Anda di halaman 1dari 6

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

STATISTIK UNTUK PENGOLAHAN DATA KUANTITATIF


Dosen Pengampu Dr. Mulyanto, ME

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility


(Study Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2017)

Disusun oleh:

Rina Yuli Ningsih S4301808014

PASCASARJANA MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Corporate Social Responsibility atau yang di singkat (CSR) merupakan suatu konsep
bahwa organisasi ataupun perusahaan memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap
seluruh pemangku kepentingannya, yang diantaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang
saham, komunitas, masyarakat dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan
yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Landasan hukum, sebagai perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya yang
berkaitan dengan sumber daya alam, perusahaan wajib melaksanakan tanggung jawab sosial
dan lingkungan sebagaimana diatur dalam Pasal 74 Undang-undang No. 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas yang ditunjang oleh Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012
tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Lebih lanjut, pelaksanaan program CSR
juga mengacu pada Peraturan Menteri Sosial RI No. 13 Tahun 2012 tentang Forum Tanggung
Jawab Dunia Usaha dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial pada Tingkat Provinsi.
Hasil kajian yang dilakukan oleh ASEAN CSR Network (ACN) dan National
University of Singapore (NUS), berjudul “Sustainability Reporting in ASEAN”, yang di
publikasikan oleh SHNet Rabu (20/7/2016), Perusahaan-perusahaan Indonesia memiliki
kualitas tanggung jawab sosial yang lebih rendah dibandingkan negara-negara di ASIA
lainnya, yaitu sebesar 31,4 persen untuk indikator lingkungan, angka tersebut paling rendah
jika dibandingkan dengan negara lainnya yaitu Malaysia (36 persen), Singapura (37,1 persen)
dan Thailand (41,4 persen). Sedangkan indikator tata kelola, ekonomi dan sosial Indonesia
mencatat skor yang relatif baik untuk tata kelola (60,7 persen) dan Ekonomi (55,4 persen).
Namun secara keseluruhan, skor kualitas keberlanjutan perusahaan-perusahaan di Indonesia
masih rendah (48,4), di belakang Thailand (56,8) dan Singapura (48,8). Sementara, Malaysia
mencatat 47,7. Menurut ketua ACN, Yanti Triwadiantini, hal tersebut terjadi karena masih
adanya ketidakseimbangan antara kualitas pengungkapan dalam topik-topik CSR serta masih
rendahnya kedalaman pengungkapan dalam pelaporan CSR. Seperti halnya yang
diungkapkan dalam TribunNews.com (19/12/2017), dari 1.819 perusahaan yang telah dinilai
oleh Kementrian Lingkungan Hidup dalam pengelolaan lingkungan hidup, terdapat 1
perusahaan yang mendapatkan kategori hitam (buruk), 130 perusahaan kategori merah, 1486
perusahaan kategori biru, 150 perusahaan kategori hijau (baik) serta 19 perusahaan
berkategori emas. Masih sedikitnya jumlah perusahaan yang berkategori hijau ataupun emas
tersebut dapat mencerminkan masih rendahnya kesadaran perusahaan akan kepedulian
lingkungan sekitar.
CSR merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan nilai perusahaan,
maka perusahaan perlu mempertimbangkan CSR sebagai salah satu aspek daya tarik
bagi investor selain kinerja keuangan perusahaan. Investor cenderung tertarik terhadap
informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan keuangan, dimana pelaporan keuangan
merupakan media bagi manajemen perusahaan dalam memberikan informasi kinerja
keuangan entitas yang bermanfaat untuk stakeholders.
Penelitian mengenai pengungkapan CSR sendiri sudah banyak dilakukan di
Indonesia, namun hasilnya sangat beragam dan menarik dari beberapa artikel terdahulu yang
sudah peneliti review terdapat hasil yang beragam dari satu peneliti ke peneliti yang lain, baik
dari sektor perusahaan yang diteliti, tahun penelitian ataupun variabel-variabel yang
digunakan dalam menguji pengaruh pengungkapan CSR, Seperti penelitian yang dilakukan
oleh (Nussy, 2013) dan (Rohmah, 2015) yang menunjukkan bahwa kepemilikan institusional
memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan CSR, namun hal ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Dharmawan Krisna & Suhardianto, 2016) dan (Nurkhin,
2010) yang menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh terhadap
pengungkapan CSR. Hal ini dapat terjadi mungkin kepemilikan institusional yang diungkap
dalam laporan tahunan tidak menjelaskan tentang tujuan kepemilikan. Kendati terdapat
investor institusional, kinerja pengungkapan tanggungjawab sosial tidak berubah karena
bisa jadi tujuan kepemilikan hanya untuk investasi jangka pendek.
Beragamnya hasil penelitian yang inkonsisten tersebut mendorong peneliti untuk
melakukan pengujian empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan,dewan komisaris,
kepemilikan institusional, profitabilitas dan laverage terhadap pengungkapan CSR.
Perbedaan penelitian ini dari penelitian-penelitian sebelumnya yaitu peneliti memilih
perusahaan manufaktur sebagai populasi dalam penelitian, karena perusahaan manufaktur
merupakan perusahaan yang menghasilkan limbah yang lebih banyak dan perlu untuk
dikelola dengan baik dibandingkan dengan perusahaan jasa atau lainnya. Selain itu peneliti
melakukan pengamatan di tahun 2017 karena diharapkan akan mendapatkan data terbaru dan
lebih up to date sehingga dapat menyesuaikan dengan keadaan yang dihadapi sekarang, data
dalam penelitian ini juga berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, jika penelitian-
penelitian terdahulu melakukan pengamatan lebih dari satu tahun atau data time serries,
dalam penelitian ini peneliti hanya mengamati pada satu tahun pengamatan atau data cross
sectional.
Dari hasil penelitian ini diharapkan pihak perusahaan agar lebih luas dan mendalam
dalam mengungkapkan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan di dalam laporan tahunan.
Kegunaan teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk peneliti
selanjutnya.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu

1. Memperoleh bukti empiris pengaruh dewan komisaris terhadap pengungkapan CSR.


2. Memperoleh bukti empiris pengaruh kepemilikan konstitusional terhadap pengungkapan
CSR.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Teory Stakeholder

Menurut Ghazali dan Chariri (2007:409), Teori Stakeholder merupakan teori yang
menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan
sendiri, namun harus memberikan manfaat kepada seluruh stakeholder-nya (pemegang
saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lain).
Kelompok stakeholder inilah yang menjadi bahan pertimbangan bagi manajemen perusahaan
dalam mengungkap atau tidak suatu informasi di dalam laporan perusahaan tersebut. Tujuan
utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajemen perusahaan dalam
meningkatkan penciptaan nilai sebagai dampak dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan dan
meminimalkan kerugian yang mungkin muncul bagi stakeholder. Stakeholder dan organisasi
saling mempengaruhi. Hal ini dapat dilihat dari hubungan sosial keduanya berbentuk
responsibilitas dan akuntabilitas. Oleh karena itu, organisasi memiliki akuntabilitas terhadap
stakeholdernya. Sifat dari akuntabilitas itu ditentukan dengan hubungan antara stakeholder
dan organisasi. Varian kedua teori stakeholder berhubungan dengan pandangan mengenai
empirical accountability. Diungkapkan bahwa lingkungan sosial perusahaan merupakan
sarana sukses bagi perusahaan untuk menegosiasikan hubungan dengan stakeholdernya.
Berdasarkan asumsi stakeholder theory, maka perusahaan tidak dapat melepaskan diri dari
lingkungan sosial. Sehingga pengungkapan CSR sangat penting dilakukan perusahaan untuk
meningkatkan kepercayaan stakeholder terhadap kinerja perusahaan.

BAB III
METODE KAJIAN
Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang terdiri dari sektor
industri dasar dan kimia, aneka industri, dan industri barang konsumsi, dari sektor tersebut
masih terbagi dalam sub sektor-sub sektor yaitu yang total perusahaannya sebanyak 139
perusahaan (www.idx.co.id).Tahun penelitian dalam penelitian ini yaitu tahun 2017. Metode
pemilihan sampel dengan purposive sampel dengan kriteria :

1) Perusahaan yang menggunakan mata uang rupiah dalam melaporkan laporan


keuangannya.
2) Perusahaan yang tidak mengalami kerugian
3) Perusahaan yang menyediakan data yang dibutuhkan untuk penelitian.
Dari metode purposive sampel tersebut diperoleh sampel penelitian sebanyak 85 perusahaan.
Jenis data yang digunakan yaitu data Cross Section. Dengan menggunakan metode penelitian
Regresi Linier Berganda menggunakan alat analisis SPSS 22.

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Statistik
B. Pembahasan
1. Pengaruh dewan komisaris terhadap pengungkapan CSR.
2. Pengaruh kepemilikan konstitusional terhadap pengungkapan CSR.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran dan Rekomendasi

Anda mungkin juga menyukai