574 1885 1 PB PDF
574 1885 1 PB PDF
Abstrak
Laringoskopi dan intubasi merupakan tindakan rutin yang berisiko menyebabkan respons kardiovaskular
berupa peningkatan tekanan darah dan laju denyut jantung terutama pada pasien risiko tinggi seperti
kelainan jantung. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas MgSO4 30 mg/kgBB intravena dibanding
dengan fentanil 2 mcg/kgBB intravena dalam menekan respons kardiovaskular pada tindakan laringoskopi
dan intubasi sehingga dapat menjadi obat altenatif. Penelitian ini dilakukan secara uji klinis acak terkontrol
tersamar ganda terhadap 42 pasien dengan status fisik American Society of Anesthesiologist (ASA) I–II yang
dilakukan operasi dengan anestesi umum intubasi trakea di RSUP Sanglah Denpasar Bali pada Agustus–
September 2014. Subjek dibagi menjadi dua kelompok, MgSO4 30 mg/kgBB (n=21) dan fentanil 2 mcg/kgBB
(n=21) secara acak. Perubahan tekanan darah dan laju denyut jantung yang terjadi sebelum dan setelah
tindakan dicatat sebagai data penelitian. Data penelitian dianalisis dengan uji repeated ANOVA, dengan
p<0,05 dianggap bermakna. Analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna
antara kedua kelompok perlakuan. Simpulan, pemberian MgSO4 30 mg/kgBB sama efektif dengan fentanil 2
mcg/kgBB dalam menekan respons kardiovaskular pada tindakan laringoskopi dan intubasi.
Korespondensi: Yehezkiel, dr., Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar,
Jl. Kesehatan No 1, Denpasar, Mobile 081236708037, Email jckece@yahoo.com
87
88 Jurnal Anestesi Perioperatif
Laringoskopi dan juga intubasi trakea adalah Penelitian ini telah melalui kelaikan etik No.
tindakan yang rutin dalam pengelolaan jalan 1207/UN.14.2/Litbang/2014 dan juga telah
napas pada tindakan anestesia umum. Dari mendapatkan izin dari direktur Sumber Daya
48,6% pasien yang menjalani anestesia umum, Manusia dan Pendidikan Rumah Sakit Umum
72,2% dikelola dengan tindakan laringoskopi Pusat (RSUP) Sanglah. Tipe penelitian ini adalah
dan juga intubasi. Tindakan ini menimbulkan penelitian eksperimental melalui uji klinis
respons kardiovaskular berupa perubahan rancangan acak terkontrol buta ganda (double
hemodinamik.1,2 Laringoskopi serta intubasi blind randomize controlled trial) terhadap
trakea meningkatkan aktivitas simpatis yang pasien yang menjalani operasi dalam anestesia
meningkatkan tekanan darah dan juga denyut umum dengan intubasi trakea di Rumah Sakit
jantung.2 Perubahan hemodinamik mungkin Umum Pusat Sanglah Denpasar Bali, periode
tidak memberikan konsekuensi bahaya bagi Agustus–September 2014. Kriteria inklusi
orang sehat, namun dapat berbahaya pada adalah pasien usia 18 hingga 55 tahun, status
pasien berisiko tinggi seperti pasien dengan fisik American Society of Anesthesiologist (ASA)
hipertensi, peningkatan tekanan intrakranial, 1 dan 2, serta operasi elektif dengan anestesia
dan masalah jantung.3 umum dan intubasi. Kriteria eksklusi adalah
Fentanil merupakan opioid sintetik turunan pasien tidak mengikuti prosedur penelitian,
fenilpiperidin, agonis reseptor miu, digunakan tindakan bedah saraf, bedah jantung, body
untuk menekan respons karidovaskular saat mass index (BMI) <18,9 kg/m2, BMI >24,9 kg/
tindakan laringoskopi serta intubasi,4 namun m2, alergi terhadap MgSO4 dan anti-inflamasi
pemberian fentanil diikuti dengan risiko efek nonsteroid, riwayat gangguan fungsi ginjal dan
samping seperti mual, muntah, serta depresi hati, serta ketergantungan pada alkohol. Besar
napas yang berbanding lurus dengan dosis.4 sampel ditentukan berdasarkan formula uji
Hambatan lain adalah harga yang relatif mahal hipotesis 2 (dua) rata-rata, didapatkan jumlah
dan sulit diperoleh karena ketatnya peraturan sampel 17 orang untuk tiap kelompok. Analisis
pemerintah pada distribusi obat ini. statistika data hasil penelitian menggunakan
Magnesium sulfat atau MgSO4 merupakan uji repeated ANOVA, uji chi-kuadrat, serta Uji
obat yang murah dan mudah didapatkan, juga Mann-Whitney. Data disajikan dalam bentuk
dikenal memiliki kemampuan untuk menekan tabel mean dan juga distribusi frekuensi, serta
respons kardiovaskular. Magnesium sulfat dianalisis memakai program statistical product
bekerja sebagai antagonis alami kalsium serta and service solution (SPSS) 17 for windows.
antagonis nonkompetitif reseptor N-methyl- Subjek dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
D-aspartate atau NMDA,5,6 serta menghambat kelompok MgSO4 (kelompok M) mendapatkan
banyak respons yang dimediasi oleh kalsium, MgSO4 intravena 30 mg/kgBB dan kelompok
seperti pelepasan katekolamin dari kedua fentanil (kelompok F) mendapatkan fentanil
kelenjar adrenal dan terminal saraf adrenergik intravena 2 mcg/kgBB. Randomisasi dilakukan
perifer dalam merespons stimulasi simpatis. secara blok permutasi. Sebelum operasi, saat
Magnesium sulfat memiliki sifat vasodilatasi di ruang perawatan semua subjek penelitian
sehingga diperkirakan efektif dalam menekan diperiksa kadar magnesium (Mg) dan kalsium
respons kardiovaskular pada laringoskopi dan (Ca) dalam darah sebagai data awal, lalu saat
intubasi trakea.6–9 di ruang persiapan pasien dipasang kateter
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui intravena ukuran 18G, lalu diberikan cairan
efektivitas pemberian MgSO4 30 mg/kgBB kristaloid 10 mL/kgBB sebagai pengganti
intravena dibanding dengan fentanil 2 mcg/ puasa. Kedua kelompok mendapat premedikasi
kgBB intravena dalam menekan respons midazolam 0,05 mg/kgBB dan ondansetron
kardiovaskular pada saat laringoskopi serta 0,15 mg/kgBB, lalu 5 menit sebelum masuk
intubasi. ruang operasi pasien mendapat perlakuan
sesuai kelompok. Kelompok M mendapatkan laringoskopi dan intubasi trakea pada menit
MgSO4 30 mg/kgBB yang diencerkan menjadi ke-5. Selanjutnya dilakukan pencatatan TDS,
20 mL dan kelompok F mendapat fentanil 2 TDD, TAR, dan LDJ pada menit ke-1, 3, 5, dan
mcg/kgBB yang diencerkan menjadi 20 mL 10 setelah tindakan laringoskopi dan intubasi,
lalu dibolus selama 5 menit mempergunakan serta memeriksakan kadar Ca dan Mg darah
syringe pump. Saat di ruang operasi, pasien pascaoperasi. Pada kedua kelompok, anestesia
diposisikan terlentang kemudian dipasang dipelihara sesuai dengan kebutuhan operasi
alat pantau. Data hemodinamik awal berupa pasien dan analgetik pascabedah diberikan
tekanan darah sistol (TDS), tekanan darah sesuai kebutuhan pasien.
diastol (TD), tekanan arteri rata-rata (TAR),
dan juga laju denyut jantung (LDJ) dicatat di Hasil
lembar penelitian oleh pemantau. Tindakan
anestesia dimulai dengan melakukan tindakan Secara statistik tidak ada perbedaan bermakna
preoksigenasi dengan oksigen 100% selama pada jenis kelamin, usia, berat badan, tinggi
tiga menit. Selanjutnya, dilakukan induksi badan, indeks massa tubuh, dan status fisik ASA
menggunakan propofol target control infusion (p>0,05) sehingga kedua kelompok penelitian
(TCI) model Schnider, target konsentrasi efek adalah sebanding (Tabel 1). Perbandingan
4 mcg/mL sampai nilai IoC 50±5. Kebutuhan respons kardiovaskular berupa perubahan
propofol yang diperlukan pada saat induksi hemodinamik saat tindakan laringoskopi dan
dicatat, kemudian diberikan pelumpuh otot intubasi yang dicatat, yaitu TDS, TDD, TAR,
atracurium 0,5 mg/kgBB. Suplemen analgesia dan LDJ, secara statistika tidak ada perbedaan
diberikan ketorolak 0,5 mg/kgBB intravena. bermakna antara kedua kelompok perlakuan
Ventilasi tekanan positif diberikan melalui (p>0,05; Tabel 2). Perubahan pada konsentrasi
sungkup muka menggunakan oksigen 100% 12 Mg dan Ca pada kedua kelompok perlakuan
kali per menit setelah tidak bernapas. Setelah menunjukkan peningkatan kadar Mg yang
onset pelumpuh otot tercapai dalam 3 sampai bermakna pada kelompok M (p<0,05), namun
5 menit, dilakukan pencatatan TDS, TDD, TAR, masih dalam kadar normal serta didapatkan
dan LDJ oleh pemantau, kemudian dilakukan penurunan kadar Ca yang bermakna pada
kelompok M (p<0,05) yang juga masih dalam tekanan darah. Hal ini dikarenakan MgSO4
batas normal (Tabel 3). bekerja sebagai antagonis kalsium sehingga
Seluruh subjek penelitian tidak ada yang menghambat respons yang dimediasi kalsium
mengalami efek samping depresi pernapasan. seperti kerja reseptor NMDA, pelepasan
Kejadian efek samping berupa vertigo secara katekolamin, ataupun efek vasodilatasi dari
akumulasi lebih banyak terjadi pada kelompok ion magnesium, atau juga efek dari gabungan
F, namun efek samping tersebut tidak berbeda semuanya.7–9 Respons kardiovaskular yang
bermakna secara statistika (p>0,05; Tabel 4). disebabkan oleh katekolamin tidak terjadi dan
efek vasodilatasi pembuluh darah menambah
Pembahasan kuat penekanan respons kardiovaskular yang
disebabkan tindakan laringoskopi dan juga
Hasil pengukuran tekanan darah dan juga intubasi sehingga tampak TDS, TDD, TAR, dan
laju denyut jantung menunjukkan perbedaan LDJ pada kelompok M lebih stabil.8–10
pada kedua kelompok perlakuan. Kelompok Kadar magnesium serum pascaoperasi
perlakuan M tampak lebih baik dalam menekan pada kelompok M meningkat signifikan dan
respons kardiovaskular berupa peningkatan secara statistika peningkatan kadar Mg pada
Tabel 3 Perbandingan Perubahan Kadar Magnesium dan Kalsium antara Kedua Kelompok
MgSO4 Fentanil
Variabel Nilai p
(n=21) (n=21)
Kadar magnesium (mg/dL) 0,001
Sebelum perlakuan 2±0,2 2±0,2
Sesudah perlakuan 2,2±0,3 1,8±0,2
Kadar kalsium (mg/dL) 0,011
Sebelum perlakuan 9,1±0,6 9,1±0,4
Sesudah perlakuan 8,5±0,4 8,7±0,5