Anda di halaman 1dari 3

Good to Great

“Good to Great “ istilah ini sempat menjadi diskusi yang menarik di forum manager OPI
ketiga yang baru saja berlangsung kemarin. Hal ini bermula dari sambutan Pak Tim yang
sangat mengesankan bercerita tentang perjalanan perubahan perusahaan kita menjadi
yang terbaik dan disambut dengan respond Pak Didik tentang good to great dan
disambung lagi dengan Pak Rully yang menyatakan bahwa CEO nya rendah hati.
Selanjutnya pertanyaan apakah itu Good to Great.

Ada pendapat bahwa ini bagian dari continual improvement karena suatu proses
perbaikan terus menerus untuk mencapai Great (hebat), karena kalau kita hanya puas
dengan pencapaian yang Good (baik) saja maka proses perbaikan itu sendiri akan
berhenti dan seterusnya menjadi sesuatu yang biasa saja atau bahkan membosankan bagi
client kita, walaupun kita sudah mendapatkan kenyamanan dengan pencapaian good itu.
Dan hal inipun terbukti dimana Jepang dengan Kaizennya* bisa menjadi negara
terbelakang menjadi salah satu negera terkemuka di saat ini.

Good to great pada saat ini banyak dibicarakan setelah Buku karangan Jim Collin ini
dengan judul yang sama, laris manis di pasaran. Buku ini merupakan hasil riset 5 tahun
yg dilakukan Jim Collin dkk didalam mencari jawaban atas factor apa yg sebenarnya
yang paling menentukan bagi tercipatnya great company. Dan riset mereka menemukan 6
elemen kunci rahasianya yaitu

1. Level 5 Leadership
2. First Who….then What
3. Confront the Brutal Facts (Yet Never Lose Faith)
4. The Hedgehog Concept
5. A Culture of Discipline
6. Technology Accelerators

1. Level 5 leadership
Great companies ternyata selalu dipimpin oleh CEO yang memiliki kualitas Level 5
Leadership. Dimana kualitas level 5 Leadership tersebut adalah:
Level 5: Good-to-Great Leader
Level 4: Effective Leader
Level 3: Competent Manager
Level 2: Contributing Team Member
Level 1: Highly Capable Individual
Adapun ciri-ciri Level 5 Leadership adalah : fokus yang amat tinggi pada results,
memiliki kapasitas eksekusi yang baik (good executor), dan cenderung bersikap low
profile (ini seperti yang disampaikan Pak Rully didalam forum manager kemarin).
Perhatikan kemampuan eksekusi yang baik menjadi hal utama di elemen ini.
2. First Who….then What
Good-to-great companies selalu memulai proses transformasi dengan memilih orang-
orang yang tepat (dan “membuang” orang-orang yang under-performance), baru
kemudian menentukan ke arah mana layar perusahaan akan dilabuhkan.
Poin utama dalam elemen kedua ini bukan hanya tentang “getting the right people on
the team”., Poin yang lebih penting adalah “pertanyaan tentang siapa” selalu lebih
dahulu dibanding “pertanyaan tentang apa”.
Good-to-great companies selalu bergerak pertama-tama dengan berpikir tentang
MANUSIA, baru kemudian berbicara mengenai strategi, anggaran, struktur
organisasi, dan lain-lain.

3. Confront the Brutal Facts


Semua good-to-great companies memulai proses pertumbuhannya dengan cara
confronting the brutal facts of their current reality. Good-to-Great Companies selalu
menerapkan prinsip akan keyakinan yang kuat akan keberhasilan di akhir perjalanan.
(tentu kita masih ingat bagaimana brand Holcim dulu dibangun, meski dihadapkan
pada rintangan atau tantangan yang amat sulit dan bahkan merosot penjualan kita,
namun saat ini patut berbangga karena dari anak kecil sampai siapapun tahu apa itu
Holcim). Dan realitas persaingan bisnis tetap dihadapi, betapapun kerasnya derap
persaingan itu.. Tugas utama untuk merubah suatu perusahaan menjadi great
company, adalah membangun iklim kerja dimana setiap anggota memiliki
kesempatan untuk di-dengar pendapatnya, and ultimately, for the truth to be heard

4. The Hedgehog Concept


Good-to-great companies cenderung mirip seperti hedgehogs — sejenis entitas yang
sederhana, simpel, memahami "one big thing" and stick to it. Perusahaan pembanding
cenderung seperti foxes — mencoba mengetahui banyak hal, namun lack
consistency.. Dari riset yang dilakukan Jim Collins dkk, rata-rata dibutuhkan waktu
empat tahun bagi suatu perusahaan untuk mampu menanamkan konsep Hedgehog
dalam dirinya.. Anda tidak perlu berada dalam industri yang atraktif untuk mampu
menghasilkan profit yang spektakuler. Good-to-great companies membuktikan bahwa
mereka tetap bisa menghasilkan laba yang superior meski jenis industri dimana
mereka berada bukan jenis industri yang atraktif.

5. A culture of disciplines
Good-to-great companies dari luar terlihat sebagai entitas yang membosankan,
“garing”, biasa-biasa saja, namun jika ditelisik lebih dalam ternyata….. they're full of
people who display extreme diligence and a stunning intensity. A culture of discipline
is not just about action. It is about getting disciplined people who engage in
disciplined thought and who then take disciplined action. A culture of discipline
melibatkan dua dimensi. Pada satu sisi, kultur itu menuntut para anggotanya untuk
selalu mengacu pada proses dan sistem kerja yang konsisten. Pada sisi lain, ia juga
memberikan kebebasan dan tanggungjawab dalam kerangka sistem itu..
6. Technology Accelerators
Dalam isu IT, good-to-great companies selalu mengajukan pertanyaan : apakah
aplikasi teknologi ini fit directly dengan konsep Hedgehog kami? Jika ya, maka kami
akan menjadi a pioneer in the application of that technology. Jika tidak, kami akan
melupakannya. Good-to-great companies menggunakan teknologi lebih sebagai an
accelerator of momentum, not a creator of it. Tidak ada satupun good-to-great
companies yang memulai transformasinya dengan pioneering technology, yet they all
became pioneers in the application of technology once they grasped how it fit with
their strategies.

Source:
Toto untuk OPI Articles,
Tulisan Yodhia Antariksa dalam www.strategimanajemen.net dengan beberapa tambahan
isi untuk memperjelas dan memberi penekanan-penekanan di beberpa hal yang relevant
dan penting
Source of Reference: Jim Collins, Good to Great : Why Some Companies Make the
Leap…and Others Don’t, Harper Business.

Kosa Kata:
* kaizen = dalam bahasa Jepang bermaksud penyempurnaan terus-menerus (continuous
improvement).

Anda mungkin juga menyukai