Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Penelitian Akuntansi Asia ​Anteseden Pendapat Non-Wajar Pemerintah Daerah Laporan Keuangan:

Sebuah Studi pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Timur Sri Ningsih, ​Informasi artikel: ​Mengutip dokumen ini:

Sri Ningsih, (2016) "Anteseden Non -Tidak Layak Opini Pemerintah Daerah Laporan Keuangan: Studi pada Kabupaten dan

Kota di Provinsi Jawa Timur ", Jurnal Penelitian Akuntansi Asia, Vol. 1 Masalah: 1, pp.16-27, ​https: //

doi.org/10.1108/AJAR-2016-01-01-B003 ​Tautan permanen ke dokumen ini: ​https://doi.org/10.1108/AJAR-2016-

01-01-B003

Diunduh pada: 24 Maret 2019, Pada: 23:00 (PT) Referensi: dokumen ini berisi referensi ke 0 dokumen
lainnya. Untuk menyalin dokumen ini: permissions@emeraldinsight.com Teks lengkap dokumen ini
telah diunduh 861 kali sejak 2016 * Akses ke dokumen ini diberikan melalui langganan Emerald yang
disediakan oleh Semua grup pengguna ​Untuk Penulis
Jika Anda ingin menulis untuk ini, atau publikasi Emerald lainnya, maka silakan gunakanlayanan Emerald untuk Penulis
kami ​informasitentang bagaimana memilih publikasi mana yang akan ditulis dan pedoman pengiriman tersedia untuk

semua. Silakan kunjungi www.emeraldinsight.com/authors untuk informasi lebih lanjut. Tentang


​ Emerald
www.emeraldinsight.com
Emerald adalah penerbit global yang menghubungkan penelitian dan praktik untuk kepentingan masyarakat. Perusahaan ini
mengelola portofolio ​lebih dari 290 jurnal dan lebih dari 2.350 volume buku dan seri buku, serta menyediakan beragam produk

online dan sumber daya serta layanan pelanggan tambahan. Emerald


​ kompatibel dengan COUNTER 4 dan TRANSFER.

Organisasi ini adalah mitra dari KomitePublikasi ​Etika(COPE) dan juga bekerja dengan Portico dan inisiatif LOCKSS untuk

pelestarian arsip digital.

* Konten terkait dan informasi unduhan yang benar pada saat mengunduh.

Anteseden Opini Pemerintah Daerah yang TidakLaporan


Keuangan: Studi pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa
Timur
Sri Ningsih *
* Universitas Airlangga
Memenuhi SyaratARTICLEINFOABSTRACT
Sejarah artikel: Diterima 30 September 2015 Diterima 27 Januari 2016 Tersedia online 29 Februari 2016
Pemerintah daerah di Indonesia setiap tahun menerbitkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LGFS) karena
membantu para pemangku kepentingan mereka dalam mengambil keputusan. Opini Audit LGFS untuk kabupaten
dan kota di Provinsi Jawa Timur selama 8 tahun terakhir (2006-2013) menunjukkan
Kata Kunci:Analisis Konten
hasil. Dari semua 301 laporan keuangan, hanya 45 LGFS (14,95%) yang memperoleh Opini Wajar Tanpa
Pengecualian, laporan keuangan lainnya (256 atau 85,05%) menerima Opini Tanpa Wajar. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis masalah akun dan LGFS
di akun yang menyebabkan LGFS mendapatkan Opini Tidak Bernilai. Opini Audit
Dengan menggunakan analisis konten dengan aplikasi NVIVO10, penelitian ini menganalisis 256 opiniOpini Tidak
auditBernilai Wajar dari LGFS kabupaten dan kota di Jawa Timur selama 2006-2013 yang memperoleh Opini Tanpa
Kualifikasi untuk mengidentifikasi akun dan masalah dalam akun yang menyebabkan LGFS mendapatkan Pendapat
Tanpa Kualifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akun yang paling sering sebagai pengecualian dalam opini
audit adalah akun pada Laporan Realisasi Anggaran (BR) dengan frekuensi kemunculan sebanyak 6628 kali. Akun
Neraca (BS) berada di tempat kedua dengan total frekuensi kemunculan 4206 kali. Dan terakhir, ada akun Cash
Flow Statement (CF) dengan frekuensi kemunculan sebanyak 693 kali. Di BR, akun yang paling sering muncul
sebagai pengecualian adalah akun pengeluaran (sebanyak 4198 kali), sedangkan aset adalah akun yang paling
sering sebagai pengecualian di Neraca (sebanyak 4206 kali). Masalah dengan akun yang sering muncul sebagai
pengecualian terutama disebabkan oleh kelemahan Sistem Pengendalian Internal (ICS), diikuti oleh ketidakpatuhan
terhadap ketentuan hukum dan masalah terakhir adalah ekonomi, inefisiensi dan ketidakefektifan.
1. Pendahuluan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LGFS) adalah bentuk pertanggungjawaban publik yang
disampaikan kepada para pemangku kepentingan. Mardiasmo (2006) menyatakan bahwa LGFS adalah
alat pertanggungjawaban kepada pihak internal atau eksternal. Untuk pihak internal, laporan keuangan
bertindak sebagai media untuk melaporkan kepada atasan tentang program dan kegiatan yang telah
dilaksanakan selama tahun fiskal dan juga memainkan peran penting untuk evaluasi kinerja Unit
Pemerintah. LGFS juga memberikan informasi kepada pihak eksternal tentang penggunaan dana dari
publik yang diharapkan dapat membantu pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.
Laporan keuangan akan berguna untuk pengambilan keputusan jika LGFS yang dihasilkan oleh
Pemerintah Daerah memenuhi kualitas yang diharapkan. Laporan keuangan dianggap memiliki kualitas
yang dapat diterima jika memenuhi karakteristik kualitatif yang ditentukan dalam standar, dalam hal ini
Standar Akuntansi Pemerintah (GAS) sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah No.
24/2005. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan (LGFS) adalah dengan
melakukan audit oleh auditor independen. Sesuai dengan Ketentuan UU No. 15/2004, lembaga yang
memiliki kewajiban untuk mengaudit LGFS adalah Badan Pemeriksa Keuangan (SAA). Menurut UU No.
15/2004, hasil akhir dari proses audit yang dilakukan oleh SAA adalah opini audit, yang mencakup empat
jenis pendapat: Opini Tanpa Kualifikasi, Opini Berkualitas, Opini Buruk, dan Opini Sangkalan. Dari semua
pendapat audit ini, Opini Wajar Tanpa Pengecualian menempati posisi tertinggi sehingga setiap
Pemerintah Daerah didorong untuk
Jurnal Penelitian Akuntansi Asia 1 (2016) 16 - 27
17 ​S. Ningsih / Jurnal Penelitian Akuntansi Asia 1 (2016) 16 - 27

mencapai Opini Wajar tanpa pengecualian untuk LGFS mereka. Opini Wajar Tanpa Pengecualian mewakili kualitas
LGFS yang baik sesuai dengan standar.
Pendapat audit LGFS untuk kabupaten dan kota di Jawa Timur selama 8 tahun terakhir (2006-2013)
menunjukkan hasil yang mengejutkan. Dari total 301 LGFS, 198 (65,78%) LGFS memperoleh Opini yang Memenuhi
Kualifikasi, 48 (15,95%) LGFS memperoleh Opini Buruk dan 10 (3,32%) LGFS mengakuisisi Disclaimer Opinion.
Hanya 45 LGFS (14,95%) yang menerima Opini Wajar Tanpa Pengecualian. Hasil ini menunjukkan bahwa ada
banyak LGFS yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dinyatakan dalam standar. Fakta bahwa hanya
sedikit LGFS yang memperoleh Opini Tanpa Pengecualian memotivasi para peneliti untuk menyelidiki lebih lanjut
apa yang menyebabkan LGFS dari kabupaten dan kota di Jawa Timur memperoleh Pendapat Tidak Bernilai. Dalam
makalah ini, Opini Non-Wajar mengacu pada Opini Berkualitas, Opini Buruk, dan opini Penafian. Pertanyaan
penelitian yang perlu dijawab adalah: (1) Akun apa yang menyebabkan LGFS memperoleh Pendapat Tidak Layak
Wajar? (2) Masalah apa yang muncul dalam kelompok akun yang menyebabkan LGFS mendapatkan Pendapat
Tanpa Syarat?
Sesuai dengan pertanyaan penelitian yang diajukan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi kelompok akun dan masalah yang muncul dalam kelompok akun di LGFS yang menyebabkan
LGFS mendapatkan Pendapat Tidak Bernilai. Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Agensi,
di mana pemerintah daerah sebagai agen bertanggung jawab untuk menerbitkan laporan keuangan kepada
pengguna terutama untuk laporan keuangan yang bertindak sebagai prinsipal. Untuk melindungi pengguna yang
tidak tahu banyak tentang kondisi aktual di pemerintah daerah dari kemungkinan manipulasi, laporan keuangan
harus diaudit oleh auditor independen.
Analisis 256 opini audit dari SAA pemerintah kabupaten dan kota di Jawa Timur menunjukkan Opini
Non-Wajar untuk periode 2006 hingga 2013. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Instrumen penelitian yang menggunakan analisis konten dilakukan dengan aplikasi / program NVIVO 10 untuk
mengidentifikasi akun dan masalah dalam akun yang menyebabkan LGFS mendapatkan Pendapat Non-Wajar
Tanpa Pengecualian.
Makalah ini akan dibagi menjadi beberapa bagian. Bagian selanjutnya akan menyajikan tinjauan literatur
terkait dan kerangka teori sebagai dasar penelitian. Metodologi dan analisis data yang digunakan oleh peneliti untuk
menjawab pertanyaan penelitian akan diartikulasikan setelahnya, dan akan diikuti oleh temuan penelitian,
keterbatasan penelitian, kesimpulan, dan implikasi penelitian.

1. Tinjauan Pustaka

1.1. Penelitian Sebelumnya


Penelitian yang

dilakukan oleh Subehan (2012) yang menganalisis 28 Opini Audit SAA untuk kabupaten dan kota LGFS di
provinsi Jawa Timur untuk tahun fiskal 2011 melaporkan tiga hasil utama. Pertama, pada dasarnya ada dua kondisi
dasar bagi SAA untuk menentukan LGFS untuk mendapatkan pendapat yang tidak memenuhi syarat: keterbatasan
ruang lingkup atau kekurangan bukti dan distorsi prinsip akuntansi yang memiliki nilai material dalam LGFS. Kedua,
akun Neraca adalah akun yang paling sering sebagai pengecualian untuk opini SAA dan akun yang paling sering
adalah investasi permanen. Ketiga, dokumen yang tidak memadai atau tidak lengkap adalah masalah yang paling
sering muncul sebagai pengecualian dalam kelompok masalah ketidakpatuhan dengan hukum dan peraturan.
Masalah yang paling sering muncul sebagai pengecualian dalam kelemahan kontrol internal adalah rekening utang
dan investasi tidak permanen. Dalam ekonomi, ketidakefisienan dan ketidakefektifan bukanlah masalah atau
sebab-sebab untuk tidak mendapatkan Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian.
Penelitian yang dilakukan oleh Sari et al. (2010) menganalisis 19 Opini Audit yang dikeluarkan oleh SAA
untuk kabupaten dan kota di Sumatera Barat yang menerima Opini Berkualitas selama 2 tahun audit. Ini
menunjukkan bahwa akun yang merupakan penyebab utama LGFS mendapatkan Pendapat Kualifikasi adalah
Neraca dan akun Realisasi Anggaran. Di Neraca, masalah utama adalah aset lancar, sedangkan dalam Realisasi
Anggaran masalah utama adalah pengeluaran operasional dan pendapatan. Studi ini juga mengungkapkan bahwa
masalah utama pada akun tersebut adalah ketidakpatuhan terhadap standar akuntansi pemerintah, ketidakpatuhan
terhadap undang-undang dan kelemahan sistem kontrol internal.
Penelitian ini bertujuan untuk menyempurnakan studi sebelumnya dengan memperluas ruang lingkup
penelitian dan menggunakan berbagai metode analisis data. Subehan (2012) menganalisis hanya 28 LGFS dari
kabupaten dan kota di Jawa Timur yaitu hanya untuk tahun fiskal 2011, sedangkan Sari et al. (2010) menganalisis
hanya 19 LGFS dari kabupaten dan kota di Sumatera Barat yang memperoleh Opini Berkualitas untuk audit 2 tahun.
Studi ini menganalisis 256 laporan audit LGFS di kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur yang memperoleh
Pendapat Tanpa Kualifikasi selama 8 tahun dari 2006 hingga 2013, di mana 198 LGFS memperoleh Opini
Berkualitas, 48 ​memperoleh Opini Buruk dan 10 memperoleh Opini Sangkalan dengan menggunakan analisis
konten dengan NVIVO. Tujuan memperluas ruang lingkup penelitian dan juga menggunakan perangkat lunak
khusus adalah untuk mencapai deskripsi akun yang lebih akurat dan masalah yang menyebabkan LGFS
mendapatkan Pendapat Non-Wajar Tanpa Pengecualian untuk jangka waktu yang lama sejak pemerintah
menerbitkan Standar Akuntansi Pemerintahan (GAS) berdasarkan uang tunai ke dasar akrual.
S. Ningsih / Jurnal Penelitian Akuntansi Asia 1 (2016) 16 - 27 ​18

2.2. Kerangka Teoritis

2.2.1. Teori Agensi

Anthony dan Govindarajan (1995) berpendapat bahwa teori agensi menjelaskan hubungan antara kedua
pihak, agen dan kepala sekolah, di mana agen memperoleh delegasi wewenang dari kepala sekolah untuk
membuat keputusan dan bertindak atas nama dan untuk kepentingan kepala sekolah. . Sebagai konsekuensinya,
agen akan bertanggung jawab atas semua tindakan yang telah diambil ke kepala sekolah. Jensen dan Meckling
(1976) menggambarkan teori agensi sebagai interaksi atau hubungan antara pemilik dan mereka yang mengelola
bisnis. Hubungan atau interaksi dinyatakan secara formal berdasarkan kontrak yang menjelaskan hak dan
kewajiban pemilik dan mereka yang mengelola bisnis.
Mahmudi (2007) menyatakan bahwa dalam organisasi sektor publik, terutama dalam organisasi
pemerintahan, ada juga hubungan yang mewakili teori agensi, di mana masyarakat atau warga yang bertindak
sebagai pelaku, sedangkan pemerintah bertindak sebagai agen. Masyarakat atau rakyat sebagai kepala sekolah
mengamanatkan pemerintah untuk mengelola sumber daya alam dan berbagai sumber pendapatan yang berasal
dari masyarakat, seperti pajak, retribusi dan lain-lain untuk dikelola demi kesejahteraan dan kesejahteraan
masyarakat. Pemerintah sebagai agen berkewajiban melaporkan hasil pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan kepada masyarakat atau masyarakat sebagai pelaku.
Berdasarkan teori agensi, tidak ada jaminan bahwa agensi (pemerintah) selalu bertindak untuk
kepentingan kepala sekolah (publik). Pemerintah sebagai agen memiliki perilaku oportunistik bahwa ia bertindak
demi kesejahteraannya sendiri, bukan untuk keuntungan rakyat (Watts dan Zimmerman, 1986; Godfrey et al., 1997).
Masalah utama yang sering muncul dalam hubungan keagenan adalah adanya asimetri informasi, di mana satu
pihak memiliki lebih banyak informasi daripada yang lain. Pemerintah sebagai agen sering memiliki lebih banyak
informasi tentang kinerja aktual organisasi, sementara masyarakat sebagai kepala sekolah sering memperoleh
informasi terbatas tentang kinerja pemerintah atau bahkan mereka tidak memiliki informasi sama sekali.
Memberikan informasi kepada publik tentang kinerja pemerintah (dalam bentuk laporan keuangan) adalah salah
satu cara untuk mengurangi asimetri informasi di sektor publik, terutama di pemerintahan.

2.2.2. Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah


Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah (LGFS) adalah bentuk pertanggungjawaban pemerintah atas sumber daya yang mereka kelola.
Mardiasmo (2006) menyatakan bahwa publikasi LGFS kepada para pemangku kepentingan adalah bentuk
pertanggungjawaban internal Pemerintah Daerah serta kepada pihak eksternal, terutama untuk publik dan
pengguna laporan keuangan lainnya sebagai salah satu pertimbangan untuk pengambilan keputusan. Untuk
digunakan sebagai alat untuk pengambilan keputusan, laporan keuangan yang disiapkan oleh Pemerintah Daerah
harus memenuhi kualitas informasi berdasarkan standar, dalam hal ini Standar Akuntansi Pemerintahan (GAS).
Standar Akuntansi Pemerintahan di Indonesia adalah Peraturan Pemerintah No. 24/2005 tentang uang
tunai untuk basis akrual yang digunakan hingga 2014. Standar Akuntansi Pemerintahan terbaru tentang dasar
akrual telah secara resmi diterapkan pada tahun 2015. Sesuai dengan GAS 2005, Pemerintah Daerah diharuskan
menyusun laporan keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (BR), Neraca (BS), Laporan Arus Kas
(CF), dan Catatan atas Laporan Keuangan (NTFS). Kerangka kerja konseptual GAS menjelaskan bahwa untuk
memberikan kualitas yang memadai untuk pengambilan keputusan, informasi yang disediakan dalam LGFS harus
relevan, dapat diandalkan, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami.

2.2.3. Audit Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Untuk melindungi pengguna laporan keuangan pemerintah daerah dari kemungkinan manipulasi dalam
laporan keuangan karena mereka mungkin tidak tahu banyak tentang kondisi nyata pemerintah daerah, LGFS harus
diaudit oleh pihak ketiga yang independen (Mahmudi, 2007). Sesuai dengan UU No. 15/2004 tentang Audit
Manajemen dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU No. 15/2006 tentang Dewan Audit, lembaga yang
memiliki kewajiban untuk mengaudit LGFS adalah Badan Pemeriksa Keuangan (SAA). Hasil akhir dari audit yang
diambil oleh SAA adalah pendapat tentang LGFS yang terdiri dari Pendapat Tidak Wajar, Pendapat Kualifikasi,
Pendapat buruk dan Pendapat Sangkalan.
Selama investigasi LGFS, SAA Indonesia yang dipandu oleh Status Standar Audit yang memiliki empat
standar pelaporan ditetapkan oleh IAPI dan enam standar tambahan (John & Setiawan, 2009). Untuk
mengklasifikasikan temuan yang diperoleh selama proses audit LGFS, SAA telah mengeluarkan Keputusan No. 5 /
K / I-XIII.2 / 8/2010 tentang Pedoman Teknis untuk Temuan Pemeriksaan Kode. Sesuai dengan Keputusan SAA No.
5 / K / I-XIII.2 / 8/2010, temuan tentang masalah dalam akun yang menyebabkan LGFS mendapatkan Pendapat
Non-Wajar Tanpa Pengecualian diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu: (1) ketidakpatuhan dengan ketentuan
undang-undang dan undang-undang, (2) kelemahan sistem kontrol internal, dan (3) ekonomi, ketidakefisienan dan
ketidakefektifan (3E).
19 ​S. Ningsih / Jurnal Penelitian Akuntansi Asia 1 (2016) 16 - 27

3. Metode Penelitian

3.1. Pendekatan Penelitian

Untuk menjawab pertanyaan penelitian, metode penelitian kualitatif digunakan. Moleong (2005)
menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah pendekatan yang menggunakan pengaturan alami, namun tidak
menggunakan perlakuan khusus untuk memahami fenomena tertentu. Bahkan, banyak LGFS mendapatkan Opini
Non-Wajar (dalam hal LGFS mendapatkan Opini Berkualitas, Opini Buruk dan Opini Sanggahan) yang merupakan
fenomena yang harus diamati dalam penelitian ini. Paradigma interpretatif khususnya fenomenologi diterapkan
dalam penelitian ini, di mana fakta dilihat sebagai sesuatu yang unik, fakta memiliki konteks dan makna tertentu,
dan mereka sangat penting dalam memahami makna sosial. Paradigma interpretatif memandang fakta sebagai
sesuatu yang cair (tidak kaku) dalam sistem makna dan mengasumsikan bahwa pemahaman akal sehat itu nyata,
stabil, dan berkelanjutan dari waktu ke waktu (Neuman, 2011). Pendekatan kualitatif dengan paradigma interpretif
(fenomenologi) dipilih untuk penelitian ini karena penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hubungan antara
variabel, tetapi ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan menggambarkan kelompok akun dan masalah muncul
dalam akun yang menyebabkan LGFS memperoleh Pendapat Non-Wajar Tanpa Pengecualian.

3.2. Unit Analisis

Unit analisis penelitian ini adalah laporan Audit pemerintah kabupaten dan kota di Jawa Timur. Jawa
Timur dipilih sebagai unit analisis karena memiliki jumlah Pemerintahan Daerah tertinggi di Indonesia yang terdiri
dari 29 kabupaten dan 9 kota Pemerintah.

3.3. Instrumen Penelitian


Penelitian

ini menggunakan analisis isi sebagai instrumen. Analisis konten adalah metode untuk menangkap konten
pesan atau dokumen (Shauki, 2014). Churyk et al. (2008) menyatakan bahwa analisis konten adalah teknik
sistematis untuk mengkategorikan kata ke dalam kategori konten dengan menggunakan aturan pengkodean
tertentu. Krippendorff (2004) menyatakan bahwa analisis isi sebagai teknik penelitian untuk mempersiapkan dan
menarik kesimpulan yang valid dari kumpulan data sesuai dengan konteksnya. Lebih lanjut, Krippendorff (2004)
menjelaskan bahwa kelebihan analisis konten terletak pada kemampuannya untuk memberikan dasar bagi
kesimpulan dalam sejumlah besar teks dengan menggunakan perawatan secara sistematis. Analisis konten
memastikan bahwa semua unit analisis mendapatkan perlakuan yang sama, tidak peduli apakah mereka
dimasukkan pertama kali atau terakhir kali dalam proses analisis. Penelitian ini menggunakan analisis isi karena
melibatkan sejumlah besar data, dalam bentuk teks dari tiga jenis utama laporan keuangan pemerintah daerah yang
terdiri dari Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas selama 8 tahun. Ada banyak akun dan masalah yang
berbeda yang mempengaruhi SAA Indonesia untuk memberikan Pendapat Tanpa Kualifikasi untuk setiap tahun
yang membutuhkan teknik sistematis untuk mengidentifikasi akun dan masalah yang muncul dalam akun tersebut
yang menyebabkan LGFS mendapatkan Pendapat Tanpa Tanpa Syarat.

3.4. Data Penelitian

Krippendorff (2004) menyatakan bahwa data yang sesuai dianalisis menggunakan analisis isi termasuk
wacana lisan, dokumen tertulis, representasi visual yang biasanya disampaikan melalui media massa seperti surat
kabar, majalah, buku, radio, film, commix dan program televisi. Semuanya dalam bentuk tertulis / teks. Data dalam
penelitian ini terdiri dari 256 opini audit atas laporan keuangan pemerintah daerah (LGFS) di Jawa Timur untuk
periode 2006 hingga 2013, di mana 198 LGFS memperoleh Opini Kualifikasi, 48 LGFS memperoleh Opini Buruk,
dan 10 LGFS memperoleh Opini Sangkalan. Semua Data Laporan Audit dalam format pdf telah dikonversi ke dalam
format dokumen untuk mendapatkan konsistensi untuk pemrosesan data lebih lanjut. Opini Audit Rekapitulasi Opini
keuangan kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur untuk 2006-2013 disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Opini Audit Rekapitulasi LGFS untuk Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Timur
2006-2013
Opini Audit 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2010 2011 2013 2013 2013

Opini TidakSyarat ​1 0 0 0 5 10 12 17

MemenuhiOpini Memenuhi Syarat ​30 2 27 35 32 26 26 20

Opini Buruk ​5 36 5 1 0 0 0 1

Opini Sangkalan ​0 0 6 2 1 1 0 0

Total 36 38 38 38 38 38 38 38 38 38

3.5 . Analisis Data


Analisis

konten dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi NVIVO 10. Untuk mendapatkan valid dan
reliabel
S. Ningsih / Asia Jurnal Akuntansi Penelitian 1 (2016) 16-27 ​20
kesimpulan, analisis isi kualitatif dilakukan yang melibatkan serangkaian prosedur pengolahan data yang
jelas dan sistematis. Krippendorff (2004) menjelaskan bahwa penelitian yang menggunakan analisis isi
pada umumnya memiliki 6 tahap yang juga dilaksanakan dalam penelitian ini, yaitu: (a) Desain, (b)
Menentukan Unit Analisis, (c) Menentukan Sampel, (d) Proses Encoding ( Coding), (e) Menggambar
Kesimpulan (Menggambar kesimpulan), (f) Validasi (Validasi).
4. Temuan
4.1. Akun yang Menyebabkan LGFS Mendapatkan Pendapat Non-Wajar Tanpa Pengecualian
Untuk menentukan akun yang menyebabkan LGFS mendapatkan Pendapat Tanpa Wajar, kami
menggunakan frekuensi kata untuk mengidentifikasi kata kunci yang terkait dengan "akun" untuk setiap
jenis laporan. Kata-kata yang paling sering muncul kemudian diklasifikasikan menurut akun utama yang
ada di setiap jenis tiga kategori utama laporan keuangan pemerintah daerah. Hasil analisis frekuensi kata
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kategori Analisis Isi untuk Akun Pengecualian
Kategori Tema Kata kunci ​Laporan Realisasi Anggaran
Pendapatan Pendapatan, Pendapatan, Pendapatan, Retribusi, Pajak, Gross, Dividen, BUMD. Pengeluaran (Pengeluaran)
Pengeluaran, Modal, Barang dan Jasa, Sosial, Hibah, Personel,
Bunga, Subsidi, Tidak Terduga, Pemeliharaan, Transfer, Honorarium. Ekuitas Pembiayaan, Revolving, Dana, Hutang, Pinjaman,
Pendirian, Cadangan, Divestasi,
Surplus Anggaran, Permanen, Non permanen, angsuran, pembayaran Neraca Aset Aset Aset, Persediaan, Investasi, Tanah,
Piutang, Konstruksi, Bangunan,
Jalan, Mesin, Peralatan Jaringan, Irigasi, Kendaraan, Instalasi, Jembatan, Kapitalisasi, Deposit, susut.
Kewajiban Kewajiban, Kewajiban, PFK
Ekuitas Ekuitas,
Laporan Arus Kas,
Kegiatan Operasional, Kegiatan Investasi - Aktivitas Pendanaan - Aktivitas Non-Anggaran, PFK
Hasil frekuensi kata menunjukkan bahwa akun yang paling sering muncul sebagai pengecualian atau
sebagai penyebab dalam paragraf opini adalah akun Laporan Realisasi Anggaran dengan 6628 kali
penampilan, diikuti oleh akun di Neraca dengan penampilan 4206 kali, dan yang terakhir adalah akun
dalam Laporan Arus Kas dengan 693 kali penampilan. Rekapitulasi akun penampilan frekuensi akun
dalam paragraf pengecualian untuk setiap jenis laporan disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Rekapitulasi Frekuensi Penampilan Pengecualian Akun di Pemerintah Daerah Laporan Keuangan
21 ​S. Ningsih / Asian Journal of Accounting Research 1 (2016 ) 16 - 27

4.1.1. Pengecualian dalam Akun Laporan Realisasi Anggaran

Frekuensi rekapitulasi yang disajikan pada Gambar 1. menunjukkan bahwa akun dalam Laporan Realisasi
Anggaran adalah akun yang paling sering muncul sebagai pengecualian atau sebagai penyebab dalam paragraf
opini laporan audit oleh SAA dengan 6628 kali frekuensi penampilan. Analisis klasifikasi kata kunci dari Laporan
Realisasi Anggaran menunjukkan bahwa akun yang paling sering dalam paragraf pendapat laporan audit oleh SAA
adalah akun Pengeluaran dengan frekuensi penampilan 4198 kali, diikuti oleh akun pembiayaan dengan frekuensi
penampilan 1476 kali dan terakhir adalah akun pendapatan dengan frekuensi kemunculan 954 kali. Frekuensi
rekapitulasi tampilan dalam Laporan Realisasi Anggaran disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Frekuensi Rekapitulasi Akun Penampilan dalam Laporan Realisasi


Anggaran
4.1.1.1. Akun Pendapatan

Ringkasan kejadian frekuensi dalam Laporan Realisasi Anggaran menunjukkan bahwa akun pendapatan
adalah akun yang paling jarang menyebabkan laporan keuangan pemerintah daerah untuk mendapatkan Pendapat
Non-Wajar Tanpa Pengecualian dengan frekuensi kemunculan 954 kali (lihat Gambar 2). Dalam hal ini, masalahnya
terutama terkait dengan akun Penghasilan Lain, Penghasilan Retribusi, Penghasilan Pajak, penghitungan
pendapatan kotor, dan pendapatan dari laba perusahaan.

4.1.1.2. Akun) Akun

Pengeluaran (PengeluaranPengeluaran (pembelanjaan) adalah akun yang memiliki frekuensi tertinggi


sebagai penyebab LGFS memperoleh Opini Non-Wajar, dengan frekuensi kemunculan 4198 kali. Berdasarkan hasil
analisis frekuensi kata, akun pengeluaran yang muncul sebagai pengecualian (dari tertinggi ke terendah) meliputi:
Pengeluaran Modal, Pengeluaran Barang dan Jasa, Pengeluaran Sosial, Pengeluaran Hibah, Pengeluaran
Personel, Pengeluaran Bunga, Pengeluaran Subsidi, Pengeluaran Tak Terduga, Biaya Pemeliharaan dan Transfer.
Perincian akun Pengeluaran yang menjadi penyebab utama LGFS mendapatkan Opini Non-Wajar disajikan pada
Gambar 3.

Gambar 3 Rekapitulasi Frekuensi Pengeluaran Penampilan (Pengeluaran)


Akun
S. Ningsih / Asian Journal of Accounting Research 1 (2016) 16 - 27 ​22

4.1.1.3. Rekening Pembiayaan

Rekapitulasi frekuensi kemunculan dalam Laporan Realisasi Anggaran menunjukkan bahwa Rekening
Pembiayaan berada di urutan kedua karena rekening tersebut menyebabkan LGFS memperoleh Pendapat Tanpa
Kualifikasi dengan frekuensi kemunculan sebanyak 1476 kali (lihat Gambar 2). Analisis frekuensi kata menunjukkan
bahwa akun pembiayaan sebagai akun pengecualian terdiri dari: Ekuitas, Dana Bergulir, Hutang / Pinjaman,
Pembentukan Dana Cadangan, Divestasi, dan penggunaan Surplus Anggaran.

4.1.2. Pengecualian dalam Akun Neraca


Rekapitulasi frekuensi yang ditunjukkan pada Gambar 1. mengungkapkan bahwa laporan neraca berada
di tempat kedua sebagai pengecualian atau sebagai penyebab dalam paragraf opini laporan audit oleh SAA dengan
frekuensi penampilan 4206 kali. Klasifikasi kata kunci dari analisis frekuensi kata menunjukkan aset adalah akun
yang paling sering muncul sebanyak 4107 kali, diikuti oleh akun liabilitas dengan frekuensi penampilan 71 kali dan
yang terakhir adalah akun ekuitas dengan frekuensi penampilan 28 kali. Frekuensi rekapitulasi kejadian dalam
Laporan Neraca disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Frekuensi Rekapitulasi Akun Penampilan dalam Neraca

4.1.2.1. Akun

Aset Aset adalah akun yang paling sering menyebabkan laporan keuangan pemerintah daerah
mendapatkan Opini Non-Wajar dengan frekuensi penampilan 4107 kali (lihat Gambar 4.). Hasil frekuensi kata
menunjukkan bahwa aset yang menyebabkan LGFS mendapatkan pendapat yang tidak memenuhi syarat (dari
tertinggi ke terendah) adalah: (1) Inventaris, (2) Investasi, (3) Tanah, (4) Piutang, (5) Bangunan- 1, (6) Bangunan-2,
(7) Jalan, (8) Mesin, (9) Peralatan (10) Jaringan, (11) Irigasi (12) Konstruksi, (13) Kendaraan, (14) Instalasi, dan (15)
)Jembatan. Rincian Aset yang menyebabkan LGFS memperoleh Opini Non-Wajar disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Frekuensi Rekapitulasi Akun Penampilan Aset

4.1.2.2. Akun Liabilitas

Ringkasan frekuensi yang sering terjadi dalam laporan neraca menunjukkan bahwa kewajiban / kewajiban
memegang posisi kedua sebagai akun yang menyebabkan laporan keuangan pemerintah daerah mendapatkan
opini yang tidak berkualitas dengan
23 ​S. Ningsih / Jurnal Penelitian Akuntansi Asia 1 (2016) 16 - 27

frekuensi penampilan 71 kali. Masalah-masalah dalam liabilitas terkait dengan hutang dalam akun sehubungan
dengan pihak ketiga dan hutang jangka pendek lainnya.

4.1.2.3. Akun Ekuitas

Ringkasan kejadian frekuensi dalam neraca mengungkapkan bahwa ekuitas adalah akun yang paling
jarang menyebabkan laporan keuangan pemerintah daerah mendapatkan opini selain Opini Wajar Tanpa
Pengecualian dengan frekuensi penampilan 28 kali (lihat Gambar 4).

4.1.3. Pengecualian dalam Laporan Arus Kas

Kata hasil frekuensi untuk setiap jenis laporan keuangan menunjukkan bahwa akun dalam Laporan Arus
Kas adalah akun yang paling jarang menyebabkan laporan keuangan pemerintah daerah mendapatkan opini yang
tidak berkualitas dengan frekuensi kemunculan 693 kali ( lihat Gambar 1.). Klasifikasi berdasarkan frekuensi kata
dibagi menjadi tema utama laporan arus kas. Ini menunjukkan bahwa akun Aktivitas Non-Anggaran adalah akun
tertinggi yang menyebabkan laporan keuangan pemerintah daerah mendapatkan Opini Berkualitas, Opini Buruk,
dan Opini Sangkalan.

4.2. Masalah Akun yang Menyebabkan LGFS Mendapat Pendapat


Non-Wajar Tanpa Pengecualian

Masalah dalam rekening yang menyebabkan LGFS memperoleh Pendapat Tanpa Wajar tanpa
pengecualian diidentifikasi berdasarkan tiga kelompok utama temuan pemeriksaan sesuai dengan Petunjuk Teknis
Pengkodean temuan Investigasi sebagaimana dinyatakan dalam Keputusan SAA No.5 /K/I-XIII.2/8/2010. Tiga
kelompok dari jenis temuan investigasi ini adalah: (1) ketidakpatuhan terhadap ketentuan undang-undang, (2)
kelemahan sistem pengendalian internal, dan (3) Ekonomi, inefisiensi dan ketidakefektifan (3E). Ketidakpatuhan
terhadap ketentuan hukum termasuk: (a) penyebab kerugian, (b) penyebab potensi kerugian, (c) penyebab
kekurangan, (d) yang berkaitan dengan administrasi, dan (e) penyebab pelanggaran pidana . Kelemahan sistem
pengendalian internal mencakup temuan dari (a) kelemahan sistem akuntansi dan pelaporan, (b) kelemahan sistem
pelaksanaan anggaran, dan (c) kelemahan struktur pengendalian internal. Dalam ekonomi, inefisiensi dan
ketidakefektifan (3E) termasuk temuan investigasi terkait (a) ekonomi, (b) inefisiensi, dan (c) ketidakefektifan.
Untuk menyelidiki masalah dalam akun yang menyebabkan LGFS mendapatkan Pendapat Tanpa
Kualifikasi, frekuensi kata dijalankan untuk mendeteksi kata kunci yang paling sering dikaitkan dengan tiga temuan
utama kelompok inspeksi sesuai dengan pedoman teknis yang dikeluarkan oleh SAA. Setelah kata-kata yang paling
sering didapat, mereka kemudian diklasifikasikan ke dalam kelompok temuan pemeriksaan. Tabel 3 menyajikan
hasil analisis frekuensi kata ke dalam 3 kategori temuan investigasi. Gambar 6 menyajikan masalah akun untuk
setiap kategori.

Tabel 3 Kategori Analisis Konten Masalah PengecualianAkun


KategoriKata Kunci Tidak sesuai dengan ketentuan hukum Non kepatuhan, kehilangan, kekurangan,
Kesalahan, Pelanggaran, Disserve.
ketidakefektifan (3E)
Kelemahan dari sistem kontrol internal , ketidakefektifan, infelicity,
internal, kontrol, sistem, struktur, kebenaran, validitas,

dalam ekonomi, inefisiensi dan


Gambar 6 Rekapitulasi Frekuensi Masalah Pengecualian Akun

Dari Gambar 6, dapat disimpulkan bahwa masalah yang paling sering terjadi terkait dengan akun yang
menyebabkan LGFS mendapatkan Opini Non-Wajar adalah kelemahan Sistem Pengendalian Internal, diikuti oleh
ketidakpatuhan dengan ketentuan hukum dan yang terakhir tidak ekonomis, efisien dan efektif.
S. Ningsih / Jurnal Penelitian Akuntansi Asia 1 (2016) 16 - 27 ​24

4.2.1. Ketidakpatuhan dengan Ketentuan Hukum

Kategori ini terutama terkait dengan temuan yang menunjukkan ketidakpatuhan dengan undang-undang /
Undang-undang termasuk: (a) penyebab kerugian b) menyebabkan kekurangan, (c) terkait dengan administrasi dan
(d) penyebab tindak pidana. The results of word frequency related to the exceptions accounts in non-compliance of
laws are presented in Figure 7. ​Figure 7 Problems
​ Exception Accounts in Non-compliance with the Provisions of Law Category

4.2.2. Internal Control System Weaknesses

The most frequent problems causing LGFS obtain Non-Unqualified Opinion is internal control weaknesses
(see Figure 6). The problems in this category are mainly because of the weakness of the internal control structure,
and unreliable accounting and reporting systems. The results of word frequency in the weaknesses of internal
control system category is presented in Figure 8.

Figure 8 Problems Exception Accounts in Weakness of The Internal Control System


Category
4.2.3. In-economies, Inefficiencies, and Ineffectiveness (in-3E)

The results show that the problems for the category in-economies, inefficiency and ineffectiveness are
relatively fewer than the other categories. The problem for this category is mainly related to the ineffectiveness and
impropriety in the use of the resources. The results of word frequency in this category are presented in Figure 9.
25 ​S. Ningsih / Asian Journal of Accounting Research 1 (2016) 16 – 27

Figure 9 Problems Exception Accounts in In-economies, inefficiency and ineffectiveness


Category

5. Research Findings and Discussion

The results of this study point out that the most frequent account as an exception or as a cause of LGFS to
get Non-Unqualified Opinion is accounts in the Budget Realization Report. The Balance Sheet accounts are in the
second place and the last are the accounts on a Cash Flow statement. These results differ from Subehan's study
(2012) which found that the Balance Sheet account was the most frequent account as an exception to the audit
opinion. Sari et al. (2010) also suggested different results in which Balance Sheet and Budget Realization accounts
were the main cause of LGFS to get Qualified Opinion. Although the account exception for types of financial reports
are different from the previous research, but for the category accounts group, the results of this study support the
research of Subehan (2012) and Sari et al. (2010) which show that spending accounts and Asset account are the
most frequent accounts as an exception for Budget Realization and Balance Sheet. In contrast to Subehan (2012),
the results of this current study identified that equity includes accounts that causes LGFS to get Non-Unqualified
opinion. These different results are most likely due to the different observation period. By using a longer period
(eight years) compared to Subehan's study (2012) which took one year and Sari's et al. (2010) which took 2 years,
the results of this study are more thorough in identifying the accounts causing LGFS to get Qualified Opinion,
Adverse Opinion and Disclaimer Opinion.
The results of this study identify that the problems for accounts that often appears as an exception are
mainly due to the weakness of the Internal Control System, followed by non-compliance with the provision of laws
and the latter is a problem related to in-economies, inefficiency and ineffectiveness (not 3E). These results do not
support Subehan's (2012) and Sari's et al. (2010) studies which shows that the most frequent problem often appears
as an exception is non-compliance with the legislation/laws. Compared to Subehan (2012), this study has found that
in-economies, inefficiencies and ineffectiveness (not 3E) also cause LGFS not to obtain Unqualified Opinion.

Research Limitation

This research was conducted at the Audit Opinion of LGFS for counties and cities Government in East
Java implementing Government Accounting Standards with Cash towards Accrual Basis from 2006 to 2013. Thus
the results of this study can only describe the conditions that exist in those areas. The data were analyzed
aggregately, the researcher did not further analyze the accounts and the problem for each year and in each county
or city.

6. Conclusion

This study found that the most frequent accounts which appear as an exception in the audit opinion of the
LGFS on counties and cities in East Java for 2006-2013 are the accounts on Budget Realization Report. In Budget
Realization, the most frequent account which appears as an exception is spending account, while assets found to be
the most frequent account as an exception in Balance Sheet. This research also identified that the weakness of the
Internal Control System becomes the main problem for accounts that often appears as an exception.
​ 6
S. Ningsih / Asian Journal of Accounting Research 1 (2016) 16 – 27 2

7. Research Implications

The results of this study can be used as an input for local government in managing public funds, especially
in terms of the preparation of financial statements to improve the quality of financial reporting. The results of this
study also provide an input for policy makers, in this case the central government about variety factors that must be
considered before and when implementing the Government Accounting Standards. The results of this study also can
be used as reference materials in the development of public sector accounting literature, primarily for government
agencies. The results can also be used by various parties who need the information about how to evaluate the
activities held by the government.

Future research is recommended to further analyze the accounts and the problems that often appear as
an exception in audit opinion for each year and in each county or city. Future studies can also extend the scope of
research by involving counties or cities in other provinces in Indonesia in order to obtain a broader picture about the
problems considered by SAA in giving opinions on Local Government Financial Statements. Starting in 2015, all of
the local government in Indonesia are required to implement the new Government Accounting Standards (GAS) with
accrual basis, further research can compare the conditions when implementing GAS- based on cash toward accrual
basis with the condition when applying GAS with accrual-based.

Glossary
LGFS : LKPD : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah BR : LRA :
Laporan Realisasi Anggaran CF : LAK : Laporan Aliran Kas BS : Neraca
NTFS CALK : Catatan Atas Laporan Keuangan. GAS : SAP : Standar
Akuntansi Pemerintahan SAA : BPK : Badan Pemeriksa Keuangan AR :
LHP : Laporan Hasil Pemeriksaan Unqualified Opinion : WTP :
WajarTanpaPengecualian Qualified Opinion : WDP : Wajar Dengan
Pengecualian Adverse Opinion : TW : Tidak Wajar Disclaimer Opinion :
TMP : Tidak Memberikan Pendapat Government Units : SKPD : Satuan
Kerja Perangkat Daerah Counties and Cities : Kabupaten dan Kota
Profit Enterprises : BUMD : Badan Usaha Milik Daerah Budget Surplus :
Silpa : Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran.

References

Anthony, RN, Govindarajan, V., 1995. Management Control Systems Eight Edition. Chicago: Robert D. Irwin. Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, 2007. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2007
atas Laporan Keuangan untuk Tahun Anggaran 2006. ______, 2008. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan
Semester I Tahun 2008 atas Laporan Keuangan untuk Tahun
Anggaran 2007. ______, 2009. Ikhtisar Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan untuk Tahun
Anggaran 2008. ______, 2010. Ikhtisar Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan untuk Tahun Anggaran
2009. ______, 2011. Ikhtisar Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Tahun
Anggaran 2010. ______, 2012. Ikhtisar Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Tahun
Anggaran 2011. ______, 2013. Ikhtisar Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Tahun
Anggaran 2012. ______, 2014. Ikhtisar Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Tahun
Anggaran 2013. Churyk, NT, Lee, CC, Clinton, BD, 2008. Can We Detect Fraud Earlier? A Technique
Called Content
Analysis Raises The Possibility. Strategic Finance, 90 (4). Godfrey, J., Hodgson, A., Holmes, S., 1997.
Accounting Theory. Queensland: John Wiley & Sons. Jensen, M., Meckling, WH, 1976. Theory of the Firm:
Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership
Structure. Journal of Financial Economics 3 (4), 305-360. John, MY, Setiawan, D., 2009. Kiat Memahami
Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di
Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Krippendorff, K., 2004. Content Analysis: An Introduction to
Its Methodology Second Edition. Thousand Oaks:
Sage Publication.
27 ​S. Ningsih / Asian Journal of Accounting Research 1 (2016) 16 – 27

Mahmudi, 2007. Analisis Laporan Keuangan Daerah: Panduan Bagi Eksekutif, DPRD, dan Masyarakat dalam
Pengambilan Keputusan Ekonomi, Sosial, dan Politik. UPP STIM YKPN. Mardiasmo, 2006. Akuntansi
Sektor Publik. Yogyakarta: Andi. Moleong, LJ, 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Neuman, WL, 2011. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches 7th Edition.
Pearson
Education. Republik Indonesia, 2004. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara. Republik Indonesia, 2006. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006
tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Republik Indonesia, 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. Sari, VF, Rasyid, ER, Firdaus, 2010. Studi Eksploratif Terhadap Laporan Hasil
Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kabupaten/Kota yang Memperoleh Opini Wajar dengan Pengecualian
Menggunakan Content Analysis. Proceeding Simposium Nasional Akuntansi XIII. Shauki, ER, 2014. Using
Research Instruments. Lecturing, University of South Australia/University of
Indonesia. Subehan, T., 2012. Evaluasi Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Yang Tidak
Memperoleh Opini Wajar Tanpa Pengecualian: Studi Pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Se-Jawa Timur
Tahun Anggaran 2011. Tesis, Pasca Sarjana Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTimur. Watts, RL,
Zimmerman, JL, 1986. Positive Accounting Theory. Englewood Cliffs: Prentice-Hall.

Anda mungkin juga menyukai