Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS 2

“Keluarga Berencana Alami”


Dosen Pembimbing :Atun Raudotul, S. Kep., Ns. M. Kep

Disusun oleh :

1. Diana Rindriani (170103021)


2. Dinda Puput Oktavia (170103022)
3. Dini Melinda Eka P. (170103023)
4. Fiskalisha Zulfa Z. (170103033)
5. Leila Dara Rosyida (170103046)

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO


PRODI S1 KEPERAWATAN SEMESTER 4
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Keluarga Berencana dengan judul “Keluarga Berencana Alamiah”. Makalah
ini disusun untutk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas dengan
dosen pembimbing Ibu Atun Raudotul, S.Kep.,Ns.M.Kep.

Selain itu juga diharapkan bisa memberikan wawasan kepada rekan-rekan


mahasiswa khususnya mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Harapan Bangsa
Purwokerto. Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah banyak membantu memberikan bimbingan, ilmu,
dorongan, serta saran-saran kepada kami.

Kami juga menyadari bahwa isi maupun penyajian makalah ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan di masa yang akan dating.

Purwokerto, 20 Maret 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB. I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................6

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

BAB. III PEMBAHASAN


3.1 Definisi Kontrasepsi...............................................................................8
3.2 Definisi Metode KB Sederhana Alamiah (Tanpa Alat)..........................9
3.3 Macam-Macam Metode KB Sederhana Alamiah (Tanpa Alat).............10
3.3.1 Metode Kalender..........................................................................10
3.3.2 Metode Pantang Berkala..............................................................11
3.3.2 Metode Suhu Basal......................................................................13
3.3.3 Metode Lendir Serviks (Bilings).................................................18
3.3.4 Metode Sim to Thermal...............................................................21
3.3.5 Metode Coitus Interuptus.............................................................21

BAB. IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................24
4.2 Saran.......................................................................................................24

BAB. V DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada awalnya, kontrasepsi sering kali dianggap sebagai cara untuk
menjarangkan kehamilan atau mengurangi jumlah penduduk. Seiring dengan
perkembangan, masalah kontrasepsi tersebut, kini menjadi bagian dari masalah
kesehatan reproduksi. Keberadaan metode dan alat-alat kontrasepsi terkini, memaksa
para penyelenggara pelayanan Keluarga Berencana untuk memperbaharui
pengetahuannya. Masalah-masalah kontrasepsi telah memasuki tahapan yang jauh
lebih rumit, yaitu menyangkut masalah kesetaraan gender dan hak asasi manusia.
Teknologi kontrasepsi berkembang sangat pesat dalam waktu tiga dasawarsa
terakhir ini. Standarisasi pelayanan kontrasepsi secara nasional dan oleh Badan
Internasional (misal: WHO) telah diterbitkan secara berkala.
Sayangnya,perkembangan tersebut tidak selalu diikuti dengan cermat oleh para
petugas kesehatan dan keluarga berencana di Indonesia.
Berbagai kontroversi timbul dalam perkembangan teknologi kontrasepsi selama
ini, khususnya mengenai dampak negatif penggunaan kontrasepsi bagi wanita dalam
jangka panjang. Banyak berbagai pertanyaan yang diajukan tentang berbagai risiko
negatif penggunaan kontrasepsi, tetapi sangat sedikit penyampaian informasi
tentang dampak positif kontrasepsi kepada kesehatan reproduksi wanita. Padahal,
kontrasepsi tidak hanya memiliki dampak negatif, tetapi memiliki dampak positif
seperti mencagah jenis kanker tertentu dan anemia yang seringkali dijumpai pada
wanita di Indonesia.
Oleh karena itu, secara berkala perlu dilakukan sosialisasi “contraceptive
technology update” bagi para ilmuwan, petugas pelayanan kesehatan dan KB agar
mereka mampu mengikuti perkembangan alat, obat dan cara kontrasepsi terkini.
Dengan meningkatnya pengetahuan mereka, pelayanan KB di Indonesia diharapkan
dapat meningkat kualitasnya, sehingga sasaran KB yang ditetapkan dalam
Pembangunan Nasional dapat dicapai.
Keluarga Berencana adalah suatu sistem untuk mengatur dan merencanakan
kapan dan berapa jumlah anak yang diinginkan dalam sebuah pernikahan. Hal ini

4
sangat dianjurkan dan memang banyak manfaat yang dirasakan, kuantitas sedikit tapi
lebih bermutu itu lebih baik dari pada kuantitas banyak tapi mutunya kurang.
Penggunaan KB dapat memplaning masa depan anak dan juga tentang gizi anak
tentunya lebih terjamin karena sudah ada perencanaannya.
Di Indonesia keluarga berencana mulai dikenal pada tahun 1953 pada waktu itu
sekelompok ahli kesehatan, kebidanan dan tokoh masyarakat mulai membantu
masyarakat, untuk menggunakan alat kontrasepsi. Namun demikian di Indonesia
pemilihan cara kontrasepsi tentu saja yang mempunyai efektivitas tinggi, aman,
murah dan praktis. Tapi sampai saat ini belum ada kontrasepsi yang sempurna dan
sangat ideal bagi semua pihak, memilih salah satu cara kontrasepsi bagaimanapun
jauh lebih baik daripada tidak memakai kontrasepsi sama sekali.
Metode kalender atau pantang berkala merupakan metode keluarga
berencana alamiah (KBA) yang paling tua. Pencetus KBA sistem kalender adalah dr.
Knaus (ahli kebidanan dari Vienna) dan dr. Ogino (ahli ginekologi dari
Jepang). Metode kalender ini berdasarkan pada siklus haid/menstruasiwanita.
Knaus berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi
berikutnya. Sedangkan Ogino berpendapat bahwa ovulasi tidak selalu terjadi tepat 14
hari sebelum menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum
menstruasi berikutnya. Hasil penelitian kedua ahli ini menjadi dasar dari KBA sistem
kalender

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud metode KBA (tanpa alat)?
2. Apa saja macam-macam metode KB Alamiah?
3. Adakah keterbatasan dalam menggunakan metode KB Alamiah?
4. Bagaimana keefektifan menggunakan metode KB Alamiah?
5. Adakah manfaat dan efek samping menggunakan metode KB Alamiah?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Mahasiswa mampu mengerti dan paham mengenai pokok bahasan metode KB
Alamiah.
2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis KB Alamiah.

5
3. Mahasiswa dapat menyebutkan keterbatasan apa saja dalam menggunakan
metode KB Alamiah.
4. Mahasiswa dapat mengetahui keefektifan dalam menggunakan KB metode
kalender.
5. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat menggunakan metode KB Alamiah.
6. Mahasiswa dapat mengetahui efek samping dalam menggunakan metode KB
Alamiah.

BAB II
TINJAUN PUSTAKA

Gerakan Keluarga Berencana di Indonesia telah menjadi contoh bagaimana


Negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia dapat mengedalikan dan

6
menerima gerakan keluarga berencana sebagai salah satu bentuk pembangunan
keluarga yang lebih dapat dikendalikan untuk mencapai kesejahteraan (Manuaba,
1999).

World Health Organisation (WHO) pada tahun 1970, mendefinisikan keluarga


berencana sebagai tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval di antara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan umur suami dan istri
dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1992, Keluarga Berencana adalah upaya


peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kehamilan, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.

KBA merupakan salah satu metode yang memiliki peran dalam


mengendalikan populasi penduduk Indonesia yang sangat sederhana tanpa
menggunakan alat. KBA merupakan alternatif kotrasepsi yang cukup efisien untuk
dilakukan oleh pasangan suami istri.

BAB. III
PEMBAHASAN

I. Definisi Kontrasepsi

7
Kontrasepsi asal kata dari ‘kontra’ yang berarti mencegah/ menghalangi
dan ‘konsepsi’ yang berarti pembuahan/pertemuan antara sel telur dengan sperma.
Jadi kontrasepsi diartikan sebagai cara untuk mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma. KB merupakan salah
satu sarana bagi setiap keluarga baru untuk merencanakan pembentukan keluarga
ideal, keluarga kecil bahagia dan sejahtera lahir batin. Keluarga Berencana adalah
salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasihat
perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran.
Secara umum kontrasepsi dapat menggunakan berbagai macam metode
yaitu, metode sederhana KB Alamiah (KBA), metode KB menggunakan alat,
metode modern hormonal dan non hormonal, dan metode prosedur operasi.
Menurut Kamus BKKBN (2011) Kontrasepsi adalah Obat atau alat untuk
mencegah terjadinya konsepsi (kehamilan). Jenis kontrasepsi ada dua macam,
yaitu kontrasepsi yang mengandung hormonal (pil, suntik dan implant) dan
kontrasepsi non-hormonal (IUD, Kondom).
Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal
itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Dapat dipercaya; 2. Tidak
menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan; 3. Daya kerjanya dapat diatur
menurut kebutuhan; 4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus;
5. Tidak memerlukan motivasi terus-menerus; 6. Mudah pelaksanaanya; 7. Murah
harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat; 8. Dapat
diterima penggunaanya oleh pasangan yang bersangkutan.

II. Metode KB Sederhana Alamiah (Tanpa Alat)


Metode KB Sederhana Alamiah (tanpa alat) adalah metode kontrasepsi
berdasarkan pada kesadaran untuk memulai atau mengakhiri masa kesuburan
dari siklus menstruasi perempuan.
Metode ini sering melibatkan perilaku puasa seks secara periodic, sebuah
metode penghalang antara spermatozoa dan ovum dengan menghindari
hubungan seks selama fase subur berlangsung dari siklus menstruasi. Metode ini
tergantung pada kemampuan pasangan mengidentifikasi fase subur pada setiap

8
fase siklus menstruasi dan motivasi serta disiplin mereka untuk mempraktikan
puasa seks jika diperlukan.
 Teknik- Teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi fase subur dalam
siklus menstruasi, kemudian puasa seks, adalah:
1. Metode Kalender
2. Metode Suhu Basal
3. Metode Lendir Serviks
4. Metode Sim to Thermal
5. Metode Coitus Interuptus

 Indikasi
1. Indikasi Umum
Metode Keluarga Berencana Alamiah menyediakan alternatif untuk
pasangan yang tidak ingin atau tidak cocok menggunakan metode lain merasa
lebih efektif karena:
a. Takut efek samping
b. Hambatan religious atau budaya
c. Akses yang sulit pada metode lain

2. Indikasi Khusus
Keluarga Berencana Alamiah merupakan metode yang sesuai untuk:
a. Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan
b. Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur
c. Pasangan yang tidak dapat menggunakan metode lain
d. Tidak keberatan jika terjadi kehamilan

 Efektifitas
Metode Keluarga Berencana Alamiah akan lebih efektif bila dilakukan
dengan baik dan benar. Sebelum menggunakan metode KBA ini, pasangan
suami istri harus mengetahui masa subur. Sebenarnya, masa subur setiap
wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal
enam kali siklus menstruasi. Selain itu, metode KBA ini akan lebih efektif
bila semua dari macam-macam metode KB Alamiah digunakan.
Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan di Sydney, metode
akan lebih efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan.

9
III. Macam-Macam Metode KB Sederhana Alamiah (Tanpa Alat)
A. METODE KALENDER

1. Mekanisme kerja

Metode kalender menggunakan prinsip pantang berkala, yaitu tidak


melakukan persetubuhan pada masa subur istri. Untuk menentukan masa
subur istri digunakan tiga patokan yaitu :

a. Ovulasi terjadi 14-+2 hari sebelum haid yang akan datang

b. Sperma dapat hidup dan membuahi selama 48 jam setelah ejakulasi

c. Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi.

Apabila konsepsi ingin dicegah, koitus harus dihindari sekurangnya selama


tiga hari (72 jam) yaitu 48 jam sebelum ovulasi dan 24 jam sesudah ovulasi.

2. Cara menentukan masa aman

Catat lama siklus haid selama tiga bulan terakhir, tentukan lama siklus haid
terpendek dan terpanjang. Kemudian siklus haid terpendek dikurangi 18 hari
dan siklus haid terpanjangdikurangi 11 hari. Dua angka yang diperoleh
merupakan rentang masa subur. Dalam jangka waktu masa subur, pasangan
suami istri harus pantang melakukan hubungan seksual. Sedangkan diluar
jangka waktu itu merupakan masa aman.

Contoh :

Seorang wanita mempunyai siklus haid bervariasi dari 28 sampai 36 hari,


maka perhitungannya adalah 28 - 18 = 10 dan 36 - 11 = 25. Konsepsi terjadi
pada hari ke-10 hingga hari ke-25 daur haid. Masa aman ialah hari ke-1
sampai he-9 siklus haid dan hari ke-26 sampai ke-9 sesudah haid akan datang.
Makin teratur haid akan semakin kecil tingkat kegagalan dengan cara ini.

B. METODE PANTANG BERKALA

10
Prinsipnya adalah tidak melakukan hubungan seksual pada masa subur. Patokan
masa subur yaitu :

a. Ovulasi terjadi 14-+2 hari sebelum haid yang akan datang

b. Sperma dapat hidup dan membuahi selama 48 jam setelah ejakulasi

c. Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi.

Jadi, koitis dihindari selama 72 jam, yaitu 48 jam sebelum ovulasi dan 24 jam
setelah ovulasi. Menentukan masa aman dalam pantang berkala ada enam
langkah yaitu :

1. Tentukan siklus haid terpendek.

2. Tentukan siklus haid terpanjang.

3. Siklus haid terpendek dikurangi 18 .

4. Siklus haid terpanjang dikurangi 11.

5. Tentukan masa ovulasi (hasil langkah 3 sampai langkah 4).

11
6. Tentukan masa aman, mulai dari hasi langkah 3 dikurangi 1 sampai hasil
langkah 4 ditambah 1.

Contoh :

Haid terakhir tanggal 9 Maret 2011, maka perhitungan pantang berkala


bedasarkan enam langkah yaitu :

1. Siklus terpendek = 29

2. Siklus terpanjang = 36

3. 29 - 18 = 11

4. 36 - 11 = 25

5. Masa ovulasi mulai hari ke-11 sampai hari ke-25 siklus haid, yaitu 19
Maret sampai 2 April 2011.

6. Masa aman mulai hari ke-1 sampai ke-9 siklus haid dan hari ke-26 sampai
ke-9 setelahnya, yaitu mulai 9 - 17 Maret dan 3 - 16 April 2011.

C. METODE SUHU BASAL

12
Menjelang ovulasi suhu basal akan turun dan kurang lebih 24 jam
setelah ovulasi suhu basal akan naik lagi sampai lebih tinggi daripada suhu
sebelumnya ovulasi. Biasanya digunakan untuk menentukan waktu ovulasi
dengan dicatat secara teliti setiap hari. Suhu basal diukur waktu pagi hari
segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas.

Penggunaan suhu basal dan penentuan masa aman akan meningkatkan


daya guna pantang berkala. Namun suhu basal tubuh dapat meningkat pada
beberapa kondisi seperti infeksi, ketegangan, dan waktu tidur yang tidak
teratur. Dianjurkan agar tidak melakukan hubungan seksual sampai terlihat

suhu tetap tinggi tiga hari (pada waktu pagi) berturut-turut. Panjang siklus
haid yang teratur adalah 28 - 30 hari. Ovulasi dapat diperkirakan dengan
mengenal tanda-tanda premenstruasi.

Prinsip yang digunakan dalam metode suhu basal tubuh adalah menentukan
masa subur, yaitu 4 hari sebelum ovulasi karena sperm dapat hidup sampai 4
atau 5 hari. Metode ini berdasarkan kenaikan suhu tubuh setelah ovulasi sampai
hari sebelum menstrusasi berikutnya. Untuk mengetahui suhu tubuh benar-

13
benar naik maka harus dengan thermometer yang sama dan pada tempat yang
sama (dimulut, anus, vagina) setiap pagi setelah bangun tidur sebelum
melakukan aktivitas, serta melakukan pencatatan.

Kenaikan suhu basal merupakan salah satu tanda bahwa tubuh sedang
mengalami ovulasi (masa subur), sehingga dapat digunakan sebagai penentu
kapan melakukan hubungan seksual agar tidak terjadi pembuahan.

 Penentuan Masa Subur

Siklus mentruasi mempengaruhi oleh hormone seks perempuan yaitu estrogen


dan progesterone. Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada
tubuh perempuan yang dapat dilihat melalui beberapa indicator klinis seperti:
a. Perubahan suhu basal tubuh
b. Perubahan lendir serviks
c. Perubahan sekresi lendir serviks
d. Panjangnya siklus mentruasi
e. Indikator minor kesuburan seperti perut dan perubahan payudara.

Fase subur dan fase tidak subur dapat dinilai dengan ukuran dan dapat
digunakan untuk merencanakan dan menghindari kehamilan. Siklus menstruasi
dibagi dalam 2 fase yaitu sebelum ovulasi dan fase setelah ovulasi.

1. Fase sebelum ovulasi


a. Fase sebelum ovulasi dikontrol oleh FSH dan estrogen. Kelenjar
hipotalamus pada dasar otak akan mengeluarkan FSH yang akan
merangsang pematangan folikel di ovarium. Pematangan folikel ini akan
meningkatkan produksi estrogen.
b. Pada saat kenaikan estrogen mendekati ovulasi, terjadi perubahan-
perubahan sebagai berikut:
 Endometrium menebal
 Serviks menjadi panjang dan lunak serta terbuka
 Lendir serviks yang diproduksi oleh kelenjar-kelenjar pada serviks
menjadi lendir yang bersahabat dengan sperma.
 Peningkatan garam, gula, dan asam amino untuk memberikan makanan
pada sperma.

14
 Peningkatan cairan samapai dengan 10 kali peningkatan volume lendir.
 Lendir yang subur terdiri dari 96% air yangtransparan, berkilat, licin,
elastisyang disebut efek spinnbarkeit.
c. Ketika estrogen mencapai tingkat tertentu dalam darah, kelenjar
hipotalamus akan menghasilkan LH yang meningkat cepat dan kemudian
akan terjadi ovulasi ( pecahnya folikel yang matang dan mengeluarkan
ovum).

2. Fase setelah ovulasi


a. Fase setelah ovulasi dikontrol oleh progesterone.
b. Setelah ovulasi, LH menyebabkan pecahnya folikel yang kemudian folikel
terebut akan berkembang menjadi korpus luteum,yang memproduksi
progesterone.
c. Dibawah pengaruh progesterone terjadi perubahan-perubahan, sebagai
berikut:
d. Endometrium melunak guna mempersiapkan diri untuk menerima
implantasi telur yang telah di buahi
e. Serviks memendek, keras dan tertutup
f. Lendir serviks menjadi tidak bersahabat untuk mencegah penetrasi sperma
g. Stelah ovulasi terdapat perubahan status kesuburan jaringan filament-
filamen menjadi lebih padat membentuk lendir yang tebal yang mencegah
penetrasi sperma. Sperma secara cepat akan dirusak oleh cairan vagina
yang bersifat asam.
h. Suhu akan meningkat sekitar 0, 20 0 C atau lebih.
i. Korpus luteum akan bertahan sekitar 14 hari, kemudian akan kisut dan
mati. Progesteron akan turun, suhu tubuh turun dan endometrium akan
mengalami disintegrasi sehingga terjadilah mentruasi dan lengkaplah satu
siklus.

 Cara Mengukur Perubahan Suhu Basal


Suhu tubuh normal bisanya 35.5-36 derajat celcius. Pada waktu ovulasi
suhu tubuh akan turun dan akan naik kembali mencapai 37-38 derajat celcius
dan tidak akan normal kembali ke suhu normal 36 derajat.

15
Kenaikan suhu tubuh terjadi apabila sudah terbentukanya progesterone
yang bertugas menyiapkan jaringan dalam rahim untuk menerimasel telur yang
telah dibuahi.
Perlu diketahui bahwa disaat ovulasi, suhu basal badan meningkat 0,2- 0,5
derajat celcius karena dipengaruhi oleh hormone progesterone. Pengukuran
yang dilakukan teratur beberapa bulan berguna sebagai referensi untuk
mempelajari lebih jauh tentang ovulasi wanita, sehingga hubungan intim dapat
dilakukan pada saat tertentu.

Cara mengukur suhu basal:


1. Alat-alat yang perlu disiapkan : thermometer, alat tulis, grafik SBB

Contoh Grafik Suhu Basal Badan

2. Sebelum tidur malam, atur termometer menjadi suhu normal (36 derajat
celcius), dengan cara dikibas-kibas.
3. Ketika bangun pagi sebelum melakukan aktifitas letakan thermometer di
mulut selama 5 menit.
4. Catatlah hasil pengukuran pada grafik.
5. Berikan tanda khusus pada keadaan tertentu misalnya pada saat terjadi
sdemam atau stress karena dapat mempengaruhi keadaan suhu badan.
6. Lakukan secara rutin selama 3 bulan berturut-turut

16
7. Tandai juga saat melakukan hubungan seksual (intim).

Dengan syarat suhu tubuh tidak boleh dalam kondisi demam, jangan tidur
dibawah lampu yang panas, jangan tidur menggunakan AC dalam suhu yang
sangat tinggi, dan tidur minimal 5-6 jam.

 Keuntungan dan Kekurangan Metode Suhu Basal


a. Keuntungan :
1. Memiliki tingat keamanan yang tinggi jika diukur secara rutin dan benar.
2. Murah (ekonomis)
3. Mengurangi kemungkinan penularan penyakit kelamin
4. Tidak ada efek samping sistemik
b. Kekurangan :
1. Kesalahan dapat terjadi jika sedang mengalami sakit, mengukur tidak
pada waktu biasanya, tidur terlalu larut malam, danti thermometer, ganti
tempat pengukuran suhu.
2. Harus diperhatikan pada kasus-kasus tertentu, seperti ibu menyusui,
karena siklus yang sangat tidak teratur.
3. Kelemahan cara ini adalah bila seseorang lupa untuk melakukannya.
4. Pengukuran yang tidak teliti
5. Perlu pencatatan tiap hari.

D. METODE LENDIR SERVIKS

Metode ovulasi didasarkan pada pengenalan perubahan lendir serviks selama


siklus menstruasi yang menggambarkan masa subur. Wanita diajarkan cara
mengenali perubahan karakteristik lendir serviks dan pola sensasi di vulva
(kebasahan, perasaan banyak cairan, atau kering) selama siklus.

Perubahan lendir serviks selama siklus menstruasi merupakan pengaruh


ekstrogen. Pola yang tidak subur dapat di deteksi pada fase praovulasi maupun
pascaovulasi siklus menstruasi. Saat kedua ovarium dalam keadaan diam akan

17
terlihat jumlah ekstrogen dan progesteron menurun, hasilnya ketiadaan sensasi
atau lendir pada vulva.

Pada saat seorang wanita merasakan sensasi pada vulva dan keberadaan lendir
sepanjang hari ketika melakukan aktivitas hariannya, catat hasil pengamatannya
sebelum hari berakhir. Selama pencatatan siklus pertama tidak boleh melakukan
hubungan seksual agar familiar terhadap sensasi dan adanya lendir. Dan tidak
boleh melakukan penyemprotan membersihkan vagina karena dapat
menghilangkan cairan vagina. Perubahan lendir serviks selama siklus menstruasi
yaitu :

1. Beberapa hari setelah menstruasi memiliki pola kering pada vulva yang tidak
berubah. Dapat memperlihatkan adanya rabas tetapi biasanya karakteristiknya
sama dari hari ke hari. Dikenal dengan pola infertil dasar. Jumlah hari
beragam, lebih lama pada siklus memanjang dan lebih cepat pada siklus
pendek. Fase ini dianggap masa tidak subur (infertil).

2. Fase praovulasi, memperhatikan perubahan dari pola infertil dasar pada


sensasi yang terjadi di vulva atau dari penampilam lendir. Perubahan
menunjukkan dimulai masa subur dalam suatu siklus. Perubahan sensasi dari
keadaan basah menjadi licin terlihat pada vulva. Jumlah lendir akan
meningkat sehingga menjadi jernih dan mudah direnggangkan, konsistensi
seperti putih telur (spinnbarkeit). Hari terakhir sensasi lendir di vulva disebut
hari puncak, pasti terjadi walau lendir tidak terlihat, disebut fase subur
maksimal. Terjadi perubahan sensasi dari kering menjadi lengket. Tiga hari
setelah hari puncak masih hari subur karena ovulasi terjadi selama 48 jam
pada hari puncak dan ovum bertahan sampai 24 jam.

3. Hari tidak subur pascaovulasi dari hari keempat setelah masa puncak berlanjut
sampai menstruasi. Menstruasi terjadi 11 - 16 hari setelah puncak.

18
Pasangan yang ingin menghindari kehamilan harus mengikuti beberapa aturan
sebagai berikut.

1. Peraturan Hari Awal


a. Hubungan seksual harus dihindari selama hari-hari perdarahan menstruasi
yang berat. Lender serviks dapat tidak terdeteksi karena ada
perdarahanmenstruasi.
b. Hubungan seksual diperbolehkkan setiap dua malam selama hasil
pengamatan menunjukkan BIP. Sehari setelah melakukan hubungan
seksual dipertimbangkan sebagai hari subur karena ada cairan semen yang
dapat menghalangi pengamatan terhadap lender.
c. Apabila terlihat perubahan di BIP, maka pasangan tidak boleh melakukan
hubungan pada hari tersebut dan hari-hari berikutnya selama masih terjadi
perubahan dan tiga hari kemudian ketika BIP kembali.
d. Biasanya perubahan dari BIP mengidentifikasikan dimulainya fase subur,
semua perubahan ini berlanjut hingga hari puncak.

2. Perturan pada Hari Puncak


Hindari hubungan seksual sampai hari keempat setelah hari puncak
diidentifikasi. Setelah fase ini sampai akhir siklus, pasangan dapat melakukan
hubungan seksual setiap hari dan kapan saja.
Catatan tentang hasil pengamatan dibuat pada bagan dengan symbol
atau gambar berwarna, merah menunjukkan perdarahan, hijau menunjukkan
masa kering, putih dengan gambar bayi menunjukkan kemungkinan masa
subur , dan kapan mereka dapat melakukan hubungan seksual selama fase
subur atau fase tidak subur pada siklus menstruasi tergantung tujuan mereka
untuk mengikuti program Keluarga Berencana.

19
E. METODE SIMTOM TO TERMAL
Anda harus mendapat instruksi untuk metode lender serviks dan suhu basal. Masa
subur dapat ditentukan dengan mengamati suhu tubuh dan lender serviks.
1. Setelah darah haid berhenti, hubungan seksual dapat dilakukan pada malam
hari pada hari kering dengan berselang sehari selama masa tak subur. Ini
adalah aturan selang hari kering (aturan awal) atau sama dengan metode
lender serviks.
2. Masa subur mulai ketika ada perasaan basah atau munculnya lender, ini
adalah aturan awal. Aturan yang sama dengan metode lender serviks yaitu
berpantang melakukan hubungan seksual sampai masa subur berakhir.
3. Pantang melakukan hubungan seksual sampai hati puncak atau aturan
perubahan suhu telah terjadi.
4. Apabila aturan ini tidak mengidentifikasikan hari yang sama sebagai hari
akhir masa subur, selalu ikut aturan yang paling konservatif, yaitu aturan yang
mengidentifikasikan masa subur yang paling Panjang.

F. METODE COITUS INTERUPTUS


Nama lain dari Coitus Interuptus adalah senggama terputus atau ekspulsi pra
ejakulasi atau pancaran ekstra vaginal atau with drawal methods atau pull-out
method. Dalam bahasa latin disebut juga interrupted intercourse. Pengertian
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah metode keluarga berencana
tradisional/alamiah, di mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari
vagina sebelum mencapai ejakulasi.
1. Cara Kerja
Alat kelamin pria (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma
tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah.

20
2. Manfaat
a. Kontrasepsi
 Menimbulkan efek jika digunakan dengan benar
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya

b. Nonkontrasepsi
 Meningkatkan keterlibatan pria dalam Keluarga Berencana
 Memungkinkan hubungan lebih dekat dengan pengertian yang sangat
dalam antara pasangan.
3. Keterbatasan
a. Efektifitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan koiyus
terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-18 kehamilan per
100 perempuan per tahun).
b. Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak
ejakulasi masih melekat pada penis.
c. Memutus kenikmatan dalam hubungan seksual.
4. Indikasi
a. Pria yang ingin berpartisipasi akyif dalam Keluarga Besar
b. Pasangan yang melakukan kontrasepsi dengan segera
c. Pasangan yang memerlukan metode sementara sambil menunggu metode
yang lain
d. Pasangan yang membutuhkan metode pendukung
e. Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.
5. Kontraindikasi
a. Pria dengan pengalaman ejakulasi dini
b. Pria yang sulit melakukan senggama terputus

21
c. Pria yang memiliki kelainan fisik atau psikologis
d. Perempuan yang mempunyai pasangan yang sulit bekerjasama
e. Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi
6. Teknik Melakukan Coitus Interuptus
1) Sebelum melakukan hubungan seksual, pasangan harus saling
membangun kerjasama dan pengertian terlebih dahulu. Keduanya harus
mendiskusikan dan sepakat untuk menggunakan metode senggama
terputus.
2) Sebelum melakukan hubungan seksual, suami harus mengosongkan
kandung kemih dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan
sperma dari ejakulasi sebelumnya.
3) Apabila merasa akan ejakulasi, suami segera mengeluarkan penisnya dari
vagina pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina.
4) Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama senggama.
5) Pastikan suami tidak terlambat melaksanakannya. Senggama dianjurkan
tidak dilakukan pada masa subur.

22
BAB IV
PENUTUP

I. Kesimpulan
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan upaya itu dapat
bersifat sementara dapat pula bersifat permanen. Pengguna kontrasepsi merupakan
salah satu variable yang mempengaruhi fertilisasi.
Metode keluarga berencana alamiah (KBA) adalah metode kontrasepsi
berdasarkan pada kesadaran untuk memulai atau mengakhiri masa kesuburan dari
siklus menstruasi perempuan. Maksudnya, cara alternatif yang dapat digunakan oleh
pasangan usia subur selain menggunakan alat atau obat. Namun masih banyak yang
belum mengetahui cara kontrasepsi dengan metode alamiah ini. Kebanyakan
pasangan usia subur lebih memilih menggunakan alat kontrasepsi dari bidan atau
dokter karena dirasa lebih aman dan tingkat kegagalannya rendah.

II. Saran
Program KB merupakan program kontrasepsi yang bertujuan untuk mengatur
atau mengendalikan populasi penduduk di Indonesia. Metode KB alamiah adalah
salah satu cara kontrasepsi. Untuk merealisasikan cara KBA ini, kita sebagai tenaga
medis harus memberikan dan menyampaikan informasi yang secara lengkap dan jelas
kepada masyarakat tentang bagaimana cara melakukan KBA, manfaat, kerugian dan
lain-lain agar masyarakat tahu dan merealisasikannya dengan benar.

23
DAFTAR PUSTAKA

Intan,Apriliani.https://www.academia.edu/8514721/KB_Alamiah

Sulistyawati,Ari.2011.Pelayanan Keluarga Berencana.Jakarta Selatan : Salemba


Medika

http://stannystuasela.blogospot.com/2014/05/makalah-kb-alamiah-
sederhana.htmlm=1

24

Anda mungkin juga menyukai