Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TYPHOID

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2

Dosen Pengampu : Maria Paulina Irma S, S. Kep., Ns., M. Kep

Disusun oleh :

Kelompok 6

1. Nuraini Habibah (170103067)


2. Nur Baety Rumandani (170103065)
3. Nur Baety Sa’diyah (170103066)
4. Nurmalita Ayu Savitri (170103068)
5. Putri Lutfiatul Ulum (170103070)

S1 Keperawatan 4A

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO


2019

1
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran yang membangun dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi lebih baik lagi.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu kami dalam
menulis makalah ini. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Purwokerto, 24 Maret 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... 2

DAFTAR ISI............................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Tujuan penulisan....................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi penyakit tifoid..................................................................................... 6

B. Etiologi dari penyakit tifoid.............................................................................. 6

C. Tanda dan gejala dari penyakit tifoid................................................................ 6

D. Pemeriksaan diagnostic penyakit tifoid............................................................ 9

E. Penatalaksaan penyakit tifoid.............................................................................10


F. Konsep keperawatan...........................................................................................12.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................... 19
B. Saran......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia, Afrika,
Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Menurut
data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid di seluruh dunia dan diperkirakan
sekitar 500,000 orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Asia menempati
urutan tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus dengan 400,000
kematian setiap tahunnya.

Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan
angka kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam enteris disebabkan oleh
Salmonella Parathypi A. Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan
kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka
kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini
banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan untuk orang dewasa.
Penyebabnya adalah kuman sallmonela thypi atau sallmonela paratypi A, B dan C.

Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak


dengan seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada minuman
dan makanan, susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk
pembiakan bakteri salmonella, pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan
kondisi saniter yang tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit
typhus.

Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi didalam dunia
kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus abdominalis, karena pada umumnya
kuman menyerang usus, maka usus bisa jadi luka dan menyebabkan pendarahan serta bisa
mengakibatkan kebocoran usus.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu penyakit tifoid?
2. Apa etiologi dari penyakit tifoid?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari penyakit tifoid?
4. Bagaimana pemeriksaan diagnostic penyakit tifoid?
5. Bagaimana penatalaksaan penyakit tifoid?
6. Bagaimana konsep keperawatan?

C. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui penyakit tifoid.
2. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit tifoid.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari penyakit tifoid.
4. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic penyakit tifoid.
5. Untuk mengetahui penatalaksaan penyakit tifoid.
6. Untuk mengetahui konsep keperawatan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pencernaan dan dan
gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000). Demam tifoid adalah penyakit menular yang
bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial
yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum.
(Soegeng, 2002).
Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala,
kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari limpa/hati/kedua-
duanya (Djauzi & Sundaru; 2003). Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu
dan terdapat gangguan kesadaran (Suryadi, 2001).

B. Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi, salmonella para typhi A. B dan C. Ada
dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien
dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus
mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

C. Tanda dan Gejala


Masa inkubasi 10-14 hari. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang khas berupa
perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu. Gejala Demam Tifoid
antara lain sebagai berikut :
1. Demam > 1 minggu terutama pada malam hari
Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama
peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari
dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan pada
minggu ke tiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal.

6
2. Nyeri kepala
3. Malaise
4. Letargi
5. Lidah kotor
6. Bibir kering pecah-pecah (regaden)
7. Mual, muntah
8. Nyeri perut
9. Nyeri otot
10. Anoreksia
11. Hepatomegali, splenomegaly
12. Konstipasi, diare
13. Penurunan kesadaran
14. Macular rash, roseola (bintik kemerahan) akibat emboli basil dalam kapiler
15. Epistaksis
16. Bradikardi
17. Mengigau (delirium)

7
8
D. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering
dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan
darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit
walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan
jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.

b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT


Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal
ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1) Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang
lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan.
Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh
biakan darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan
antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan
darah negatif.

9
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.

d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum
klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan.
Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah
dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita tifoid.
Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya
untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita tifoid (Widiatuti,
2001).

E. Penatalaksanaan
a. Perawataan
1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam atau 14 hari untuk mencegah komplikasi
perdarahan usus.
2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi
perdarahan.
b. Diet
1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.

10
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
c. Obat-obatan
1) Kloramfenikol.
Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara oral atau intravena,
sampai 7 hari bebas panas
2) Tiamfenikol (Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari)
3) Kortimoksazol.
Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg
trimetoprim)
4) Ampisilin dan amoksilin (Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu)
5) Sefalosporin Generasi Ketiga.
Dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari,
selama 3-5 hari
6) Golongan Fluorokuinolon
a) Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
b) Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
c) Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
d) Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
e) Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
f) Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid
toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua
macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001).

11
F. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Dapat terjadi pada anak laki-laki dan perempuan, kelompok umur yang terbanyak adalah diatas
umur lima tahun. Faktor yang mendukung terjadinya demam thypoid adalah iklim tropis social
ekonomi yang rendah sanitasi lingkungan yang kurang.
c. Keluhan utama
Pada pasien typus abdominalis keluhan utamanya adalah demam.
d. Riwayat penyakit sekarang
Demam yang naik turun remiten, demam dan mengigil lebih dari satu minggu.
e. Riwayat penyakit dahulu
Tidak didapatkan penyakit sebelumnya.
f. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga ada yang karier
g. Riwayat psiko social dan spiritual
Kelemahan dan gangguan interaksi sosial karena bedrest serta terjadi kecemasan.
h. Riwayat tumbuh kembang
Tidak mengalami gangguan apapun, terkadang hanya sakit batuk pilek biasa
i. Activity Daily Life
1) Nutrisi : pada klien dengan demam tifoid didapatkan rasa mual, muntah, anoreksia,
kemungkinan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2) Eliminasi : didapatkan konstipasi dan diare
3) Aktifitas : badan klien lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat dengan tirah baring sehingga
terjadi keterbatasan aktivitas.
4) Istirahat tidur : klien gelisah dan mengalami kesulitan untuk tidur karena adanya peningkatan
suhu tubuh.
5) Personal hygiene : klien dianjurkan bedrest sehingga mengalami gangguan perawatan diri.
Perlu kaji kebiasaan klien dalam personal hygiene seperti tidak mencuci tangan sebelum
makan dan jajan di sembarang tempat.

12
j. Pemeriksaan fisik
1) Mata : kelopak mata cekung, pucat, dialtasi pupil, konjungtifa pucat kadang di dapat
anemia ringan.
2) Mulut : Mukosa bibir kering, pecah-pecah, bau mulut tak sedap. Terdapat beslag lidah
dengan tanda-tanda lidah tampak kering dilatasi selaput tebal dibagian ujung dan tepi lidah
nampak kemerahan, lidah tremor jarang terjadi.
3) Thorak : jantung dan paruh tidak ada kelainan kecuali jika ada komplikasi. Pada daerah
perangsang ditemukan resiola spot.
4) Abdomen : adanya nyeri tekan, adanya pembesaran hepar dan limpa, distensi abdomen,
bising usus meningkat
5) Ekstrimitas : Terdapat rosiola dibagian fleksus lengan atas.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella thypi.
b. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, mual,
muntah dan anoreksia.
c. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, kehilangan cairan
berlebih akibat muntah dan diare.
d. Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi
e. Ansietas berhubungan dengan proses hospitalisasi, kurang pengetahuan tentang penyakit dan
kondisi anaknya

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Peningkatan Tujuan : ü Observasi tanda- ü Tanda-tanda vital
suhu tubuh Setelah diberikan tanda vital berubah sesuai tingkat
(Hipertermi) tindakan perkembangan penyakit

13
berhubungan keperawatan dan menjadi indikator
dengan proses selama 3 x untuk melakukan
infeksi 24 jam, suhu intervensi selanjutnya
Salmonella tubuh normal. ü Pemberian kompres
Typhi. dapat menyebabkan
Kriteria hasil : ü Beri kompres pada peralihan panas secara
- TTV dalam daerah dahi konduksi dan
batas normal membantu tubuh untuk
- TD : 80- menyesuaikan terhadap
120/60-80 mmhg panas
- N : 120-140 ü Peningkatan suhu tubuh
x/i (bayi), 100- mengakibatkan
120 (anak) penguapan sehingga
- S : 36,5-370Cü Anjurkan untuk perlu diimbangi dengan
- P : 30-60 x/i banyak minum air asupan cairan yang
(bayi), 15-30 x/i putih banyak
(anak) ü Mempercepat proses
penyembuhan,
menurunkan demam.
Pemberian antibiotik
menghambat
pertumbuhan dan
ü Kolaborasi proses infeksi dari
pemberian bakteri
antiviretik,
antibiotik
2 Resiko Tujuan : ü Kaji kemampuan ü Untuk mengetahui
pemenuhan Setelah dilakukan makan klien perubahan nutrisi klien
nutrisi kurang tindakan dan sebagai indikator
dari kebutuhan keperawatan intervensi selanjutnya
tubuh selama 3 x 24 jam

14
berhubungan kekurangan ü Berikan makanan ü Memenuhi kebutuhan
dengan intake nutrisi tidak dalam porsi kecil nutrisi dengan
yang tidak terjadi. tapi sering meminimalkan rasa
adekuat, mual, mual dan muntah
muntah dan Kriteria hasil : ü Memenuhi kebutuhan
anoreksia. - Nafsu makanü Beri nutrisi dengan nutrisi adekuat
meningkat, diet lunak, tinggi
- Tidak ada kalori tinggi protein
keluhan ü Anjurkan kepada ü Menambah selera makan
anoreksia, orang tua dan dapat menambah
nausea, klien/keluarga asupan nutrisi yang
- Porsi makan untuk memberikan dibutuhkan klien
dihabiskan makanan yang
disukai
ü Anjurkan kepada
orang tua ü dapat meningkatkan
klien/keluarga asam lambung yang
untuk menghindari dapat memicu mual dan
makanan yang muntah dan
mengandung menurunkan asupan
gas/asam, pedas nutrisi
ü Kolaborasi. Berikan
antiemetik, antasida
sesuai indikasi ü Mengatasi mual/muntah,
menurunkan asam
lambung yang dapat
memicu mual/muntah
3 Resiko defisit Tujuan : ü Kaji tanda dan gejalaü Hipotensi, takikardia,
volume cairan Setelah dilakukan dehidrasi demam dapat
berhubungan tindakan hypovolemik, menunjukkan respon
dengan intake keperawatan riwayat muntah,

15
yang tidak selama 3x24 kehausan dan turgor terhadap dan atau efek
adekuat, jam, tidak terjadi kulit dari kehilangan cairan
kehilangan defisit volume ü Observasi adanya ü Agar segera dilakukan
cairan berlebih cairan tanda-tanda syok, tindakan/ penanganan
akibat muntah tekanan darah jika terjadi syok
dan diare. Kriteria hasil : menurun, nadi cepat
- Tidak terjadi dan lemah
tanda-tanda ü Berikan cairan ü Cairan peroral akan
dehidrasi, peroral pada klien membantu memenuhi
- Keseimbangan sesuai kebutuhan kebutuhan cairan
intake dan outputü Anjurkan kepada ü Asupan cairan secara
dengan urine orang tua klien adekuat sangat
normal dalam untuk diperlukan untuk
konsentrasi mempertahankan menambah volume
jumlah asupan cairan cairan tubuh
secara dekuat ü Pemberian intravena
ü Kolaborasi sangat penting bagi
pemberian cairan klien untuk memenuhi
intravena kebutuhan cairan

4 Gangguan pola Tujuan : ü Kaji pola eliminasi ü Sebagai data dasar


eliminasi BAB Setelah dilakukan klien gangguan yang dialami,
berhubungan tindakan memudahkan intervensi
dengan keperawatan selanjutnya
konstipasi selama 3 x 24 ü Penurunan menunjukkan
jam, pola adanya obstruksi statis
eliminasi kembaliü Auskultasi bising akibat inflamasi,
normal. usus penumpukan fekalit
ü Berhubungan dengan
Kriteria hasil : distensi gas

16
- Klien
melaporkan BAB ü Indikator kembalinya
lancar fungsi GI,
- Konsistensi ü Selidiki keluhan mengidentifikasi
lunak nyeri abdomen ketepatan intervensi
ü Observasi gerakan
usus, perhatikan ü Mengatasi konstipasi
warna, konsistensi, yang terjadi
dan jumlah feses

ü Anjurkan makan
makanan lunak,
buah-buahan yang ü Mungkin perlu untuk
merangsang BAB merangsang peristaltik
ü Kolaborasi. Berikan dengan perlahan
pelunak feses,
supositoria sesuai
indikasi

5 Ansietas Tujuan : ü Kaji tingkat ü Untuk mengeksplorasi


berhubungan Setelah dilakukan kecemasan yang rasa cemas yang
dengan proses tindakan dialami orang tua dialami oleh orang tua
hospitalisasi, keperawatan klien klien
kurang selama 3 x 24 ü Meningkatkan
pengetahuan jam, kecemasan ü Beri penjelasan pada pengetahuan orang tua
tentang penyakit teratasi orang tua klien klien tentang penyakit
dan kondisi tentang penyakit anaknya
anaknya Kriteria hasil : anaknya
- Ekspresi ü Beri kesempatan ü Mendengarkan keluhan
tenang pada orang tua klien orang tua agar merasa
lega dan merasa

17
- Orang tua untuk mengungkap diperhatikan sehingga
klien tidak sering kan perasaan nya beban yang dirasakan
bertanya tentang berkurang
kondisi anaknya ü Libatkan orang tua ü Keterlibatan orang tua
klien dalam rencana dalam perawatan
keperawatan anaknya dapat
terhadap anaknya mengurangi kecemasan

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan
gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran. Penyakit
pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi,
salmonella type A.B.C penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
Cara pencegahan penyakit typoid yang dilakukan adalah cuci tangan setelah dari toilet dan
khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang
belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan
pedas.

B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dengan adanya
makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang penyakit typoid dengan baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Djauzi & Sundaru. 2003. Imunisasi Dewasa. Jakarta : FKUI


Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC
Syamsuhidayat, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

20

Anda mungkin juga menyukai