DAFTAR ISI............................................................................................................................ i
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang PKL .................................................................................................. 1
B. Maksud dan Tujuan PKL .......................................................................................... 1
C. Kegunaan PKL .......................................................................................................... 2
D. Tempat PKL ............................................................................................................. 2
E. Jadwal Waktu PKL ................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN UMUM TEMPAT PKL .......................................................................... 4
A. Sejarah Perusahaan................................................................................................. 4
B. Struktur Organisasi Perusahaan .............................................................................. 5
C. Kegiatan Umum Perusahaan................................................................................. 13
BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ..................................................... 18
A. Bidang atau Unit Kerja .......................................................................................... 18
B. Pelaksanaan PKL Kerja .......................................................................................... 19
1. Kegiatan Orientasi ............................................................................................. 19
1.1.1 Kantor SHE ................................................................................................... 20
1.1.2 Kantor PPET (Perencanaan,pengembangan, dan evaluasi tambang) .......... 21
1.1.2.1 Aktivitas Pemboraan ............................................................................. 21
1.1.2.2 Survey Lapangan ................................................................................... 22
1.1.3 Peledakaan ................................................................................................... 24
1.14 Pemuatan (loading) ....................................................................................... 33
1.1.5 Pengangkutan (hauling) ............................................................................... 33
1.1.6 Peremukan (Crushing).................................................................................. 34
C. Permasalahan yang di hadapi ............................................................................... 35
1. Latar Belakang Topik ..................................................................................... 36
2. Kajian teori .................................................................................................... 36
2.1 Pengeboran ........................................................................................... 36
i
2.2 Pola Pemboran ...................................................................................... 37
2.3 Arah Pengeboran .................................................................................. 38
2.4 Peledakaan ............................................................................................ 40
2.5 Geomteri peledakaan............................................................................ 45
2.6 Fragmentasi Hasil batuan...................................................................... 51
D. Solusi yang ditawarkan ......................................................................................... 58
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 61
A. KESIMPULAN ......................................................................................................... 61
B. SARAN ................................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 63
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
Gambar 29: proses hauling ke dumping area ................................................................... 34
Gambar 30: Pola Peledakan .............................................................................................. 38
Gambar 31: Keuntungan penggunaan Staggered Pattern ................................................ 38
Gambar 32: pengaruh gelombang pada lubang tegak dan miring terhadap lantai.......... 40
Gambar 33: pengaruh spacing terhadap penyebaran gelombang ................................... 48
Gambar 34: Geometri peledakaan.................................................................................... 51
Gambar 35: pengukuran geometri peledakaan ................................................................ 55
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I PENDAHULUAN
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi oleh setiap mahasiswa S1 (Strata-1) Program Studi Teknik Pertambangan
Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Jambi dalam menyelesaikan studinya.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu kegiatan penerapan disiplin ilmu
pengetahuan, sikap, serta keterampilan dari mahasiswa selama menempuh
pendidikan bangku kuliah. Kerja praktik ini akan menambah wawasan,
keterampilan, dan pengalaman mahasiswa berupa kerja praktik langsung di
lapangan.
Pada hakekatnya Praktek Kerja Lapangan sangat menguntungkan dan berguna
bagi mahasiswa karena memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengamati, mempelajari, dan mengaplikasikan ilmu-ilmu dan teori dalam
perkuliahan dengan dibimbing langsung oleh pembimbing lapangan, serta
menambah wawasan mengenai dunia kerja. Disamping itu mahasiwa juga dapat
melihat, mengamati, membandingkan dan sekaligus dapat menerapkan ilmu-ilmu
dan teori-teori yang didapatkan selama perkuliahan.
Dalam kegitan praktek di lapangan, mahasiswa dituntut untuk dapat
mengidentifikasikan kondisi perusahaan/instansi tempat melaksanakan praktek
industri. Bentuk kegiatan ini ditekankan pada aspek pelaksanaan pekerjaan
dilapangan. Dalam pelaksanaanya, perusahaan dapat menempatkan mahasiswa pada
suatu bagian/divisi tertentu selama pelaksanaan praktek, atau merotasikan
mahasiswa diantara berbagai bagian/divisi dalam perusahaan. Disamping untuk
mengenal dunia kerja, praktek kerja industri juga diharapkan menjadi sarana bagi
mahasiswa belajar menulis laporan dan dapat melakukan presentasi dengan baik.
1. Maksud PKL
Maksud dari dilakukannya Praktek Kerja lapangan ini adalah untuk mengetahui
kegiatan aktivitas peledakan di Perusahaan Industri serta mengetahui teknis peledakan
yang diterapkan.
1
2. Tujuan PKL
Adapun Tujuan dari praktek Kerja Lapangan ini adalah:
C. Kegunaan PKL
Adapun Kegunaan Praktek Kerja Lapangan selama di perusahaan industri
adalah
a. Mengembangkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dan mencoba
menemukan sesuatu yang belum diperoleh selama perkuliahan.
b. Terciptanya kerjasama tim (team work) antara anggota praktek kerja
lapangan, tertanam sikap kerja sama sebagai bekal di dunia kerja.
c. Melatih cara berkomunikasi yang baik agar tertanam dalam diri untuk
menghargai profesi di dunia kerja nanti nya
D. Tempat PKL
Tempat pelaksanaan Praktek Lapangan Industri ditentukan dengan
persyaratan sebagai berikut:
a. Perusahaan harus memiliki badan hukum yang serta bergerak dalam bidang
produksi atau jasa.
b. Perusahaan atau industri dalam melaksanakan kegiatan atau operasinya
memerlukan tenaga kerja dan tenaga ahli dibidang teknik atau kejuruan.
c. Perusahaan atau industri sedapat mungkin memiliki pusdiklat atau memiliki
tenaga ahli yang bisa memberikan bimbingan atau informasi kepada
mahasiswa selama mengadakan Praktek Lapangan Industri
2
d. Memiliki kegiatan atau operasi yang dilakukan oleh perusahaan, agar
mahasiswa dapat memperoleh pengalaman langsung dalam meningkatkan
pengetahuan yang diperolehnya di Program Studi Teknik Pertambangan
Universitas Jambi
Berdasarkan syarat tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan tersebut, maka
PT. Semen Padang layak sebagai tempat melaksanakan Praktek Kerja lapangan
bagi mahasiswa, dengan mengajukan proposal terlebih dahulu dan selanjutnya
diproses oleh perusahaan
3
BAB II TINJAUAN UMUM TEMPAT PKL
A. Sejarah Perusahaan
PT. Semen Padang merupakan pabrik semen tertua di Indonesia yang merupakan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terletak di Kelurahan Indarung, Kecamatan
Lubuk Kilangan yang jaraknya + 15 Km dari Pusat Kota Padang dengan ketinggian + 200
M dari permukaan laut.
Pabrik ini mulai memproduksi semen pada tahun 1913 dengan kapasitas 22.900 ton
pertahun, dan angka produksi terbesar pernah mencapai 170.000 ton pada tahun 1939.
Pada tahun 1942-1945, pabrik diambil alih oleh manajemen Asano Cement, Jepang.
Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, pabrik ini
diambil alih oleh karyawan dan diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia
dengan nama Kilang Semen Indarung.
Pada Agresi Militer I tahun 1947, diganti namanya menjadi NV Padangs Portland
Cement Maatschappij (NVPPCM). Berdasarkan PP No.50 tanggal 5 Juli 1958, tentang
penentuan perusahaan perindustrian dan pertambangan milik Belanda dikenakan
nasionalisasi, maka NV Padangs Portland Cement Maatschappij (NVPPCM)
dinasionalisasikan dan selanjutnya ditangani oleh Badan Pengelola Perusahaan Industri
Tambang (BAPPIT) Pusat dan setelah tiga tahun dikelola PP Nomor 135 tahun 1961
status perusahaan diubah menjadi (Perusahaan Negara). Akhirnya pada tahun 1971
melalui peraturan pemerintah No 7, menetapkan Semen Padang menjadi PT Semen
Padang dengan Akta Notaris 5 tanggal 4 Juli 1872. Berdasarkan SK Menteri Keuangan
Republik Indonesia No.5-326/MK.016/1995, pemerintah melakukan konsolidasi atas 3
pabrik semen milik pemerintah yaitu PT. Tonasa (PTST), PT Semen Padang (PTSP), PT.
Semen Gresik, yang teralisir pada tanggal 15 September 1995, sehingga pada saat itu PT
Semen Padang berada di bawah PT. Semen Gresik Group (Semen Gresik Group).
Pada tanggal 20 Desember 2012, melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
(RUPSLB) Perseroan, resmi mengganti nama dari PT Semen Gresik (Persero) Tbk,
menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Setelah memenuhi ketentuan hukum yang
berlaku, pada tanggal 7 Januari 2013 ditetapkan sebagai hari lahir PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk. Perseroan memiliki empat merk yang lekat di hati konsumen, yaitu Semen
Gresik, Semen Padang, Semen Tonasa dan Thang Long Cement.
4
Perseroan menguasai pangsa pasar domestik terbesar yang mencapai sekitar 44 %,
menunjukkan keunggulan reputasi yang mencerminkan kekuatan corporate dan brand
image Perseroan. Saat ini PT Semen Padang mempunyai empat pabrik produksi, yaitu
pabrik produksi Indarung II, III, IV dan V.
1. Visi Dan Misi PT Semen Padang
1.1 Visi
Menjadi perusahaan persemenan yang andal, unggul dan berwawasan lingkungan di
indonesia bagian barat dan asia tenggara.
1.2 Misi
a. Memproduksi dan memperdagangkan semen serta produk terkait lainnya yang
berorientasi kepuasan pelanggan.
b. Mengembangkan SDM yang kompeten, profesional dan berintegritas tingi.
c. Meningkatkan kemampuan rekayasa dan engineering untuk mengembangkan
industri semen nasional
d. Memberdayakan, mengembangkan dan mensinergikan sumber daya perusahaan
yang berwawasan lingkungan.
e. Meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan dan memberikan yang
terbaik kepada stokeholder
5
bertanggungjawab kepada Direktur Produksi. Departemen Tambang PT Semen Padang
terdiri atas biro-biro yang mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut (
Lampiran g):
a. Biro Penambangan
Biro ini mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menyediakan bahan
baku semen berupa batu kapur dan batu silika sesuai dengan permintaan pabrik.
Biro penambangan ini terdiri atas tiga bidang, yaitu:
1) Bidang Drilling, Blasting & Mining Service
Bidang ini mempunyai tugas dan tanggung jawab atas kegiatan
pemboran, peledakan dan pelayanan di tambang.
2) Bidang Loading & Hauling
Bidang ini mempunyai tugas dan tanggung jawab atas kegiatan
pemuatan dan pengangkutan batu kapur maupun batu silika. Bidang ini
berhubung dengan alat berat yaitu Dump Truck dan Excavator.
3) Bidang crushing & Conveying
Bidang ini mempunyai tugas dan tanggung jawab atas kegiatan
peremukan dan transfer batu kapur maupun batu silika ke storage sesuai
dengan kebutuhan pabrik.
6
c. Biro Pemeliharaan Alat Berat Tambang
Biro ini mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memelihara alat berat
tambang dan memperbaikinya jika ada kerusakan untuk mendukung kebutuhan
Departemen Tambang. Biro pemeliharaan alat berat tambang ini terdiri atas tiga
bidang yaitu:
a. Bidang Pemeliharaan Alat Berat Tambang
Bidang ini mempunyai tugas dan tanggung jawab atas pemeliharaan terhadap
Alat Berat Tambang yang bersift trouble shouting.
b. Bidang Bengkel Tambang
Bidang ini mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk pemeliharaan
terencana seluruh alat khusus yang sifatnya General Over Houl.
c. Bidang Pemeliharaan Listrik dan Instrumen Alat Berat Tambang
Bidang ini mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melakukan
pemeliharaan sistem listrik dan instrumen yang terdapat pada alat berat tambang.
7
100°26’6,56” BT sampai dengan 100°26’51,76” BT. Berikut peta lokasi untuk
daerah PT. Semen Padang.
Untuk lebih jelasnya Peta lokasi daerah PT Semen Padang dapat dilihat
pada Gambar.1 berikut ini:
sumber: google
Gambar.1 Peta Lokasi Daerah
Lokasi penambangan batu kapur ini dihubungkan dengan jalan yang telah
dibeton dan dapat dicapai dengan menggunakan kendaraanumum atau naik
kendaraan milik karyawan PT. Semen Padang.Secara geografis wilayah Indarung
mulai naik sampai kakipegununganan Bukit Barisan membujur dari Utara ke
Selatan PulauSumatera dengan ketinggian ± 200 mdpl dengan puncak
ketinggianmencapai ± 500 mdpl. Bukit Karang Putih dan daerah sekitarnya
merupakan daerah perbukitan bergelombang yang memiliki lerengcuram. Di
daerah ini mengalir beberapa sungai yaitu Batang Idas, Batang Kasuba, dan
Batang Arau. Untuk lebih jelasnya Gambar PT Semen Padang lewat foto udara
dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.
8
sumber: Dep.Tambang PT Semen Padang, 2012
Gambar.2. PT Semen Padang, Sumatera Barat
9
berdebu.Untuk jelasnya Data iklim dan curah dan curah hujan dapat dilihat pada
(lampiran H)
10
beaneka ragam. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar.3 dibawah
ini
11
sebelah Selatan daerah Bukit Karang Putih berumur kala miosen akhir. Secara
fisik sangat mengganggu kondisi batuan yang terobosannya, perubahan yang
paling menonjol dengan adanya intrusi ini adalah terlihatnya perubahan
batugamping secara berangsur-angsur menjadi marmer disekitar sumber instrusi.
Satuan batuan yang paling muda yang terdapat di Bukit karang Putih adalah
vulkanik berumur tersier-kuarter dan secara tidak selaras menutupi satuan batuan
lain yang ada sebelumnya. (Literatur Geologi PT Semen Padang, tahun 1991)
Sedangkan terjadi secara anorganik, jenis batuan gamping yang terjadi
dalam kondisi iklim dan suasana tertentu dalam air laut atau air tawar,
Magnesium, lempung dan pasir merupakan unsur pengotor pengendap bersama-
sama pada saat proses pengendapan. Apabila pengotornya Magnesium, maka
batugamping tersebut diklasifikasikanbatu dolomitan. Begitu juga apabila
pengotornya lempung makadiklasifikasikan batugamping lempungan, dan batu
gamping pasiran apabila pengotornya pasir. Batu gamping yang mengalami
metamorfosa akan berubah penampakannya maupun panas, sehingga
batugamping tersebut menjadi berbahur, seperti yang dijumpai pada marmer.
Selain itu air tanah juga sangat berpengaruh terhadap penghabluran kembali pada
permukaan batugamping sehingga terbentuk halbur kalsit. Statigrafi daerah Bukit
Karang Putih PT. Seman Padang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
12
Sumber:Departemen Tambang PT. Semen Padang, 2000.
Gambar 4. Statigrafi Bukit Karang Putih
Berdasarkan hasil conto permukaan dan inti bor di laboratorium PT. Seman
Padang dipertengahan 2010, diketahui sifat fisik batu kapur di daerah Bukit Karang Putih
sebagai berikut:
Warna: Putih susu/bening, abu-abu gelap sampai terang
Kekerasan: 3-5 skala Mohs
Belahan: Bentuk sempurna
Pecahan: kaca, bentuk earthy
Sifat dalam: dari yang keras, liat hingga brittle
Perencanaan Penambangan
Kegiatan pada Departemen Pertambangan PT Semen Padang yaitu penambangan batu
kapur dan silika untuk memasok kebutuhan bahan produksi semen di PT. Semen Padang,
metoda penambangan yang diterapkan adalah metoda tambang terbuka Quarry. Adapun
tahapan kegiatannya adalah:
a. Survey lapangan
13
Untuk merencanakan dan mempengaruhi daerah yang akan di tambang ataupun
sedang ditambang, perlu dilakukannya kegiatan survey dan pengukuran, data yang
diperoleh hasil survey dan pengukuran ini berguna nantinya untuk memetakan front
penambangan.Untuk kegiatan pengukuran ini diperlukan sebuah GPS (Global Position
System) yang terhubung dengan satelit, dan peralatan pendukung lainnya. Alat yang
digunakan di PT Semen Padang adalah GPS geodetik Untuk melakukan survey dan
pengukuran melalui GPS diharapkan dapat melalui prosedur-prosedur, yakni:
1) Cek semua perlatan
2) Tempatkan antena pada posisi yang benar.
3) Orientasikan atena kearah yang benar, dan ukur tinggi antena.
4) Cek mode pangamatan pada receiver GPS
5) Koordinat pendekatan
6) Interval data
7) Besar Maks. Angle
8) Nomor titik dan nomor proyek
9) Zona waktu
10) Waktu mulai dan selesai pengamatan
Setelah mengetahui data hasil survey pengukuran dan sistem yang efisien untuk
melakukan penambangan, perlu direncanakan trik-trik untuk melakukan penambangan
untuk meminimalisir pengeluaran sekecil-kecilnya, untuk mendapatkan produksi yang
sebesar-besarnya,Berikut ini adalah foto dari GPS Geodetik yang ada pada Gambar
digunakaan pada saat survey lapangan
14
Proses Penambangan
1) Perintisan (pioneering)
Perintisan adalah pembuatan jalan masuk untuk pembukaan daerah
penambangan baru (front baru) sampai bisa menempatkan peralatan.
Biasanya meliputi penebangan pohon dan pembersihan dari semak belukar.
2) Pembabatan (Clearing)
Pembabatan merupakan pekerjaan pengembangan yang bertujuan untuk
membersihkan daerah penambangan yang baru dari vegetasi tumbuhan pada
luas areal tertentu. Biasanya kegiatan tersebut meliputi aktivitas penebangan
pohon dan pembuangan.
3) Pengupasan (Stripping)
Pengupasan merupakan tahap untuk mengupas lapisan penutup atau
overburden (OB) pada batu kapur dengan excavator sebagai alat gali dan
muat lalu dump truck sebagai alat angkut. Karena OB banyak mengandung
silika, maka juga bisa dimanfaatkan untuk produksi.
4) Pembersihan Areal Drilling (Dozing)
Kegiatan membersihkan areal Drilling meliputi:
a) Penentuan kebutuhan lubang bor untuk permintaan produksi.
b) Menentukan lokasi pemboran untuk lubang ledak sesuai dengan
desain kemajuan lereng tambang.
c) Membersihkan areal drilling yang sudah dipastikan dengan
Buldozer.
d) Membuat titik lubang bor untuk petunjuk operator pemboran.
5) Pemboran (Drilling)
15
(1) Penentuan lokasi atau front batu kapur yang akan dibor dengan cara
menganalisa dari kemajuan lereng lokasi penambangan.
(2) Pembersihan front area yang akan dibor dengan menggunakan alat
bulldozer.
(3) Penentuan dan pengukuran posisi titik bor berdasarkan spasing dan
burdennya dengan cara membentangkan alat ukur (meteran) dan
memberi tanda titik–titik tersebut menggunakan cat semprot supaya
memudahkan operator alat bor dalam penempatan mata bornya.
(4) Pemeriksaan kelayakan berbagai komponen alat bor memeriksa
compressor, mata bor, carbulator, lampu, dan lain sebagainya.
(5) Mobilisasi alat bor ke lokasi atau front area yang akan dibor
(6) Penempatan mata bor pada titik – titik yang sudah ditandai..
(7) Mendirikan menara (rig)
(8) Menurunkan batang bor dan mulai melakukan pemboran.
(9) Penggantian mata bor berikutnya untuk mencapai kedalaman yang
telah ditentukan.
(10) Menurunkan menara (rig).
(11) Pemindahan alat bor ke titik bor berikutnya.
6. Peledakan (Blasting)
Peledakan dilakukan untuk memberaikan material batu kapur dari
bongkahannya menjadi ukuran yang lebih kecil lagi. Kegiatan peledakan diawali
dengan mengisi bahan peledak ke dalam lubang bor (charging) selanjutnya setiap
lubang dirangkai dengan pola tertentu untuk diledakkan. Batu kapur di
pertambangan PT. Semen Padang memiliki kekerasan yang tinggi. Oleh karena
itu, perlu dilakukan proses peledakan pada area batu kapur yang akan ditambang.
Setelah semua lubang ledak selesai dibor dilakukanlah proses peledakan.
Peledakan ini bertujuan untuk memberaikan, membongkar atau memecahkan
batuan yang awalnya berdimensi besar untuk diperkecil sehingga akan
mempermudah proses pemuatan, pengangkutan dan proses crushing.
Efek-efek yang akan timbul dari kegiatan peledakan harus sangat diperhatikan
seperti flying rock, debu dan getaran yang dapat mengganggu kestabilan lereng
maupun pemukiman atau bangunan-bangunan yang ada di sekitar area penambangan.
16
Agar tidak menimbulkan bahaya maka jarak aman dari kegiatan peledakan ialah 300
m untuk alat dan 500 m untuk manusia
7. Pemuatan (Loading )
8) Pengangkutan (Hauling)
Kegiatan pengangkutan adalah kegiatan yang mengangkut material
hasil peledakan langsung ke hopper crusher, Kegiatan hauling batu kapur
dilakukan pada jalur yang bergantian. Jika hari ini crusher yang beroperasi
mosher (Mobile Crusher) 2 dan LSC II maka pengangkutan menggunakan
jalur depan, dan esoknya crusher yang beroperasi adalah mosher (Mobile
Crusher) 1, LSC IIIA, dan LSC IIIB maka pengangkutan menggunakan jalur
belakang. Hal ini bertujuan untuk mengurangi atau menghindari kecelakaan
dalam bekerja dan bisa melakukan perawatan jalan tambang secara rutin.
9. Crushing&Conveying
17
sumber:dokumentasi penulis 2017
sumber:dokumentasi penulis
Gambar 7: kantor departemen tambang
Biro penambangan tersendiri terdiri atas tiga bidang dan salah satu bidang
tersebut merupakan tempat dimana Penulisi melakukan kegiatan untuk mengikuti segala
kegiatan lapangan ataupun kebutuhan data lapangan,bidang tersebut adalah bidang
Drilling, Blasting & Mining Service,bidang ini mempunyai tugas dan tanggung jawab
atas kegiatan pemboran, peledakan dan pelayanan di tambang, lebih tepatnya di kantor
bordak PT Semen Padang untuk lebih jelas nya dapat dilihat pada gambar dibawah ini
yang memperlihatkan kantor sekaligus fasilitas yang ada di kantor bordak:
18
sumber:dokumentasi penulis
Gambar 8: Kantor bordak PT Semen Padang
B. Pelaksanaan PKL Kerja
Pelakasanaan Praktek Kerja Lapangan yang sudah ditetapkan oleh Pusdiklat
PT.Semen Padang pada penulis yakni dimulai pada 02 Januari 2017 sampai 02 Maret
2017 selama kegiatan Pengalaman Lapangan Industri di Bukit Karang Putih PT. Semen
Padang, penulis mengamati dan mengikuti semua tahapan penambangan. Secara rinci
kegiatan penulis selama PKL di PT Semen Padang yaitu:
1. Kegiatan Orientasi
Kegiatan pertama kali yang penulis lakukan pada saat PKL di Departemen
Pertambangan PT Semen Padang ialah pengarahan, pengenalan mengenai perusahaan dan
pembekalan mengenai kegiatan-kegiatan di area penambangan. Untuk pengenalan
mengenai perusahaan khususnya pada Departemen Pertambangan, penulis dibekali dari
presentasi dan perencanaan untuk berkeliling guna melihat seluruh kegiatan pada area
tambang PT Semen padang, masa orientasi diberi waktu selama 5 hari,Setiap kegiatan
orientasi penulis dan rekan rekan PKL harus melapor kepada Kepala urusan atau
pengawas lapangan yang bertanggung jawab untuk menjelaskan kegiatan apa saja yang
ada disetiap bidang yang mereka control, Gambar dibawah ini menjelaskan jadwal
kegiataan yang harus dilakukan selama orientasi di PT Semen Padang
19
sumber:dokumentasi penulis
Gambar 9: Jadwal Kegiatan orientasi
20
Gambar 10: Tampak Depam Kantor SHE
21
03, Sandvik DP 1100 DM 05 dan Furukawa HCR 1500 ED II. Alat bor Reich Drill dan
Ingerssol Rand DM 30 (DM 03) adalah alat bor milik PT. Semen Padang. Alat bor
Sandvik DP 1100 DM 03, Sandvik DP 1100 DM 05 dan Furukawa HCR 1500 ED II
adalah alat bor milik PT. Inspectindo Mediatama. Tetapi pada saat melakukan Praktek
Kerja Lapangan alat bor yang alat bor yang digunakan adalah Sandvik DP 1100 DM 03,
Sandvik DP 1100 DM 05 dan Furukawa HCR 1500 ED II.untuk lebih jelasnya dapat
dilihat gambar dibawah berikut ini
sumber:dokumetasi penulis
Gambar 11: alat bor Furukawa HCR 1500 ED II
22
berupa plastik berawarna merah sebagai penanda untuk operator alat bor
membuat lobang ledak,lebih jelas nya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
sumber:dokumentasi penulis
Gambar 12: penanda titik bor
Untuk kegiataan sounding sendiri adalah kegiatan pengukuran untuk mengetahi
seberapa dalam lobang ledak yang sudah di buat oleh alat bor apakah sesuai dengan
perncanaan atau sebaliknya. Setelah dilakukan nya sounding lobang ledak yang tidak
sesuai dengan kedalaman yang tidak dinginkan akan dilakukan pengemboran ulang
sampai sesusai dengan perencanaan sebelumnya.untuk lebih jelas nya gambar dibawah ini
memperlihatkan hasil dari kegiataan sounding yang berada di salah satu front area PT
Semen Padang :
23
1.1.3 Peledakaan
Kegiataan Peledakan dilakukan untuk memberaikan material batu kapur dari
bongkahannya menjadi ukuran yang lebih kecil lagi. Kegiatan peledakan diawali
dengan mengisi bahan peledak ke dalam lubang bor (charging) selanjutnya setiap
lubang dirangkai dengan pola tertentu untuk diledakkan,bagian peledakaan memiliki
aktivitas sebelum dilaksanakan peledakan antara lain:
a. Melakukan Inspeksi Ke lokasi yang akan dilakukan kegiataan pemboraan
kegiataan ini merupakan kegiataan lanjutan dari aktivitas sounding yang akan
di check langsung oleh kepala urusan yang nanti nya akan dibuat langsung design
pola peledakan untuk aktivitas peledakaan biasanya kepala urusan memakai pola
peledakan corner cut atau row by row, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar dibawah berikut ini yang menunjukan hasil dari rangkaian sesudah inspeksi
lapangan
Sumber:dokumentasi penulis
Gambar 14: Design pola peledakan
24
bahan peledak yang terdapat di gudang handak yang harus di awasi oleh pihak
kepolisian yang sudah menjalin kerja sama dengan pihak PT Semen Padang
supaya tidak terjadi nya penyalagunaan bahan peledak, untuk jenis bahan peledak
yang diambil antara lain sebagai berikut:
a) -Ammonium Nitrate Fuel Oil (ANFO)
-Emulsion (dabex)
b) Detonator listrik
c) Booster
d) Power Gell
Sedangkan untuk tempat pengambilan bahan peledakan dapat dilihat pada
gambar di bawah berikut ini:
sumber:dokumentasi penulis
Gambar 15: Gudang Hadak PT Semen Padang
c. Peralatan Peledakaan
peralataan Peledakaan tersendiri terdiri dari
25
panjangnya minimal 500 meter. Lead wire PT. Semen Padang dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Sumber:dokumentasi penulis
Gambar 16: Lead wire
b) Blasting ohmmeter
Blasting Ohmmeter alat yang berfungsi untuk mengukurtahanan kawat
listrik pada peledakan listrik dapat di lihat pada gambar di bawah ini.
26
c) Blasting machine
Blasting Machine adalah alat pemicu pada peledakan listrik yang
berfungsi untuk penghasil arus listrik untuk peledakan listrik dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:
Sumber:Dokumentasi Penulis
Gambar 18: Blasting Machine
d) Tongkat
Berfungsi Untuk memedatkan material steaming kedalam Lubang ledak
e) Cangkul
Berfungsi untuk memasukan material steaming yang sudah disiapkan di
front area ke dalam lubang ledak
d. Perlengkapan Peledakaan
Perlengkapan peledakan yang dimaksud adalah semua bahan yang hanya
bisa dipakai 1 (satu) kali peledakaan saja,diantara lain:
Detonator Listrik
Merupakan jenis detonator yang mana penyalaannya menggunakan arus
yang dihantarkan melalui kabel khusus dan juga befungsi sebagai
penghubung atau insiasi antara nonel yang nantinya akan dihubungkan dengan
kabel lead wire yang lansung di sambungkan ke blasting machine,untuk lebih
lengkap nya bisa di lihat pada gambar dibawah ini
27
sumber:dokumentasi penulis
Gambar 19: menghubungkan lead wire ke Blasting machine
Bahan Peledak
1. ANFO
ANFO adalah singkatan dari Ammonium Nitratfuel
Oil.AN sebagai zat pengoksida dan Fuel Oil (FO) sebagai bahan
bakar. Bahan bakar yang biasa dipakai adalah solar karena solar
mempunyai viskositas relative lebih besar dibanding bahan bakar
lainya seperti bensinatau minyak tanah. Sehingga solar tidak
terserap ke dalam AN tetapi hanya menyelimuti butiran AN saja.
2. Emulsion Dabex
Emulsion Dabex merupakan produk bahan peledak dari
PT. Dahana.Pembuatan emulsion ini terdiri atas campuran air,
solar ,AN sehingga terbentuk lah yang nama nya oxol kemudian
oxol ini di campur senyawa kimia lain nya (Rahasia Perusahaan
PT. Dahana) maka dari itu terbentuklah emulsion dabex akan
tetapi tidak 100% emulsion, kandungan dari emulsion dabex
adalah yang mana perbandingan nya adalah 30% ANFO dan
70% nya adalah emulsion. densitas dabex sendiri lebih besar
dibandingkan dengan air sehingga ketika lobang ledak ber air
ataupun cuaca hujan tidak mempengaruhi peledakaan atau (miss
fire), untuk lebih jelas nya dapat dilihat pada gambar di bawah
sebagai berikut:
28
sumber:dokumentasi penulis
Gambar 20: Dabex
3. Booster
PT Semen padang memakai 2(dua) primer antara lain
booster dan power gell yang merupakaan produk dari PT
Dahana,Booster adalah bahan peka detonator yang dimasukan ke
dalam detonator kolom lubang ledak yang berfungsi sebagai
penguat energi ledak. tetapi kebanyakan untuk aktivitas
peledakaan di front produksi PT Semen padang memakai booster
sedangkan untuk front development memakai power gell Untuk
lebih jelas nya dapat dilihat pada gambar dibawah ini
29
sumber:dokumentasi penulis
Gambar 21: Booster
e. Detonator ( in hole delay)
Detonator adalah pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam bentuk letupan
(Ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek kejut terhadap bahan
peledak peka atau primer. dapat dilihat pada gambar di bawah berikut;
sumber:dokumentasi penulis
Gambar 22 : Detonator in hole delay 500 ms
f. Nonel
Nonel digunakan pada permukaan tanah sebagai pengatur delay pada
peledakan, nonel yang digunakan 17 ms, 25 ms, 42 ms, dan 67 ms, biasanya
delay yang dipakai PT semen padang untuk control delay nya adalah 17 ms
sumber:dokumentasi penulis
Gambar 23: delay 42 ms (kiri) delay 67 ms (kanan)
g. Tahap Peledakaan
Adapun tahap peledakan mulai dari awal hingga akhir diantara nya
sebagai berikut;
30
Menancapkan detonator pada booster atau power gell untuk dijadikan
primer dan dimasukkan kedalam lubang ledak, dapat pada gambar
dibawah ini
sumber:dokumentasi penulis
Gambar 24: pembuatan primer
Selain itu PT semen padang juga memakai double primer dan dan
double booster pemakaian tersebut tergantung dengan situasi dan kondisi batuan
yang ada di lapangan atau front area dapat dilihat pada gambar dibawah berikut
ini;
Sumber:Dokumentasi Penulis
Gambar 25: double primer (kiri) double booster (kanan)
31
dari dabex sendiri yang awalnya 1.25 menjadi 1.19, untuk lebih jelas nya
dapat di lihat pada gambar dibawah berikut ini
32
dengan detonator listrik di tempat insiasi yang di rencanakan, setelah itu
disambungkan dengan kabel lead wire dan dihubungkan ke blasting
machine dengan jarak yang harus jauh dari tempat peledakan sesuai
dengan SOP yaitu 200 meter dari lokasi peledakaan,sebelum diledakkan
harus di hitung kembali tahanan listrik apakah semua sudah tersambung
dengan baik atau sebaliknya pemerikasaan tahanan listrik menggunakan
alat ohm meter, setelah semua rangkain telah di pastikan terhubung satu
sama lain barulah kita melakukan peledakaan
33
Kegiatan pengangkutan adalah kegiatan yang mengangkut material hasil
peledakan ke dumping area. Kegiatan dumping batukapur dilakukan secara
bergantian. Jika crusher sedang beroperasi di loading area VII dan begitu
sebaliknya. Hal ini bertujuan untuk mengurangi atau menghindari kecelakaan
dalam bekerja. Pada Bukit Karang Putih terdapat 6 unit alat angkut. Untuk lebih
jelasnya proses pengangkutan batukapur dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
34
oleh belt conveyor ke pabrik pengolahan, sedangkan yang masih belum
memenuhi syarat pabrik direduksi kembali di LSC II.
35
peledakan aktual dengan menggunakan model kuz-ram di tambang quarry PT.Semen
Padang”
36
Rotasi- perkusi yaitu batuan dioecahkan oleh kombinasi tumbukan dan
gerakan putar yang terdiri dari:
Top Hammer
Down The Hole
2. Rectangular pattern
Pada pola rectangular pattern yaitu jarak spacing dalam satu baris lebih
besar dan pada jarak burden (lihat gambar 30)
3. staggered pattern
Merupkan pengeboran dengan pola selang seling atau zig-zag. kelebihan
dari penggunaan pola ini adalah: dapat menghasilkan distrbusi energi
peledakan yang baik, menghasilkan fragmentasi yang seragam pada
biaya peledakan rendah (lihat gambar 30)
37
Sumber: SHOTPlus-I pro
Pola Staggered ini dapat menghasilkan distribusi pengisian bahan peledak dan
energi peledakan optimum jika dibandingkan dengan kedua pola yang lainnya sehingga
akan menghasilkan fragmentasi lebih baik seperti yang terlhiat pada gambar berikut:
38
Table 2:Perbandingan penerapan pemboran tegak dan mirinig (konya,1990)
39
sumber: tamrock,1998
Gambar 32: pengaruh gelombang pada lubang tegak dan miring terhadap lantai
2.4 Peledakaan
Yang menjadi tujuan utama dari kegiataan peledakaan adalah memecah atau
membongkar batuan yang padat dan keras menjadi material yang memiliki ukuran
tertentu sehingga sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan untuk keperluan produksi
selanjutnya. teknik peledakan yang di pakai tergantung kepada tujuan peledakan dan
pekerjaan atau proses lanjutan setelah peledakaan .Agar pekerjaan peledakaan ini berhasil
dengan baik sesuai dengan yang direncanakan dan diharapkan maka perlu di perhatikan
faktor faktor sebagai berikut:
1. Karakteristik atau sifat batuan yang diledakaan
2. Sifat-Sifat bahan peldakan
3. geometri dari peledakaan
40
Granite 35-80 70-300 8-30 2.5-2.8
Basalt 20-100 50-300 6-30 2.4-2.9
Sandstone 10-40 40-150 2-15 2.2-2.7
Dolorite 40-90 100-300 8-30 2.9-3.1
Limestone 10-50 40-130 2-12 2.0-2.8
Andesite 30-60 70-150 5-15 2.5-2.8
sumber:ICI Explosive
41
2.4.1.2.1 Bidang Diskontinuiti
Keberadaan bidan lemah ini akan lebih memudahkan proses
penghancuran batuan lewat peledakaan. Dua parameter penting dalam
karakteristik bidang diskontinuiti adalah kekerapan (frequency) atau
jarak antara bidang diskontinuiti dan orientasi yang selanjutnya dibagi
kedalam dua bagian, yaitu arah kemiringan ( dip direction) dan
kemiringan (dip). Keuntungan yangn dapat diperoleh dari adanya bidang
diskontinuiti dalam massa batuan adalah pencapaian fragmentasi yang
diinginkan
42
terberai terlalu jauh)
1. Bobot isi
2. Sensitifitas
3. Ketahanan terhadap air
4. karakteristik gas peledakan
5. karakteristik keselamatan
Sedangkan sifat detonasi terdiri dari:
Kecepatan detonasi
Tekanan detonasi
Tekanan lubang tembak
Energi/kekuatan
2.4.2.1 Sifat Fisik bahan Peledak
43
2.4.2.1.2 Sensitifitas
Sensitifitas Menunjukan kemudahan bahan peledakan untuk
diinisiasi, atau lebih spesifik adalah energi minimum untuk
meledakan suatu bahan peledak. untuk membandingkan sensitifitas
berbagai macam tahan peledak perlu menggunnakan bermacam
blasting cap
2.4.2.1.3 Ketahanan Terhadap air
44
peledak apabila diledakan dalam keadaan tidak terkurung atau dalam
kedaan terbuka
2.4.2.2.2 Tekanan detonasi
Tekanan detonasi merupakan fungsi dari kecepatan detonasi dan
bobot isi suatu bahan peledak, dan itu merupakan ukuran tekanan di
dalam gelombang detonasi
2.4.2.2.3 Tekanan lubang tembak
Produsen bahan peledak umumnya memberikan keterangan
mengenai lubang tembak di dasarkan kepada pengukuran VOD
dengan muatan bahan peledak terkurung. Tekanan lubang tembak
menunjukan bahwa energi gas dari bahan peledak dan nilainya
tergantung pada
Jumlah gas yang di bangkitkan
derajat pengurungan
temperature produk reaksi kimia bahan peledak
2.4.2.2.4 Energi/kekuatan
Energi atau kekuatan ini digunakan untuk mengetahi dan mengukur
enegri yang terkandung dalam bahan peledak dan kerja yang dapat
dilakukan oleh bahan peledak tersebut. terdapat dua ukuran kekuatan
(strength) yang biasanya dapat digunakan untuk menilai bahan
peledak komersial. yaitu, weight strength adalah membandungkan
kekuatan bahan peledak atas dasar volume yang sama
45
menuju bidang bebas dan dipantulkan kembali dengan kekuatan yang cukup untuk
melampaui kuat tarik batuan sehingga akan terjadi penghancuran.
Nilai burden yang optimum akan menghasilkan fragmentasi yang sesuai dan
perpindahan dari pecahan batuan sesuai dengan yang diinginkan. Jarak burden yang
terlalu kecil dapat menyebabkan terjadinya batuan terbang dan suara yang keras.
Sedangkan jarak burden yang terlalu besar akan menghasilkan fragmentasi yang kurang
baik, dan akan menyebabkan batuan di sekitar burden tidak akan hancur.
Menurut R.L. Ash (1967) harga burden tergantung pada harga burden ratio (Kb)
dan diameter lubang bor. Besarnya burden ratio antara 20-40 dengan harga Kb
standar adalah 30. Sedangkan harga Kb standart sebesar 30 terjadi pada kondisi
sebagai berikut:
a. Densitas batuan =160 lb/cuft
b. Specific gravity bahan peledak =1,20
c. Kecepatan detonasi bahan peledak =12.000 fps
Pada kondisi batuan yang berbeda dan penggunaan bahan peledak yang berbeda,
maka harga Kb turut berubah. Untuk mengatasi perubahan angka Kb perlu
dihitung terlebihdahulu harga faktor penyesuaian pada kondisi batuan dan bahan
peledak yang berbeda
1) Faktor penyesuaian terhadap batuan (Af1) adalah:
Af1 = ] (2.5.1.1)
Dimana:
Dstd = kerapatan batuan standar, 160 lb/cuft
D = kerapatan batuan yang diledakkan
Af2 (2.5.1.2)
Di mana:
SG = berat jenis bahan peledak yang digunakan
Ve = kecepatan detonasi bahan peledak yang digunakan
SGstd = berat jenis bahan peledak standar 1,20.
Vestd = kecepatan detonasi bahan peledak standar, 12.000 fps.
46
Sehingga harga Kb yang terkoreksi adalah:
Kb = Kb standard Af1 × Af2
Di mana:
Kb = burden ratio yang telah dikoreksi
Kbstd = burden ratio standar
B= atau B = (2.5.1.3)
Di mana:
B = burden
Kb = burden ratio
De = diameter lubang ledak, inchi
39,3 = faktor perubah kedalam satuan meter
12 = faktor perubah kedalam satuan ft
2.5.2 Spacing
Spacing adalah jarak antara dua lubang ledak yang berdekatan dalam satu baris.
Besar spacing dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
S = B × Ks (2.5.2)
Di mana:
S = spacing, meter.
B = burden, meter.
Ks = spacing ratio
Spacing yang lebih kecil dari ketentuan akan menyebabkan ukuran batuan hasil
peledakan terlalu hancur. Tetapi jika spacing lebih besar dari ketentuan akan
menyebabkan banyak tejadi bongkah (boulder) dan tonjolan (stamp) di antara dua
lubang ledak setelah peledakan. Berdasarkan cara urutan peledakannya penentuan
spacing adalah sebagai berikut (Gambar33):
a. Untuk pola peledakan serentak maka S = 2B
b. Untuk pola peledakan beruntun dengan delay interval lama maka S= B
c. Untuk pola peledakan dengan miliseconddelay, maka S antara 1B sampai
2B
d. Jika terdapat kekar yang tidak saling tegak lurus, maka S antara 1,2B
sampai 1,8B
47
e. peledakan dengan pola equilateral dan beruntun tiap lubang ledak dalam
baris yang sama, S = 1,15B
Keterangan
a. Lubang
ledak
b. Daerah
yang
tidak
terkena
pengaruh
peledaka
a c n
b
c. Daerah
pengaruh
peledaka
n
sumber:koesnaryo(2010)
Gambar 33: pengaruh spacing terhadap penyebaran gelombang
2.5.3 Stemming (T)
Stemming merupakan panjang isian lubang ledak yang tidak diisi bahan peledak,
tetapi diisi material seperti tanah liat atau material hasil pemboran (cutting).
Fungsi stemming adalah:
a) Meningkatkan confining jpressure dari gas hasil peledakan.
b) Menyeimbangkan tekanan di daerah stemming.
c) Mengontrol kemungkinan terjadinya airblast dan flyrock
Untuk menghitung panjang stemming perlu ditentukan stemming ratio terlebih
dahulu (Kt), yaitu perbandingan panjang stemming dengan burden. Biasanya Kt
standar yang dipakai 0,70 dan ini cukup mengontrol airblast, flyrock dan
stressbalance. Untuk menghitung stemming dipakai persamaan:
T = B × Kt (2.5.3.1)
Dimana:
T = stemming, meter
Kt = stemming ratio (0,75 – 1,00)
Ukuran material stemming sangat berpengaruh terhadap hasil peledakan, apabila
bahan stemming terdiri dari butiran-butiran halus hasil pemboran, kurang memiliki
gaya gesek terhadap lubang ledak sehingga udara yang bertekanan tinggi akan dengan
mudah mendorong material stemming tersebut, sehingga energi yang seharusnya untuk
48
menghancurkan batuan, banyak yang hilang keluar melalui lubang stemming. Untuk
mencegahnya maka digunakan bahan yang berbutir kasar dan keras. Bahan ini
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a) Mempunyai bentuk susunan butir yang saling berkait dengan kuat.
b) Membentuk sambungan pasak dengan dinding lubang ledak, sehingga
mencegah keluarnya gas secara prematur
Ukuran material stemming sangat berpengaruh terhadap hasil peledakan, apabila
bahan stemming terdiri dari butiran-butiran halus hasil pemboran, kurang memiliki
gaya gesek terhadap lubang ledak sehingga udara yang bertekanan tinggi akan dengan
mudah mendorong material stemming tersebut, sehingga energi yang seharusnya untuk
menghancurkan batuan, banyak yang hilang keluar melalui lubang stemming Untuk
mencegahnya maka digunakan bahan yang berbutir kasar dan keras. Bahan ini
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a) Mempunyai bentuk susunan butir yang saling berkait dengan kuat.
b) Membentuk sambungan pasak dengan dinding lubang ledak, sehingga
mencegah keluarnya gas secara prematur
2.5.4 Kedalaman lubang (H)
Kedalaman lubang biasanya ditentukan berdasarkan kapasitas produksi yang
diinginkan dan kapasitas dari alat muat. Sedangkan untuk menentukan kedalaman
lubang dapat digunakan rumus sebagai berikut:
H = Kh × B (2.5.4)
H= kedalaman lubang, meter
Kh = hole depth ratio (1,5 – 4,0)
2.5.6 Subdrilling (J)
Subdrilling adalah tambahan kedalaman dari lubang bor di bawah lantai jenjang
yang dibuat agar jenjang yang dihasilkan sebatas dengan lantainya dan lantai yang
dihasilkan rata. Bila jarak subdrilling terlalu besar maka akan menghasilkan efek
getaran tanah, sebaliknya bila subdrilling terlalu kecil maka akan mengakibatkan
problem tonjolan pada lantai jenjang (toe) karena batuan tidak akan terpotong sebatas
lantai jenjangnya. Panjang subdrilling dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
J = B × Kj (2.5.6)
Di mana:
J = subdrilling, meter
Kj = subdrilling ratio (0,2 – 0,3)
49
2.5.7 Panjang Kolom Isian (PC)
Panjang kolom isian dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
PC = H – T (2.5.7)
Dimana:
PC = panjang kolom isian, meter
H = kedalaman lubang ledak, meter
T = stemming, meter
Dimana:
Pf = Powder factor (ton/kg)
50
Etot = berat bahan peledak yang digunakan (kg)
A = luas batuan yang diledakkan (m3)
51
jenis bahan peledak yang di pakai.model yang di pakai untuk memperkirakan fragmentasi
batuan adalah model kuz-ram (model yang menguhubungkan antara rumus kuznetsov
dengan rosin rammler)
Kuznetsov melakukan penelitian tentang fragmentasi. Penelitiannya ini
menghubungkan ukuran rata-rata fragmentasi dengan powder factor TNT dan struktur
geologi. Penelitian ini kemudian menjadi hal yang penting karena menunjukkan bahwa
ada hubungan di antara ukuran rata-rata fragmentasi dengan jumlah bahan peledak yang
biasa digunakan untuk batuan. Kuznetsov merumuskan hasil penelitiannya ini ke dalam
suatu persamaan seperti yang terlihat pada persamaan di bawah ini:
Xmean = A (V₀ / Q )0.8 Q 1/6 (2.6.1)
Dimana E adalah kekuatan berat relatif (Relatif Weight Strength) bahan peledak yang
dipakai, (untuk ANFO = 100).
Meskipun ukuran rata-rata fragmentasi bisa diprediksikan dengan menggunakan
persamaan-persamaan Kuznetsov dan Cunningham, akan tetapi persamaan-persamaan ini
mempunyai kelemahan, yaitu ukuran ini tidak bisa menjelaskan tentang jumlah dari
fragmen kecil dan bongkah yang dihasilkan dari peledakan. Dengan kata lain ukuran
fragmentasi rata-rata yang dihasilkan dari perhitungan dengan persamaan-persamaan
Kuznetsov dan Cunningham hanya mampu menunjukkan ukuran rata-rata dari
keseluruhan fragmen hasil peledakan dan tidak bisa menjelaskan seberapa banyak ukuran
yang kecil, besar atau bahkan bongkah yang dihasilkan dari suatu peledakan. Kelemahan
52
lain dari persamaan ini adalah ukuran rata-rata fragmentasi yang dihasilkan diperoleh
dengan merata-ratakan data dengan kisaran yang besar sehingga tentu saja tingkat
ketelitiannya menjadi berkurang.
Berdasarkan pertimbangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa apa yang
sebenarnya penting untuk diketahui adalah distribusi ukuran fragmentasi batuan sehingga
akan diperoleh gambaran mengenai ukuran fragmentasi yang diinginkan. Oleh karena itu
dibutuhkan suatu formula untuk menaksir distribusi ukuran fragmentasi batuan.
Untuk menaksir ukuran fragmentasi batuan, Rosin Ramler, memperkenalkan suatu
formula yang menggunakan parameter ukuran rata-rata fragmentasi dari Kuznetsov dan
Cunningham, sebagai berikut:
R = e –[ X / Xc ] х 100 % (2.6.3)
Spasi/burden Meningkat
53
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas dan dikembangkan dengan
persamaan Kuznetsov, maka terbentuklah suatu formula yang disebut Kuz-Ram Model.
Persamaannya adalah sebagai berikut
54
sumber:dokumentasi penulis
Gambar 35: pengukuran geometri peledakaan
Berikut merupakan hasil dari pengamatan geomteri peledakan dapat dilihat pada tabel
dibawah berikut ini (Lampiran A)
Table 7. hasil pengamatan geomteri aktual PT Semen Padang
NO Tanggal front Jumlah (De) B(m) S(m) T(m) J(m) L(m) H(m) PC(m) V(BCM)
peledakan lobang inci
1 16/01/2017 5 38 5 5 6 7 1 11 10 4 300 m3
2 18/01/2017 5 37 5 5.4 6.1 6 1 11.5 10.5 5 345.87 m3
3 20/01/2017 5 60 5 5.2 6 6 1 11.2 10.2 5 318.24 m3
4 23/01/2017 5 31 5 5 6 7 1 11.3 10.3 4 309 m3
5 31/01/2017 2 21 5 5 6 5 1 11 10 6 300 m3
6 01/02/2017 15.15 15 5 5 6.2 6 1 11 10 5 300 m3
7 03/02/2017 7 45 5 5.5 5.8 5 1 11 10 6 319 m3
8 08/02/2017 5 33 5 5 6 5 1 11.2 10.2 6 306 m3
9 09/02/2017 2 32 5 5 6 5.4 1 11.2 10.2 5.6 318,24 m3
10 10/02/2017 2 34 5 5.2 6 6 1 11 10 5 312 m3
11 13/02/2017 1 46 5 5.2 6 6.5 1 11 10 4.5 312 m3
12 17/02/2017 7 46 5 5.5 6 6 1 11 10 5 330 m3
13 20/02/2017 2 48 5 5 6.2 6 1 11 10 5 310 m3
14 21/02/2017 1 42 5 5.3 6 6 1 11 10 5 318 m3
15 22/02/2017 2 51 5 5 6 5.5 1 11.5 10.5 5.5 315 m3
16 23/02/2017 2 42 5 5.2 6 6 1 11.3 10.3 5 321.36 m3
17 24/02/2017 2 38 5 5 6 6 1 11 10 5 300 m3
18 25/02/2017 2 50 5 5.3 6.3 6 1 11 10 5 330.39 m3
19 27/02/2017 1 24 5 5 6 6 1 11 10 5 300 m3
20 28/02/2017 1 33 5 5 6 6 1 11 10 5 300 m3
55
Total 766 100 102.8 120.6 118.4 20 222.2 202.2 101.6 6.265.1 m3
Rata-Rata 38.3 5 5.14 6.03 5.92 1 11.11 10.11 5.08 313.26 m3
sumber: lampiran
Pada tabel diatas di dapatkan data sebanyak dua puluh data yang langsung di cari nilai
distribusi rata rata dari geomerti tersebut dan didapatkan hasil sebagai berikut:
Jumlah (De) B(m) S(m) T(m) J(m) L(m) H(m) PC(m) V(BCM)
lobang inci
766 100 102.8 120.6 118.4 20 222.2 202.2 101.6 6.265.1 m3
38.3 5 5.14 6.03 5.92 1 11.11 10.11 5.08 313.26 m3
keterangan :
: jumlah
No Y (%)
Tanggal front
(cm) (cm) 60 cm 80cm 100cm 60cm 80cm 100 cm
: Rata-Rata
Dari data tersebut dijelaskan bahwa PT Semen padang memakai burden 5 (lima) m
dan spasing 6 (enam) m, Dengan berarti skala produksi PT Semen Padang adalah besar
dan juga menyesuaikan dari muatan bahan peledak sendiri dengan kapasitas 90
kg/lobangnya sedangkan untuk nilai steaming dengan rata rata nilai steaming 6 (enam)
m dari kedalaman lobang 11 (sebelas) m, dengan berarti kemungkinan fly rock sangatlah
kecil dikarenakan panjang nya steaming bisa meminimalisirkan terjadinya fly rock dan
juga bisa meredam gas yang dihasilkan dari bahan peledak itu sendiri dari hasil geometri
tersebut juga dijelaskan bahwa nilai dari PC lebih kecil dibandingkan dengan panjang
nya kolom steaming, ini berarti besar kemungkinan bongkahan akan lebih banyak terjadi
untuk lebih jelasnya penulis mencari nilai distribusi dari fargemntasi tersebut dan
didapatkan nilai distribusi fragmentasi,untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table
dibawah berikut:
56
1 16/01/2017 5 56.4 1.12 72.60 44.59 32.79 23.88 55.41 67.21 74.78
2 18/01/2017 5 63.2 1 91.19 51.78 41.15 33.39 48.22 58.42 66.61
3 20/01/2017 5 59.1 1 85.28 49.48 39.14 30.96 50.52 60.86 69.04
4 23/01/2017 5 57.7 1 83.26 48.24 38.2 30.09 51.36 61.74 69.91
5 31/01/2017 2 56.4 1.1 81.38 47.84 37.41 29.26 52.16 62.58 70.74
6 01/02/2017 15.15 56.4 1 81.38 47.84 37.41 29.26 52.16 62.58 70.74
7 03/02/2017 7 59.2 1 85.42 49.54 39.20 31.20 50.46 60.80 68.98
8 08/02/2017 5 57.3 1.1 79.97 47.20 36.77 28.64 52.78 63.23 71.36
9 09/02/2017 2 59.1 1 85.28 49.48 39.14 30.96 50.52 60.86 69.04
10 10/02/2017 2 58.2 1 83.98 48.95 38.57 30.40 51.05 61.43 69.60
11 13/02/2017 1 58.2 1 83.98 48.95 38.57 30.40 51.05 61.43 69.60
12 17/02/2017 7 60.8 1 87.73 50.46 40.18 31.39 49.54 59.82 68.01
13 20/02/2017 2 57.9 1 83.54 48.76 38.38 30.21 51.24 61.62 69.79
14 21/02/2017 1 59.1 1 85.28 49.48 39.14 30.96 50.52 60.86 69.04
15 22/02/2017 2 58.6 1 84.55 49.18 38.82 30.64 50.82 61.68 69.36
16 23/02/2017 2 59.6 1 86 49.77 39.45 31.26 50.23 60.55 68.74
17 24/02/2017 2 56.4 1 81.38 47.84 37.41 29.26 52.16 62.58 70.74
18 25/02/2017 2 60.9 1 87.87 50.52 40.23 32.04 49.48 59.77 67.98
19 27/02/2017 1 56.4 1.1 81.38 47.84 37.41 29.26 52.16 62.58 70.74
20 28/02/2017 1 56.4 1.1 81.38 47.84 37.41 29.26 52.16 62.58 70.74
Rata-Rata 58.35 1.02 83.64 48.77 38.39 30.13 51.2 61.65 69.77
sumber: lampiran
57
Penulis pun mencoba mengkaitkan hasil fragmentasi dengan powder factor dari suatu
peledakan tersebut berdasarkan data geomteri aktual dan untuk nilai distribusi powder
factor berdasarkan data aktual dapat dilihat pada tabel dibawah berikut ini (lampiran C)
Table 9: Nilai powder factor dari data aktual
Dari kedua table di atas dijelaskan bahwa ada keterkatian antara powder factor dan
juga hasil bongkahan yang bepresentase boulder,Nilai distribusi rata rata powder factor
58
adalah 0.10 kg/ton dengan presentase bongkahan 30 % untuk ayakan 100 cm berarti dapat
disimpulkan bahwa peledakan yang dilakukan sangat lah ekonomis akan tetapi kurang
efektif karena masih banyak nya batuan di atas 100cm yang butuh penangan lebih lanjut
seperti secondary blasting atau rock bracker dan juga tidak dapat masuk nya batuan ke
crusher sehingga memperlambat produktivitas dari crusher sendiri Karena banyak nya
bongkahan,menurut data yang sudah ada dijelaskan bahwa semakin besar nilai powder
factor suatu operasi peledakan maka akan semakin kecil pula presentase bongkahan yang
akan dihasilkan, akan tetapi dengan banyak nya powder factor akan membuat peledakan
tidak ekonomis dan banyak nya biaya yang akan dikeluarkan hanya untuk aktivitas
peledakaan
oleh sebab itulah dilakukan nya distribusi fragemntasi hasil peledakaan dengan
menggunakan model kuz-ram. sedangkan untuk menghitung geomteri peledakaan secara
teoritis menggunakan rumus dari RL-ash (lampiran D)
Dari keempat pengaruh burden dan spacing dari table diatas menunjukan bahwa nilai
4.74 x 5.6 mengurangi 5% dari hasil bongkahan menurut data aktual yaitu sebesar 30%
akan tetapi itu belum lah cukup untuk menghasilkan solusi oleh Karena itu dilakukan nya
59
lah pendekataan nilai distriibusi dengan menambah berat dari suatu bahan peledakaan dan
menambahkan nya kolom isiian pc dari yang sebelumnya
penulis mencoba mengkaitkan jumlah bahan peledak terhadap hasil fragmentasi suatu
peledakan sehingga dari berat awal yaitu sebesar 90kg menjadi 107 kg per lubang ledak
dengan memakai geomterti teoritis di atas, maka hasilnya dapat dilihat dibawah berikut
ini
Dari table diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah bahan peledak mempengaruhi
hasil dari fragmentasi,bila dilihat lagi dengan perpaduan antara geomterti teoritis dengan
ditambah nya jumlah bahan peledak dan di bandingkan dengan data aktual maka
didapatkan penurunan hasil bongkahan sebesar 11.19 dengan powder factor 0.14 kg/ton
jadi penulis mempertimbangkan powder factor agar peledakan tetap ekonomis dengan
mengacu pada hasil fragmentasi menggunakan data aktual,oleh Karena itu penulis
memberikan solusi agar proses peledakan tetap ekonomis dan efektif yaitu sebagai
berikut
PC 7.2
E/lobang 107kg
Steaming 3.8 m
60
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
61
4. Untuk Ilmu pengetahuan yang didapatkan di PT Semen padang sangat
bermanfaat dan banyak sekali wawasan yang baru akan dunia pertambangan
yang mungkin nanti dapat di aplikasikan ataupun di tularkan baik di kampus
maupun didunia kerja lainnya
B. SARAN
62
DAFTAR PUSTAKA
63