar dari mereka para
perantau yang sudah menaklukan tanah rantaunnya dan hidup sukses.
Tidak harus menunggu besar dan usia puluhan tahun untuk merantau, kebiasaan merantau
bisa kita mulai dengan mondok atau masuk pesantren. Pondok pesantren menurut pengalaman
penulis, mempunyai pengaruh besar dalam membentuk mental dan karakter manusia. Lembaga ini
bisa menggembleng siapa saja menjadi manusia mandiri dan bermental kuat. Berbagai konsep
pemikiran islam klasik bukan sekedar ajaran normative yang bersifat kognitif. Justru berbagai
konsep dan pemikiran kitab klasik terutama ushul fiqih dengan beragam kaidahnya adalah
instrument praktis untuk kita dalam menghadapi persoalan sosial, ekonomi juga politik.
Kehidupan ditanah rantau entah mencari imu pengetahuan atau mencari uang tidak akan
terlepas dari perjuangan dan pengorbanan. Kamu atau kita yang saat ini merantau pasti merasakan,
bagaimana makan seadanya, berhemat, mencari kerjaan dan apapun yang kamu lihat adalah
peluang. Setiap perjuangan dan pengorbanan yang kita lalui adalah pupuk , memupuk mental dan
karakter kita untuk terbiasa berjuang meski sendiri. Melewati perjuangan ditanah rantau dengan
berbagai macam ujian dan tantangan tidaklah mudah, namun kalau kita bisa melaluinya dengan
ketekunan, kesabaran dan tekad yang kuat, kita akan terdidik menjadi orang yang tak pantang
menyerah. Merantau juga membuat kita penuh rasa percaya diri, bahwa setiap rintangan dan ujian
selalu ada jalan untuk kita lalui. Bahkan di titik terendah sekalipun kita akan selalu menemukan
pilihan dan solusi, sekuat tenaga walau sudah lemah.
Jauh dari orang tua karena merantau, kadang membuat hati kita getir dan gelisah. Jika kamu
mahasiswa atau santri yang sedang merantau, tentu bisa merasakan bagaimana rasanya hidup
dipondok dan kos kosan. Kadang tidur beralaskan karpet, berbantal tangan dan berselimut sarung,
pagi pagi harus bangun dan mulai memasak, menghadapi segala permasalahan dengan berani dan
mandiri, kadang kita akan berbohong pada orang tua jika suatu waktu berkomunikasi saling
bertaya kabar bahwa kabar kita baik baik saja meski kenyataannya sedang pahit. Sulit saat
menjalaninya. Tapi percayalah, seiring waktu, kita akan terbiasa mandiri dan berkata “ah sudah
biasa namanya juga hidup diperantauan” (adaptasi). Ditanah rantau juga kita akan berlatih cara
bersosilisasi bergaul dengan orang lain dan mengerti artinya kebersamaan dalam kebhinekaan.
Ada lirik lagu “kalau dekat bertengkar, kalau jauh merindu”. Tanah rantau mengajarkan kita juga
untuk selalu bersyukur. Bersyukur memiliki kedua rang tua, kita akan tau betapa berartinya mereka
bagi kita. merindukan orang tua yang kadang kita abaikan selama masih berdekatan. Penulis jamin
ditanah rantau kita akan memahami hal semacam ini.

Kita akan lebih belajar menghormati perbedaan. Siapa saja yang pernah merantau, tinggal
disana dan sini, tentunya berbaur dengar masyarakat setempat, belajar beradaptasi dengan
keberagaman sosial dan budaya setempat termasuk beradaptasi dengan budaya kuliner. Berbaur
dengan berbagai karakter orang. Missal, kita akan belajar karakter orang jawa seperti apa, orang
sunda seperti apa, orang minang seperti apa, orang batak seperti apa dan lain sebagainya. Tanah
rantau akan mengajarkan dan mendidik siapapun untuk berbaur dan lebih menghormati dan
menghargai perbedaan. Kita akan menjadi pribadi yang terbuka, pikiran kita akan terbuka,
kompromi dan penuh toleransi. Sebab, kita akan menemukan berbagai cerita dari setiap orag yang
berbeda beda. Setiap cerita, menghantarkan hati dan pikiran kita untuk lebih memahami keadaan
dan sikap orang lain, empati dan kepribadian kita akan benar benar diuji. Seberapa tahan, kita bisa
menjalani kehidupan berdampingan dengan orang orang yang berbeda.
Dan satu hal yang takkan terlupakan dan terlepas dari seorang perantau, adalah itu
menyangkut keuangan. Kalau biasanya kita boros, merantaulah kenergi orang, ditanah rantau, mau
tidak mau kita akan menghadapi kondisi keuanagan, penulis jamin itu. Hal itu akan mengajarkan
kita untuk begitu jeli dan teliti dalam mengatur uang, mampu membedakan mana antara keinginan
dan kebutuhan. Tidak berpoya poya dan menghargai setiap hasil kerja keras kita.

Tidak percaya ? maka merantaulah agar kamu tahu !

Terakhir untuk melengkapi renungan ini Penulis akan mengutip sebuah syair dalam kitab ALALA
Syainyar seperti ini.

TAGORROB 'ANIL AUTHOONI FII THOLABIL 'ULAA


WASAAFIR FAFIL ASFAARI KHOMSU FAWAAIDA
TAFARRUJU HAMMA WAKTISAABI MA'ISYATIN
WA'ILMUN WA ADAABUN WASHUHBATU MAAJIDI
WAIN KAANA FILASFAARI DZULLU WAGHURBAHU
WAQOTH'U FAYAAFI WARTIKAABU SYADAIDA

Kurang lebih artinya "pergilah dari rumahmu untuk mencari keutamaan, dalam
kepergianmu ada 5 [lima] faedah,yaitu menghilangkan kesusahan,mencari bekal hidup,ilmu,
tatakrama dan teman sejati, meskipun dalam bepergianpun terdapat hina dan terlunta-
lunta,menembus belantara dan menerjang kepayahan-kepayahan".

Semoga bermanfaat.
Wallohu ‘alam bisshowaab.
RENUNGAN 15
Generasi milenial dan belajar agama lewat internet, antara kemudahan dan kehawatiran.
15 Ramadhan 1441

Bismillaahirrohmaanirrohiim.

Tulisan ini lebih saya tujukan kepada anak anak muda milenial yang semangat belajar
agama (islam) tapi tidak mempunyai minat untuk belajar agama dipondok pesantren. Kita akui
Semakin banyaknya orang orang, tua juga muda belajar agama dengan hanya menonton video
video kajian ustadz di media sosial. Memangnya gak boleh dan haram ?... disini penulis tidak akan
bicara soal hukum namun lebih cenderung ke sikap orang yang bersangkutan dalam belajar agama
hanya lewat internet.
Memang kalau kita lihat untuk mendapat sejumlah keahlian mendasar dalam bidang
apapun, sekarang ini sudah cukup memungkinkan salah satunya melalui youtube. Dengan
mengandalkan keuletan tertentu, semua orang bisa terlihat tampak mahir sekali berbicara
mengenai apa saja tanpa perlu modal ijazah pendidikan tinggi dibidang tersebut.
Sesuai judul renungan, penulis akan lebih menfokuskan terhadap ada apa dengan cara
Beragamanya anak milenial kita hari ini ?…. mengapa begitu banyak orang orang yang belajar
agama di internet, padahal umumnya internet dianggap sumber yang kurang otoritatif dalam hal
pembelajaran agama. Internet sebenarnya bukanlah media yang kurang lengkap perihal penyedia
bidang keilmuan agama, apapun bisa diperoleh dari sana, mulai dari kitab suci sampai karya karya
ulama klasik, tetapi kita tidak boleh menganggap internet sebagai satu satunya media untuk
menggali pemahaman agama secara utuh.
Semenjak kemunculan gerakan ideologi ekstrim yang mengatasnamakan agama (islam) di
lini penyiaran dan media sosial, pemerintah dengan segenap kelompok/organisasi islam yang
moderat tak henti hentinya menyuarakan yang bernuansa larangan belajar agama online atau
belajar ilmu ilmu agama hanya dari internet. Kalau awal awal perang ideologi haya sebatas lewat
tulisan, sekarang sudah lewat penyiaran dan jejaring sosial.
Tidak sedikit anak anak muda yang semangat belajar agama hanya dari internet gagal
faham dengan term term agama, salah satunya term jihad, kawan penulis yang katolik setiap
mendengar atau membaca soal jihad selalu berkata “menakutkan”, istilah ini bukan hanya banyak
disalah fahami oleh kelompok non muslim, banyak dari muslim sendiri yang salah faham dengan
istilah ini. Akibatnya banyak umat islam keliru memahami agamanya serta dengan mudahnya
terbawa oleh ajaran ajaran yang mengarah pada kekerasan, dan inilah yang dihawatirkan dan
sedang terjadi akhir akhir ini.
Boleh jadi kita tidak sepakat jika para pelaku terror itu menggunakan term jihad untuk
melegitimasi aksi aksinya. Bahkan merka sudah sangat bangga dan malah menamakan dirinya
sendiri sebagai para mujahid. Kita perlu berfikir kritis bahwa pemahaman semacam ini bukan
hanya keliru, namun juga mengancam keutuhan bangsa, mengancam keutuhan umat islam dan
sering membuat umat non muslim salah dalam memahami islam. Pandangan para pelaku terror
tentang term term agama sudah sangat keliru. Jika mereka beranggapan gerakan mereka adalah
ide jihad yang terkomfirmasi dari kitab suci, maka sudah jelas hal itu keliru sebab islam, dan agama
manapun dibumi ini, tak pernah mengajarkan kekerasan ketika keberagaman dan perbedaan
dimasyarakat dapat hidup harmonis dan berdampingan.
kesalahan dalam memahmi term agama umunya dipelajari dari internet. Para kawula muda
dan generasi milenial biasanya adalah kalangan yang paling banyak mengknsumsi keilmuwan
agama di internet. Sebab maraknya media sosial juga sangat mempengaruhi bagaimana orang
orang belajar agama seakan akan sangat mudah tapi juga menghawatiran. Bisa jadi fenomena
seperti ini, ada kelompok tertentu yang secara sengaja menggiring untuk belajar di internet.
Kesalahan orang dalam memahami dan mempelajari keilmuwan agama, sering kali bukan
disebabkan oleh malas dan tidak adanya keseriusan dalam mempelajari agama, tetapi kesalahan
itu berangkat juga dari cara cara atau metode yang tidak tepat ketika seseorang mempelajari ilmu
agama. Belajar dari intrnet yang entah sanad keilmuwannya dari mana, sering diamini sebagai
wawasan yang benar, Padahal seseorang pembelajar agama, sekurang kurangnya butuh seorang
mursyid atau guru yang benar benar kredibel dibidangnya.
Memang, tidak semua yang bersumber dari internet itu salah dan menyesatkan, tak sedikit juga
yang benar terserak disana, akan tetapi kebenaran itu harus kita verifikasi lebih lanjut. Atas dasar
itu penulis ingin membagi tips sekaligus sikap dalam menerima informasi informasi keagamaan
atau belajar agama lewat internet.
1. Kita memang butuh internet, sebab kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan selalu
tersedia. Tetapi setelah memperoleh ilmu pengetahuan agama yang dicari kemudian
ditelaah dan dipelajari, maka kita harus mengkomfirmasinya dengan bertanya kembali
kepada orang orang yang mumpuni perihal agama. Lebih lebih harus mengkomfirmasi
kepada ahli agama yang tepat dan tak bertentangan dengan nilai kemanusiaan.
2. Jangan mudah percaya, budayakan membaca sampai selsai, harus selalu hati hati dan
memilah milah apa yang akan dipelajari. Kita sah sah saja belajar agama dari sumber
manapun, termasuk dari internet, dari media sosial atau youtube, yang notabennya kita
tidak bisa berjumpa langsung dengan guru atau penceramahnya secara langsung entah
karena faktor kekurangan biaya atau faktor lainnya. Tetapi sangat perlu untuk ditekankan,
kelompok radikal atau ekstrimis, sering kali memanfaatkan internet, sehingga sikap kritis
sangat perlu ditekankan.
3. Saat ini ada banyak media media online yang menyediakan informasi dan pengetahuan
tentang agama. Karakternya sangat beragam, maka disini pilihlah media media yang lebih
santun, berwawasan ke Indonesiaan, mendidik dan selalu mengedepankan dakwah yang
menyejukan dan mendamaikan hati juga pikiran. Bukan media media yang provokatif, suka
menyalah nyalahkan kelompok lain yang berbeda, atau malah hobinya menakut nakuti dan
menyebarkan kebohongan atau hoax yang tidak bisa dipertanggung jawabkan.
4. Kembali gunakan triple filter test dalam renungan no 5.

Semoga bermanfaat.
Wallohu ‘alam bisshowaab.

RENUNGAN 16
Pemuda islam.
tantangan zaman dan masalah sosial.
16 Ramadhan 1441.

Bismillaahirrohmaanirrohiim.

A.Pemuda Islam dan Tantangan Zaman


Pemuda islam adalah generasi agama sekaligus generasi bangsa. Penerus tongkat estapet
kepemimpinan. Dalam sosiologi, pemuda dikatakan sebagai AGENT OF CHANGE (pelaku
perubahan). Ditangan anak anak muda islam khususnya, kelangsungan hidup dalam berbangsa,
beragama dan berbudaya dipertaruhkan. Pemuda islam juga merupakan jawaban dari persoalan
persoalan yang menyangkut bidang sosial, politik, ekonomi dan agama. Sejarah kemerdekaan
Indonesia juga tidak terlepas dari peranan perjuangan anak anak muda.
Dizaman sekarang kehidupan anak anak muda islam mempunyai tiga identitas, pertama
identitas kebangsaan yakni sebagai warga negara Indonesia, kedua identita keagamaan yakni
sebagai muslim, ketiga identitas sebagai manusia yang hidup dizaman globalisasi. Melihat
fenomena kehidupan pemuda islam dimasa kini, terkadang sebagian berpandangan bahwa seorang
muslim dituntut untuk se Arab mungkin salah satunya cara berpakaian, sebaliknya sebagian anak
anak muda islam yang hidup diera globalisasi ini, dituntut untuk ke barat baratan, atau bahkan
sebarat mungkin salah satunya cara berpenampilan dan gaya hidup. Padahal kedua pandangan ini
keliru menurut penulis pribadi. Alasannya, karena kita bisa menjadi pemuda islam tanpa
kehilangan jati diri bangsa negaranya.

1.Pemuda Islam Sebagai Warga Negara Indonesia


Pemuda islam sebagai warga negara Indonesia adalah kembali ke jati diri bangsa, dalam
artian pemuda harus mencintai bangsanya. Menjungjung tinggi harkat martabat bangsa. Mencintai
kearifan bangsa menjalankan nilai nilai falsafah pancasila, Bhineka tunggal ika yang menjadi
semboyan bangsa Indonesia adalah laku hidup yang sepantasnya dilakukan oleh siapapun yang
merasa hidup ditanah air Indonesia khususnya pemuda islam, dengan menghargai keberagaman
dan mampu hidup rukun ditengah tengah masyarakat Indonesia yang majemuk dan beragam.
Keberagaman masyarakat indoneisa adalah kenyataan yang perlu kita terima dengan sikap yang
arif dan penuh kebijaksanaan.

2.Pemuda Islam Sebagai Seorang Muslim


Pemuda islam sebagai seorang muslim dituntut untuk beriman, selalu menjalankan nilai
nilai islam yang menjungjung tinggi keadilan, kejujuran, welas asih, saling tolong menolong dan
menebar rahmat dengan mempererat ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama muslim), ukhuwah
wathoniyyah (persaudaraan sesama bangsa) dan ukhuwah insaniyyah (persaudaraan sesama
manusia). Menjungjung tinggi maqoshid syari’ah atau yang disebut kulliyat al khomsah (lima
prinsip umum) yaitu menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga aqal, menjaga harta dan menjaga
keturunan. Identitas seorang pemuda muslim tidak dilihat dari dia harus seperti orang arab, karena
jati diri seorang pemuda muslim adalah ketaqwaan “inna akromakum ‘indalloohi atqookum”.

3.Pemuda Islam Yang Hidup di Era Globalisasi


Pemuda islam yang hidup diera globalisasi tidak harus bergaya seperti orang barat, dan ini
kehawatiran yang semakin nyata didunia pemuda islam masa kini, dari mulai penampilan dan gaya
hidup mereka sudah menjadi sasaran empuk westernisasi sehingga mereka pemuda islam tak
sedikit yang hidupnya hedonis, apatis terhadap permasalahan permasalahan yang ada di
masyarakat. Kalau budaya budaya arab bukanlah salah satu jalan hidup seorang pemuda islam di
Imdonesia untuk berlaku islami, apalagi budaya barat. Saat ini anak anak muda islam khususnya
tak sedikit yang disadari atau tidak seakan akan berpandangan barat sebagai kiblat gaya hidup
modern. Segala hal yang berbau barat, dihayati sebagai sesuatu yang modern dan keren bahkan
dianggap ketinggalan zaman bila kita tak seperti mereka.
Padahal kita sebagai warga Indonesia bukanlah orang arab juga bukan orang barat.
Pemuda islam yang hidup di era globalisasi sudah seharusnya menjalankan apa yang diajarkan
oleh agama. Berhubungan dengan Allah dan berhubungan dengan manusia untuk mewjudkan
kemaslahatan umat dimuka bumi, maka kita harus benar benar jeli dalam menyerap budaya yang
baik dari manapun, baik dari arab atau dari barat dan meninggalkan budaya dari mana juga yang
jelek meski dari budaya kita sendiri. Inilah kedirian seorang pemuda di era globalisasi, seseorang
yang bisa menjaga ketakwaannya kepada Allah dan bisa berjalan sesuai denyut zaman dan
menghapus mafsadat sesuai tuntutan zaman.

B.Pemuda Islam dan Masalah Sosial


Ditanah rantau ini penulis punya kenalan yang sekarang bekerja dikantor bupati, namanya
abang Alan, dia sering manggil saya AA dikarenakan saya orang sunda. Abang alan pernah masuk
anggota remaja masjid dan sudah lama keluar dikarenakan ada suatu masalah, ketika penulis ajak
berbincang bincang mengenai kenapa dia bisa keluar dari anggota remaja masjid, dia menjawab
dengan sedikit bercerita : alasan saya keluar dari anggota remaja masjid adalah ketidak sukaan
saya kepada orang tua yang suka seenaknya ke kami A, seakan akan mereka akan hidup abadi saja.
Tidak bijak dalam mengarahkan kami. Saya saja pernah mencoba adzan beberapa kali selalu
ditegur di salah salahkan ditempat umum, padahal saya menerima kalau memang salah tapi
tidaklah harus dengan cara seperti itu, kami juga tidak diberi peluang untuk berkreativitas, banyak
kawan kawan kami A, yang cerdas cerdas tapi tidak diberikan peluang oleh yang tua tua.”
Begitulah alasan kenapa dia keluar dari anggota remaja masjid.
Sebenarnya permasalahan sosial seperti ini menurut pengalaman penulis dimana saja selalu
ada, termasuk di desa halaman penulis, ada dua kemungkinan, bisa saja anak mudanya yang tidak
mau diatur dan diarahkan bisa juga kaum tuanya yang tidak mau memberi peluang para generasi
muda untuk ikut serta memakmurkan masyarakat. Ini selalu terjadi dimanapun juga. Disini
perlunya kaum tua harus bijak bijak dalam mendidik generasi muda. Sebagaimana sudah kita
mafhum, pemuda identik dengan usia yang masih muda dan belum memiliki banyak pengalaman
hidup. Selain itu pemuda juga kerap kali dinilai memiliki pola pikir yang masih labil serta emosi
yang masih sulit terkendali. Sebagai generasi, kaum muda khusunya pemuda islam harus
dipersiapkan sedini mungkim dengan melalui program program pendidikan, akhlaq dan intelektual
yang sitematis, sehingga nantinya menjadi manusia yang mengenal jati dirinya bermanfaat dan
bertanggung jawab terhadap kehidupan sosialnya.
Peran pemuda sebagai pelaku perubahan, sebagai pemuda yang aktif dan kreatif diituntut
untuk membawa perubahan kepada kehidupan sosial yang lebih dinamis dan harmonis. Kalau saja
disuatu tempat ada anak anak muda islam yang berbakat, sudah seyogyanya kaum tua peka
memberi arahan dengan bijak dan peluang pada mereka sehingga terciptalah ruang khusus dalam
melahirkan generasi pemuda dimasa yang akan datang yang tidak hanya sebagai tunas harapan,
namun kelak akan menjadi seorang pelaku perubahan yang mampu mengedepankan kepentingan
umum dan dibangun dari kesetaraan semua sesama golongan, baik golongan tua atau golongan
muda.
Semoga bermanfaat.
Wallohu ‘alam bisshowaab.

RENUNGAN 17
Hakikat Rendah hati bagi kebahagiaan dan kedamaian hati
17 Ramadhan 1441

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Setiap manusia berhak untuk mendapatkan kebahagiaan hidup. Kebahagiaan menjadi


bagian pencapaian tertinggi dari setiap tindakan manusia. Kebahagiaan ini mengarahkan kepada
berfungsinya potensi positif individu secara optimal dan merupakan indikasi dari kedamaian hati
manusia. Kedamaian hati merupakan suatu keadaan yang menggambarkan individu dalam
memfungsikan dan mengarahkan cara berfikirnya dalam mengoptimalkan potensi positif yang
dimiliki untuk menjalani kehidupannya. Seseorang yang memiliki kedamaian hati yang tinggi akan
terhindar dari depresi dan menurunnya tingkat stres. Ada pepatah mengatakan “manusia dibentuk
atas apa yang dipikirkan dan dirasakannya.
Kedamaian hati penting bagi manusia karena berguna untuk mengaktualisasikan dan
mengembangkan potensi diri agar dapat menemukan makna hidup. Sepertinya santri memiliki
nilai lebih dengan berupa lingkungan religius yang didapatkan dari aktivitas-aktivitas keagamaan
yang dilaksanakan setiap hari dimana hal tersebut dapat berpengaruh pula terhadap kedamaian
hati. Adapun tanda kedamaian hati yang tinggi antara lain, terhindar dari tekanan dan masalah
kejiwaan, adanya penilaian positif terhadap diri, mampu bertindak secara mandiri serta tidak
mudah terpengaruh lingkungannya, tidak minder ketika dihinakan dan tidak merasa besar ketika
mendapatkan pujian. Kedamaian hati lebih dari sekedar perasaan senang atau puas dengan
kehidupan, tidak adanya emosi negative atau pengalaman yang menentukan hidup yang lebih baik
namun juga mampu mengelola tantangan , kesulitan hidup maupun pegalaman lain yang membuat
hidup menjadi lebih dan semakin bermakna.
Dalam usaha mencapai kedamaian hati yang tinggi, tentunya terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi antara lain usia, status pernikahan, dukungan sosial, status sosial ekonomi, dan
religiusitas.

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kebahagian dan Kedamaian Hati.

1.Usia
Persepsi individu terhadap apapun yang terjadi di dunia termasuk terhadap dirinya akan
berubah seiring berjalannya waktu. Ini siklus kehidupan manusia. Semua persepsi yang terbentuk
pada setiap tahapan perkembangan berperan penting dalam proses pemahaman terhadap
kesejahteraan psikologis. Perubahan hidup yang signifikan bermula dari kematangan dalam proses
evaluasi diri di kehidupan masa lalu, masa kini maupun masa yang akan datang.
2.Status Pernikahan
hubungan yang baik dengan pasangan akan meningkatkan kesejahteraan psikologis. Hal
ini berkaitan dengan proses pengambilan keputusan bersama yang berdampak pada terciptanya
interaksi yang baik antar pasangan. Saling mengerti, saling menerima dan saling memiliki.

3.Dukungan Sosial
Dukungan sosial dalam artian pengakuan sosial terhadap keberadaan seseorang. Dukungan
sosial ini juga merupakan gambaran ungkapan perilaku berupa dukungan yang diberikan seseorang
individu kepada individu lain yang memiliki keterikatan dalam hidupnya. Dukungan sosial dari
orang-orang yang bermakna dalam kehidupan seseorang dapat memberikan kontrbusi dalam
meningkatkan kebahagian dan kedamaian hati. Dukungan sosial yang diberikan bertujuan untuk
memberikan dukungan dalam mencapai tujuan dan kesejahteraan hidup. Adanya interaksi yang
baik dan memperoleh dukungan dari rekan kerja akan mengurangi munculnya konflik dan
perselihan ditempat kerja.

4.Status sosial ekonomi


Bagi manusia seperti kita yang masih hidup diwilayah asbab bukan tajrid, sosial ekonomi
menjadi faktor penting dalam kesejahteraan psikologis, yang mencakup kondisi keuangan
keluarga, kesehatan, tingkat pendidikan, keberhasilan pekerjaan dan aktivitas refreshing dan status
sosial di masyarakat. Kegagalan dalam pekerjaan dan terhambatnya pendapatan dapat
mengakibatkan stres kerja yang berdampak pada menurunnya kesejahteraan psikologis karyawan
yang berakhir dengan performa kerja buruk dan produktifitas rendah akan merugikan organisasi
ataupun perusahaan.
5.Religiusitas
religius mempunyai tingkat kedamaian dan kepuasan hidup yang lebih baik, menunjukkan
rendahnya tingkat kecemasan, lebih mampu dalam mengatasi stres, rendah kemungkinannya untuk
melakukan bunuh diri, memberikan harapan, optimisme, mendapatkan dukungan sosial, kestabilan
dan kepuasan batin.

Berdasarkan faktor-faktor yang telah disebutkan, kebahagiaan dan kedamaian hati


seseorang dapat dipengaruhi oleh usia, status pernikahan, dukungan sosial, status sosial ekonomi,
dan religiusitas. Penulis menggunakan religiusitas sebagai faktor yang menjembatani variabel
tawadhu atau rendah hati yang akan dihubungkan dengan kebahagiaan dan kedamaian hati.
Religiusitas atau istilah umumnya agamis, merupakan akar dari kerendahan hati. Hakikat
kerendahan hati manusia adalah tidak memiliki hak untuk bergantung kepada hal-hal yang bersifat
material, memanipulasi, dan mengekploitasi orang lain. Tetapi, memiliki beberapa keuntungan
adaptif untuk diri sendiri maupun orang lain dan baik untuk mencapai sesuatu yang menyenangkan
dan menghindari rasa sakit atau bahkan lebih baik untuk menjalani kehidupan yang penuh makna
dan kehidupan yang baik. Rendah hati sebagai usaha memiliki rasa penerimaan diri, pemahaman
terhadap ketidak sempurnaan dan terbebas dari rasa sombong dan harga diri yang rendah. Orang-
orang yang rendah hati dengan pencapaian yang dicapai cenderung memiliki sedikit ancaman bila
di bandingkan dengan orang yang sombong. Manusia cenderung tidak menyukai seseorang yang
bertindak sombong. Lingkungan sosial secara otomatis akan menentang orang-orang yang berlaku
sombong. Berbeda dengan orang yang rendah hati, mereka akan mendapatkan benyak pernyataan
atau penilaian positif dari lingkungan sosial untuk kebaikan pencapaiannya. Seseorang yang
rendah hati tidak memandang dirinya lebih dari pada orang lain sedangkan orang yang sombong
selalu memandang dirinya secara berlebihan.
Hakikat rendah hati atau tawadhu yaitu dengan mengenali Rab-Nya dan perlu direnungi
bahwa ke-Mahakayaan-Nya karena kemiskinan kita, kekuatan-Nya karena kelemahan kita dan
keperkasaan-Nya karena kehinaan kita. Hal tersebut perlu menjadi renungan sebagai sarana
mengenali diri kita tentang posisi kita sebagai seorang hamba yang sangat kecil yang tidak patut
untuk sedikit pun menyombongkan diri di hadapan Allah maupun di hadapan sesama. Bagitu pula
dengan kelebihan yang dimiliki pada hakikatnya merupakan karunia yang Allah berikan sebagai
sarana menebarkan manfaat kepada orang lain yang tidak memiliki kelebihan tersebut. Pengenalan
diri berkaitan dengan aspek kesejahteraan psikologis yaitu aspek penerimaan diri terhadap
kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.

Aspek Aspek Kebahagiaan dan Kedamaaian Hati

1.Makna dan tujuan hidup


Makna bukan suatu keadaan subjektif namun suatu penilaian yang tidak memihak dan lebih
objektif dari sejarah dan pengalaman hidup. Pemaknaan hidup inilah yang menjadukan individu
merasa sejahtera dan bersemangat dalam menjalani hidupnya serta berusaha mencapai tujuan yang
telah disusunnya dengan penuh semangat dan sikap penerimaan.

2.Hubungan yang hangat dan saling mendukung


Dukungan tidak hanya ditekankan pada dukungan orang lain terhadap kita namun juga
adanya dukungan kita terhadap orang lain. Orang lain menjadi sangat penting karena bisa menjadi
obat penawar terbaik bagi kekecewaan hidup sehingga menjaga hubungan yang hangat sangat
dibutuhkan
3.Punya Kontribusi terhadap kedamaian hidup orang lain
Orang yang banyak memberikan kebermanfaatan atas orang lain akan memperoleh sesuatu
lebih banyak dari pada yang diberikan sebelumnya. Kebermanfaatan terhadap kedamaian maupun
kebahagiaan orang lain akan berkaitan erat dengan kesehatan psikologis

4.Qona’ah (menerima)
Ada pepatah jawa mengatakan “narimo ing pandum”. Qonaah atau sikap menerima dengan
lapang dada berarti mampu mengakui semua aspek positif maupun negatif yang ada dalam diri
sehingga mampu menyadari kegagalan yang terjadi. Sikap menerima juga merupakan proses
evaluasi jangka panjang terhadap semua kelebihan dan kekurangan sebagai bagian dari dirinya
yang berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis.

5.Hubungan fositif dengan orang lain


Hubungan yang positif menjadi komponen penting untuk menjalin kehidupan yang baik
dengan orang lain. dengan cara mempunyai sikap percaya dalam berhubungan dengan orang lain,
memiliki empati, afeksi, dan keintiman yang kuat, memahami pemberian dan penerimaan dalam
suatu hubungan. Hubungan hangat dan saling mendukung akan menumbuhkan pandangan penuh
kasih sayang serta memandang kekurangan orang lain sebagai bahan pembelajaran diri. Kasih
sayang akan melahirkan rasa cinta, keharmonisan dan keserasian dalam menjalin hubungan
dengan orang lain dengan lemah lembut.
Semoga bermanfaat.
Wallohu ‘alam bisshowaab.

RENUNGAN 18
Permudah jangan dipersulit, beri kegembiraan bukan kesedihan.
18 Ramadhan 1441
Bismillaahirrohmaanirrohiim

1.Bijak dan Arif Dalam Membimbing Umat


Setiap Sabtu sore bakda shalat ‘Ashar penulis dengan ibu ibu rutinan nderes Al Quran dan
fiqih di Mesjid. Pada sore itu setelah beres nderes Quran dan sedikit ngaji fiqih selalu ada sesi
tanya jawab, ada ibu ibu, tidak penulis sebut namanya, orangnya baik dan terkenal dermawan. Ibu
ibu yang sudah punya cucu tersebut sebelum bertanya sedikit meriwayatkan kisah hidupnya.
Berikut kisah hidupnya :
‘’ AA (panggilan untuk laki laki orang sunda), dulu ibu pernah ikut bekerja di seorang rentenir,
mencari orang dan meminjamkan uang kesana kemari dengan bunga yang lumayan besar, tidak
sedikit sipeminjam itu orang orang yang keadaan ekonominya dibawah rata rata, ada yang mata
pencaharriannya buka warung kecil kecilan, ada yang buka laundry, dagang gorengan dll. Dulu
sebenarnya dalam hati nurani ibu menjerit dan selalu bertanya tanya apakah pekerjaan ibu ini benar
benar halal ?.. dulu ibu bingung kalau keluar bagaimana mencari pekerjaan lagi. jujur ibu sering
bentak bentak yang telat bayar bulanan bahkan sampai ada yang kabur dan entah kemana. Setelah
sekian tahun ibu bekerja, ibu memutuskan untuk berhenti karena hati nurani selalu berontak,
sampai saat ini setiap malam ibu sering menangis dalam sejadah, meminta ampunan kepada Allah,
bahkan ibu pernah berfikir kecelakaan yang merenggut nyawa suami ibu dikarnakan ibu sering
menyakiti hati para peminjam uang (ibu ini cerita sambil menangis). Bagaimana ibu ini AA ?
apakah benar Allah tidak akan dulu mengampuni dosa hambanya yang masih berkaitan dengan
dosa haqqul adam ? ibu sering nonton dan mendengarkan ceramah ceramah ustadz ustadz di tv
terkait dosanya para rentenir “bahwa Allah tidak akan dulu mengampuni dosanya seseorang
rentenir yang masih berhubungan dengan dosa haqqul adam. Ibu tidak tau dimana sekarang orang
orangnya, jadi bagaimana AA solusinya ? bahkan sekarang ibu sering takut bertanya soal ini,
karena hampir semua jawabannya membuat ibu semakin hawatir dan psimis dalam bertaubat,
bahkan ada yang sampai bentak, ibu sudah tua tidak tau harus bagaimana.”

Mendengar ceritanya penulis lumayan sedih, ditambah karena tau sekarang anak anaknya
kurang juga dalam mengurus dan memperhatikan ibu yang bertanya tadi. Dengan cerita dan
pertanyaannya maka penulis menjawab dan memberi solusi “ibu Allah itu maha Rahman dan maha
Rahiim, maha memahami apa yang tersimpan dalam lubuk hati hamba hambanya, “innallooha
‘aliimum bidzaatis shuduur”. Allah juga maha menerima taubat hamba hambanya yang mau
bertaubat. Terkait dosa yamg menyangkut haqqul adam, memang para ‘ulama syari’at berpendapat
terlebih dahulu harus diselsaikan urusan sesama haq adamnya, meminta maaf dari hati ke hati, tapi
pertanyaannya kalau orang yang bersangkutan tidak ada dan bahkan ibu sendiri tidak tau dimana
dia sekarang apakah benar Allah tidak akan mengampuni dosa dosa ibu ? penulis sambil tersenyum
melanjutkan berkata “ kita berbaik sangka aja ya bu kepada Allah, dalam hadits qudsi ada
ketrangan seperti ini “anaa indad dhonni ‘abdi bii” (aku sesuai dengan prasangka hamba
hambaku). Jadi kita sama sama berbaik sangka kepada Allah. Optimis, yaqin bahwa Allah itu
maha pemurah maha memaklumi keadaan lahir batinnya manusia. Agama tidak mempersulit ibu,
selalu membimbing umatnya dengan sekian banyak alternative alternative yang membuat kita
semakin yaqin bahwa Allah itu maha pengasih lagi maha penyayang. “innallooha yuriidu
bikumulyusro walaa yuriidu bikumul ‘usr”.
Kurang lebih seperti itulah jawaban sekaligus solusi penulis untuk pertanyaan ibu tadi.
Tidak terlalu banyak mengutip teks teks keagamaan, karena memang penulis sangat minim
pengetahuan agamanya, melainkan dngan memberikan solusi untuk sama sama yaqin betapa
besarpun dosa kita baik dosa kepada Allah atau dosa sesama anak adam, Allah tetap maha pengasih
dan penyayang, maha misterius dan tidak bisa diduga duga ketentuannya. Seperti yang pernah
penulis urai direnungan ke 4.
Berkaitan dengan hal ini, sudah seyogyanya siapa saja diantara kita yang merasa punya
wewenang atau status sosial sebagai pembimbing umat atau katakanlah seperti ajengan, atau
ustadz, atau kyai, yu kita belajar bijaksana dan arif dalam menuntun umat. Saling menguatkan,
jangan sampai fatwa fatwa yang kita berikan malah membuat takut dan putus asa umat dalam
beribadah, memberikan motivasi bukan dengan cara menakut nakuti, melainkan dengan
memberikan ketenangan kenyamanan dan ketentraman dalam membimbing umat untuk semakin
mendekatkan diri pada Allah. memberikan kedamaian pada setiap hati, memberi ceramah ceramah
yang menyejukan bagi jiwa umat yang kering keronta, sampaikan dengan penuh ketulusan bahwa
Gusti Allah selalu ada untuk membimbing dan melindungi hamba hambanya. Sebab jiwa orang
yang hendak berserah diri dan mulai menempuh jalan kesadaran harus di bimbing dengan penuh
hikmah serta di ayomi. Kita memang diperintahkan untuk menyampaikan ayat ayat Al quran dan
Hadits Nabi, tapi kita juga harus sama sama sadar, posisi kita bukan Allah dan seorang Nabi.

2.Jangan Membuat Umat Kebingungan Terbukalah Dalam Memberikan Ilmu


Tanggal 18 maret 2020, bakda maghrib penulis ada jadwal ngisi pengajian dengan ibu ibu
dan bapak bapak warga desa Tenam rt 02. Dalam mengisi pengajian, penulis masih ingat
mengangkat tema seputar akhlaq dalam beribadah sholat. Seperti biasanya setelah beres pengajian,
oleh pembawa acara selalu diberi kesempatan bagi ibu ibu atau bapak bapak untuk bertanya kalau
kalau ada yang tidak difahami atau ada pertanyaan lain yang menyangkut agama yang ingin
ditanyakan. Malam itu ada bapak bapak kurang lebih usianya 40 tahunan, bertanya seputar Al
quran “ AA kami ini pernah dengar fatwa seorang ustadz bahwa yang cadel (sebutan orang sunda
bagi orang yang tidak bisa megucapkan huruf R atau RO dengan fasih) dilarang membaca Alquran
dengan alasan akan merubah makna Al quran, tapi ada juga ustadz yang bilang tidak apa apa baca
saja dengan alasan udzur lisannya, kami bingung AA, yang satu bilang tidak boleh yang satunya
bilang boleh, mana yang harus kami ikuti?”…..
Saja jawab “Peristiwa seperti ini bukan hanya saja di alami oleh bapak, katanya Nabi Musa
itu cadel makanya Nabi Musa dalam surat Thaha ayat 25 sampai 28 diabadikan selalu
memanjatkan doa “robbissyrohlii shodrii waassirlii amrii wahlul ‘uqdatam min lisaanii
yafqohuu qoulii”. Kemudian saya mengacu pada sebuah riwayat disaat peristiwa fathu Makkah
ada seorang sahabat Nabi yang berteriak “al yaumu yaumul malhamah” (hari pertumpahan
darah) sehingga membuat penduduk kafir Makkah gentar dan ketakutan seraya Abu Sufyan
berkata “bukankah ini adalah hari kasih sayang bukan hari pertumpahan darah ? maka Nabi
Muhammad SAW menjawab “sahabat saya ini cadel tidak bisa menyebut huruf RO, sehingga
huruf RO terucap LO dan maksudnya adalah “al yaumu yaumul marhamah” (hari kasih sayang).
Riwayat lain menceritakan seorang Ummu Aiman ibu setelah ibunya Rosululloh, beliau cadel.
Pada suatu saat, Ummu Aiman R.A memasuki rumah Nabi dan mengucapkan salam “salamun laa
‘alaikum (keselamatan bukan atas kalian) padahal maksudnya “assalamu’alaikum” bagaimana
sikap Nabi ? apakah marah marah ? jelas tidak melainkan Nabi memberikan rukhsoh atau
keringanan pada beliau untuk mengucap salam dengan salamun laa alaikum. Jadi baca saja
silahkan pak, yakinkan saja dalam hati bahwa ketika bapak mengucap LO maksudnya adalah RO,
ya harus bagaimana lagi memang sudah udzur lisannya mau dipaksa paksa juga susah iya kan.
Allah itu maha tahu dan maha pemaklum.”
Sangat penting bagi kita untuk mencontoh akhlaq bijaknya Rosululloh SAW dalam
membimbing umatnya. Seperti salah satuya kisah mngenai Ummu Aiman tadi. Kita juga harus
bersikap terbuka dan jujur dalam menyampaikan fatwa agama atau ilmu ilmu agama, apalagi
dalam masalah masalah furu’iyaah yang sudah pasti banyak beragam pendapat. Seperti salah
satunya tentang hukum boleh atau tidaknya qunut subuh meskipun kita memegang pendapat yang
mengharuskan qunut subuh tapi dalam menyampaikan ilmu harus terbuka dan jujur juga
kemukakan semua pendapat ulama yang apa adanya, bahwa yang tidak qunut juga punya
alasannya masing masing dan punya dalil masing masing serta tidak menjadikannya berdosa kalau
tidak qunut. Bagi orang orang awam gunakanlah bahasa awam jangan buat umat bingung dengan
fatwa fatwa kita yang tertutup dan tidak jujur dalam menyampakina ilmu agama.
Dalam hal ini, penulis merenungkan dalam kasus otoritas sebuah fatwa seorang mufti atau
hakim atau kyai atau ustadz harus benar benar bijak dan hati hati. Misal fiqih ibadah dalam
madzaahibil arba’ah akan memiliki versi masing masing, satu sisi memang melukiskan indahnya
keberagaman, tapi dilain sisi kalau tidak bijak justru akan sangat negative lantaran masing masing
memunyai klaim tentang kebenaran dan representasi islam.
Selain itu, kita perlu mawas diri kaji pula perlu tidaknya sebuah ijtihad atau fatwa, ini untuk
membatasi kita yang kemungkinan besar kurang kompten atau kurang mumpuni utuk berfatwa
serampangan, jika hal hal seperti ini di abaikan, maka jangan membuat umat bingung. Kemanakah
mereka akan berpegang ? dalam kitab Asbah Wanadhoir ada sebuah kaidah yang wajib kita fahami
yakni “tashorruful imaami ‘alar ro’iyati manuuthum bilmashlahah” (tindakan seorang imam
terhadap rakyatnya haruslah dihubungkan dengan kemaslahatan).
Semoga bermanfaat.
Wallohu ‘alam bisshowaab.
RENUNGAN 19
Orang tua adalah pembimbing pertama bagi anak anaknya.
19 Ramadhan 1441

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Orang tua dikatakan sebagai al madrasatul uula (madrasah/sekolah pertama) bagi anak
anaknya. Dengan begitu orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mendidik anak
anaknya. Namun mereka para orang tua tidak sedikit yang kurang memahami bagaimana cara
mendidik anak anaknya dengan benar dan tepat. Kesalahan dalam mendidik anak menjadi potensi
dan menyebabkan anak mulai menganalisis dan memikirkan peristiwa peristiwa yang terjadi
disekitar mereka dan membentuk pandangan yang berdampak pada kehidupan anak dimasa yang
akan datang. Dengan begitu orang tua malah menjadi faktor penghambat keberhasilan bahkan
menjadi faktor kegagalan seorang anak. Keberhasilan seorang anak tidak terlepas dari peran, doa
dan dukungan orang orang yang berada disekitarnya termasuk orang tua yang mempunyai peranan
terpenting.
Banyak anak anak yang sejak kecil ditinggal kedua orang tuanya untuk bekrja dengan
alasan demi anak dan demi masa depan anak, peristiwa seperti ini lebih sering terjadi didaerah
perkotaan. Sehingga anak anak ini tidak mendapatkan perhatian yang seutuhnya dari kedua orang
tuanya, secara finansial mungkin terpenuhi tetapi secara moral dan mental sangat kurang. Padahal
Masa anak anak merupakan masa keemasan seseorang, dalam artian anak anak yang dididik pada
usia dini akan lebih cepat mengingat tentang apa yang dia lihat, dia dengar, dia rasakan dan
diketahuinya. Ketika anak anak tidak mendapatkan perhatian spiritual, moral dan mental dari
orang tuanya, dimasa yang akan datang ia akan bertindak sesuka hati tanpa mengenal batas yang
seharusnya tidak boleh dilakukan. Sudah banyak bukan kasus kasus kenakalan anak mulai dari
anak usia SD sampai usia dewasa yang mulai dari kasus kekerasan sampai kasus asusila.
Dengan adanya kasus kasus seperti itu, ini menggambarkan betapa menghawatirkan
kehidupan anak anak dimasa kini, masa yang dikatakan masa ilmiah dan kemajuan teknologi, tapi
kenyataannya sangat memprihatinkan. Apakah ini semua kesalahan anak ?... menurut penulis
tidak, justru disinilah peran orang tua perlu dipertanyakan kembali. Inilah saatnya para orang tua
untuk benar benar dapat mendampingi anaknya, jangan limpahkan sepenuhnya kepada anak
apabila anak gagal dalam hal apapun. Karena mungkin, kesalahan tidak hanya bertumpu pada anak
namun juga dari lingkungan keluarga.
Menjadi orang tua berarti harus siap sepenuhnya. Siap mengajar dan mendidik seumur
hidupnya. Menjadi orang tua yang bijaksana adalah suatu keinginan dari sekian kinginan yang kita
harapkan, setuju tidak ?.... peranan orang tua pada masa masa awal adalah suatu pengaruh yang
paling besar dalam membentuk kepribadian anak . Sering kita lihat atau bahkan mungkin kita alami
dimana orang tua bertindak secara berlebihan baik menjadi sangat penyayang atau menjadi sangat
kasar. Bagaimanapun peranan orang tua yang berlebihan akan membuat anaklah yang akan
menderita dan mungkin sebagai salah satu akibatnya anak anak akan kehilangan keyakinan diri
dan mengarah pada kurang percaya diri. Atas dasar itu dibawah ini ada beberapa hal yang menurut
penulis harus diperhatikan dalam proses mendidik anak anak. Mari kita simak dan renungkan
kembali.

1.Bimbinglah Anak Untuk Mencari dan Menjadi Dirinya Sendiri


Banyak di lingkungan kita para orang tua yang menuntut agar anaknya seperti dirinya.
Disini, orang tua jangan pernah menganggap bahwasanya anak adalah orang yang sama dengan
kita. akan lebih bijak apabila kita menerima anak apa adanya dan sebagaiman dirinya. Dan tidak
menghakimi setiap tindakan dan prilakunya secara berlebihan atau kelewat batas. Misalkan seperti
ini, apabila seorang anak bersifat pemalu dan kita adalah orang tua yang terbuka jangan memaksa
anak anak untuk seperti kita, ayomi dan biarkan anak mengambil waktu untuk mengenal dirinya
sendiri dan mengenali lingkungan disekitarnya. Atau untuk contoh lain dalam bidang status dan
profesi, salah satunya jika orang tua seorang agamawan jangan memaksa anak anak untuk jadi
seorang agamawan. Kondisi sosial budaya orang tua belum tentu sama dengan kondisi sosial
budaya anak masa sekarang. Biarkan anak mencari jati dirinya sendiri, tugas orang tua adalah
membimbing dan mendukung.
2.Orang Tua jangan Pernah Mengekang Anak
Sebagai orang tua, tentunya kita cenderung merasa bahwa kita tahu apa yang terbaik untuk
anak anaknya. Kita sering mendengar ungkapan “semua yang dilakukan orang tua adalah yang
terbaik bagi anak anaknya”. Merasa paling berpengalaman sehingga mencoba untuk menguasai
hidupnya. walau bagaimanapun, ingatlah anak anak masih dalam proses belajar, bereksperimen
dan mengeksplorasi kehidupannya. Biarkan anak membuat pilihan dan keputusan sendiri dalam
batasan tertentu, juga beraksi dan mendapatkan hasilnya. Ini adalah salah satu cara menurut
pengalaman penulis agar anak dapat memperoleh pelajaran hidup yang akan membantunya
menangani situasi di dunia nyata dengan mandiri. Jangan menahan anak untuk menyelamatkan
dari kegagalan yang belum tentu terjadi, hati hati boleh tapi jangan berlebihan. Temani anak dan
berikan pertolongan kapanpun anak membutuhkannya. Tunjukan kepercayaan diri kita dan
keyakinan kita pada kemampuan anak, apabila orang tua meragukan kemampuan anak lambat laun
secara tidak disadari maka anak juga akan meragukan kemampuannya sendiri.
3.Hargai Mental dan Perasaan Anak
Orang tua sering bersikap bahwa segalanya diukur dengan materi. Kebutuhan anak bukan
hanya bersifat material, namun juga bersifat mental. Kapanpun bila seorang anak menunjukan
mental atau perasaan yang negatif atau tidak baik terhadap suatu masalah, sering kali orang tua
langsung menghancurkan mental tersebut. cara yang paling bijak menurut penulis adalah dengan
menerima mental anak, baik atau buruk dan membiarkan anak menghadapinya dengan caranya
sendiri. Kita dapat memberinya pelukan dan mendengarkan curahan perasaan anak. Perlahan tapi
pasti anak akan belajar untuk mengelola emosinya dengan matang dan dewasa. Jangan sampai
sebagai orang tua, gagal menjadi pendengar bagi anak anaknya dan menjadi orang tua yang sering
senaknya mengabaikan bahkan mematikan kata hati nuraninya anak.
4.Membimbing, Mengarahkan dan Membantu anak
Peranan orang tua adalah untuk memberi bimbingan arahan dan bantuan kepada anak
dalam berbagai hal sehingga anak dapat melalui proses belajar dengan baik dan terarah. Orang
tua harus menjadi seorang pengamat yang baik, untuk dapat memberi pandangan pada setiap sikap
atau prilaku anak anaknya. Ketika anak anak masih berusia dini, mungkin wajar saja orang tua
akan mengambill keputusan untuk anaknya, namun seiring dengan pertambahnya usia anak, orang
tua akan cukup memberi arahan dan pedamping agar anak dapat mengambil keputusan sendiri.
Orang tua juga perlu megikuti pelajaran anaknya disekolah atau madrasah. Hal ini untuk dapat
mengimbangi perkembangan kognitif anak dalam hal akademisnya. Misal contoh kecilnya
pengalaman penulis sewaktu sekolah SD, setiap pulang sekolah ibu atau bapak sering memeriksa
catatan dan nilai, menanyakan apakah ada PR atau tidak, bertanya belajar apa dan dapat apa selama
disekolah.
5.Mendukug dan Memotivasi Anak
Sebagai orang tua harus mendukung anak anaknya dalam batasan yang wajar dan juga
memberi motivasi kepada anak agar ia dapat mempelajari sekelilingnya dengan perlahan tapi pasti.
Orang tua juga perlu mengenali karakter yang jadi anak anaknya, ini sangat penting agar dapat
menentukan cara terbaik untuk memotivasi kepada anak. Dengarkan dengan bijak pendapat anak
dan jangan memaksakan pendapat sendiri. Bimbing anak dengan sepantasnya dan memberi saran
dengan nuansa dan nada mengajak bukan memerintah. Sebagai orang tua, juga harus memastikan
anak anaknya berada pada kondisi emosional yang baik. Ada bebarapa faktor yang harus
diperhatikan, seperti bicara dengan tenang, jangan berlebihan dalam memuji dan membentak,
Dorognan, perhatian dan kasih sayang. Hindari sikap negatif, penghinaan, pengabaian, pilih kasih
dan jangan membanding bandingkan anak dengan anak orang lain. Setiap anak adalah unik.
Karena itu sebagai orang tua tidak sepantasnya membanding bandingkan anak dengan anak
lainnya khususnya ketika anda sebagai orang tua mengamati adanya suau kekurangan pada anak.
Anak bisa jadi anugrah atau fitnah tergantung didikan orang tuanya.
Semoga bermanfaat
Wallohu ‘alam bisshowaab.

RENUNGAN 20
Kalau sudah cinta, meski buruk tetap dicintai. Kalau sudah benci meski baik tetap dibenci.
20 Ramadhan 1441

Bismillahirrohmaanirrohiim

Cinta Dulu, Cinta Lag,i Cinta Terus

MARKICIN (Mari kita ngebucin), Kali kali menulis cinta ya, hidup jangan terlalu serius
juga. Barangkali ada pembaca yang sedang jatuh hati dan dilanda kasmaran. Cinta itu apa ya ?....
Pada hakikatnya cinta itu hanyalah sebuah nama. Nama yang terlahir dari hati yang menyimpan
rasa kagum, rasa ingin memiliki, rasa nyaman dan perasaan perasaan lainnya yang terkadang sulit
diungkapkan lewat kata kata. Manusia sendiri yang memberi nama tersebut. orang sunda
menyebutnya dengan nama bogoh, orang jawa menyebutnya tresno, orang inggris menyebutnya
dengan nama love dan orang arab menyebutnya dengan nama mahabbah.
Bahkan karena saking dramatisnya, secara pengalaman sah sah saja jika seseorang
menambahkan kata abadi sehingga menjadi cinta abadi, atau dengan suci jadi cinta suci, cinta
bertepuk sebelah tangan, cinta monyet, cinta terlarang dan cinta sejati. Soal cinta sejati, Sherlock
Holmes pernah berkata “cinta sejati itu seperti hantu, banyak orang yang membicarakannya,
namun sedikit orang yang menyaksikannya. Ada lagi istilah dalam cinta yaitu hubungan jarak jauh
dan hubungan jarak dekat ada juga lagu dangdut yang judulnya pacar lima langkah. Itu semua
hanya istilah nama berdasarkan apa yang dialami dan dirasakan oleh manusia. Sekali lagi semua
itu hanyalah nama.
Begitupun dalam menjelaskannya, penulis jamin kebanyakan akan berdasarkan
pengalaman dan perasaan juga, seperti kata Maulana Jalaludin Rumi, Rumi menjelaskan bahwa
cinta itu membuat seseorang yang jahat jadi baik, yang sakit jadi sembuh. Tapi belum tentu bagi
orang selain Rumi berpendapat sepeti itu, karena pengalaman dan perasaan yang ditempuhnya
beragam. Misal penulis pribadi lebih suka menjelaskan cinta itu sebagai agent of change (pelaku
perubahan). Dengan cinta seorang laki laki akan melakukan segala hal bagi yang dicintainya,
kawan penulis Muamar Candra Hidayat bertutur “seseorang yang lemah bisa kemudian kuat
karena melindungi seseorang yang dicintainya”.
Bagaimana penjelasan cinta menurut para pembaca ? ….
Adakah para pembaca yang berpikiran bahwa cinta juga unik sekaligus lucu, dimana cinta
mampu merubah seseorang menjadi pandai berdandan, mulai mengatur posisi duduknya,
mendisiplinkan mulut ketika mengunyah makanan, setiap kali bertemu cermin ngutak ngatik dulu
wajah dan posisi pakaian, kalau laki laki apalagi dalam masa puber ketika bertemu air seperti
menemukan salon tidak lupa membasahi rambut dan merapihkannya. Cinta juga mampu membuat
seseorang untuk mulai memakai wangi wangian ketika mau jalan, bahkan mungkin ada yang
punya pengalaman semangat masuk kelas karena sering menerima balsan surat. Mau
bagaimanapun menjelaskannya, ya begitulah cinta dengan segala ceritanya.
Karena cinta, dengan tiba tiba seseorang bisa saja jadi puitis, dengan berkata ketika hujan
dan sendiri ditambah salah faham dengan kekasihnya “bagiku, kasih, kau adalah seni sastra, sastra
takkan pernah pupus. kau bagiku adalah syair, syair akan diabadikan oleh para penyair. Kau bukan
hanya selimut, bagiku kau juga pakaianku. Kau bagiku adalah pemikiran, pemikiran kan selalu
dikenang bahkan akan menjadi kepercayaan. Aku ini lemah aku ini rapuh, aku ini lara aku ini luka.
Kalau aku tak tau hidupku untuk siapa, akau lebih faham matiku untuk siapa. Beuhhh begitulah
cinta. Unik bukan ?
Cinta merupakan naluri yang Tuhan ciptakan untuk mansuia. Naluri seperti ini tidaklah
berhubungan dengan mafhum (pemahaman) apapun. seperti kecendrungan manusia terhadap
kepemilikan, kecintaan pada diri sendiri, kecintaan pada keluarga, kecintaan pada pacar, kecintaan
pada keadilan dan lain sebagainya. Namun kecendrungan ini merupakan dorongan yang
berhubungan dengan mafhum tertentu. Nah mafhum inilah yang nantinya akan menentukan
kecendrungan tersebut. Kemungkinan besar tidak mungkin seseorang menghindari dari yang
namanya cinta. Dengan sendirinya perwujudan cinta akan sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Cinta, bahkan siapa saja akan dapat jatuh cinta untuk pertama kalinya pada seseorang yang
belum pernah dikenal sebelumnya, bahkan seseorang tidak perlu menyentuhnya untuk mengetahui
bahwa dia mencitainya. Cinta bukan soal jarak, cinta itu soal kesungguhan. Cinta bukan sekedar
ibarat menukar uang dengan seksualitas para pengobral dosa. Cinta bukan seperti itu cinta bukan
sekedar saling sapa sayang, saling balik telephon saling mengingatkan dimana mau makan. Jangan
lupa istirahat dan jaga hati. Cinta juga tak mengenal syarat dan alasan. Ada yamg lebiih istimewa
dari itu yakni menyatunya pikiran dan hati keduanya menuju kasih cinta sejati sang robbulizzati.
Ketika dua orang yang bercinta dapat bertemu kesenangan dan ketentraman batin dan pikirannya,
maka itulah namanya kekayaan, lebih dari gelang emas dan berlian. Itulah kesenangan yang tak
lekang dipanas tak lapuk dihujan.

Dibawah ini adalah puisi yang penulis buat ketika di Sragen tahun 2016-an. Tidak ada
salahnya juga ya kita berpuasa sambil berpuisi. MARKISI (mari kita berpuisi).

BUNGA MELATI
Serupa bunga melati
Cinta tumbuh berbunga dan menyebarkan wangi
Cinta hadir dalam simphoni
Keselarasan dank k-E elokan rasa
Cinta adalah indah
Kesucian cinta menjadi jelas
Karena membimbing
Dengan Bahasa yang indah
Tidakkah engkau tahu, kekasih
Bahwa manusia yang dalam percintaan kerap kali perindu dan pencemburu.

Terakhir ada pepatah mengatakan “jika kita mencintai seseorang karena rupanya,
bagaimana kita mencintai Tuhan yang maha indah. Jika kita mencintai karena hartanya, bagaimana
kita mencintai Tuhan yang maha kaya, dan jika kita mencintai seseorang karena kekuasaannya,
bagaimana kita mencintai Tuhan yang maha kuasa. Dikatakan juga dalam satu keterangan bahwa
kita tidak boleh terlalu dalam mencintai atau membenci. Itu artinya kita harus sewajarnya saja.
Sikap keterlaluan biasanya berakibat pada ketidak adilan sikap kita disutau saat nanti dalam situasi
tertentu yang melibatkan salah atau benarnya orang yang kita benci atau kita cintai. Ada yang
mengatakan “inna ‘ainal muhibbi ‘an kulli syarri mukallafin, wa ‘ainal ghodobi ‘an kulli khairi
mukallafin” (sungguh apabila seseorang sudah didahului rasa cinta, meski yang dicintai berbuat
keburukan tetap akan dicintai dan dibela, dan sebaliknya apabila seseorang sudah didahului rasa
benci, meski yang dibenci berbuat kebaikan tetap akan dibenci). Sikap berlebih lebihan baik dalam
mencintai atau membenci sangat tidak baik. Yang kita cintai bisa saja disuatu saat nanti akan kita
benci begitu juga sebaliknya yang kita benci bisa saja disuatu saat nanti kita cintai. Jadi, mari kita
sedang sedang saja dalam mencintai atau membenci.
Semoga bermanfaat.
Wallohu ‘alam bisshowaab.

RENUNGAN 21
Cintai takdirmu.
Karena pada akhirnya kita hanya perlu membiasakan diri dengan apa yang terjadi.
21 Ramadhan 1441

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Penulis sarankan dalam membaca renungan ke 21 ini, pembaca diusahakan kalau suka
mendengarkan musik, ya sambil mendengarkan music, dan penulis mau merekomendasikan untuk
musik musiknya coba sambil dengarkan instrumennya Mozart atau Beethoven atau kitaro. Dan
cobalah pembaca untk memasuki dunia ide yang berada dalam setiap baris renungan ini.
Ketika kita masih kecil merindukan masa dewasa, giliran sudah merasakan dewasa kembali
merindukan masa kecil. Apa yang kita pikirkan tentang dewasa dimasa kecil ? lulus sekolah,
mencari kerja untuk mendapatkan duit, menikah, berumah tangga dan memiliki anak ? apakah
benar dewsa itu seperti demikian ? apakah kita pernah mengira bahwa semua masalah kehidupan
dapat berhenti dan di atasi bila sudah bekerja dan punya duit ? padahal duit pun terkadag jadi
masalah.
Bagaimana menjadi dewasa itu ?....
enak tidak ?......
Setelah jiwa raga pikiran dan perasaan kita kesana kemari dan memikul tanggung jawab
yang tiba tiba membesar, barulah kita akan menyadari bahwa menjadi dewasa itu tidaklah mudah
dan bukan soal sudah punya perusahaan dan mendapatkan bayak duit.
Hampir setiap manusia mengatakan seseorang memperoleh kedewasaan iu setelah
mengalami berbagai cobaan dan belajar sedikit demi sedikit tentang kehidupan. Mungkin sesulit
itulah seseorang menjadi dewasa. Dewasa bukan kondisi yang dicapai pada saat seseorang
memliki syarat syarat tertentu seperti umur, penghasilan, pernikahan dan kekuasaan, melainkan
lebih dekat pada sebuah proses panjang, pendewasaan yang menjadi sosok yang dapat menjaga
diri sendiri yang masih labil. Kita akan menjadi lebih dewasa manakala mampu memikul beban
hidup yang berat dan tak henti henti dengan cara yang benar dan tepat.
Mahatma Ghandi berkata “belajarlah seakan akan kamu hidup selamanya”.
Dewasa bukanlah merujuk pada suatu titik khusus dalam perkembangan manusia. Dewasa
merupakan sebuah proses untuk mampu mengatasi cobaan hidup. Semua orang memiliki cobaan
yang tidak bisa diselsaikan dengan seluruh tenaga sekalipun. Termasuk juga kita, kita hanya perlu
menerima dan mencintai takdir. Mencintai takdir bukan berarti mengajak pembaca untuk pasrah
seperti jabbariyah, melainkan menawarkan pengharapan agar kita memahami setelah menerima
sepenuhnya takdir sebagai bagian dari hidup kita. Maka percayalah akan muncul kekuatan untuk
bertahan. Seperti pengembara, kita harus memiliki jiwa bertahan, kita perlu bertahan melewatinya,
hingga akhirnya datang hari ketika kita berdiri tegak sebagai kawan dari takdir kita sendiri. Takdir
seperti roda kehidupan , prasaan cinta terhadap takdir diri sendiri adalah kekuatan yang ampuh
melebihi kekuatan mantra yang mampu mengubah kesukaran menjadi semangat hidup.
Bagaimanapun, hidup kita sangat berharga dan kitalah satu satunya orang yang akan menjalaninya.
Maka bertahanlah,badai pasti berlalu datang dan kemudian pergi lagi, ini pesan untuk kita yang
sedang berdiri di ambang pintu kedewasaan dengan penuh kehawatian dan bimbang.
Hidup yang setiap hari kita jalani terdiri dari berbagai pengulanagan peristiwa,
pengulangan dan peniruan dari yang pernah terjadi. Sampai akhirnya kita akan membiasakan diri
dan mendapatkan makna hidup. Seperti seseorang yang punya masalah dengan kekasihnya,
mencari solusi dan kemudian selsai, selanjutnya di hari kemudian bermasalah lagi dan diselsaikan
lagi begitu seterusnya, atau ketika para pekerja kantoran bekerja dalam tekanan apalagi posisinya
masih junior, setiap hari kita akan meraskan penekanan dan penekanan dan akan selalu mengucap
“minta maaf” sehingga kita hanya perlu membiasakan diri, waktu akan membimbing kita.
Penulis sering berfikir tentang kehidupan. Entah ketika disela sela waktu senggang, ketika
memeperhatikan disekeliling bahkan ketika menunggu uang gaji yang kadang lama. Hidup ini
memang selayaknya kisah yang harus dimainkan perannya setiap hari. Ada lirik lagu “kehidupan
manusia adalah film yang paling terbaik”, setiap hari manusia memiliki episode yang beragam,
beragam kisah dan beragam orang pula. Kehidupan tak memiliki waktu luang untuk beristirahat.
Kehidupan sudah memiliki porosnya , kehidupan akan tetap berputar. Kita tidak harus mati matian
menanggung apa yang tak bisa kita rubah, bahkan kita harus mencintainya. Cintailah takdir kita.
hidupkan hidupmu kawan, nikmati setiap detik, setiap desah nafas yang telah Tuhan berikan
kepada kita, suka duka canda tawa resan dan gelisah merupakan pernak pernik dari kehidupan
yang sangat fana ini.
Rasakan, malam yang panjang yang tuhan ciptakan, memberikan waktu untuk perenungan
yang cukup baik dalam memaknai hidup. Bahwasnya kehidupan ini bukan hanya tentang harta dan
tahta tapi tentang makna. Semua akan terasa berkesan, ketika menjalani hidup tak sia sia belaka.
Rutinitas yang kadang membosankan, yang secara berulang ulang dilakukan . mari temukan
makna bahwa Tuhan menciptakan kita sebagai khalifah di dunia ini, bukan hanya sekedar mampir
bertamasya namun menelisisk dan mengamati setiap sudut kehidupan, mencari sekian kecerdasan
ilahi yang tersembunyi dimuka bumi. Temukan hal hal baru kawan, lari, naik dan mendakilah,
hingga kita akan menyadari kebesaran Tuhan, berbagilah dengan sesama hingga kita akan
menemakan kebahagiaan yang hakiki.

Hidup Adalah Perjuangan


Lagu dewa 19.
Kemenangan hari ini bukanlah berarti
Kemenangan esok hari
Kegagalan hari ini bukanlah berarti
Kegagalan esok hari
Hidup adalah perjuangan tanpa henti henti
Usah kau menangisi hari kemarin
Tak ada yang jatuh dari langit
Dengan Cuma Cuma
Semua usaha dan doa.
Kebenaran saat ini bukanlah berarti
Kebenaran saat nanti
Kebenaran bukanlah kenyataan.
Hidup adalah perjuangan tanpa henti henti
Usah kau menangisi hari kemarin

Semoga bermanfaat.
Wallohu ‘alam bisshowaab.

RENUNGAN 22
Ngaji diri
Harmonisasi hati dan aqal.
22 Ramadhan 1441

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Ngaji Diri
“kade ujang ujang nyai nyai, hirup teh sing bisa mawas diri, sing bisa nitipkeun diri dimana
bae ayana, sok gera di alajar ngaji diri, sangkan hirup merenah, genah tur ngenah. Aji diri urang
urang teh, saha, timana, bakal kamana jeung bakal kumaha” begitu wejangan para sesepuh sunda
kepada penulis dan kawan kawan ngaji ketika masih kecil. Tau artinya ? orang sunda sudah jeals
tau artinya, biar lebih adil maka akan penulis terjemahkan ke bahasa pemersatu. Kurang lebih
seperti ini artinya “ujang (sebutan orang sunda untuk anak anak laki laki) nyai (sebutan untuk anak
anak perempuan) harus bisa mawas diri, harus bisa menitipkan diri (adaptasi) dimanapun berada,
aji diri kalian supaya hidup bahagia, kaji diri kita, siapa, dari mana, akan kemana dan akan
bagaimana.
Wejangan atau pituah ini sampai sekarang masih penulis cari dan gali, ada keterangan yang
sudah mashur ditelinga kita bahwasanya “barang siapa yang mengenal diri, maka akan mengenal
Tuhannya”. Secara definisi penulis tidak tau apa itu ngaji diri, mungkin akan kita temukan artinya
secara masing masing dari hasil pengalaman hati dan perasaan kita sendiri yang terkadang sulit
untuk diungkapkan, ketika diungkapkanpun akan menimbulkan pertanyaan pertanyaan kembali.
Jadi untuk definisinya kita cari sendiri saja ya.
ditengah tengah ramainya kehidupan manusia pernah gak kita sejenak bertafakur tentang
siapa sih diri kita ini ? dari mana ? akan kemana dan akan bagaimana ?. ke empat pertanyaan ini
sangat sukar untuk dijawab, lebih mudah ketika dikasih pertanyaan kenapa dalam kalimat
bismillaahi kata ismi dan Allohnya diharokati kasroh ? maka jawabannya karena dalam kalimat
bismillaahi ada hurup khafad “BA” yang dengan otomatis harokat pada huruf terakhir akan
berbaris kasroh, dan itu dinamakan tarkiban jar majrur sedang kalimat Allah nya mudhof ileh
dari modhof kalimat bismi. Tapi bagaimana untuk menjawab ke empat pertanyaan diatas tadi,
pertanyaan mengenai ngaji diri, kita biarkan pengalaman dan waktu yang akan menjawabnya.
Ngaji diri yang penulis maksud bukan berarti kita harus mengasingkan diri dengan pergi jauh jauh
dari keramaian manusia sedangkan kewajiban kita seperti belajar formal atau bekerja terabaikan,
secara pengalaman ngaji diri juga bisa kita gali dan kaji ketika bekerja dikantor, bekerja dikebun,
sambil nogkrong dengan kawan kawan lebih utamanya dengan merenung.
Secara sederhana ngaji diri dan ke empat pertanyaan tadi bisa kita jawab dengan jawaban
yang bukan merupakan satu kesimpulan akhir dari pencariaan, melainkan satu permulaan untuk
terus menggali dan mengkaji. Siapa kita ? kita manusia, mahluk Tuhan yang maha kuasa, dibekali
seperangkat dua pembimbing yakni hati dan aqal pikiran. dari mana kita ? dari Allah dengan syariat
dari cintanya kedua orang tua kita. Akan kemana kita kita ? akan kembali ke yang menciptakan
kita yakni Allah itu sendiri. Akan bagaimana kita ? senang atau susah, itu tergantung perbuatan
kita selama hidup didunia ini.

Hati
Rosululloh SAW pernah berpesan ‘‘bahwa dalam diri manusia itu ada segumpal daging,
bilamana ia baik maka kita akan baik, dan bilaman ia buruk kita akan bersifat buruk, segumpal
daging itu adalah hati”. Lalu apakah hati itu ? …… lagi lagi kita harus bertanya, bagi orang yang
suka denga filsafat, mungkin tidak aneh lagi dengan banyak bertanya, tapi bagi orang yang awam
seperti kita mugkin akan berkomentar hallaah banyak bertanya kapan kerjanya. Begitulah kira kira.
Hati itu penulis ibaratkan seperti cermin. Bila ada asap atau debu yang menempel dicermin,
secara perlahan cermin itu akan kehilangan kebeningan dan keindahannya. Begitu juga dengan
hati, bila hati kita ditempeli polusi penyakit hati seperti iri, dengki, ujub dan sebagainya maka
kebeningan hati akan hilang. Yu sama sama membersihkan cermin diri kita, dengan bertakholli
(membersihkan) melalui berdzikir, mendengarkan pengajian orang orang wara dan bijak.
Hati juga berfikir secara emosi, mengungkapkan perasaan yang tidak bisa digambarkan
secara logis. Hati juga merupakan tempat bersemayamnya segala macam perasaan, seperti
bahagia, senang, sakit, cinta, benci, rindu, gelisah dan bimbang. Hati lebih cenderung ke
pengalaman emosional.

Aqal
Aqal atau logika adalah anugrah dari Tuhan untuk kita. Aqal ini berbeda dengan hati, aqal
lebih cenderung ke rasionalitas dan praktis, mendapatkan jawaban saat menentukan pilhan
seringkali terletak pada situasi dan pengalaman seseorang. Ketika kita memandang sesuatu
masalah dengan menggunakan logika atau akal tentu yang lebih berperan adalah pikiran otak kita,
secara tidak langsung hal hal yang tidak masuk akal akan ditolak. Semisal sederhanya dalam hal
asmara, katanya laki laki lebih cenderung menggunakan akal sedangkan wanita lebih cenderung
menggunakan hati. ketika wanita yang kita cintai tiba tiba diam seribu bahasa lalu kita
kebingungan dan bertanya “apa yang terjadi, kemudian wanita tetap tidak memberikan jawaban
malah berkata” harusnya kamu peka kenapa aku begini”, secara aqal pikiran itu tidak logis, kenapa
demikian ?... karena ketika seorang diantara kita dituntut peka tapi wanita tidak mau menjelaskan
apa yang terjadi, padahala kita ini bukan Tuhan yang maha tahu isi hati mahluknya.
Tapi mau bagaimanapu, sungguh ini merupakan suatu kuasa Tuhan yang telah menciptakan
sesuatu secara berpasang pasangan. Bayangkan apabila manusia hanya mengandalkan aqal saja
atau hanya mengandalkan hati saja. Bayangkan dulu.

Harmonisasi Hati dan Aqal


Manusia hidup tidak terlepas dari yang namanya masalah. Dalam setiap masalah yang
terjadi, setiap manusia memiliki cara masing masing dalam menghadapi dan mencari jalan
keluarnya. Karena mau bagaimanapun permasalahannya, setiap masalah selalu satu paket dengan
solusinya.
Ada yang selalu mengedepankan hatinya, ada pula yang selau mengedepankan aqalnya
ketika mencari jalan keluar dan mengambil keputusannya. Hati dan aqal dua hal yang berbeda
dalam satu wadah yakni tubuh manusia. Hati memiliki wilayahnya sendiri begitu juga dengan aqal
pikiran. Dan juga masing masig memiliki alat ukur sendiri untuk mengukur sesuatu. Masing
masing memiliki setandar yang berdebda untuk satuan dan dimensinya dalam menilai sesuatu.
Masing masing tidak bisa dibohongi. Ada sesuatu yang bisa diterima oleh aqal dengan alasan logis
tapi belum tentu bisa diterima oleh hati karena tidak berperasaan. Misalkan ketika istri pembaca
melahirkan seorang anak lalu ada kawan berkata “selamat anda telah memiliki claon mayat”
ungkapan ini secara aqal pemikiran memang logis sebab memang semua manusia calon mayat,
tapi tidak dengan hati perasaan, besar kemungkinan ditolak karena mengabaikan hati nurani. Yu
sama sama belajar untuk memandang segala sesuatu secara objekti, dalam artian melihat keadaan
dengan menggunakan aqal dan hati kita, menggunakan kedua keduanya dengan sikap yang
terbuka, akal menentukan sesuatu yang yang masuk dalam pikiran kita, sedangkan hati yang
menetapkan sehingga kita akan merasa nyaman dengan hal itu.
Banyak orang berkata bahwa siapa saja diantara kita yang menginginkan kebahagian, maka
gunakanlah hati dan aqal secara seimbang. Dalam bersikap, bertutur kata dan mengambil suatu
keputusan hendaknya meminta pertimbangan dari hati dan aqal. Dengan mempertimbangkan hati
dan aqal maka keputusan tersebut tidak akan bertentangan denga hati dan akal, minimal hati dan
aqal kita sendiri. Mengapa hal demikian harus dilakukan ?... karena hati dan aqal secara umun
akan mnemukan dan mengetahui suatu kebenaran umum yang diakui bersama.
Mana yang harus kita utamakan dan kita ikuti, hati atau aqal ?
Sebagian besar dari manusia sering kali terjebak dalam mengambil suatau keputusan
manakah yang harus diutamakan untuk di ikuti hati atau aqal?. Tentu saja ini tugas yang lumayan
sulit. Sebelum kita melangkah lebih jauh, ada baiknya kita harus sama sama memahami bahwa
kita memilik hati dan aqal karna suatu alasan. Mereka berdua mau bagaimanapun adalah penasihat
diri kita, mereka mempunya peranan penting dalam membantu kita dengan cara mereka sendiri.
Jadi manakah yang harus diutamakan dipilh ? jawabannya adalah bicaralah dengan hati dan aqal
pikiran sesuai perannya masing masing. pemikiran logis kita mungkin mencoba berusaha
memberikan jawaban yang sangat logis, tetapi harus sama pentingnya mempertimbangkan alasan
dengan menggunakan hati kita. meskipun akan membingungkan untuk memulainya, birlah waktu
yang akan menjawab.
Jangan lupa juga untuk mengikuti gerak reflek isyarat tubuh kita dan berbagai tanda yang
dipancarkan terhadap situasi atau orang. Tubuh kita dalam hukum biologi fisika memiliki
mekanisme tersendiri seperti memancarkan sinyal vibrasi setiapkali kita dihadapkan pada situasi,
orang atau masalah tertentu. Amati saja tanda tanda yang disuguhkan oleh tubuh kita, ini adalah
cara yang bagus untuk mengharmonisasikan hati dan aqal dan untuk menentukan sikap yang tepat
atas sesuatu yang akan atau sedang kita hadapi.
Semoga bermanfaat.
Wallohu ‘alam bisshowaab.

RENUNGAN 23
Menikah
23 Ramadhan 1441

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Dalam islam, masalah pernikahan terdapat beberapa pendapat yang beragam. Pada
dasarnya banyak para ulama yang mengatakan Hukum asal nikah itu sunah Nabi yang dianjurkan
atau kita kenal dengan istilah hukum sunnah muakkad. Bagi orang yang berlandaskan hanya pada
al quran dan al hadits bisa dipastikan ketika ditanya apa hukum menikah, jawabanya kalau tidak
sunnah pasti wajib, tentunya jawaban mereka juga dilandasi oleh keterangan agama yang
bersumber dari firman Allah dan sabda Nabi SAW. Berbeda dengan ushul fiqih, dalam ushul fiqih
ada kaidah yang menerangkan tentang pengambilan hukum salah satunya yang sudah mashur “al
hukmu yadurru ma’a illaati wujudan wa‘adaman” bahwasanya hukum akan selalu berubah
secara dinamis beserta illat atau alasan mengapa hukum itu ada, bisa suatu keadaan berlaku atau
tidak karena ada sesuatu tersebut.
Kaidah ushul diatas merupakan satu dari kaidah yang dipakai oleh para ushuliyyun dalam
menetapkan suatu hukum syariat. Ia akan selalu berubah sesuai dengan kontek (alasan, sebab atau
latar belakang) yang menyertainya. Dengan begitu hukum menikah dalam kaca mata ushul fiqih
bisa saja sunnah, bisa wajib, bisa haram bisa juga makruh dengan adanya illat (alasan, latar
belakang atau sebab) yang menyertainya tadi. Misal kita menikah dengan alasan ingin menjaga
kesucian seperti yang difirmankan Allah dalam surah An Nur ayat 33 yang artinya “ dan orang
orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga kesucian dirinya, sehingga Allah
memampukan mereka dengan karunianya”. Dengan keterangan ini maka hukumnya wajib, karena
Allah memerintahkan menikah salah satunya adalah menjaga kesucian diri dan menjaukan diri
dari berbuat zina. Tapi kalau illatnya atau alasan kita menikah hanya karena ingin memuaskan
nafsu syahwat belaka dan masa bodo dengan kewajiban dalam rumah tangga bisa jadi hukum nikah
itu makruh atau bahkan haram. Dengan alasan dalam islam menikah bukan hanya sekedar
memenuhi kebutuhan secara biologis. Jauh dari itu, menikah adalah proses ibadah karena
didalamnya terdapat proses membina rumah tangga, mendidik istri dan anak anak, dan juga
menjaga keharmonisan dalam berumah tangga.

Menikah Antara Kewajiban Atau Pilihan


Apakah penulis sudah menikah ? belum sama sekali. Renungan ini mungkin akan dibilang
so tau soal pernikahan karena belum menikah dan itu berarti belum merasakan bagaimana
pernikahan itu. Ibarat penulis menerangkan bab haji dan umroh rasanya tidak tepat dan kurang
sempurna karena hanya tau teori teorinya saja tanpa pernah mengamalkannya. Meski begitu,
anggap saja renungan ini hanya sebatas teori yang sama sama harus kita jalankan, khusunya bagi
para pembaca yang sudah terlanjur membangun rumah tangga atau bagi kita yang akan
membangun rumah tangga.
Dari sekian orang yang penulis coba ajak berbicara tentang pernikahan ada orangnya yang
sudah menikah, yang nikah muda, ada juga yang menikahnya di atas usia 30 an ada juga yang akan
merencanakan pernikahan ada juga yang tidak menikah nikah dengan alasan tertentu. Dikampung
penulis, ada dua yang tidak menikah nikah yang satu perempuan usianya sekitar 50 an keatas yang
satunya laki laki usinanya sekitar 40 an. Ada dua kesimpulan yang penulis dapat dari hasil
komentar mereka, yang pertama nikah adalah kewajiban yang kedua nikah adalah sebuah pilihan.

Nikah Adalah Kewajiban


Rata rata yang berpendapat menikah itu kewajiban adalah mereka yang menikah muda,
dua diantaranya kawan penulis sewaktu kelas 2 MTS dan yang satunya lagi kelas 2 MA yang
melaksanakan pernikahan muda. Mereka beralasan menikah itu kewajiban, karena dalam islam
kata mereka, pernikahan merupakan sebuah kewajiban, bila kita mengaku seorang muslim atau
muslimah maka harus menikah, menikah itu ibadah dan menghindari dari jinah. Tidaklah boleh
kita hidup melajang karena itu tidak sejalan dengan ajaran agama. Mereka menambah tidak ada
alasan untuk tidak menikah, dalam kondisi miskin dan tidak punya apapun, Rosul tetap menyuruh
kita untuk menikah terutama bagi mereka yang sudah cukup umur dan sulit menahan nafsu.
Mereka yang berpendapat menikah adalah kewajban membahas dari sisi agama. Baik tapi terkesan
memaksakan.
Nikah Adalah Pilihan
Mereka yang berpendapat menikah sebuah pilihan adalah rata rata yang mengejar karir dan
belum ada niat menikah. Tapi mereka juga tidak menyalahkan pada orang yang berpandangan
nikah adalah suatu kewajiban. Mereka memandang pernikahan dari sudut pandang sosial dan
budaya. Mereka berfikir kalau mau nikah ya tinggal mencari pasangan kalau tidak mau ya sudah
mereka akan bekerja meraih pendidikan setinggi tingginya lalu bekerja. Pendapat mereka menikah
itu bukan kewajiban dengan alasan bahwa dalam islam sendiri nikah itu sunnah, sunnah berarti
dilakukan berpahala tidak dilakukan juga tidak berdosa. Tapi didunia yang fana ini menikah seolah
olah jadi kewajiban yang harus sangat dilakukan. Dimasyarakat ini, kalau kita tidak menikah maka
eksistensinya sebagai manusia akan selalu dipertanyakan. Meski kita sukses disuatu bidang namun
kalau belum menikah rasanya ada yang kurang. begitulah kira kira pandangan masyarakat umum
tentang menikah. Kata mereka, buat perempuan yang berumur 25 ke atas atau laki laki yang
berumur 30 ke atas tapi belum menikah, siap siap saja akan dihujani pertanyaan dan prasangka
yang bertubi tubi oleh masyarakat. Kamu bisa dianggap tidak laku oleh masyarakat. Beberapa
teman penulis entah itu laki laki atau perempuan ada yang tidak berniat menikah dengan alasan
tertentu atau tida mauk buru buru menikah. Alasannya macam macam, seorang teman penulis
bilang mengapa dia tidak buru buru mau menikah karena ingin mengejar karir pendidikannya dan
tak mau hidup di bawah ketek laki laki, aku bisa hidup mandiri.
Ada pula yang berpendagan eksistensi manusia bukan diukur dari pernikahan. yang paling
unik ada yang menunggu jodoh yang sesuai dengan kriterianya. Bahkan ada yang sama sekali tidak
mau menikah karena kadung sakit hati dimasa lalu. Mereka juga tidak melarang orang yang hendak
menikah, karena bagi mereka pernikahan itu sebuah pilihan. Toh banyak kok yang menikah malah
susah dan yang gak menikah hidup bebas bahagia.
Jadi, bagi pembaca yang sudah menikah, atau akan menikah apakah pembaca menikah
karena sebuah pilhan atau karena sebuah kewajiban ? saatnya berfikir dan merenungkan kembali.

Menjaga Keharmonisan Rumah Tangga


Memiliki rumah tangga yang harmonis memang mejadi impian setiap pasangan. Keluarga
harmonis, keadaan rumah tangga akan menjadi damai, menyenangkan dan nyaman. Menurut
pengamatan penulis, Untuk membangun rumah tangga yang harmonis tidak semudah membalikan
telapak tangan, seseorang atau pasangan harus sama sama berusaha dan berjuang menciptakan
keadaan atau suasana harmonis dalam keluarga tersebut. lalu seperti apakah cara atau tips
membangun rumah tangga yang harmonis tersebut ? yuk sama sama kita ulas.

1.Saling Bersikap Terbuka dan Jujur


Ada lirik lagu “jangan ada dusta diantara kita, kasih”. Ada banyak hal yang akan
menghambat terciptanya suasana harmonis jika kita tidak saling terbuka dan jujur dengan
pasangan. Keterbukaan dan kejujurun sepertinya modal utama atau pondasi yang paling utama
dalam membangun rumah tangga yang sakinah. Meski kadang sesuatu yang akan dikatakan
dengan terbuka dan penuh kejujuran itu terasa pahit, namun percayalah hal ini akan semakin
membuat peluang terciptanya sebuah keluaga yang harmonis seemakin besar.

2.Hindari Sikap Emosional dan Egois


Setiap pasangan tentunya mempunyai emosinya sendiri sendiri. Emosi ini ada yang bisa
meledak kapan saja apabila pasangan tidak bisa mengendalikannya. Ketika emosi seseorang tidak
terkendali, sebuah keluarga bisa jadi kemudian berlangsung tidak harmonis. Dari sini kita belajar
pengendalian emosi saat terjadi perdebatan diantara pasangan memang harus bisa dikendalikan
sedemikian rupa. Hal ini bisa dimulai dari diri kita sendiri. Redam dan mengalah saat terjadi debat
kusir dengan pasangan, atau bicara dari hati ke hati.

3.Saling Menjaga Komitmen


Menikah dan membangun rumah tangga memang membutuhkan komitmen dari pasangan.
Komitmen disini penulis maksudkan sebagai cara untuk saling menguatkan sikap dan pandangan
serta pegangan satu sama lain. Maka ketika kita serius dengan keharmonisan rumah tangga, kita
harus membuat komitmen dengan pasangan kita dan kemudian saling menjaga komitmen masing
masing pasangan. Kita dan pasangan harus berbicara terbuka dan menyampaikan pendapat untuk
saling diterima dan dipegang teguh ketika menjalankan rumah tangga. Dengan adanya sebuah
komitmen yang saling disepakati, maka kemungkinan besar keharmonisan keluarga akan tercipta.

4.Utamakan Kebersamaan Dengan Keluarga


Tips keemat ini tidakkalah penting, jika pembaca sudah memilki anak, maka usahakan
untuk mengutamakan minimal menyempatkan waktu untuk bersama dalam keluarga. Jangan
terlalu larut dalam pkerjaan atau kesibukan lainnya hingga kemudian keluarga menjadi terabaikan.
Tips ini sangat cocok bagi setiap pasanga yang disibukan oleh bisnis dan kerja kantoran. Buatlah
waktu berkumpul beraktivitas atau berkreasi minimal satu minggu sekali untuk menjaga
keharmonisan keluarga. Biasanya akhir pekan adalah waktu yang paling diminati untuk sebuah
keluarga melakukan kegiatan dan aktivitas didalam atau diluar rumah. Dan perlu di ingat, jangan
pernah membawa masalah dari luar contohnya masalah pekrjaan ke dalam rumah.

5.Pilih Lokasi Tempat Tinggal Yang Membawa Pengaruh Positif


Penulis punya kawan sejak dari SD. Sekarang sudah menikah. Awal awalnya rumah
tangganya berjalan normal dan harmonis, namun keharmonisan itu lambat laun hilang karena
pengaruh lingkungan tempat tinggal mereka. Memang lingkungan tempat mereka membangun
rumah tangga mempunyai hawa yang matrealis, misalnya ketika ada seorang suami istri beli alat
alat rumah seperti kursi atau kulkas atau alat elektronik, tetangga mendadak iri dan ingin segera
membeli karena takut tersaingi. Hal seperti itulah yang membuat rumah tangga kawan penulis
lambat laun keharmonisannya semakin menipis.
Atas dasar itu, Saat akan memilih rumah untuk keluarga rumah tangga, jangan lupa juga
bagi kita untuk mempertimbangkan lokas itempat tinggal, mengapa demikian ? ini karena lokasi
lingkungan rumah akan membawa pengaruh pada pola keharmonisan sebuah keluarga.
Lingkungan akan berpegaruh bagi diri kita dan anggota keluarga, jika kita berada dilingkungan
yang baik, maka kepribadian kita dan anggota keluarga juga akan ikut baik. Maka keharmonisan
keluarga akan ikut terwujudkan.

6.Saling Menyayangi Keluarga Pasangan


Tak sedikit kasus kekerasan dalam rumah tangga yang berujung perceraian itu karena kasih
sayang atau perhatian yang deskriminatif. Hanya ingin menyayangi orang tua kandungnya sedang
mertuanya diabaikan, begitupun sebaliknya ada suami atau istri yang lebih memperhatikan
mertuanya dibanding orang tua kandungnya karena tertekan oleh karakter baik istri atau suami.
Padahal menurut perenungan penulis sendiri, menikah itu bukan hanya kita menyayangi
pasangan kita tapi juga harus siap menyayangi keluarganya utamanya kedua orang tuanya yang
akan mejadi ibu bapak mertua kita. karena bagi penulis hakikat pernikahan itu bukan hanya
menyatukan dua insan, namun juga menyatukan dua keluarga. jadi jangan lupa untuk membuat
jalinan atau hubungan yang baik dengan keluarga mertua. Bagaimana caranya untuk menjalin
hubungan yang baik dengan keluarga mertua ini ? kita bisa memulainya dengan melakukan selalu
menyempatkan untuk berkomunikasi lebihnya bersilaturhaim yang baik disetiap waktu.
Semoga bermanfaat.
Wallohu ‘alam bissowaab.

RENUNGAN 24
Adaptasi dan kemaslahatan umat
24 Ramadhan 1441

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Penulis pernah mencari pengalaman disalah satu pondok di jawa timur. Disana dan
mungkin diberlakukan juga diseluruh pondok sejawa timur ketika ada santri yang sudah lulus lalu
dipanggil oleh sesepuh kyai dan disuruh berjuang disuatu lingkungan masyarakat yang telah
ditentukan. Ada kawan penulis, kalau tidak salah ingat beliau ditempatkan untuk berjuang di desa
Plupuh kecamatan ngrampal Sragen jawa tengah. Terkadang sebelum disuruh berjuang para santri
yang sudah pasti akan ditempatkan di medan perjuangannya disuruh untuk menikah dulu dengan
sistem perjodohan, pernikahan barakat namanya. Singkat cerita kawan penulis menikah dan
berjuang ditempat yang telah ditentukan oleh sesepuh kyai pondok, tidak sampai 6 bulan ada
utusan masyarakatnya yang kepondok dan mengadukan ketidak nyamanan warga akan sikap dan
tindakan kawan penulis tadi. Perkiraan penulis mungkin kawan yang ditempatkan untuk berjuang
belum bisa dalam beradaptasi, akibatnya kawan penulis dipanggil lagi oleh kyai dan akhirnya
ditempatkan dilingkungan masyarakat tempat tinggalnya.
Ada pepatah sesepuh sunda mengatakan “hirup mah kudu bisa lolonakan (hidup harus
pandai beradaptasi) lonok itu dalam indonesianya binatang bunglon yang mana sudah kita tahu
bunglon itu pandai beradaptasi warna dengan tempat yang dihinggapinya.
Bagi siapa saja terutama para santri yang setelah lulus dari pondok pesantren kemudian
berjuang baik itu di lingkungan masyarakat kampung halamannya sendiri atau dilingkungan
masyarakat lain diharuskan untuk mengamati dan mepelajari terlebih dahulu situasi dan kondisi
dilingkungan tersebut. hal ini sangat penting untuk membantu kita dalam proses adaptasi.
Tentunya situasi dan kondisi di lingkungan pondok pesantren akan sangat berbeda dibandingkan
dengan situasi dan kondisi dilingkungan tempat berjuang. Tidak seperti biasanya, kalau dipondok
hampir setiap hari merasakan suasana religius di lingkungan masyrakat luar kita akan merasakan
Susana yang bermacam macam.
Disinilah pentingnya wawasan tentang bagaimana beradaptasi yang baik dan tepat dengan
situasi dan kondisi di suatu lingkungan. Adaptasi yang baik dan tepat membuat keberadaan kita
aman dan terkendali. Situasi disini penulis maksudkan kepada keadaan sosial dan budaya,
sedangkan maksud dari kondisi adalah keadaan psikologis (karakter) warga masyarakat, baik
dalam jangkauan perindividu atau perkelompok. Nilai dan norma norma di lingkungan pondok
pesantren tidak akan sepenuhnya cocok kalau kita bawa dan terapkan di lingkungan masyarakat
luar yang luas, kalaupun bisa itu hanya bagi pribadi sendiri dan orang orang yang sudah mampu
kita kendalikan.

Misalkan kita berjuang di masyarakat dan mempunyai sedikit pengaruh, ingat yang harus
kita perhatikan dan jaga adalah apapun yang kita fatwakan dan lakukan harus bertujuan kea arah
kemaslahatan bersama atau keharmonisan sosial. Ketika kita ikut serta dalam membina pendidikan
anak anak dilingkungan masyarakat luas, hal pertama yang harus kita pikirkan adalah bahwasanya
anak anak dimasyarakat luar berbeda dengan anak anak di lingkunga pesantren. Dalam membina
dan mendidiknya jangan terlalu berkesan disamakan, bagi masyarakat yang sudah faham akan
dunia pesantren mungkin tidak akan bermasalah dan menganggap wajar, tapi tidak bagi
masyarakat yang awam akan dunia pesantren. Kalau di pondok pesantren ada anak anak santri atau
santriwati tidak mengikuti jamaah sholat atau ngaji dengan alasan diluar sakit atau izin, sudah jelas
mau tidak mau harus menerima sangsi baik itu hukuman berupa bayar takjir atau sentuhan fisik
minimal dijewer. Tapi kalau hukuman ini diberlakukan secara ketat bagi anak anak dilingkungan
masyarakat luar, belum tentu tepat yang ada malah akan berakibat timbulnya konflik. Jaman
sekarang saja bukankah sudah banyak para guru yang dipolisikan dengan alasan kekerasan pada
anak hanya karena menjewer atau memukul siswa yang nakal disekolah.
Kita berfikir begini, di lingkungam pondok pesantren ketika kyai berkata harus A, maka santri
setuju atau tidak harus A, tapi tidak dilingkungan masyarakat luas, ketika kita mengatakan harus
A, belum tentu bisa diterima oleh masyarakat. Disni kita perlu matang matang menyiapkan mental
dan karakter yang kuat juga teguh. Penulis percaya benar bahwa keseluruhan hukum Allah itu
mengandung maslahat bagi manusia di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana penulis sepakat
bahwa maqhaasid Al Syari’ah mewujudkan kebahagiaan atau kemaslahatan sejati bagi umat
manusia. Atas dasar itu, dalam pembelajaran mengamati dan mempelajari situasi dan kondisi di
suatu lingkungan masyarakar ada beberapa kaidah fiqih yang bisa kita jadikan landasan dan
pegangan, diantaranya :
1. “tashorruful imam ‘alar roo’iyyati manuthum bilmashlahah” tindakan seorang imam
terhadap rakyatnya/umatnya haruslah dihubungkan dengan kemaslahatan.
2. “idzaa tazaahamatil mashoolihu quddamal a‘ala minhaa, waidzaa tazaahamatil
mafaasidu quddamal akhoffu minhaa” apabila ada beberapa kemaslahatan
bersinggungan, maka maslahat yang lebih besar atau luas jangkauannya harus didahulukan,
dan jika ada beberapa mafsadah atau keruskan yang bersinggungan, maka yang dipilih
adalah mafsadah yang paling ringan atau sedikit jangkauannya.
3. “Dar-ul mafaasidi aulaa min jalbil mashoolihi” menghilangkan kemadharatan itu harus
didahulukan dari pada mengambil sebuah kemaslahatan.
Semoga bermanfaat.
Wallohu ‘alam bisshowaab.

RENUNGAN 25
Memaafkan, perdamaian dan bahaya balas dendam
25 Ramadhan 1441

Bismillaahirrohmaanirrohiim.

Mari kita mengutip perkataan Masashi Kishimoto. Bagi anak anak remaja yang menyukai
film anime tentunya nama Masashi ini tidak asing lagi, dia adalah penulis skenario dan desainer
karakter dalam komik Naruto, komik ini yang kemudian di adaptasikan ke film serial anime
dengan judul yang sama. Dan penulis sendiri mengikuti filmnya dari episode satu sampai tamat.
Kutipan tersirat Masashi Kishimoto yang tidak penulis lupakan adalah “memaafkan dan saling
memahami satu sama lain merupakan cara untuk memutus rantai balas dendam”.
Budaya saling memaafkan sepertinya sudah mulai sirna di negri ini, minta maaf atau
memaafkan memang tidak mudah dilakukan, apalagi bagi orang yang mempunyai rasa sakit
mendalam di dalam hatinya dan mempunyai dendam, perlu proses kesadaran tingkat tinggi dalam
mencapainya. Sikap saling memaafkan pada hakikatnya adalah salah satu cara memutus mata
rantai kebencian dan balas dendam, untuk itu kemungkinan besar memaafkan kesalahan orang
yang telah menyakiti atau menghancurkan kehidupan seseorang hanya dimiliki oleh mereka yang
berjiwa besar atau istilahnya lapang dada.
Sudah kita fahami bahwasanya manusia adalah mahluk yang tidak akan pernah lepas dari
salah dan lupa. Manusia juga sangat sulit untuk mampu memahami satu sama lain, saling
memaafkan mungkin jalan terbaik sebagai proses awal memutus rantai kebencian dan
memperbaiki kesalahan. Namun untuk memahami satu sama lain dan saling memaafkan adalah
persoalan yang tidak mudah, seseorang atau kita butuh jiwa besar dan lapang dada, apalagi
ditambah kalau kesalahan orang kepada kita telah menimbulkan rasa luka yang mendalam dan
berbekas. Ada yang mengatakan bahwa sikap atau tindakan memaafkan adalah tindakan
pembalasan yang paling muliya, setuju atau tidak memang begitulah kenyataannya. Kenapa
demikian ? memadamkan api dengan api tidak akan pernah padam yang ada malah apinya semakin
membesar dan berpotensi besar mengakibatkan huru hara kekacauan.
Kebencian tidak akan terhapuskan oleh kebencian, dendam tidak akan bisa diputuskan
dengan dendam. Disadari atau tidak memelihara kebencian dan dendam sekalipun pada orang yang
melukai kita, itu sama saja mewariskan pada anak cucu untuk bertindak ikut serta dalam membenci
dan mendendam. Misalkan “zaid disakiti oleh amar, kemudian zaid berpikiran ingin menuntut
keadilan dengan membalas rasa sakit dan luka dengan kembali meyakiti amar. Amar kemudian
disakiti dan kembali berniat membalas lagi ke zaid, zaid disakiti lagi oleh amar, amar kembali
membalas menyakiti zaid dan akan seperti itu terus, maka seketika lingkaran kebencian terbentuk
jelas bahkan akan diturunkan ke anak dan cucu.
Minta maaf atau Memaafkan adalah sebuah keputusan yang heorik kalau menurut penulis,
memaafkan akan menghapus rasa benci dan tidak larut dalam perasaan dan keinginan untuk
bertindak balas dendam. Terlepas mereka yang melukai kita layak untuk dimaafkan atau tidak.
Memaafkan bukan soal melupakan, melainkan tingkat kesadaran yang paling tinggi untuk
membangun perdamaian dimasa yang akan datang dan memperbaiki keretakan hubungan supaya
tidak larut dalam perasaan saling membenci. makanya tidak sedikit konflik yang terjadi dimasa
lalu dinegri ini yang sampai saat ini tidak bisa dihapuskan karena masih ada segelintir orang atau
kelompok yang masih memelihara rantai kebencian dan dendam. Memaafkan juga adalah proses
menyembuhkan dari ingatan dan perasaan luka, tetapi bukan menghapusnya. Terhapuskan atau
tidak itu waktu yang akan menjawab.
Kalau kita renungkan kembali, meminta maaf atau memaafkan mempunyai implikasi
personal atau interpersonal yang sangat baik. Dalam saling memaafkan ada proses seseorang yang
berupaya mengatasi masalah berupa kebencian dan dendam dalam hati dan ingatannya. Jadi ketika
kita memaafkan itu artinya kita sedang melepaskan aspek negative dalam ranah emosi dan
tindakan sosial seseorang terhadap orang lain.
Dalam kontek agama juga memaafkan memiliki dimensi nilai spiritual yang sangat agung.
Dalam islam utamanya, tindakan memaafkan merupakan salah satu indikator dari tanda kebajikan
seseorang. Dalam surat Ali Imran ayat 134 Allah SWT berfirman “alladziina yunfiquuna
fissarrooi waddhorrooi walkadhimiinal ghoido wal ‘aafiina ‘aninnaas, wallohu yuhibbul
muhsinin” artinya wallohu ‘alam bimuroodihi ( yaitu orang orang yang menafkahkan harta
bendanya baik didalam keadaan lapang atau sempit, dan orang orang yang menahan nafsu
amarahnya dan memaafkan kesalahan orang, dan Allah menyukai orang orang yang berbuat
kebajikan). Dalam ayat ini Allah SWT sudah jelas mengklasifikasikan tanda tanda orang bajik itu
seperti apa, salah satu diantaranya adalah “wal kaadhimiinal ghoido wal ‘aafiina ‘aninnaas”
(orang orang yang menahan nafsu amarahnya dan memaafkan kesalahan orang).
Memaafkan merupakan pondasi yang kuat dalam membangun masa depan yang damai
untuk kita dan keturunan kita. perdamaian sejati berawal dari pikiran yang damai tanpa ada rasa
benci dan dendam. Siapa saja diantara kita yang terus terusan berlarut dalam perasaan benci dan
dendam justru hanya akan merusak pikiran kita sendiri, kita hanya akan menghabiskan hidup
dengan memikirkan kebelakang tanpa memikirkan ke depan yang lebih baik.
Kita semua termasuk bangsa yang kita cintai ini memerlukan keberanian yang besar untuk
kembali membudayakan memaafkan. Sedikit masalah kalau terus terusan disirami dengan emosi
amarah dan perselisihan hingga petengkaran lebihnya peprangan, maka fitnah, ujaran kebencian
dan provokasi akan tumbuh subur ditengah tengah keringnya tindakan saling memaafkan. Mau
dibawa kemana genrasi bangsa dan keturunan kita nanti. Dengan membudayakan memaafkan kita
akan memutus siklus kebencian dan dendam kepada generasi berikutnya. Sementara itu kekerasan
disekiar kita dan konflik mudah timbul karena perasaan dendam dan benci yang tertanam lama.
Generasi dan keturunan berikutnya tidak boleh kita wariskan luka dan dendam sejarah generasi
yang lalu. kita dan bangsa ini perlu sama sama membangun podasi perdamamain yang dibangun
dengan sikap berani untuk membudayakan saling memahami satu sama lain dan budaya saling
memaafkan.
Semoga bermanfaat.
Wallohu ‘alam bisshowaab.

RENUNGAN 26
Dunia adalah sekolah tanpa bangunan.
26 Ramadhan 1441

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Karl marx berpemikiran bahwa dunia ini adalah arena bagi manusia untuk bertarung,
dengan begitu semua manusia adalah petarung tunggal. lain halnya dengan raden syahid atau yang
kita kenal dengan nama kanjeng sunan Kali Jaga, menurut sunan kali jaga, dunia ini adalah
pesantren tanpa bangunan. Dengan demikian itu otomatis semua manusia adalah santri dan
santriwati. Kedua pemikiran ini sama sama benarnya kalau dilihat secara realitas kehidupan
manusia dimasa kini, tergantung dari sudut mana kita melihat kedua pemikiran ini.
Banyak kita saksikan manusia saling mencengkram satu sama lain dengan berbagai latar
belakang seperti persaingan bisnis, politik dan perdagangan, ini membuktikan apa yang dipikirkan
oleh Marx tidak salah, begitu juga dengan apa yang dipikirkan oleh Kanjeng sunan Kali Jaga,
bahwa dunia ini adalah pesantren, dimana pesantren sebagai lembaga mencari ilmu benar dan
nyata juga, tengah banyak ilmuwan ilmuwan atau profesor yang dengan rajin dan gigihnya
mempelajari ayat ayat Tuhan yang ada disemesta menangkap kecerdasan ilahi yang tersembunyi
di alam ini hingga akhirnya berbuah ilmu pengetahuan yang kita pelajari dilembaga lembaga
formal dan juga berbuah berbagai macam penemuan penemuan yang berguna bagi kehidupan umat
manusia.
Kawan penulis Iwan sutrisno seorang pengrajin aksesoris gelang besi dari Malang jawa
timur pernah berkata “ketahuilah, ayat ayat Tuhan itu tidak semuanya tersurat, alam ini dengan
segala keragamannya merupakan ayat ayat Tuhan yang tersirat, hanya merekalah yang
menggunakan aqalnya dan berfikir yang bisa membaca ayat ayat tersebut, maka gunakan aqalmu
sebaik mungkin”. Mengenai ayat ayat Tuhan yang tersirat ini agama islam utamanya tidak
mengingkarinya, bahkan para ulama sepakat kalam Allah itu bukan hanya yang qouliah tapi yang
kauniyah juga ada. Dengan adanya pengakuan ayat kauniyah ini, maka selaras dengan pemikiran
sunan Kali Jaga bahwa dunia ini pesantren tanpa bangunan, kita semua bisa belajar dari apa yang
Nampak di dunia ini mulai dari benda yang hidup sampai benda yang mati. Sudah seyogyanya
bagi kita manusia yang di anugrahi aqal oleh Tuhan yang maha ESA untuk menggunakannya
sebaik mungkin. Kalau redaksi hadits nabi yang berbunyi bahwa mencari ilmu itu “minal Mahdi
ilal lahdi” (mulai dari buaian sampe masuk liang lahat) berarti proses belajar tidak ada henti
hentinya dan tidak sampai pada ilmu pengetahuan yang sudah tersurat dikitab kitab atau di buku
buku sejarah. Imam Ali R.A dalam syairnya menyebutkan salah satu syarat memperoleh ilmu itu
dengan “thuluz zaman” (sepanjang waktu).
Seorang santri boleh saja merasa sudah lulus dari pondok dengan bukti ijazah
kelulusannya, atau seorang pelajar boleh dan sah sah saja merasa sudah lulus bahkan mendapat
gelar pendidikan baik itu doktor atau master, tapi dalam halnya menimba ilmu pengetahuan tidak
akan ada henti hentinya sampai kita masuk liang lahat. Alam yang megah ini dengan segala macam
cerita dan perhiasannya menyimpan ilmu ilmu pengetahuna yang seyogyanya kita gali dan kaji.
Ilmu ilmu pengetahun yang kita dapat dari belajar merenungkan atau istilah agamanya tafakur
akan ciptaan tuhan akan membawa kita pada ruang yang begitu penuh dengan makna makna
filosofis yang bijak. Banyak para filusuf yang sudah membuktikannya, bahwa alam yang luas ini
juga merupakan sumber dari ilmu pengetahuan. Salah satunya, konon Sir isac Newton
mendapatkan teori gaya gravitasinya bukan hasil dari membaca buku buku atau kitab sucinya,
melainkan karena mengkaji kenapa buah apel bisa jatuh dari pohonnnya.
Rata rata ayat ayat Tuhan yang tersirat di muka bumi ini menyimpan makna filosofis yang
mendalam, dan membangun nilai nilai dan kearifan budi luhur manusia. Mungkin kita sering
mendengar pepatah guru atau orang tua bahwasanya kita perlu belajar dari padi, dimana padi
semakin berisi semakin menunduk dengan makna bahwa manusia semakin berilmu harus semakin
rendah hati dan tidak bertindak sombong. Kemudian lagi kita harus belajar dari semut dalam hidup
bersosial, mempunyai jiwa sosial dan solideritas yang tinggi, menjungjung tinggi gotong royong
dan kerja sama, berat sama dipikul ringan sama di jinjing. Manusia juga dalam mencapai
kebahagiannya harus belajar dari hewan kupu kupu, sebelum berevolusi menjadi kupu kupu,
awalnya hanya sebutir telur yang kemudian menjadi ulat yang pada umumnya manusia
menganggap jiji bahkan sampai dibunuh, dari ulat brevolusi menjadi kepompomg, terpenjara
ketika panas kepanasan dan ketika hujan kehujanan baru setelah itu berubahlah menjadi kupu kupu
yang indah dan menawan menghiasi taman taman. Begitu juga dengan manusia, untuk mencapai
kebahagian yang diingikan perlu proses panjang, siap disepelkean dulu bahkan eksistensinya
dianggap tidak ada, harus mau bersahabat dengan proses yang terkadang payah dan memilukan
sebelum akhirnya sukses dan membahagiakan.
Pelajaran yang kita dapat dari hasil mentafakuri ayat ayat tersirat merupakan edukasi yang
tidak terdapat disekolah ataupun skripsi. Mari kita sama sama belajar membaca dan mentelaah
ayat ayat yang tersirat ini, percayalah dunia ini pesantren atau sekolah tanpa bangunan yang secara
tidak langsung menyuruh kita untuk mengsinkronisasikan antara ilmu ilmu yang tersurat dengan
ilmu ilmu yang tersirat. Ilmu pengetahuan yang tersurat juga sangat penting kita pelajari karena
mau bagaimanapun itu adalah awal untuk kita jadikan cahaya dalam mencari ilmu ilmu yang
tersirat.

Semoga bermanfaat.
Wallohu ‘alam bisshowaab.

RENUNGAN 27
Hakikat Komunikasi, pengalaman, perasaan dan pemikiran dalam kehidupan manusia
27 Ramadhan 1441

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Manusia adalah mahluk yang berpikir, dengan berfikir manusia mampu membedakan
mana yang baik dan buruk mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak harus untuk dilakukan.
Manusia juga mahluk yang berperasaan. Seseorang bisa merasakan rindu ketika merasa jauh dari
kekasihnya, bisa merasakan cemburu dan benci ketika kekasihnya didekati orang lain, bisa
merasakan sakit hati ketika dikhianati, bisa merasa bahagia ketika bersama orang yang disayangi,
merasa senang ketika mendapatkan apa yang di cita citakan. Manusia adalah mahluk sosial yang
akan selalu saling membutuhkan satu sama lain. Seorang introvert yang identik dengan pendiam
dan tertutup saja masih bersosialisasi dengan orang yang sama sama introvert. Manusia juga
adalah mahluk individual, penulis percaya setiap manusia punya dunianya masing masing, punya
kepribadiannya masing masing, punya dunia ide nya masing masing, ia memiliki pemikiran dan
perasaan yang hidup dan berkembang dalam pribadinya sendiri.
Disamping manusia sebagai mahluk yang berfikir, berperasaan, sosial dan individual,
jangan lupa Manusia juga adalah “hayawaanun naathiqun” (mahluk yang berkomunikasi) sulit
sepertinya bagi kita untuk tidak berkomunikasi, bahkan untuk berhenti berkomunikasipun harus
melalui komunikasi terlebih dahulu, saudara saudar kita yang tuna wicara sekaligus tuna rungu
juga mampu berkomunikasi dengan baik melalui bahasa tubuh mereka entah itu dengan gerakan
tangan atau gerakan kepala juga raut wajahnya. Orang yang sedang diam juga yang tidak bicara
apa apa pada hakikatnya sedang berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Sepertinya untuk tidak
berkomunikasi memang sulit untuk dihindarkan. Bagaimana bisa untuk menghindari, dalam dunia
bisnis manusia memerlukan ahli komunkasi demi kemajuan bisnisnya, dalam dunia politik
manusia perlu mahir dalam berkomunikasi demi kepentingan politiknya, sekarang saja acara acara
berita di tv sering mengikut sertakan para tuna wicara yang sudah ahli dalam bahasa tubuhnya
yang bertugas menterjemahkan apa yang dibicarakan pembawa acara ke bahasa tubuh sehingga
para pemirsa yang tuna wicara dan tuna rungu bisa memahami apa isi berita tersebut. ini adalah
salah satu dari sekian banyaknya kuasa Tuhan.
Pada hakikatmya komunikasi bisa kita artikan secara sederhana ayakni merupakan sebuah
proses pernyataan antar sesama manusia, dimana yang dinyatakan adalah sesuatu yang lahir baik
dari pengalaman, perasaan, pemikiran atau pengetahuan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Tentunya sebagai mahluk sosial manusia punya
kecendrungan atau katakanlah naluri dasar untuk berintraksi, serta berkomunikasi, bahkan sejak
lahir ke alam dunia seorang bayi yang belum begitu mengenal bahasa sudah mulai berkomunikasi
dengan lewat tangisannya.
Komunikasi itu penting. Salah satunya untuk membangun interaksi sosial di masyarakat.
Aktivitas berkomunikasi sangat penting dalam kehidupan kita, berkomunikasi juga seharusnya
membawa dampak baik bagi kehidupan kita dan kehidupan semua orang di sekitar kita. meski
demikian, tidak semua orang mahir dalam berkomunikasi, atas dasar itu perlu di ingat juga
bahwasanya kesalahan dalam berkomunikasi bisa berakibat fatal, baik bagi dirinya sendiri atau
bagi orang disekitarnya. Kesalahan dalam berkomunikasi berakibat fatal bagi dirinya sendiri
adalah seperti cap labeling, dialinasi/diasingkan dan hilangnya kepercayaan, sedang bagi orang
disekitar akibat dari kesalahan berkomunikasi adalah terhambatnya kerja sama, toleransi dan
gotong royong dilingkungan masyarakat. Terpelesetnya lidah memang sangat berbahaya
dibanding dengan terpelesetnya kaki.
Tidak sedikit konflik yang terjadi di negri kita ini bermula dari terpelesetnya lidah atau
kesalahan dalam berkomunikasi. Komunikasi bisa saja membuat seorang pemimpin negara
dikudeta. Lisan seseorang bisa mengubah arah sejarah dunia. Mungkin kita masih ingat pelajaran
sejarah disekolah, ada Sejarah mencatat bahwa bom Hiroshima disebabkan oleh hal sepele yang
masih berkaitan dengan komunikasi yaitu kesalahan dalam terjemahan. Keputusan untuk
menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima terjadi karena kesalahan Amerika Serikat dalam
menterjemahkan kata “MOKUSATSU”. Dimana sejarahnya setelah pasukan Jepang mendapatkan
ancaman dari Amrika Serikat, jepang merespon dengan kata tersebut dan AS menerjemahkannya
sebagai “NO COMMENT”. Jenderal Mc Arthur menangkap informasi tersebut sebagai bentuk
sikap pembangkangan Jepang dan kemudian melaporknanya kepada presiden Trauman yang
langsung memutuskan dan memerintahkan untuk menjatuhkan bom atom, padahal jepang
sebenarnya ingin menyatakan “kami akan menuruti ultimatum AS”.
Tidak ada manusia yang tanpa pengalaman, bahkan hampir semua manusia dibentuk oleh
apa yang dialaminya. Orang tua sering mendidik anaka anaknya atas apa yang di alaminya selama
menapaki keidupan, memberi pituah dan pesan yang lahir dari pengalamnnya. Ada orang tua atau
guru yang mendidik anak atau muridnya dengan keras karena mereka juga berhasil karena di didik
dengan keras, begitu juga sebaliknya. Seseorang juga bisa berubah jadi jahat oleh apa yang
dirasakannya, rasa benci yang terpendam bisa menjadi alasan untuk berbuat jahat. Sebaliknya rasa
kasih sayang bisa membuat seseorang menjadi orang baik dan lemah lembut. Rasa rindu terkadang
membuat seseorang harus sabar dalam penantian.
Manusia juga terbentuk atas apa yang dipikirkannya, pemikiran seseorang bisa merubah
dirinya sendiri dan orang banyak. Pemikiran juga bisa merubah dunia mulai dari perdamaian
sampai konflik peperangan. Kadang orang mati yang dikenang bukan orangnya melainkan buah
pemikirannya, Patah hati dan revolusi politik bisa terjadi hanya karena sebuah pemikiran.
Seseorang bisa di tuduh murtad hanya karena pemikirannya. Bisa dibinasakan hanya karena apa
yang dipikirkannya. Sebuah bangsa juga bisa dibentuk oleh sebuah pemikiran, berdiri diatas
bangunan sebuah pemikiran. dikatakan Rusia dan China adalah Negara yang memegang faham
pemikiran komunis, sedangkan AS adalah negara yang memegang teguh faham pemikiran
kapitalis. Begitu dahsyatnya sebuah pemikiran bukan ?....
Dalam kehidupan ini ada perasaan, pengalaman atau pemikiran yang bersifat individual
yang tidak seharusnya dikomunikasikan dengan sembarangan ke halayak umum, kalaupun terjadi
demikian, bisa jadi akan merubah kestabilan dalam kehidupan manusia dan berakibat terjadinya
konflik. Tidak bisa dipungkiri bahwasanya Komunikasi, pengalaman, perasaan dan pemikiran
tidak akan terlepas dari kehidupan kita. Kita hanya perlu bersahabat dengan baik dengan mereka
dalam hidup ini, belajar untuk mengendalikan bukan dikendalikan. Jangan biarkan diri kita
dikendalikan oleh mereka untuk menjadi seorang monster yang membahayakan diri kita sendiri.

Semoga bermanfaat.
Wallohu ‘alam bisshowaab

RENUNGAN 28
Menjadi seorang awam yang bijak dalam bermedia sosial
28 Ramadhan 1441

Bismillaahirrohmaanirrohiim.
Kalau kita tidak bisa menjadi orang ‘alim yang arif dan bijaksana, jadilah orang awam yang
baik dan bijak. Memahami kapan seharusnya kita bicara dan kapan kita baiknya diam. Setiap
perkataan ada tempat dan waktunya setiap waktu dan tempat ada perkataannya. Dalam kontek
pengetahuan, manusia secara umum terbagi menjadi dua kaum, yaitu kaum ‘alim dan kaum awam.
Pada umumnya kaum alim diartikan adalah orang orang yang mahir dan cerdas, mempunyai gelar
didepan atau belakang namanya, sedang orang awam dimaksudkan adalah masyarakat umum atau
kaum pengikut.
Akhir akhir ini banyak kita saksikan baik di dunia nyata atau dunia maya dimana orang
merasa paling ‘alim dalam segala bidang, berkomentar atas pembahasan pembahasan para
pemerintah mulai dari ulama sampai umaro di bangsa ini. Baik pembahasan dalam bidang
ekonomi, politik dan agama maupun hal hal lain yang masih berkaitan dengan kehidupan sosial
masyarakat. Jika kita amati, banyak komentator di timeline sosial media itu merupakan masyarakat
yang kurang memahami dimana letak pembahasannya atau mungkin tidak mengerti sama sekali
dengan ilmu dan pengtahuan yang sesuai dengan permasalahan yang sedang dibahas. Kebanyakan
para komentator atau netizen mengemukakan pendapat didasari bukan dari pengetahuannya
melainkan dari emosionalnya. Kondisi seperti ini sedang berlangsung terjadi di bangsa kita ini.
Tidak jarang pula kondisi seperti ini mengakibatkan chaos atau kekacauan yang berkepanjangan
dalam skala besar karena minimnya pengetahuan serta keilmuwan para pengguna sosial media
dalam menyikapi perihal persoalan persoalan bangsa.
Sebagai salah satu contohnya, banyak para pejabat publik berbicara mengenai agama, atau
sebaliknya. Bagaimana bisa seorang pejabat publik yang kesehariannya membicarakan, mengkaji
dan membahas soal teknis dan perumusan dalam pengambilan keputusan sebuah negara kemudian
memberikan komentar atau pemikiran mengenai persoalan agama. Kalau ada pembaca yang
bertanya “Lalu bukankah kebebasan berfikir dan berpendapat dilindungi oleh undang undang dasar
?.... iya, benar, penulis juga salah satu orang yang menjungjung tinggi kebebasan berfikir dan
berpendapat.
Kebebasan berpendapat memang dilindungi oleh undang undang dasar, undang undang
dasar dan sistem demokrasi yang diterapkan di Negara kita ini sangat jelas mengatur tentang
kebebasan berpendapat. sehingga persoalan persoalan diatas seolah olah berkesan merupakan hak
individu untuk menyampaikan pendepatnya. Namun demikian, ada satu hal yang perlu kita garis
bawahi yaitu perihal etika dan kapasitas diri kita sendiri dalam memahami suatu persoalan pastinya
terbatas. Atas dasar itu, setiap individu harus bisa terlebih dahulu mengoreksi kapasitasnya sendiri
menganalisis kekurangan dan kelebihannya sebagai kontrol terhadap apa yang akan kita suarakan
di halayak umum atau di sosial media.
Kebebasan berpendapat yang dilindungi oleh undang udang dan djadkan sebagai sistem
demokrasi di bangsa kita ini perlu kita jalankan dengan sibijak mungkin dengan bersikap sadar
bahwa kita ini tidak banyak tahu, coba saja kita bayangkan apabila masyarakat awam seperti kita
mengedepankan pendapat tanpa memiliki dasar dan ilmu pengetahuan yang memadai dalam
menyikapi persoalan persoalan yang tengah terjadi saat ini dibangsa kita ini yang bermunculan di
sosial media, akan menjadi seperti apa bangsa kita ini ? …
Dalam kitab “iljaamul ‘awaam” imam Al Ghazali mengajak kita untuk bersama sama
menjadi seorang awam yang baik dan bijak. Membiasakan bercermin diri, muhasabah diri sampai
kita mencapai puncak kesadaran bahwa ternyata diri kita ini seorang awam dan betapa awamnya
diri kita ini. Awan disini bukan berarti tidak tahu apa apa, namun menyadari bahwa kita tidak akan
mungkin mengusai segala bidang ilmu pengetahuan.
Kita tidak akan mampu menjadi ahli dalam segala bidang ilmu pengetahuan, ada orang
yang ahli dibidang tani tapi tidak ahli dibidang ternak, ada orang yang ahli dibidang agama tapi
belum tentu ahli dibidang kesehatan. Keterbatasan kita dalam berilmu seharusnya menjadi bahan
muhasabah diri supaya lebih bijak dalam berpendapat dan mencari kebaikan. Sebagaimana sykeh
Iyas menuliskan bait syair dalam kitabnya “Badaiuz Zuhur” “maa hawal ‘ilma jamii’an ahadin
# laa walau maa rosahuu alfa sanatin. Innamal ilmu kabahrin zaakhirin # fattakhidz min kulli
syaiin ahsanahu” (tiak ada seorang pun yang mampu mengusai seluruh bidang ilmu pengetahuan,
meski ia mempelajari selama seribu tahun. Sebab ilmu itu laksana lautan yang bergelombang,
maka ambillah segala sesuatu yang memberi kebaikan).
Menjadi orang awam yang tidak sadar akan keawamannya hanya akan memperkeruh
permasalahan dibangsa kita ini. Sekarang kita saksikan banyak sekali terutama di dunia maya
orang berbicara mengenai politik, ekonomi hingga tafsir Al Quran seolah olah dirinya seorang ahli
dibidangnya. Ini yang menjadi peringatan serta dikhawatirkan oleh imam Al Ghazali dalam
karyanya itu. karena mau bagaimanapun undang undang melindungi kebebasan berpendapat kalau
suatu bidang diberikan bukan kepada ahlinya atau seseorang berbicara bukan dengan
keahliyannya, bukan kemaslahatan yang akan kita dapat melainkan kekacauan dan kerusakan yang
akan kita rasakan.hal yang demikian ini pernah Nabi SAW peringatkan dalam sabdanya “idzaa
usnidal amru ilaa ghairi ahlihi fantadhirus saa’ah” (apabaila suatu urusan diserahkan bukan
pada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu”.
Sabda Nabi diatas sudah seharusnya kita jadikan sebagai antisipasi bagi diri kita sendiri,
agar kedepannya terbentuk generasi atau masyarakat yang sadar dan mampu mengambil keputusan
yang bijak dalam bermedia sosial.
Jadi mari kita menjadi manusia yang sadar dan faham akan keawaman diri kita sendiri.
Semoga bermanfaat.
Wallohu ‘alam bisshowaab.

RENUNGAN 29
Ilmu jangan jauh jauh dari adab
29 Ramadhan 1441

Bismillahirrohmaanirrohiim
Mari kita awali dengan satu pertanyaan, Jelaskan mana yang lebih utama, ilmu atau adab ?....
Ada sebagian orang yang menjawab dengan berkata beradab lebih utama dari pada berilmu
dengan mengacu pada pituahnya syekh Abdul Qodir Jailani “aku lebih menghargai orang yang
beradab dari pada orang berilmu. Jika hanya berilmu iblis jauh lebih berilmu dari manusia”. ada
pula yang membantahnya dengan menjawab berilmu lebih utama dari beradab dengan
berlandaskan keterangan syair dalam kitab T’alim Mut’alim”fakullu man bighoiri ‘ilmin y’amalu
# amaaluhuu marduudatun laa tuqbalu” (maka setiap orang beramal tanpa disertai ilmunya,
amalnya ditolah tidak diterima).
Kedua penjelasan di atas menurut hemat penulis tidak benar juga bukan berarti salah tapi
kurang tepat, dalam hal ini bukan kurang tepat pada apa yang mereka jadikan landasan atau
dalilnya, melainkan dari apa yang mereka katakan menurut asumsi mereka sendiri. Apa yang
dipituahkan atau dinasehatkan Syekh Abdul Qodir Jailani itu benar dan apa yang dinyatakan oleh
syair juga tidak salah.
Lalu penjelasan apa yang tepat utuk menjawab pertanyaan diatas ? Jawaban yang tepat
menurut hemat penulis adalah ilmu dan adab sama sama utama, harus beriringan. bahkan ilmu
jangan jauh jauh dari adab. Karena apa ?.... karena penulis mempunya 2 analogika untuk
hubungannya antara ilmu dan adab.

1.Ilmu dan Adab Bagaikan Dua Sisi Mata Uang Koin


Ilmu dan adab bagaikan dua sisi mata uang koin, jangan sampai dipisahkan. Karena :
Pertama Nabi Muhammad SAW juga memerintahkan kita khusunya umat muslimin dan
muslimat untuk mencari ilmu bahkan jangka waktu dan prosesnya “minal Mahdi ilal lahdi”
(mulai dari gendongan sampai masuk liang lahat). Untuk meraih apa yang kita cita citakan atau
untuk melakukan amal ibadah yang ingin diperbuat tentunya memerlukan ilmu. Meski demikan
terlepas dari berhasil atau tidaknya seseorang dalam mencari dan mendapatkan ilmu itu, tergantung
dari usaha atau ikhtiyarnya. Kiranya apa coba di dunia ini yang bisa terlepas dari ilmu dan adab ?
bertani ada ilmunya, berwirausaha ada ilmunya, berbisnis ada ilmunya bahkan pekerjaan yang
dipandang negativ oleh agama juga ada ilmunya, seperti ilmu merampok dan mencopet, begitu
juga dengan adab, makan ada adabnya, minum ada adabnya, berjalan ada adabnya, berbicara ada
adabnya, bhkan masuk kamar mandi juga ada adabnya.
Hampir semua yang kita perbuat di dunia ini baik itu dalam ibadah ritual atau bersosial
tidak terlepas dari ilmu dan adab. Mana bisa kita memisahkan atau sampai melepaskan salah
satunya. Misakanl kita tahu ilmunya berbisnis tapi tidak punya adab dalam menjalankan bisnisnya
kemungkinan besar bisnisnya akan berantakan, begitu juga kita tahu bagaimana beradab dalam
berbisnis tapi tidak tahu ilmunya kemungkinan besar bisnisnya tidak akan berjalan lancar. Pantas
Nabi Muhammad SAW bersabda “man aroodad dunya fa’alaihi bil’ilmi, waman aroodal
akhirota fa’alaihi bil’ilmi, waman arooda humaa fa’alaihimaa bil’ilmi” (barang siapa yang
menginginkan dunia hendaklah dengan ilmu, barang siapa yang menginginkan akhirat hendaklah
dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya, hendaklah dengan ilmu).
Kedua, misi nabi Muhammad di utus disamping menyebarkan kalimat tauhid juga adalah
salah satunya untuk menyempurnakan adab atau akhlaqul kariimah. Hadits mengatakan “innamaa
bu’itstu liutammimaa makaarimal akhlaq” (tidaklah semata mata aku diutus melainkan untuk
menyempurnakan akahlaqul kariimah). Nabi Muhammad SAW terkenal dengan akhlaq atau
adabnya yang agung dan dikatakan sebagai uswatun hasanah (suri tauladan yang bagus)
sebagaimana firman Allah “Laqod kaana lakum fii rosulillahi uswatun hasanatun”. Banyak
juga para penyair yang mengabadikan kepribadian beliau yang muliya, diantaranya ada nasyid
dalam kitab Al Barzanji “wakaana rosululloh saw syaddidal hayaai wattawaadhu” (telah nyata
adanya dalam pribadi rosululloh SAW itu sifat malu yang sangat dan sifat rendah hati atau
tawadhu’). Dan bahwasanya tanda dari sempurnanya iman seorang mu’min itu adalah yang baik
adabnya atau akhlaqnya, sebagaimana sabdanya “akmalul mu’miniina imanan ahsanuhum
khuluqoo” (sempurnanya iman seorang mu’min adalah yang bagus akhlaqnya). Dengan begitu
berilmu dan beradab harus sama sam kita laksanakan dengan baik.

2.Ilmu dan Adab Bagaikan Dua Garis Lurus


Dalam artian ilmu dan adab adalah laksana dua garis lurus yang terkadang tidak selalu
berbanding lurus. Analogika yang kedua ini penulis mengamati dari apa yang terjadi dilapang,
yaitu ada dua kategori : pertama tidak semua orang yang berilmu itu beradab kedua tidak semua
orang yang beradab itu berilmu.
Sebagaimana sering kita jumpai orang yang dikatakan kurang berilmu atau awam tapi
memiliki akhlaq yang mengagumkan, mereka sangat tawadhu, sopan santun dan rendah hati.
Orang orang dengan tipe ini biasanya mereka mendapatkan didikan langsung dari kedua orang
tuanya berupa nasihat nasihat atau mereka menyadari akan keterbatasan ilmu pengetahuan.
Sebaliknya kita juga sering melihat orang yang berilmu tapi tidak beradab, misal yang lebih nyata
dan membawa dampak kerugian dalam skala besar, bahwasanya dikatakan keadilan sosial di
Indonesia itu dihancurkan oleh orang orang yang berilmu tapi tidak beradab, contohnya koruptor,
mereka sekolah dan berilmu tapi tidak mencerminkan layaknya seseorang yang pernah
mengenyam pendidikan dibangku sekolah.
Ada dikategori manakah kita ? orang berilmu tapi tak beradab atau orang beradab tapi tak berilmu
? atau tidak kedua duanya ?....
Dari kedua analogi diatas, analogi yang prtama lebih menitik beratkan pada keharusan
seseorang dalam berilmu dan beradab. Sebabnya ketika satu sisi mata uang koin rusak, otomatis
koin tersebut tidak akan laku. Sedangkan analogi yang kedua lebih menitik beratkan pada sikap
kehati hatian kita, karena mau bagaimanapun juga baik yang berilmu atau tidak berilmu akan selalu
tersentuh oleh yang namanya salah dan lupa. Atas dasar itu, disini kita harus sedikit menggunakan
logika minimal atau maxsimal. Artinya bagaimana ?.... minimal kalaupun kita mengaku bukanlah
orang yang berilmu, jadilah orang yang beradab, sebab tidak bisa dipungkiri masyarakat akan lebih
nyaman dengan orang yang beradab meski terbatas dalam keilmuwannya ketimbang orang yang
berilmu tapi sama sekali tidak mempunyai adab, Itu kenyataan dan bisa kita akui dan rasakan
sendiri. maksimalnya jadilah orang yang berilmu dan beradab. Antara ilmu dan adab, meskipun
keduanya memiliki hubungan yang sangat erat, tapi ilmu dan adab adalah dua tolak ukur yang
berbeda, ilmu menjadi tolak ukur seseorang dalam nilai keilmuwan, sedangkan adab atau akhlaq
menjadi tolak ukur seseorang dalam nilai kebaikan. Sekali lagi, ilmu jangan jauh jauh dari adab.

Semoga bermanfaat.
Wallohu’alam bisshowaab.

RENUNGAN 30
Kematian adalah pintu
30 Ramadhan 1441

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Di dunia ini ada sesuatu yang tidak bisa kita hindari, sesuatu yang tidak bisa kita jauhi,
sesuatu yang kita mau tidak mau, sesuatu yang kita suka atau tidak suka, sesuatu yang kita sanggup
atau tidak sanggup dan sessuatu yang kita tidak bisa lari darinya adalah itu kematian. Pada
hakikatnya penyebab kematian itu adalah ajal yang menjemput. Meski terkadang kebanyakan
manusia beranggapan bahwa penyebab kematian itu sakit parah, bunuh diri, kecelakaan dan
sebagainya.
Sejatinya sakit parah, kecelakaan atau bunuh diri adalah keadaan ketika ajal itu menjemput.
Tidak semua penyakit berakhir mematikan walau divonis oleh medis akan menyebabkan kematian,
tidak semua kecelakaan yang menyebabkan kematian berujung dengan kematian, begitu juga
banyak manusia yang melakukan bunuh diri tapi tidak berakhir dengan kematian. Jadi hal yang
demikian itu hanyalah merupakan keadaan yang terkadang menghantarkan manusia pada kematian
apabila ajal sudah waktunya namun mungkin juga tidak. Jadi hakikat penyebab kematian itu adalah
ajal seseorang yang telah tiba.
Siklus kehidupan manusia seperti air hujan yang dari laut ke laut, begitu juga manusia dari
tanah ke tanah. Kematian adalah sesuatu yang ghaib, tidak ada seorangpun dari kita yang tau kapan
seseorang akan mati. Hanya Tuhan yang maha tahu karena yang menentukan hidup dan matinya
seseorang adalah dia. Tuhan sepenuhnya pemelik jiwa jiwa manusia. Seseorang tidak ada yang
tahu juga seberapa lama usianya, apakah akan mati di usia balita atau diusia muda atau diusia tua
atau masih dalam kandungan. Kematian itu tidak bisa kita percepat atau perlambat. Ilmu
pengethauan atau sains dan teknologi yang manusia bangga banggakan pun tidak ada yang mampu
melawan kematian. Kematian itu sejatinya bukan harus dilawan atau dihadapi melainkan ditrima
dengan ketulusan jiwa.
Ada hadits Nabi yang sangat pendek dan singkat tapi menyimpan makna yang agung,
haditsnya seperti ini “kafaa bilmauti wa’dhon” arti sederhannya adalah (maka cukuplah
mauidhoh hasanah atau ceramah atau nasihat itu dengan adanya peristiwa kematian). Mari kita
renungkan !!!! Dengan adanya kematian mengajarkan kepada kita bahwasanya sesakti atau sehebat
apapun manusia tetap ada ajalnya. Ketika seseorang mati coba saja renungkan, kalau selama masa
hidupnya dia bisa mandi sendiri, setelah kematian datang dia akan dimandikan, bukan lagi wudhu
sendiri melainkan diwudhukan bukanlagi sholat melainkan disolatkan. Kematian juga
mengajarkan kepada kita bahwasanya semua yang kita miliki di dunia ini bukan sebagai alat untuk
disombongkan. Siklus kepemilikan manusia juga sama dari Tuhan dan akan kembali kepada
Tuhan. Dengan adanya peristiwa kematian memberi pelajaran kepada kita sebagai manusia yang
berfikir, bahwasanya teman atau pendamping yang akan setia menemani kita bukanlah harta yang
kita tumpuk, bukan gelar yang ada di depan atau belakang nama yang telah kita raih, bukan pula
istri yang kita cintai termasuk juga anak anak melainkan amal amal yang kita perbuat selama hidup
di dunia.
Kematian juga menggambarkan kesetaraan manusia, apabila ketika semasa hidupnya
manusia berbeda dan dibedakan dengan apa yang dimilikinya, misalkan memiliki status sosial
yang tinggi, rumah yang mewah, kendaraan yang antik, pasangan yang cantik, baju yang bagus
dan lain sebagainya, namun ketika kematin menjemput semuanya menjadi seragam. Ada lirik lagu
seperti ini “orang kaya mati, orang miskin mati, raja raja mati, rakyat biasa mati semua pergi
menghadap ilahi”. Rumah terakhir manusia sama dan setara tidak memandang dia kaya atau
miskin yakni kuburan, pakaian yang akan dikenakan juga sama berwarna putih tanpa warna warni,
saku dan motiv pakaian yakni kain kapan, begitupun kendaraan manusia baik yang miskin atau
yang kaya ketika kematian datang setara atau sama yakni keranda.
Kematian adalah kepastian tidak bisa kita minta untuk disegerakan atau dinantikan. Dalam
sebuah hadits qudsi dinyatakan “almautu baabun wakullun naasu daakhiluhu” (kematian ibarat
pintu, dan semua manusia akan memasukinya). Pada hakikatnya semua mahluk hidup khususnya
manusia baik yang kaya atau miskin, tua atau muda, sakit atau sehat, lemah atau kuat sedang
berbondong bonoing berjalan menuju pintu kematian itu. kita yang malam ini sedang ngumpul
bersama dengan keluarga, atau sedang main bersama teman atau sedang beribadah atau sedang
kerja pada hakikatnya sedang berjalan menuju pintu kematian. Kita hanya perlu mempersiapkan
diri untuk memasukinya, jangan pernah pertanyakan kapan kita akan mati, tapi pertayakanlah akan
bagaimana setelah nanti kematian menjemput kita ? bahagaia atau menderita. Dan bekal apa yang
akan kita bawa untuk menemaninya. Kalau piknik bawa bekal kalau mati membawa amal.
Atas dasar itu semua, jangan pernah kita sia siakan kehidupan di dunia yang fana ini dengan
melakukan yang sia sia belaka. Dunia adalah cerminan akhirat, dunia juga tempat kita bertanam
untuk kita petik buahnya nanti di akhirat. Membuat batik akan menjadi batik, membeli jeruk akan
dapat jeruk, berbuat yang baik akan mendapatkan yang baik sedang berbuat yang buruk akan
menghasilkan yang buruk.
Bismillahirrhmaanirrohiim “yaa ayyuhalladziina aamnauut taqulloha haqqo tuqootihi
walaa tamuutunna illa wa antum muslimuun” (duhai orang orang yang beriman, bertaqwalah
kepada Allah dengan sejatinya taqwa, dan janganlah kalian mati keculai kalian menjadi seorang
muslim). Allohumma innaa nas-alauka ridooka waljannah wana’uudzubika min sakhootika
wannaar. Aamiin yaa robbal’aalamiin.
Semoga bermanfaa
Wallohu ‘alam bisshowaab.
Dari penulis mengucapkan selamat hari raya idul fitri 1441. Semoga amal ibadah kita
selama bulan ramadhan diterima oleh Tuhan. Minal ‘aidin walfaaizin mohon maaf lahir dan batin.
BIODATA PENULIS

WAHYU NUGRAHA
Lahir di desa Cigintung, Singajaya, Garut, 04 oktober 1994. Pertama kali
belajar agama khusus ngaji Al quran dengan ibu dan bapak kemudian
paman kakaknya bapak. Kemudian kelas 5 SD mulai dimasukan dan
belajar di pondok pesantren Al wardaniyyah Pajagan Cigintung, lanjut
Farohan Fauzan 8, salaman fauzan 3, Al Faizin fauzan 4 sukaresmi garut,
Miftahul Jannah Ngawi Jawa Timur, terakhir di Gabus kecamatan
Ngrampal, Sragen Jawa Tengah. Pernah menempuh pendidikan folrman
SDN Cigintung 2. MTS Al Ma’mun Fauzaniyah Pajagan Cigintung. MA
Al Fauzaniyah Sukaresmi Garut. Pengalaman pernah ikut organisasi IPNU kecamatan Singajaya.
Sekarang bekerja sebagai guru di salah satu DTA Darul Hikmah Perumnas, Muara Bulian, Batang
Hari, Jambi.

Anda mungkin juga menyukai