Anda di halaman 1dari 11

10.

1 Pelajaran Bagi Pemimpin Perubahan

PELAJARAN UNTUK PEMIMPIN PERUBAHAN

Pelajaran untuk pemimpin perubahan harus memulai dengan perubahan pola pikir,
dalamkehidupan berorganisasi dibentuk oleh adanya 2 orientasi fundamental yang berbeda,
yaitu problem solver atau memecahkan masalah dan creating atau menciptakan.Untuk menjadi
seorang pemimpin perubahan tidak cukup hanya sekedar mampu mengatasi masalah, tetapi harus
mampu melihat kedepan dengan menciptakan sesuatu yang baru dan berani , pemimpin adalah
seorang problem solver yang tangguh,namun sekaligus harus menjadiseorang pencipta bagi masa
depan selain itu, setiap organisasi perlu mempunyai pendekatansistematis untuk
memperhitungkan masa depan dalam artian siap menerima kenyataan yangtidak sesuai dengan
yang diharapkan secara terbuka. Drucker menyebutkan bahwa tangan kanan seorang pemimpin
adalah disiplin berpikir dan tangan kiri adalah keterbukaan untuk terkejut. Dengan
demikian,seorang pemimpin haruslah mampu berpikir rasional, namun juga terbuka dan siap
untuk menerima perubahan lingkungan yang tidak terduga. Berdasarkan pada prestasi
terbaik,visi yang jelas dan kualitas hati seorang pemimpin, orang akan mengikuti apa yang
diinginkan pemimpin perubahan.Seorang pemimpin harus membutuhkan dorongan kompetitif
untuk membantu menciptakan pembelajaran sepanjang masa,yang menjaga tingkat keterampilan
dan pengetahuan meningkat, terutama keterampilan kepemimpinan. Karena keterampilan adalah
kunci untuk menguasai perubahan,salah satunya imajinasi untuk melakukan inovasi, untuk
mendorong inovasi, pemimpinyang efektif membantu mengembangkan konsep baru, gagasan,
model dan aplikasi teknologi yang menetapkan organisasi tersendiri.Kedua, profesionalisme
untuk mewujudkan kinerja, seorang pemimpin harus mengusahakan kompetensi pribadi dan
organisasional yang didukung oleh pelatihan dan pengembangan tenagakerja, untuk
melaksanakan tugasnya dengan sempurna dan memberikan nilai pada pelanggan.
10.2 Ketrampilan Memimpin Perubahan

Keterampilan 1. Kerja Tim dan Kolaborasi

Riset yang dilakukan oleh Christ Ernst, pengarang “Boundary Spanning Leadership,” mendapati
bahwa 86 persen eksekutif yang disurvai menyatakan kemampuan untuk bekerja melintasi
demografi, geografi, pemangku kepentingan (stakeholder), dan batasan-batasan yang lain adalah
“sangat penting.”  Namun, hanya 7 persen saja yang mengaku menjadi pemimpin efektif  dalam
mengatasi besarnya jangkauan tersebut.

Senjang yang begitu lebar (dari 86 persen hanya 7 persen yang berhasil), merupakan peluang
yang sangat disayangkan.  Seperti yang ditunjukkan dalam riset Christ tersebut, mencapai
perbatasan-perbatasan yang jauh bukan saja merupakan suatu tantangan.  Ia juga membuka
peluang memperluas sudut pandang,  menerapkan keterampilan kolaboratif baru dan model
perilaku yang diperlukan untuk mendorong transformasi di dalam organisasi.  Contoh nyata
adalah pada Alan Mulally, eksekutif yang dulu pernah menanjak di perusahaan pembuat pesawat
terbang Boeing.   Ia dinasihati bosnya pindah dari divisinya dengan maksud agar dapat memiliki
pandangan lebih luas yang akan berguna untuk menjalankan roda keseluruhan organisasi.  

Benar.  Ia kemudian tidak lagi dinilai sebagai eksekutif yang eksklusif, ia berupaya keras untuk
memperkecil batas-batas dengan sesama pimpinan yang lain.  Pada awalnya ia memang agak
sulit untuk bekerjasama dengan orang lain tapi dengan kesadaran diri, maka ia berhasil
mengalahkan egonya.  Namun demikian, manfaat dari kerja secara kolaboratif itu baru ia rasakan
hasilnya setelah pindah kerja di perusahaan mobil Ford, dimana ia berhasil mengubah budaya
dan menghasilkan kinerja pada level yang lebih tinggi.

Kone, sebuah perusahaan yang memproduksi elevator dan eskalator, juga telah membuktikan
pentingnya bekerja dalam tim.  Termasuk sebagai pemimpin dalam industrinya, divisi Amerika
perusahaan itu ingin memperbesar bagian pasar dan memandang bahwa kepemimpinan sebagai
jawabannya.  Perusahaan lalu mengirim sekitar 250 orang eksekutifnya mengikuti pelatihan di
Center for Creative Leadership (CCL), untuk menyiapkan fondasi yang kuat di bidang
keterampilan kepemimpinan individu.  
Memiliki pemimpin individual bukan berarti mereka akan tahu bagaimana bekerja sama.  Karena
itu langkah berikutnya adalah pelatihan pengembangan kapasitas kepemimpinan untuk
menjangkau seluruh organisasi. Mereka perlu menciptakan tim strategi antar-fungsi yang akan
memperbaiki kolaborasi di seluruh jajaran organisasi.Mereka mulai menekankan kepemimpinan,
kerja tim dan akuntabilitas pada setiap level.  Dan dampaknya: bagian pasar (market share) dan
keuntungan perusahaan meningkat signifikan, kecelakaan kerja turun hingga 70 persen dan
kepuasan pelanggan naik tiga kali lipat.

Keterampilan 2 – Inovasi dan Kreativitas

Perusahaan IBM pernah menanyai sebanyak 1 500 eksekutifnya di seluruh dunia dengan
pertanyaan: Apakah keterampilan kepemimpinan yang paling utama dalam situasi yang
kompleks?  Jawaban mereka adalah:  kreativitas.  Seperti telah dinyatakan oleh guru besar dari
Harvard Business School, John Kotter, perusahaan sering mengharapkan adanya perubahan besar
setiap tahun.  Perubahan itu – dapat berupa merjer atau masuk ke pasar yang baru – akan
memunculkan tantangan-tantangan.  Kini kita hidup dalam dunia yang terus berubah secara
besar-besaran.  

Resesi-resesi yang terjadi dalam perekonomian dunia hanya dapat diatasi melalui kreativitas atau
kemampuan berinovasi.    Bukan hanya untuk bertahan hidup, inovasi bahkan dapat merupakan
tonggak pertumbuhan, dan seringkali itu bukan berasal dari gagasan individu yang sifatnya
kebetulan.   Inovasi umumnya mucul dari kerja kolaboratif yang terus dilakukan.  Masalahnya,
apakah organisasi kita memfasilitasi terjadinya kolaborasi?  

Dalam menghadapi tantangan baru dan kompleks, kita sering kali langsung kembali pada
pemikiran bisnis tradisional, yang berdasar atas riset, dan rumus-rumus dan fakta logis.  Tentu
saja pendekatan itu bermanfaat.  Tapi dia juga memiliki keterbatasan.  David Horth dari CCL
mengutip seorang eksekutif yang mengatakan untuk mendapatkan hasil yang berbeda, kita perlu
melengkapi pemikiran bisnis dengan pemikiran inovatif, dengan membayangkan kondisi masa
depan yang diinginkan dan memetakan cara bagaimana untuk mencapainya.  Memang ini
berkaitan dengan ketidakpastian dan mengeksplorasi beberapa kemungkinan dan menanyakan
tentang “Bagaimana kalau?” 
Kita semua dapat mengembangkan keterampilan berpikir inovatif.   Salah satu cara bisa dimulai
dengan mencari tahu apa yang ada di benak konsumen.  Tidak hanya melakukan survai pasar tapi
juga pergi dan melihat bagaimana mereka hidup dan memakai produk.  Ketika ia bekerja di
Procter & Gamble, Dan Buchner dan aggota timnya mengamati di rumah konsumen bagaimana
mereka mencuci.  Hasilnya adalah produk-produk baru yang sesuai dengan keinginan pelanggan.
Apakah mereka mendapatkan itu lewat survai online?  

Cara kedua untuk berpikir inovatif adalah membuat prototipe secara cepat.  Hentikan analisis
yang berkepanjangan.  Buat produk atau jasa baru dan uji di pasar.  Memang akan ada
kegagalan.  Tapi suksesnya pasti ada.  

Keterampilan 3 – Komunikasi

Sebagai seorang eksekutif, tentu mudah bagi Anda untuk menyetop pembicaraan dengan orang
lain di perusahaan.  Mungkin Anda hanya sekali-kali saja ngobrol dengan orang lain, dan jarang
mendengarkan apa kata konsumen atau karyawan.  AG Lafley, CEO Procter & Gamble yang kini
sudah pensiun, selama sembilan tahun memimpin P&G merupakan seorang komunikator yang
tidak kenal lelah.  Ia selalu mengingatkan bahwa “Pelanggan adalah raja.”  Ia seorang maha
pendengar, ia datang ke rumah pelanggan, ikut mereka berbelanja ke toko, sehingga dijuluki
Chief Listening Officer.  

Ia paham untuk mendapatkan gagasan yang baik dapat dari siapa saja.  Lafley merupakan contoh
yang bagus bagi kita.  Meluangkan waktu untuk mendengarkan dan mempelajari sesuatu dari
pelanggan dan rekan kerja – khususnya yang berada di lini depan – karena mereka mendengar
apa yang dikatakan pelanggan setiap hari.  

MenurutJohn R. Ryan, ternyata banyak organisasi kurang peka terhadap masalah komunikasi.
Mereka sangat bagus di level atas, artinya tim eksekutif dan manajer senior paham apa visi dan
strategi dari CEO.  Tetapi begitu melihat lebih jauh ke dalam organisasi akan ditemukan hal yang
membingungkan.  Manajer menengah dan karyawan lini depan berkali-kali tidak dapat
memadukan tindakan sehari-hari mereka demi untuk mencapai strategi perusahaan – bahkan
mereka juga tidak peduli bagaimana strategi perusahaan.  Apakah ini terlihat biasa?  Ingat bahwa
ini bukan kesalahan mereka.   Adalah para pemimpin yang kurang mengomunikasikan dan
memberi contoh ke seluruh lini dalam organisasi. 

Keterampilan 4 – Kegigihan untuk Belajar

Agar berhasil di dalam bisnis yang selalu berubah, tantangannya seringkali tidak dapat
diramalkan dan kompetisi terus meningkat, maka kita harus gigih belajar.  Kita perlu
menerapkan pengetahuan baru untuk mengatasi tantangan-tantangan yang muncul.  Ada riset
tentang ilmu saraf(neuroscience) yang akan memberikan rasa percaya diri dan memampukan kita
untuk berhasil.  Otak manusia konon adalah lentur seperti plastik.  Maksudnya kita dapat
mempelajari dan memiliki perilaku baru dan mengubah perilaku kita kapan saja, tidak tergantung
umur.  Dulu kita sering mendengar, orang yang sudah tua perilakunya sulit diubah.  Seolah-olah
perilaku sudah terbentuk dan membatu.    

Pemimpin berapa pun umurnya perlu mempelajari keterampilan baru – dan membawa
organisasinya ke level yang lebih tinggi.   Guru besar psikologi Carol Dweck menemukan bahwa
setiap orang dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori. Mereka yang memiliki sudut pandang
pertumbuhan (growth mindsents) percaya masih memiliki cadangan potensi yang belum digali.
Sebaliknya, mereka yang memiliki pandangan mandeg (fixed mindset) berserah hanya mampu
melakukan sesuatu secara alamiah saja  sesuai dengan talenta yang dimiliki, bukan terus bekerja
keras.   

Apakah Anda memberi kesempatan kepada karyawan atau karyawati Anda untuk maju?  Atau
Anda melihat bahwa potensi mereka terbatas saja?

Apa yang disampaikan oleh John R. Ryan, penulis artikel ini mungkin menarik disimak.  Ketika
berdinas di AL, ia belajar bagaimana menerbangkan pesawat.  Di bawah pengarahan pelatih, ia
segera menguasai bagaimana cara takeoff, landing dan membentuk formasi terbang.  Lalu pelatih
mengatakan bahwa tahap berikutnya adalah mendaratkan pesawat di atas pesawat yang lain,
yaitu pesawat pengangkut.  Setelah beberapa minggu melakukan simulasi di landasan normal,
saat yang dinanti tiba.  Saatnya mendaratkan pesawat di atas pesawat pengangkut.  Tidak boleh
ada kesalahan apa pun.      Pilihannya adalah membawa pesawat Anda turun dan secara tepat
meletakkannya di atas pesawat yang lain.  
Sesungguhnya latihan di darat tidak seratus persen persis, karena pendaratan dilakukan di atas
pesawat yang sedang berada di laut.  Anda harus memperhitungkan kecepatan angin, selain itu
kapal juga terguncang-guncang oleh ombak.   Anda harus betul-betul cermat, tapi juga tanggap
dan bereaksi cepat.  Anda harus memiliki rasa percaya diri yang berasal dari pengetahuan yang
telah dielajari, beradaptasi dan tidak takut melakukannya.   

Keterampilan 5 – Membuat Keputusan (Judgment)

Membuat keputusan (judgment) merupakan inti dari kepemimpinan.  Secara fundamental, itulah
tugas paling penting.  Itu bagaikan memberikan kepastian terhadap situasi dunia yang tidak jelas/
membingungkan.  Pengambilan keputusan sebaiknya diawali dengan kerendahan hati (humility),
yang mengingatkan bahwa kita bukanlah maha tahu, kita juga tidak lebih besar daripada
organisasi tempat kita bernaung.  Banyak pemimpin di sektor publik maupun swasta sering lupa
akan kenyataan tersebut.   Dan kepemimpinannya malah mengakibatkan kehancuran organisasi,
menghancurkan kariernya dan menciptakan gonjang-ganjing ekonomi
10.3 Penyakit Pemimpin

Tantangan terbesar dalam dunia usaha adalah membuat pemimpin itu sendri berubah.sering
pemimpin menghadapi kesulitan membuat organisasinya berubah. Pemimpin sering menyalakn
staf nya, tetapi kenyataan nya resistensi terhadap perubahan justru datang dari pemimpin itu
sendri (victor, 2001: 106) dalam memengaruhi transpormasi organisai melalui perubahan
budaya, mengubah pola fikir pemimpin lebih dahulu merupakan hal yang penting. Untuk itu, kita
harus memahami penyakit dari kepemimpinan 

1. pemimpin yang tidak mendengarkan


Pemyakit pemimpin yang terbesar adalah ketika pemimpin menolak untuk mendengarkan .
terhadap pemimpin yang menolak nasihat baik, mereka yang menutup orang lain untuk memberi
saran atau gagasan yang baik dan mereka yang sangat di kuasai oleh gagasan nya sendri yang
tidak mempertimbangkan pandangan lainnya, kecuali pendapatnya sendiri.
2. pemimpin yang tidak memperatikkan apa yang dikatakan
Kesalahan besar lain dari beberapa pemimpin adalah kecendruangan menjadi munafik. Banyak
yang megatak sesuatu, tetapi melakukan lainnya. Mereka tidak membuat konsisten yang tidak
berprinsip. 
3. pemimpin yang meperaktikkan favoritisme 
Satu cara yang paling pasti untuk mematikan kepercayaan dalam organisasi adalah dengan
favoritisme. Pembicaraan umum dalam organisasi adalah adanay pemimpin yang cendrun
memperlakukan beberapa staf lebih baik dari lainnya. Ketidak senangan sering timbul apabila
perlakuan khusus yang diberikan kepada staf tidak berdasar. Pemimpin misalnya memihak staf
tertentu tanpa melihat apakah staf tadi benar atau salah. Sering kalai perlakuankhusus tdi tidak
ada hubungan nya dengan kinerja. Di sini terjadi standar ganda pemimpin.
4. pemimpinian menintimidasi oang lain 
Banyak pemimpin yang sangat berkuasa dalam dunia usaha. Akan tetapi, masalah dengan
pemimpin yang sangat berkuasa adalah bahwa mereka sering menyala gunakan kekuasannya dan
mengintimidasi bawhannya. Pemimpin ini menciptakan lingkungan kerja yang mencekik dimna
staf tidak di dorong untuk menyatkan fikirannya atau menjadi kariatif. 
5. pemimpin yang mendemoralisasi orang lain
Mungkin penyakit terbesar kepemimpinan yang jelek adalah caranya menderomoralisasi orng
lain.twrhadap pemimpin yang sepertinya mempunyai kebiasaan yang tidak dapat di sembuhkan
dengan menjatuhkan orang pada setiap kesempatan. Mereka hidup dengan menginjak terhadap
ego orang lain. Pemimpin tidak memberikan pujian denga mudah, tetapi tetapi cepat mengkritik
mereka sering sinis dan curiga atas maksud dari bawahanya.
6. pemimpin yang gagal menciptakan arah
Tidak akan ada kepemimpinan yang besar tanpa arah yang jelas bagiorang untuk mengikuti.
Arah yang sangat memaksa sangat di perlukan dalam pandangan ekonomi yang merosot
sekarang. Pemimpin yang harus berjalan tanpa mengambil pertimbangan perubahan lingkungan
akan meyebabkan ketidakpastian dan ketakutan di tempat kerja yang pada giliranya
memengaruhi moral staf dan kinerja.
7. pemimpin yang tidak yang tidak mengembangkan orang nya
Terdapat pemimpin yag tidak melihat perlinya meng-coach dan men-train orang lain. Banyak
diantara mereka menunjukkan bahwa terlalu makan waktu dan merepotkan untuk memengaruhi
keterampilan padaorang lain. Meeka beragumen bahwa hanya mereka tahu melakukan tugas
tertentu sehingga mereka menggantung pada pekerjaan dan tidak mendelegasikan.
8. pemimpim yang merasa puas dengan dirinya
Kesalahan terbesar dalam kepemimpinan di samping kurangnya kompetensi adalah compelency
atau meresa puas dengan dirinya sendiri. Dunia usaha penuh dengan pemimpin yang kompeten,
tetapi menjadi puas dengan dirinya sendiri. terdapat kesalahan terbesar dengan mengatakan
bahwa “knowledge is power” pengetahuan bukanlah kekuasaan, tetapi merupakan kepuasaan
potensial.
10.4 Memelihara Kepercayaan

Maksud dan Arti Kepercayaan Percaya dan Dipercaya


Maksud dan Arti Kepercayaan

Bukan dalam arti iman namun dapat mengambil inspirasi dari sikap iman kepercayan kepada
Tuhan Berlangsung dalam relasi timbal-balikMenjadi pribadi yang mempercayai dan dipercayai.
Keduanya berjalan serentak Dikembangkan dengan cara saling memelihara

Percaya dan Dipercaya

Percaya pada apa yang dikatakan orangDapat mengandalkan orangBerani terbuka kepada
orangMenjadi pribadi yang dapat dipercayaBerbicara jujurMenjaga / menyimpan
rahasiaMelaksanakan tangungjawab dengan baikBerani menanggung resiko Punya disiplin diri
Memiliki watak yang baik

Manfaat Adanya Kepercayaan

Semakin diterima dan disenangi orang lainDapat menjadi sumber informasi yang dapat
dipercayaOrang mau menerima apa yang kita lakukan atau katakanMemiliki kualitas kepribadian
(dewasa intelektual, emosional dan spiritual)Merasalebih bebas dari berbagai kecemasanLebih
mudah mendapat dukunganMampu memberikan teladan dan menjadi tokoh idolaSemakin
mampu menguasai diri, yang nampak pada seni megatur agenda hidup sehari-hari

Faktor Penyebab Hilangnya Kepercayaan

Tidak mempercayai orang lain, yang disebabkan:Sifat dasarPengalaman masa laluPengaruh


lingkunganPandangan terhadap diri sendiriTidak bisa dipercaya, yang disebabkan :Suka
berbohong, yang disebabkan oleh:Sifat dasar seseorangPengalaman buruk menjadi korban
kebohonganLingkungan tempat seseorang dibesarkan dalam waktu yang lama

Tidak bisa menyimpan rahasiaTidak menyelesaikan tanggungjawab dengan baikMenolak


tanggungjawab atas resiko dari putusan dan tindakannyaTidak disiplin, tidak punya komitmen
dalam bekerja, hidup sembarangan dan tidak teraturBerwatak burukTidak mepercayai orang lain

Menumbuhkembangkan Kepercayaan
Kita harus mulai dari diri kita sendiriBerusaha tetap jujurMau terbukaMengedepankan
rasioTidak terlalu eksklusifMau berbaurBerusaha mempercayai orang lainTidak memelihara
kecurigaanCepat berdamai

Sejalan antara pikiran- perkataan-perbuatanMengakui kesalahan, bersedia minta maaf dan


memaafkanBuang jauh-jauh perilaku munafik dan “topeng” yang kadang-kadang digunakan
untuk menutupi kelemahan
Daftar Pustaka :

10.1 Jurnal By : Chonim Aza 2018 / https://www.scribd.com/document/380723424/Pelajaran-


Untuk-Pemimpin-Perubahan

10.2 https://www.intipesan.com/lima-keterampilan-memimpin-menurut-john-ryan/

10.3 https://www.islampesisir.org/2019/12/penyakit-kepemimpinan.html

10.4 https://slideplayer.info/slide/4981812/

Anda mungkin juga menyukai