Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
terhadap pembaca.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
medis, penggunaan alat pelindung diri dan lain sebagainya. Selain terhadap pekerja
rumah sakit juga “concern” keselamatan dan hak-hak pasien, yang masuk kedalam
kesehatan kerja di tempat kerja, pedoman ini juga mengambil dari beberapa sumber
“best practices” yang berlaku secara Internasional, seperti National Institute for
Occupational Safety and Health (NIOSH), the Centers for Disease Control (CDC),
Protection Agency (EPA), dan lainnya. Data tahun 1988, 4% pekerja di USA adalah
petugas medis. Dari laporan yang dibuat oleh The National Safety Council (NSC),
41% petugas medis mengalami absenteism yang diakibatkan oleh penyakit akibat
kerja dan injury, dan angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan sektor industri
memperlihatkan bahwa injury yang terbanyak adalah needle sticks injury (63%)
diikuti oleh kejadian lain seperti luka dan tergores (21%). Selain itu pekerja di rumah
sakit.systems.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban
jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat
akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan
kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka
kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa
penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada
Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang
sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau
kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya.
Salah satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah
tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani
semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya
orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit
(RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya
yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku
langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung RS.
RS.
bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan
gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut
di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para
peralatan listrik maupun peralatan kesehatan. Secara garis besar bahaya yang
dihadapi dalam rumah sakit atau instansi kesehatan dapat digolongkan dalam :
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar
3. Bahaya radiasi .
4. Luka bakar .
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam .
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 2008 menunjukkan bahwa
terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang
sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka
bakar, dan penyakit infeksi dan lain-lain. Sejumlah kasus dilaporkan mendapatkan
bruising : 11%; cuts, laceration, punctures: 10.8%; fractures: 5.6%; multiple injuries:
2.1%; thermal burns: 2%; scratches, abrasions: 1.9%; infections: 1.3%; dermatitis:
Statistics, 1983).
diantara 813 perawat, 87% pernah low back pain, prevalensi 42% dan di AS, insiden
menghabiskan biaya kompensasi terbesar, yaitu lebih dari 1 milliar $ per tahun.
Khusus di Indonesia, data penelitian sehubungan dengan bahaya-bahaya di RS
belum tergambar dengan jelas, namun diyakini bahwa banyak keluhan-keluhan dari
Selain itu, tercatat bahwa terdapat beberapa kasus penyakit kronis yang
penyakit ginjal dan saluran kemih (69% wanita), dermatitis dan urtikaria (57%
diderita petugas RS lebih besar 1.5 kali dari petugas atau pekerja lain, yaitu penyakit
infeksi dan parasit, saluran pernafasan, saluran cerna dan keluhan lain, seperti sakit
telinga, sakit kepala, gangguan saluran kemih, masalah kelahiran anak, gangguan
pada saat kehamilan, penyakit kulit dan sistem otot dan tulang rangka. Dari berbagai
dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3 RS perlu dikelola dengan baik.
tesebut menjadi :
A. Planning (perencanaan)
B. Organizing (organisasi)
C. Actuating (pelaksanaan)
D. Controlling (pengawasan)
a) Planning/ (Perencanaan)
Dalam hal ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit dan
c. Mengapa mengerjakan
kesehatan.
b) Organizing/ (Organisasi)
kesehatan dapat dibentuk dalam beberapa jenjang, mulai dari tingkat rumah sakit
Keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini baik secara langsung atau tidak
terkait dalam organisasi ini di tingkat pusat (nasional) dan tingkat daerah
tingkat daerah (wilayah) dan tingkat pusat (nasional) perlu dibentuk Komisi
Keamanan Kerja rumah sakit / instansi yang tugas dan wewenangnya dapat
berupa :
kesehatan .
kesehatan .
5. mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari suatu rumah
6. Dan lain-lain.
Perlu juga dipikirkan kedudukan dan peran organisasi /Cermin Dunia
organisasi keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan ini.
Anggota organisasi profesi atau seminar yang terkait dengan kegiatan rumah
c) Actuating/ (Pelaksanaan)
yang akan menjadi aktivitas yang kompak (sinkron), sehingga semua aktivitas
sasarannya ialah tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk itu setiap individu
yang bekerja maupun masyarakat dalam rumah sakit / instansi kesehatan wajib
mengetahui dan memahami semua hal yang diperkirakan akan dapat menjadi
sumber kecelakaan kerja dalam rumah sakit / instansi kesehatan, serta memiliki
keputusan penyelesaiannya.
d) Controlling/ (Pengawasan)
pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang
pokok, yaitu :
a. Adanya rencana
sia-sia bila peraturan diabaikan. Dalam rumah sakit / instansi kesehatan perlu
kesehatan.
kecelakaan.
6. Dan lain-lain.
D. Penegakan Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah sakit (K3RS)
keselamatan dan kesehatan. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05/Men. 2006 juga
mengatur bahwa setiap perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 100 orang atau
lebih dan atau yang mengandung potensi bahaya wajib menerapkan sistem
sarana kesehatan, kondisi fisik rumah sakit dapat membahayakan pasien, keluarga,
serta pekerja. Jika tidak dikelola, rumahsakit tidak terhindar dari kebakaran,
Ringkasan studi tentang penerapan K3RS di bawah ini bisa dijadikan kasus
itu, paling banyak adalah peraturan menteri (9 buah) dan belum ada sama sekali
peraturan daerah. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat sendiri tidak memiliki
kesehatan bahkan tidak memiliki satu staf yang mengurusi bidang ini. Tidak ada tim
khusus K3RS. Penjabaran dari regulasi tersebut oleh pemerintah daerah dalam
bentuk peraturan daerah belum ada sama sekali. Padahal mengacu pada PP No. 25
tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan propinsi sebagai otonom maka
melaksanakan apa yang menjadi keputusan pusat dan barang kali karena keputusan
Pelaksanaan K3RS pada masa yang lalu ditekankan dengan pola pembinaan
dinas kesehatan. Kebijakan kita selama ini dalam bidang kesehatan dan
rumahsakit dalam penelitian ini, kebetulan swasta, bisa menjadi contoh karena
pelanggan yang sudah makin kritis. Sifat kesukarelaan seperti ini bagi rumahsakit
pemerintah dan swasta lokal bisa berakibat buruk. Pemerintah dalam hal ini dinas
kesehatan mau tidak mau perlu membuat tekanan dari luar agar kesehatan dan
mengawasi pelaksanaan K3RS, diikuti dengan tindakan sanksi bagi yang tidak
menerapkannya. Lebih tegas, perlindungan publik dan pekerja seperti ini harus
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja
Bahaya yang dihadapi dalam rumah sakit ; Bahaya kebakaran dan ledakan
dari zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak (obat– obatan), Bahan beracun,
korosif dan kaustik , Bahaya radiasi , Luka bakar ,Syok akibat aliran listrik ,Luka
sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam & Bahaya infeksi dari kuman,
B. Saran
secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2008 Indonesia menempati
posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi
tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian instansi itu sendiri, pemerintah juga
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak
lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan
kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja pelayanan kesehatan. Semakin
kecelakaan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
sakit, Jakarta.:Depkes RI
http://feris-inolva.blogspot.co.id/
MAKALAH
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Disusun oleh :
KURNIA
MAKALAH
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Disusun oleh :
FERLI CAHYA HERMAWAN
MAKALAH
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Disusun oleh :
TATANG TASLIMAN
MAKALAH
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Disusun oleh :
KHOIRUNISA