Anda di halaman 1dari 4

Renungan minggu sengsara VII

2 April 2023
Mazmur 118:19-29
Matius 21:1-11
Berjalan bersama Raja damai
Pdt.Oktofianus Nenohai
Yerusalem artinya kota damai sejahtera.Kunjungan Yesus ke kota damai sejahtera ini
dicatat oleh keempat kitab Injil (Mrk 11:1-10,Luk 19:28-38 dan Yoh 12:12-15).Cara mereka
mengisahkan kunjungan ini memberi kesan yang kuat bahwa Yesus mendatangi kota itu sebagai
seorang raja khususnya raja damai.Yesus menampilkan diri-Nya sebagai pribadi yang berkuasa
tapi penuh kerendahan hati saat mengunjungi kota itu.Hal ini nampak dari kendaraan yang Yesus
pakai waktu masuk Yerusalem.Yesus datang ke sana dengan menunggang seekor
keledai.Keledai itu sudah dinubuatkan nabi Zakaria 300 tahun sebelum Yesus benar-benar
menungganginya.Keledai yang dinubuatkan Zakaria dan keledai yang ditumpangi Yesus itu
sama namun beda usia dan zaman. Keledai dipakai untuk mengangkut beban tapi juga dijadikan
hewan tunggangan masyarakat kecil sehari-hari.Keledai dipakai juga di dunia pertanian yakni
untuk menarik roda penggilingan gandum menjadi tepung.Keledai adalah lambang perdamaian
namun kelasnya lebih rendah dari kuda. Karena itu raja-raja dunia lebih suka naik kuda daripada
naik keledai.Pada saat perang orang menggunakan kuda karena kelincahan dan kecepatan
geraknya.Kedatangan Yesus ke Yerusalem dengan keledai sangat bertolak belakang dengan
kedatangan kaisar Vespasianus yang sebelumnya datang ke gerbang Yerusalem dengan gagah
perkasa mengendarai kereta perangnya. Ia datang dengan membawa hasil rampasan dari Bait
Allah.
Meskipun kendaraan yang dipakai Yesus ini tidak popular bagi seorang raja, tetapi Yesus
bukanlah satu-satunya tokoh Israel yang memilih mengendarai keledai. Jauh hari sebelum Yesus,
raja Israel juga menggunakan keledai sebagai kendaraan.Ketika Daud menunjuk Salomo sebagai
raja menggantikan dia,Salomo dinaikan ke atas bagal kepunyaannya untuk di urapi di Gihon dan
kemudian di arak masuk ke dalam kota sebagai raja (I Raja 1:32).Gihon adalah nama sebuah
mata air yang terletak di sebelah Timur kota Yerusalem. Kalau Yesus disambut sebagai raja,
maka Dia bukanlah raja yang datang untuk mengumumkan perang,tetapi Dia datang untuk
mengerjakan damai sejahtera.Dalam hubungan dengan hal itu J.Boland menulis begini:Yesus itu
bukan Mesias yang merancang penggulingan terhadap pemerintahan Romawi,tetapi Dia adalah
Raja damai yang membawa keselamatan yang Allah sediakan bagi manusia (bdk Luk 19:38).
Ketika masuk kota Yerusalem orang banyak menyambut Yesus dengan penuh semangat
dan kegirangan.Namun Yesus bukannya bersukacita dan membalas sambutan itu dengan sorak-
sorai. Yesus justru menangis (Luk 19:41).Ini bukan kali pertama dan satu-satunya Yesus
menangis. Di Betania, ketika Yesus datang pada peristiwa Lazarus meninggal Ia juga menangis
(Yoh 11:35).Air mata bukan sesuatu yang asing bagi Yesus.Meskipun Yesus adalah Tuhan dan
raja tapi Dia juga menangis. Cerita tentang raja-raja jarang sekali menampilkan kesedihan dan air
mata.Tetapi cerita tentang raja yang satu ini lain.Yesus ini lain dengan raja yang lain. Dia lain
karena meneteskan air mata.Pertanyaannya,apa arti tangisan dan air mata Yesus bagi Yerusalem
dan juga bagi kita? Tangisan itu bukan bentuk kekecewaan dan ketidak-berdayaan
Yesus.Tangisan itu memiliki dua makna.Yang pertama:Yesus menangisi ketidak-percayaan
Israel akan kedatangan-Nya sebagai Mesias, raja damai yang dinubuatkan para nabi.Dan yang
kedua,Yesus tangisi akibat yang akan diterima kota Yerusalem karena ketidak-percayaannya
akan Dia sebagai Mesias. Akibat dari penolakan dan ketidak-percayaan Yerusalem akan Yesus
sebagai Mesias adalah kota itu akan dihancurkan. Dan hal itu benar-benar terjadi dimana kota itu
dihancurkan tentara Romawi tahun 70 dibawah pimpinan jenderal Titus.Bagi yang menolak
untuk mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat akan berakibat pada tidak diampuninya
kesalahan dan dosa-dosanya. Dengan demikian mereka akan tetap hidup dibawah kutuk dosa dan
hukuman maut.
Penulis kitab Injil Lukas menggunakan ungkapan “naik” dalam melukiskan kunjungan
Yesus untuk kali terakhir ke Yerusalem.Sayangnya dalam terjemahan Indonesia kata ini tidak
muncul.Ungkapan “ naik” tidak saja menunjuk pada letak geografis Yerusalem di atas gunung
Sion tapi juga memiliki pesan spiritual sebagaimna dalam Mazmur 24:3-6.Yesus datang ke
Yerusalem dengan melakukan pendakian di rumah Tuhan tetapi di sana Dia justru menjalani
moment perendahan begitu rupa bahkan sampai mati.Ternyata naik ke rumah Tuhan bermakna
pengosongan dan perendahan diri. Yesus sudah mencontohkan itu. Gereja dan pribadi orang
percaya patut meniru pola hidup Tuhannya.Kedatangan Yesus ke Yerusalem kali ini penuh
kesan. Kita katakan begitu karena di kota ini kisah hidup dan pelayanan Yesus di dunia
berakhir.Yesus mati di kota ini dalam kunjungan-Nya kali ini.Kunjungan yang paling
mengesankan tapi sekaligus berakhir dengan mengerikan.
Disisi lain Matius mencatat bahwa waktu hendak masuk kota Yerusalem para murid-Nya
mengalasi punggung keledai yang akan ditunggangi Yesus dengan pakaian mereka dan orang
banyak yang mengikuti-Nya bersorak kegirangan.Mereka menghamparkan pakaian dan ranting-
ranting kayu di jalan yang akan dilalui Yesus sambil berkata:Hosana Raja Damai. Hosana bahasa
Ibraninya: Hosyi,ah-Na. Dan hosyi,ah-Na berasal dari dua kata ibrani yaitu Yasha artinya
menyelamatkan dan Na yang berarti suatu permohonan.Jadi Hosana berarti aku berdoa bagi-Mu
Tuhan dan selamatkanlah aku saat ini. Suatu doa dari penduduk kota Yerusalem agar Yesus
menghadirkan keselamatan bagi mereka.Mereka yakin bahwa Yesus adalah Mesias yang
dijanjikan Allah yang datang untuk menyelamatkan mereka dari penindasan dan belenggu
Romawi.Dalam pikiran mereka Mesias itu adalah seorang tokoh politik. Karena itu mereka
menyambut dan mengelu-elukan Yesus,menghamparkan pakaian dan ranting-ranting kayu di
jalan serta melambaikan daun palam saat Yesus lewat di depan mereka. Suatu perbuatan simbolis
yang penuh makna. Dan ini adalah cara yang biasa dipakai untuk menyambut seorang raja pada
zaman itu.Bayangkan dengan kebiasaan sebagian masyarakat di NTT dalam menyambut
seseorang atau serombongan orang sebagai tamu yang berkunjung ke daerah mereka.Biasanya
beberapa orang penari bertugas menari sambil mengalungkan selendang atau selimut adat bagi
yang berkunjung. Ada harapan dan kebanggaan bahwa yang berkunjung itu sepertinya peduli
dengan mereka dan sejumlah keluhan yang digumuli selama ini.Namun kadangkala harapan itu
tinggal harapan karena yang berkunjungan setelah kembali sulit mengingat tempat kunjungi dan
orang-orang itu lagi. Mereka sibuk dengan urusan yang lebih penting dari urusan orang-orang
yang tadi menari dan menyambut mereka dengan mengalungkan selendang dan selimut.
Tahun ini dan tahun depan adalah tahun politik dan juga pergantian kepemimpinan. Di
GMIT akan terjadi pergantian pemimpin di semua lingkup pelayanan sedangkan di Negara kita
akan ada suksesi kepemimpinan Nasional.Siap-siap untuk terima tamu dan siap-siap juga untuk
tidak kecewa.Orang banyak yang mengelukan Yesus waktu itu kecewa sebab harapan mereka
tidak terwujud karena Yesus akhirnya ditangkap dan dihukum mati.Sebagai ekpresi kekecewaan
mereka meneriakkan dengan keras agar Yesus disalibkan.Mereka berubah total dalam hitungan
jam karena Yesus tidak dapat memenuhi harapan mereka untuk membebaskan mereka dari kuasa
dan penindasan Romawi.
Hati-hati dengan mereka yang sering mengagungkan kita sebab ketika kita tidak lagi turuti
keinginan mereka, kita akan dicela habis-habisan, difitnah dan dijele-jelekan.Yang lebih sadis
dan mengerikan lagi adalah mereka akan berusaha mempengaruhi orang lain sehingga orang lain
juga ikut memusuhi dan menjelekkan kita.Padahal dulu kita disanjung dan ditinggikan oleh
mereka. Dulu mereka susah kita tolong,dulu kita belum buka mulut untuk menyapa dan memberi
salam, mereka sudah menundukkan kepala tanda rasa hormat kepada kita.Tetapi gara-gara lidah
kita keselo dan salah ucap satu kata yang menyinggung perasaan mereka justru kita dianggap
jahat dan berbahaya. Jadi berjalan bersama Yesus dalam damai kadang damai itu tertinggal
karena berbagai keterbatasan kita dan kita hanya berjalan bersama seorang teman yang bermental
seorang raja yang menuntut untuk dihormati dan dihargai.Begitu tuntutannya tidak kita penuhi
kita dianggap penghianat lalu kita didepak dari kebersamaan jalan bersama itu.
Di minggu sengsara Kristus yang terakhir ini kita catat tiga hal penting sebagai pesan
Tuhan kepada kita yaitu:Yang pertama,kedatangan Yesus ke Yerusalem.Yesus datang ke
Yerusalem bukan secara kebetulan tapi kedatangan-Nya untuk memenuhi nubuat para nabi.
KedatanganNya merupakan rencana Allah yang luar biasa untuk menderita dan mati demi
menebus dan menyelamatkan kita yang percaya kepada-Nya dan juga mereka yang waktu itu
menangkap dan menyalibkan Dia karena ketidaktahuan mereka bahwa itu adalah Yesus. Yang
kedua,pelayanan Yesus.Sepanjang hidup dan pelayanan-Nya di dunia ini Yesus menunjukkan
bahwa walaupun Ia adalah Anak Allah yang memiliki wewenang Ilahi,tapi Ia lebih menonjolkan
kesederhanaan, ketulusan dan kasih. Hidup sederhana dengan menonjolkan ketulusan dan kasih
itu adalah gaya hidup dari Yesus Tuhan kita.Kehadiran-Nya membawa perubahan sikap bagi
banyak orang yang percaya kepada-Nya.Kepatuhan dan kesetiaan kepada Bapa yang mengutus-
Nya menjadi gambaran bagaimana cara hidup gereja dan pribadi orang percaya sebagai hamba
yang selalu patuh dan berserah penuh kepada kehendak Allah.Menjadi hamba yang berserah
kepada kehendak Bapa berarti mendedikasikan hidup secara total untuk Tuhan dan pekerjaan-
Nya dengan bersedia menolong mereka yang susah dan menderita, lapar dan haus, disingkirkan
dan di kucilkan dari persekutuan keluarga dan jemaat.Yang ketiga,pujilah dan taatilah
Tuhan.Memuji dan menaati Tuhan bukan hanya saat kita ada dalam suasana sukacita dan damai,
tapi juga saat apa yang kita alami tidak sesuai dengan harapan dan kenyataan. Dan ini sesuatu
yang sangat sulit bagi kita namun ketika itu semua kita jalani bersama Yesus percayalah bahwa
yang sulit dan sukar itu pasti bisa. Bersama Tuhan Yesus pasti kita bisa.Tuhan Yesus
memberkati kita dengan firman-Nya.

Anda mungkin juga menyukai