Anda di halaman 1dari 22

nalisa vitamin C metode iodimetri untuk sample cair (sari buah)

Vitamin C atau disebut asam askorbat mempunyai berat molekul 178 dengan
rumus molekul C6H8O6. Dalam bentuk kristal tidak berwarna, titik cair 190-192 oC.
bersifat larut dalam air sedikit larut dalam aseton atau alkohol yang mempunyai
berat molekul rendah.

Vitamin C sukar larut dalam chloroform, ether, dan benzene. Pada pH rendah
vitamin C lebih stabil daripada pH tinggi. Vitamin C mudah teroksidasi, lebih-lebih
apabila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim askorbat oksidase, sinar, temperatur yang
tinggi.

Dasar :
Kadar vitamin C yang ditetapkan secara iodimetri menggunakan iod sebagai
penitar. Vitamin C bersifat reduktor kuat akan dioksidasikan oleh I 2 dalam suasana
asam dan I2 tereduksi menjadi ion iodide. Indikator yang digunakan adalah amilum
dengan titik akhir biru.
Alat :
• Neraca analitik
• Sendok plastik
• Labu ukur 100 mL
• Botol semprot
• Pipet tetes
• Pipet ukur 25 mL
• Erlenmeyer 250 mL
• Buret 25 mL
• Bulp
• Beaker glass
• Batang pengaduk

Bahan :
• Sample sari buah
• Aquadest
• Larutan I2 0,01 N
• Indicator amilum 1 %

Cara Kerja :
1. Sample ditimbang sebanyak 5 g dan masukan kedalam labu ukur 100 mL.
2. Sample diencerkan dengan menggunakan aquadest sampai tanda batas,
kemudian dikocok sampai homogen.
3. Larutan sample dipipet sebanyak 25 mL dan masukan kedalam Erlenmeyer 250
mL, kemudian ditambahkan indikator amilum 1% sebanyak 1 mL.
4. Titrasi dengan larutan I2 0,01 N sampai terjadi perubahan warna menjadi biru.
Rumus Perhitungan :

Kadar Vit. C = Vp x Mp x BE Vit. C x 100 x Bobot rata –rata x 100%


http://sarjanapangan.blogspot.co.id/2011/12/analisa-vitamin-c-metode-iodimetri.html

UDUL PERCOBAAN
Judul percobaan ini adalah penentuan kadar vitamin C.
B.TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui cara menentukan kadar vitamin C pada
suatu sampel.
C. LANDASAN TEORI
Tubuh manusia dan binatang golongan primate tidak dapat mensintesis vitamin C,
sehingga vitamin C harus disuplay makanan sehar-hari. Adanya asam aksorbat
makanan, membantu penyerapan besi dalam intestine, karena besi makanan umumnya
membentuk ion ferri sedangkan besi diserap berbentuk ion ferro. Dalam tubuh, asam
askorbat diubah menjadi asam oksalat, asam oksalat dieksresi ginjal, oksalat tersebut
dinamakan “oksalat endogen”. Garam Ca-oksalat sangat sukar larut, sehingga
memungkinkan dibentuknya “batu ginjal” (Hardjasasmita, 1992 : 91).
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul
C6H8O6. Dalam bentuk Kristal tidak berwarna, titik cair 190-192oC. Bersifat larut
dalam air sedikit larut dalam aseton atau alcohol yang mempunyai berat molekul
rendah. Vitamin C sukar larut dalam kloroform, eter, benzene. Pada pH rendah vitamin
C lebih stabil daripada pH tinggi. Vitamin C mudah teroksidasi, lebih-lebih apabila
terdapat katalisator Fe, Cu, enzim askorbat, sinar, temperature yang tinggi. Larutan
encer vitamin C pada pH kurang dari 7,5 masih stabil apabila tidak ada katalisator
diatas. Oksidasi vitamin C akan terbentuk asam dihidroaskorbat.
Vitamin C dengan iod akan membentuk ikatan dengan atom C nomor 2 dan 3 sehingga
ikatan rangkap hilang (Sudarmadji, 1996 : 165).

Peranan utama vitamin C adalah dalam pembentukan kalogen interseluler. Kalogen


merupakan senyawa protein yang banyak terdapat dalam tulang rawan, kulit bagian
dalam tulang, dentin, vaskulair endothelium. Asam askorbat sangat penting
peranannya dalam proses hidroksilasi dua asam amoni prolin dan lisin menjadi
hidroksi prolin dan hidroksilisin. Peranannya adalah dalam proses penyembuhan luka
serta daya tahan tubuh melawan infeksi dan stress. Diperkirakan vitamin C perperan
juga dalam pembentukan hormone steroid dari kolesterol (Winarno. 2004 : 132).

Sumber vitamin C adalah sayuran berwarna hijau, buah-buahan (perlu diketahui bahwa
rasa asam pada buah tidak selalu sejalan dengan kadar vitamin C dalam buah tersebut,
karena rasa asam disebabkan oleh asam-asam lain yang disebabkan oleh buah
bersama dengan vitamin C). Vitamin C dapat hilang karena hal-hal seperti :

 Pemansan, yang menyebabkan rusak/berbahayanya struktur


 Pencucian sayuran setelah dipotong-potong terleih dahulu.
 Adanya alkali atau suasana basa selama pengolahan.
 Membuka tempat berisi vitamin C sebab oleh udara akan terjadi oksidasi yang tidak variable.
Penambahan tomat atau jeruk nipis dapat mengurangi kadar vitamin C. pemanasan
sayuran hendaknya dilakukan sebentar saja dengan mendidihkan airnya terlebih
dahulu (Poedjiadi, 1994 : 411).

Kekurangan vitamin yang dapat larut air ini dapat memberikan gejala gangguan
pewarnaan pada kulit, perdarahan gusi, mengurangi kadar asam urat. Sehingga pada
kondisi tersebut disarankan untuk mengkonsumsi vitamin C. Dosis harian yang
disarankan adalah 45 miligram per hari. Sedangkan batas dosis yang masih dapat
ditoleransi oleh tubuh sampai dengan 2000 miligram per hari. Apabila kita rutin
mengonsumsi sayur, buah-buahan tinggi vitamin C, sebenarnya tidak perlu lagi
mengonsumsi suplemen vitamin C. Hypervitaminosis C atau berlebihnya vitamin C
dalam tubuh menyebabkan beberapa efek samping ringan seperti mual muntah, kram
usus flushing atau kemerahan kulit, sakit kepala, insomnia dan diare. Sedangkan
komplikasi serius yang mung kin terjadi seperti penjendalan darah, gangguan sel
darah merah, erosi gigi dan batu ginjal (Helmi, 2011).

Iodimetri merupakan metoda titrasi atau volumetri yang pada penentuan atau
penetapan berdasar pada jumlah I2 (iodium) yang bereaksi dengan sampel atau
terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodida (I–). Metoda ini tergolong
titrasi langsung, berbeda dengan metoda iodometri yang sama-sama menggunakan
I2 sebagai dasar penetapannya. Dalam metoda analisis ini analit dioksidasikan oleh
I2, sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodide Indikator yang digunakan untuk mengetahui
titik akhir titrasi biasanya adalah kanji atau Amilum 0,5-1%, karbon tetraklorida atau
kloroform dapat mengetahui titik akhir titrasi, akan tetapi lebih umum digunakan
suatu larutan (dispersi koloidal) kanji. Warna yang terjadi adalah biru tua hasil reaksi
I2-amilum (Hamdani, 2012).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat :
1. Lumpang dan alu 1 buah
2. Kaca arloji 1 buah
3. Erlenmeyer asah 250 mL 6 buah
4. Erlenmeyer biasa 250 mL 1 buah
5. Corong biasa 1 buah
6. Pipet volume 25 mL 1 buah
7. Pipet tetes 2 buah
8. Gelas kimia 50 mL 1 buah
9. Gelas kimia 100 mL 1 buah
10. Gelas kimia 250 mL 1 buah
11. Gelas ukur 10 mL 2 buah
12. Bulb 1 buah
13. Statif dan klem 2 buah
14. Buret 50 mL 2 buah
15. Spatula 1 buah
16. Labu semprot 1 buah
17. Labu ukur 100 mL 1 buah
18. Labu ukur 250 mL 1 buah
2. Bahan :

1. Sampel vitamin C
2. Aquades
3. H2SO4 2 N (Asam Sulfat)
4. Iod (I2) 0,1 N
5. Larutan KI (Kalium Iodida)
6. Larutan K2Cr2O7 0,1 N (Kalium Dikromat)
7. Indikator amilum 2%
8. Lap halus
E. PROSEDUR KERJA
1. Standarisasi larutan Na2S2O3 0,1 N
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Menguji buret dengan larutan Na2S2O3 0,1 N
3. Memipet 25 mL larutan K2Cr2O7 0,1 N dan memasukkannya ke dalam Erlenmeyer tutup asah
4. Menambahkan 6 mL HCl pekat
5. Menambahkan 30 mL KI 0,1 N lalu menitar dengan larutan tio
6. Mencatat volume titrasi
7. Mengulangi percobaan hingga tiga kali penitaran lalu tentukan kenormalan Na2S2O3 yang
sebenarnya.
2. Penentuan Kadar Vitamin C

1. Menimbang 0,15 gram (150 mg) sampel


2. Menambahkan 10 mL aquades dingin yang telah didihkan sebelumnya ke dalam Erlenmeyer
asah.
3. Menambahkan 2,5 mL H2SO4 2 N dan 25 mL larutan ion 0,1 N
4. Menambahkan indikator amilum lalu dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai warna larutan
kuning
5. Mencatat volume titrasi dan menghitung kadar vitamin C.
3. Penentuan Blanko

1. Mengukur 10 mL aquades dingin yang sebelumnya telah dididihkan


2. Memasukkannya ke dalam Erlenmeyer asah
3. Menambahkan 2,5 mL H2SO4 2 N dan 25 mL larutan iod 0,1 N
4. Menitrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N dengan penambahan 3 tetes indikator amilum
5. Menitrasi hingga larutan menjadi tidak berwarna
6. Mencatat volume titrasi
F. HASIL PENGAMATAN
1. Standarisasi Natrium Tiosulfat 0,1 N
25 mL K2Cr2O7 (kuning) + 6 mL HCl (p) (bening) larutan orange + 30 mL KI 0,1 N –>
larutan coklat pekat larutan coklat + 3 tetes amilum 2 % –> larutan hijau.
2. Penentuan Kadar Vitamin C
0,15 gram vitamin C (kuning) + 10 mL aquades dingin (yang telah didihkan) –> larutan
kuning + 2,5 mL H2SO4 2 N –> larutan kuning + 25 mL larutan iod 0,1 N (coklat) –>
larutan merah kekuningan + 3 tetes aminlum 2 % dititrasi Na2S2O3 0,0995N –> larutan
warna kuning (v1: 47,6 ml, v2: 48 ml, v3: 47,6 ml)
3. Penentuan Blanko
10 mL aquades dingin yang telah + 2,5 mL H2SO4 2 N –> larutan bening + 25 mL
larutan iod 0,1 N (coklat) –> larutan merah kekuningan + 3 tetes aminlum 2 % dititrasi
Na2S2O3 0,0995N –> larutan tidak berwarna (v1: 51,8 ml, v2: 51,8 ml, v3: 51,6 ml) .
G. ANALISIS DATA
1. Standarisasi Natrium Tiosulfat 0,1 N
Diketahui :
 massa K2Cr2O7 = 1,220 gram
 Valensi K2Cr2O7 =6
 Mr K2Cr2O7 = 294,19
 Volume K2Cr2O7 = 0,25 L
 Volume Na2S2O3 = 25 ml; 24,9 ml; 25,1 ml
Ditanyakan : N Na2S2O3 yang sebenarnya….?
Penyelesaian :
. Penentuan Kadar Vitamin C
Diketahui :
N Na2S2O3 : 0,0995 N
Mr Na2S2O3 : 176 gr/ mol

No. Massa (gram) Volume Penitaran (mL)

Vitamin C Blanko

1 0,15 47,6 51,8

2 0,15 48,0 51,8

3 0,15 47,6 51,6


Rata-rata 0,15 47,7 51,7

Ditanyakan : Kadar vitamin C pada sampel Vitcee…?

Penyelesaian :
1 mL Na2S2O3 0,1 N ~ 8,80 mg vitamin C
Dimana 1 mol tiosulfat ~ 1 mol vitamin C

Jadi, banyaknya vitamin C dalam 1 mL tiosulfat yaitu 8,8 mg/mL. maka berat praktek
vitamin C yaitu :
H. PEMBAHASAN
1. Standarisasi Natrium Tiosulfat 0,1 N
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kenormalan Natrium tiosulfat yang telah
dibuat. Standarisasi ini menggunakan metode titrasi iodimetri (titrasi langsung).
Standarisasi ini dilakukan karena konsentrasi natrium tiosulfat dapat berubah-ubah
dalam proses penyimpanan. Penentuan ini menggunakan larutan kalium dikromat
karena kalium dikromat memiliki tingkat kemurnian yang tinggi, konsentrasi tidak
mudah berubah-ubah serta memiliki berat ekivalen yang tinggi, kemudian
ditambahkan HCl untuk mempercepat reaksi, kemudian ditambahkan larutan KI yang
berfungsi untuk membebaskan I2 dan mengalami pengurai I– serta K+, I– yang terbentuk
akan menjadi I2 dalam suasana asam. Reaksinya yaitu :
Iod yang terbentuk dititrasi dengan Na2S2O3 dan ditambahkan dengan indikator amilum
yang berfungsi untuk memperjelas perubahan warna. Standarisasi dilakukan sebanyak
3 kali untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Hasil titrasi yang diperoleh yaitu
volume rata-rata titrasi yaitu 25 ml dan didapatkan kenormalan tio yang sebenarnya
adalah 0,0995 N. Reaksinya yaitu:

2. Penentuan Kadar Vitamin C


Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar vitamin C dari sampel Vitcee. Kadar
vitamin C ditetapkan berdasarkan titrasi iodimetri atau titrasi langsung yaitu sampel
dioksidasi oleh I2 sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodida, dalam hal ini I2 sebagai
titran.
Sampel yang akan ditentukan kadar vitamin Cnya digerus agar vitamin C lebih mudah
larut kemudian ditambahkan aquades dingin yang terlebih dahulu telah dididihkan
agar kadar O2, aquades tersebut kemudian didinginkan karena vitamin C dapat rusak
pada suhu tinggi, setelah itu ditambahkan asam sulfat yang berfungsi untuk
memberikan suasana asam karena reaksi antara iod dan vitamin C hanya berlangsung
dalam suasana asam, karena apabila dalam suasana basa maka akan terbentuk
hipoiodida yang merupakan oksidator kuat. Asam sulfat yang digunakan bukan asam
sulfat pekat, karena vitamin C mudah rusak dalam suasana asam yang sangat tinggi.
Kemudian ditambahkan larutan iod yang berfungsi sebagai oksidator, sehingga sampel
dioksidasi oleh I2 dan I2 tereduksi menjadi I–. Kemudian dititrasi dengan natrium
tiosulfat dan ditambahkan indikator amilum. Indikator amilum dapat ditambahkan
sebelum titrasi dan pertengahan titrasi karena tidak mempengaruhi volume hasil
titrasinya. Adapun reaksi yang terjadi yaitu:

Hasil percobaan yang diperoleh yaitu volume natrium tiosulfat yang digunakan untuk
sampel vitamin C rata-ratanya 47,7 ml dan untuk blankonya 51,7 ml. Warna larutan
atau titik akhir pada sampel adalah berwarna kuning dan untuk blanko menghasilkan
larutan yang tidak berwarna. Hal ini telah sesuai dengan teori bahwa pada saat titik
akhir untuk sampel larutannya berwarna kuning dan untuk blanko larutannya tidak
berwarna. Dari hasil perhitungan diperoleh kadar vitamin C pada sampel adalah
23,47% artinya dalam 150 mg hanya terdapat 23,47% vitamin C.

I. PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar vitamin C
dapat ditentukan dengan metode iodimetri (cara langsung) dan berat vitamin C yang
sebenarnya dari 150 mg tablet vitcee sebesar 35,2 mg dengan kadar vitamin C 23,47%.

2. Saran
Diharapkan untuk praktikan selanjutnya agar mengetahui proses standarisasi larutan
dan mengetahui warna titik akhir yang tercapai.

DAFTAR PUSTAKA
Hamdani, Syarif. 2012. Titrasi Iodimetri. http://catatankimia.com/catatan/titrasi-iodimetri.html.
Diakses pada tanggal 14 November 2012
Hardjasasmita, Pantjita. 1992. Ikhtisar Biokimia Dasar. Jakarta : Universitas Indonesia
Helmi, M. 2011. Kelebihan Vitamin C. http://health.detik.com. Diakses pada tanggal 15
November 2012
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI-PRESS
Sudarmadji, Slamet. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : Liberty
Yogyakarta.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Advertisements

Laporan Penentuan Kadar Vitamin C -


Iodometri
PERCOBAAN I

VITAMIN C DALAM JUS BUAH

A. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mempelajari cara analisa kadar vitamin C

2. Menghitung kadar vitamin C pada berbagai sampel

B. DASAR TEORI

Vitamin adalah senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam jumlah kecil dalam diet
seseorang tetapi esensial untuk reaksi metabolisme dalam sel dan penting untuk melangsungkan
pertumbuhan normal serta memelihara kesehatan.

Vitamin dibagi ke dalam dua golongan. Golongan pertama oleh Kodicek (1971) disebut prakoenzim
(procoenzyme), dan bersifat larut dalam air, tidak disimpan oleh tubuh, tidak beracun, diekskresi dalam
urine. Yang termasuk golongan ini adalah tiamin, riboflavin, asam nikotinat, piridoksin, asam kolat,
biotin, asam pantotenat, vitamin B12 (disebut golongan vitamin B) dan vitamin C. Golongan kedua yang
larut dalam lemak disebutnya alosterin, dan dapat disimpan dalam tubuh. Apabila vitamin ini terlalu
banyak dimakan, akan tersimpan dalam tubuh, dan memberikan gejala penyakit tertentu
(hipervitaminosis), yang juga membahayakan. Kekurangan vitamin mengakibatkan terjadinya penyakit
difisiensi, tetapi biasanya gejala penyakit akan hilang kembali apabila kecukupan vitamin tersebut sudah
terpenuhi (Poedjiadi, 1994).

Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul C6H8O6. Dalam
bentuk kristal tidak berwarna, titik cair 190 – 192oC. Bersifat larut dalam air, sedikit larut dalam aseton
atau alcohol yang mempunyai berat molekul rendah. Vitamin C sukar larut dalam chloroform, ether, dan
benzene. Dengan logam membentuk garam. Pada pH rendah vitamin C lebih stabil daripada pH tinggi.
Vitamin C mudah teroksidasi, lebih-lebih apabila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim askorbat aksidase,
sinar, dan temperature yang tinggi. Larutan encer vitamin C pada pH kurang dari 7,5 masih stabil apabila
tidak ada katalisator seperti di atas. Oksidasi vitamin C akan terbentuk asam dihidroaskorbat
(Sudarmadji, 1989).

Asam askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi asam dihidroaskorbat yang masih mempunyai
keaktifan sebagai vitamin C. Asam dihidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami
perubahan lebih lanjut menjadi asam diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan sebagai vitamin C lagi.

Dalam larutan air vitamin C mudah dioksidasi, terutama apabila dipanaskan. Oksidasi dipercepat
apabila ada tembaga atau suasana alkalis. Kehilangan vitamin C sering terjadi pada pengolahan,
pengeringan, dan cahaya. Vitamin C penting dalam pembuatan zat-zat interseluler, kolagen. Vitamin ini
tersebar keseluruh tubuh dalam jaringan ikat, rangka, matriks, dan lain-lain. Vitamin C berperan penting
dalam hidroksilasi prolin dan lisin menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin yang merupakan bahan
pembentukan kalogen tersebut (Poedjiadi, 1994).

Vitamin C mudah larut dalam air sehingga apabila vitamin C yang dikonsumsi melebihi yang
dibutuhkan, kelebihan tersebut akan dibuang dalam urine. Karena tidak disimpan dalam tubuh, vitamin
C sebaiknya dikonsumsi setiap hari. Dosis rata-rata yang dibutuhkan bagi orang dewasa adalah 60-90
mg/hari. Tetapi masih bisa melebihi dosis yang dianjurkan, tergantung pada kondisi tubuh dan daya
tahan tubuh masing-masing orang yang berbeda-beda (Sudarmadji, 1989).

Sumber vitamin C adalah sayuran berwarna hijau dan buah-buahan. Vitamin C dapat hilang karena
hal-hal seperti :
1. Pemanasan, yang menyebabkan rusak/berbahayanya struktur,

2. Pencucian sayur setelah dipotong-potong terlebih dahulu,

3. Adanya alkali atau suasana basa selama pengolahan, dan

4. Membuka tempat berisi vitamin C sebab oleh udara akan terjadi oksidasi yang tidak reversible
(Poedjiadi, 1994).

Penentuan vitamin C dapat dikerjakan dengan titrasi iodimetri. Titrasi iodimetri merupakan titrasi
langsung berdasarkan reaksi redoks yang menggunakan larutan baku I2 untuk mengoksidasi analatnya.

AReduksi + I2  AOksidasi + I-

Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat, sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor
yang cukup kuat dapat dititrasi. Indikator yang digunakan ialah amilum, dengan perubahan dari tak
berwarna menjadi biru.

Harga vitamin C (asam askorbat) sering ditentukan kadarnya dengan titrasi ini. Vitamin C dengan iod
akan membentuk ikatan dengan atom C nomer 2 dan 3 sehingga ikatan rangkap hilang (Harjadi,1990).

C. ALAT DAN BAHAN


A. Alat Yang Digunakan

1. Buret 50ml

2. Klem

3. Statif

4. Corong

5. Labu takar 100ml


6. Labu takar 250 ml

7. Batang pengaduk

8. Gelas beaker 100ml

9. Erlenmeyer 250ml

10. Pipet gondok 10ml

11. Pipet tetes

12. Mortar

13. Alu

B. Bahan Yang Digunakan

1. Larutan I2 0,01M

2. Larutan Kanji

3. Sampel Vitamin C (Nutrisari, You C 1000, Vitacimin)

4. Aquades

D. CARA KERJA

A. Sampel Jus Jeruk

1. Ditimbang kurang lebih 25ml sampel jus jeruk

2. Catat sebagai berat mula-mula

3. Diencerkan dengan aquades didalam labu ukur 100ml hingga tera

4. Dipipet 10ml sampel, kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250ml

5. Ditambahkan 2 tetes larutan kanji

6. Sampel dititrasi dengan larutan I2 sampai berubah warna menjadi biru violet

7. Catat volume I2 yang digunakan


B. Sampel Tablet Vitamin C

1. Ditimbang kurang lebih 0,1 gram tablet vitamin C yang sudah digerus

2. Catat sebagai berat mula-mula

3. Diencerkan dengan aquades didalam labu ukur 250 ml hingga tera

4. Dipipet 10ml sampel, kemudian diencerkan sampai volume 30ml ke dalam erlenmeyer

5. Ditambahkan 2 tetes larutan kanji

6. Sampel dititrasi dengan larutan I2 sampai berubah warna menjadi biru violet

7. Catat volume I2 yang digunakan

E. DATA PERCOBAAN
Tabel I.I Volume Titrasi Larutan I2

Sampel

You C You C
Data Pengamatan Nutrisari Vitacimin
Orange Lemon

I II I I I II III

Berat sampel mula-mula (gr) 25 25 25,11 25 0,1 0,1 0,1

Volume sampel (ml) 10 10 10 10 10 10 10

Volume I2 yang digunakan (ml) 0,5 0,6 14,60 13,45 0,7 1,8 2,05

Volume I2 rata-rata (ml) 0,55 14,60 13,45 1,517

Tabel I.II Kadar Vitamin C dalam Sampel


Sampel
Data Pengamatan
Nutrisari Vitacimin You C Orange You C Lemon

Berat sampel mula-mula (gr) 2,25 0,05 25,11 25

Berat vitamin C pada sampel (mg) 4,84 33,374 128,48 118,36

Berat vitamin C dalam sampel (%) 0,21 66,75 0,51 0,47

Tabel I.III Kebutuhan Sampel per hari (untuk mendapatkan 60 mg Vitamin C)

Sampel
Data Pengamatan
Nutrisari Vitacimin You C Orange You C Lemon

Berat vitamin C dalam kemasan


90 500 1000 1000
(mg)

Jumlah yang dibutuhkan per hari


0,0024 0,6 0,0024 0,0024
(gr)

F. PERHITUNGAN
G. PEMBAHASAN

Penentuan kadar vitamin C dilakukan dengan menggunakan larutan I2sebagai larutan peniter. Hal
pertama yang dilakukan ialah membuat larutan I2 0,01 M dengan menimbang sejumlah 0,245gr ke
dalam 100 ml aquades. Dengan perhitungan :

Dalam pembuatan larutan baku I2, padatan I2 yang ditimbang tidak larut sempurna pada saat
dipanaskan sehingga dilakukan pengenceran untuk mendapatkan larutan I2 0,01M dari larutan I2 0,05M
ke dalam labu ukur 100ml. Dengan perhitungan:
Penentuan vitamin C (asam askorbat) dilakukan dengan titrasi iodimetri (titrasi langsung). Hal ini
berdasarkan sifat bahwa vitamin C dapat bereaksi dengan I2.

Reaksi :

Percobaan penetapan kadar vitamin C pada praktikum kali ini menggunakan sampel yang
mengandung vitamin C dari beberapa merk dagang. Prosedur pertama yang dilakukan ialah menimbang
sejumlah sampel kemudian dilarutakan dengan aquades ke dalam labu takar 100 ml untuk sampel cair
dan labu takar 250 ml untuk sampel padatan. Selanjutnya sampel dipipet sebanyak 10 ml dan
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, kemudian ditambahkan larutan kanji sebagai indikator. Setelah itu
dititrasi dengan larutan I2 0,01M. Proses titrasi dilakukan sampai larutan dalam erlenmeyer berubah
warna dari larutan bening menjadi biru violet. Warna biru violet yang dihasilkan merupakan reaksi
antara iod dengan amilum menjadi iod-amilum yang menandakan bahwa proses titrasi telah mencapai
titik akhir.

Fungsi larutan iod ialah pereaksi untuk memperlihatkan jumlah vitamin C yang terdapat dalam
sampel menjadi senyawa dihidroaskorbat sehingga akan berwarna biru karena pereaksi yang berlebih.
Sebelum dititrasi, sampel ditambahkan 2 tetes larutan kanji yang berperan sebagai indikator. Kanji
bereaksi dengan iod, dengan adanya iodida membentuk suatu kompleks yang berwarna biru yang akan
terlihat pada konsentrasi iod yang sangat rendah. Larutan kanji tidak boleh ditambahkan tepat sebelum
titik akhir dicapai. Jika larutan kanji ditambahkan ketika konsentrasi iod tinggi, sedikit iod akan tetap
teradsorpsi bahan pada titik akhir titrasi.

Penyakit-penyakit yang terjadi akibat kekurangan vitamin C antara lain sariawan, penurunan
tingkat penyembuhan luka, anemia, kulit kering dan bersisik, radang gusi, kerusakan pada jaringan
jantung, dan lai-lain.

Dampak kelebihan vitamin C bagi orang yang mengkonsumsi vitamin C dosis tinggi ialah sakit
kepala, gangguan pencernaan, bahkan dapat membuat usus kram. Selain itu juga dapat memperberat
kinerja ginjal. Vitamin C yang mudah larut dalam air akan membuat pengeluaran urine yang
mengandung vitamin C meningkat dibandingkan biasanya dan dapat membuat terbentuknya batu ginjal
dengan mudah. Menghilangkan kelebihan vitamin C ini dapat dilakukan dengan mengkonsumsi air putih
secara rutin.

Standar jumlah yang dibutuhkan tubuh sudah dibuat oleh USA Academy of Sciences. Jumlah
kebutuhan vitamin ini berbeda-beda menurut umur dan jenis kelaminnya. Kebutuhan harian vitamin C
bagi orang dewasa adalah sekitar 60 mg, untuk wanita hamil 95 mg, anak-anak 45 mg, dan bayi 35 mg.
Namun karena banyaknya polusi di lingkungan antara lain oleh adanya asap-asap kendaraan bermotor
dan asap rokok maka penggunaan vitamin C perlu ditingkatkan hingga dua kali lipat yaitu 120 mg.

H. KESIMPULAN

1. Penentuan kadar vitamin C dilakukan dengan titrasi iodimetri ( titrasi langsung) yang menggunakan
larutan I2 sebagai larutan baku dan larutan kanji sebagai indikator. Sampel yang digunakan ialah sampel
dari beberapa merk dagang yang mengandung vitamin C, yaitu Nutrisari, You C 1000, dan Vitacimin.

2. Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data kadar vitamin C sebagai berikut :

1. Nutrisari = 0,21 %

2. You C Orange = 0,51 %

3. You C Lemon = 0,47 %

4. Vitacimin = 66,75 %

DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. Dkk. 1994. Buku Ajar Vogel – Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran.

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Penerbit PT Gramedia.

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar–Dasar Biokimia. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.


Sudarmaji, Slamet. Dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta :
Penerbit Liberty.

Diposting oleh wangi kristaLini di 08.01

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest


http://wangikristalini.blogspot.com/2014/01/penentuan-kadar-vitamin-c.html

Anda mungkin juga menyukai