Januari 2006: 16 - 26
Budijanto Widjaja
Laboratorium Geoteknik Universitas Katolik Parahyangan
ABSTRAK
Krisis moneter pada tahun 1998, mengkibatkan beberapa bangunan di Jakarta masih memiliki permasalahan yang
khusus, seperti pondasi yang dibangun tanpa tanpa pertimbangan penuh dalam konfigurasi dan panjang pondasi
tiang. Di Wisma Asia II di Jakarta, terdapat 388 spun pile yang dipancang pada tahun 1997. Secara nyata telah
memberikan efek yang signifikan terhadap peningkatan daya dukung pondasi tiang, dimana bangunan baru mulai
didirikan pada tahun 2005. Peningkatan daya dukung pondasi tiang juga diikuti biaya konstruksi bagian bawah
dan kebutuhan akan peningkatan lantai dari gedung pencakar langit. Pada kasus ini ada dua jenis data antara lain
sebelum dan setelah pemancangan pondasi tiang. Penyelidikan tanah diperlukan dan dihasilkan setelah
pemancangan terjadi perubahan kuat geser tanah. Fenomena itu dinamakan setup. Setup dibandingkan dan disetujui
dengan tes beban pondasi tiang dengan skala penuh. Disamping kasus tersebut, artikel ini juga memberikan
prediksi setup di tanah kepasiran di Porto, Poretrugis. Kemudian hasil lapangan dibandingkan dengan persamaan
empiris seperti Denver & Skov (1988), Guang-Yu (1988), dan Bogard & Matlock (1990).
Kata kunci: pemancangan pondasi tiang, spun pile, stup, uji beban skala penuh
16
Budijanto Widjaja, Kajian Pengaruh Setup pada Tiang Pancang 17
tanah ini, setidaknya ketiga kejadian di atas sangat diakibatkan oleh masalah aging yang terjadi
berpengaruh dan terutama yang paling dominan hingga 7 bulan setelah tiang dipancang.
adalah pemadatan.
Pada tanah pasiran yang relatif padat akan 2.2 Setup pada Tanah Lempung
terjadi dilasi lokal yaitu terjadinya ekspansi tanah Berbeda dengan tanah pasir yang cenderung
yang umumnya bersifat sementara. Akibatnya memadat apabila diganggu dengan pemancangan,
memunculkan tekanan air pori ekses negatif di tanah lempung akan timbul kompresi pada tanah
sehingga mengakibatkan kuat geser tanah relatif di sekeliling tiang pancang. Pada tanah lempung
meningkat. Namun, peningkatan kuat geser yang yang jenuh air, pemancangan tiang memicu
semakin besar tentunya sangat berpengaruh munculnya tegangan air pori ekses (“u) sebagai
terhadap semakin tinggi kesulitan di dalam aliran transien. Rasio “u terhadap tegangan
pemancangan tiang. vertikal efektif tanah dapat mencapai 1.5 – 2.0
Kesulitan pemancangan tersebut pada tanah kali pada posisi tanah yang dekat dengan tiang
pasir padat dapat diatasi dengan melakukan dan secara perlahan-lahan berkurang menuju nol
predrill sebelum tiang dipancang. Predrill ini akan yaitu pada saat mencapai kondisi hidostatik pada
menjadikan tanah menjadi lebih lepas sehingga radius sekitar 30 – 40 diameter tiang (gambar 1).
tiang relatif lebih mudah dipancang.
Menurut Airhat et al (1969), kompresi terbesar
Terlihat bahwa daya dukung tiang terkait terjadi pada ujung tiang dengan rasio sebesar 3 –
dengan disipasi tekanan air pori ekses. Akibat 4 kali. Akibat tingginya tegangan air pori ekses
adanya disipasi air pori ini tentunya terkait dengan ini menyebabkan turunnya kuat geser tanah. Hal
masalah waktu dan jenis tanah. Pada tanah inilah yang menjadi alasan instalasi tiang pancang
pasiran, nilai permeabilitas dapat mencapai satu menjadi lebih mudah. Akibat mudahnya instalasi
juta kali lebih tinggi daripada tanah lempung. Laju tiang tersebut mengurangi daya dukung tanah
peningkatan daya dukung tiang terhadap waktu secara temporer.
ini pada tanah pasiran disebut dengan setup.
Setup pada tiang umumnya sangat berhubungan
erat dengan peningkatan gesekan selimut tiang
(Lukas & Bushell, 1989; Chow et al., 1998;
Bullock, 1999; Fellenius et al., 2000). Masalah
setup ini pertama kali disebutkan dalam literatur
pada tahun 1900 oleh Wendel (Long et al., 1999).
Untuk setup pada tanah pasiran pertama kali
dilakukan oleh Tavenas & Audy (1972) dan
Samson & Authier (1986). Gambar 1 : Tegangan Air Pori Ekses Terukur pada
Tanah Lempung di Sekeliling Tiang Pancang
Peningkatan kuat geser tanah yang terjadi (Poulos & Davis, 1980)
pada interface antara tiang dan tanah dapat
disebabkan pula oleh aging. Sebagai gambaran Untuk tiang yang dipancang pada tanah
untuk tiang pancang beton dari hasil penelitian lempung, pada zona tertentu, tanah di sekitar tiang
Axellsson (2002), sebanyak 75% tiang uji, setup akan mengalami gangguan. Gangguan tersebut
dibagi menjadi tiga zona yakni remolded zone,
18 JURNAL TEKNIK SIPIL, Volume III, No. 1. Januari 2006: 16 - 26
Remolded zone dapat terjadi sekitar 0.5 D Tentang masalah waktu setup, Coduto (1994)
(D = diameter tiang) dari tepi tiang sedangkan memberikan informasi yang serupa dengan
zona terkompresi dapat menyebar dengan lebar Terzaghi & Peck (1967) bahwa tegangan pori
sekitar 1.5 D (gambar 4). Pada zona yang ekses akan terdisipasi dalam rentang waktu
terganggu terjadi reduksi kohesi (cu) terhadap sekitar 1 bulan untuk tanah lempung. Oleh karena
waktu sebagai fungsi waktu sampai sebagian atau itu, daya dukung pondasi tunggal ini akan
seluruh kuat geser termobilisasi. Interval waktu bertambah dan kembali dengan cepat. Dalam hal
yang dibutuhkan tersebut berkisar antara 30.0 ini terdapat peranan thixotropic tanah.
hingga 60.0 hari (Das, 2004).
2.3 Pengukuran Setup
Untuk mengukur daya dukung tiang akibat
setup ini dibutuhkan minimum dua kali
pengukuran daya dukung. Pengukuran pertama
dilakukan sedapat mungkin pada saat akhir
Budijanto Widjaja, Kajian Pengaruh Setup pada Tiang Pancang 19
Qt 2 (0.2T50 + t 2 )(T50 + t1 )
Q(t) = daya dukung tiang waktu t
Q 0 = daya dukung waktu t0 =
Qt1 (0.2T50 + t1 )(T50 + t 2 )
(2.4)
A = konstanta
Nilai A tersebut diusulkan sebesar 0.2 untuk
tiang di pasir dengan t0 sebesar 0.5 hari (Denver Keterangan
& Skov, 1988). Long et al. (1999) mengindikasi- t1, t2 = waktu yang ditinjau setelah akhir tiang
kan nila A bervariasi antara 0.2 – 1.0. Sedangkan dipancang (hari)
untuk tanah lempung, diusulkan nilai A sebesar Qt1, Qt2 = daya dukung tiang pada t1 dan t2
0.6 dengan t0 sebesar 1.0 hari. T 50 = konstanta matching curve
Konstanta maching curve dimaksudkan
Guang-Yu (1988) untuk menyesuaikan dengan hasil uji pembebanan
Sedikit berbeda dengan rumusan lainnya, Guang- di lapangan.
Yu (1988) mengusulkan bahwa pening-katan
daya dukung diambil pada hari ke-14 setelah 3. STUDI KASUS TANAH PASIRAN
pemancangan tiang. Sensitivitas tanah lempung 3.1 Tanah Pasiran di Porto, Portugis
diperhitungkan di dalam usulannya. Berikut adalah Pada lokasi pemancangan tiang, sebelumnya
rumusannya: telah dilakukan pengujian lapangan dan uji
20 JURNAL TEKNIK SIPIL, Volume III, No. 1. Januari 2006: 16 - 26
2.00 2.00
DMT 7
Panjang tiang yang terbenam adalah 6.0 m. Tiang CPT 7
C2 T2
1.75
4.00
2.00 CPT 9
CPT 5 C1 LOKASI
STUDI
C E3
statik skala penuh dengan sistem kentledge E4
CPT 8
DMT 8
DMT 6
lokasi beberapa jenis tiang yang diuji meliputi tiang SPT = standard penetration test
Hasil uji SPT ditunjukkan pada gambar 7 terlihat bahwa nilai tahanan konus (qc) sebelum
berdasarkan nilai N 60 yang telah dikoreksi dan sesudah dipancang cukup berbeda hingga
terhadap energi dari nilai NSPT lapangan. Nilai kedalaman 5.0 m. Peningkatan nilai qc rata-rata
koreksi N60 dalam korelasi dengan kepadatan hingga kedalaman tersebut mencapai 10% - 40%.
pasir sedikit berbeda dengan korelasi umum Dari hasil uji DMT, terjadi perubahan pada
dengan NSPT (Budhu, 2000). Berdasarkan N60, perilaku tanah pasir. Perubahan tersebut meliputi
tanah hingga kedalaman 5.0 m berada dalam peningkatan nilai modulus dilatometer (Ed) rata-
kepadatan medium, sedangkan pada kedalaman rata sebesar dua kali lebih besar hingga
lebih dari 5.0 m merupakan pasir padat. kedalaman 5.0 m. Koefisien tegangan horisontal
juga menunjukkan hasil serupa di mana tekanan
N60
0 10 20 30 40
tanah lateral (KD) membesar di bagian atas tiang
0
dan KD menurun seiring dengan peningkatan
1
kedalaman tiang. Sedangkan, nilai indeks material
2
(ID) memberikan informasi tentang jenis tanah
3
4
yakni pasir kelanauan (gambar 8).
Kedalaman
5
Berdasarkan hasil uji lapangan dan
6 laboratorium, secara skematis kondisi tanah
7 sebelum pemancangan ditunjukkan di gambar 9.
8 S1
S3
9 S4
S5 3.4 Prediksi Daya Dukung
10
Prediksi daya dukung dilakukan baik secara
q c (kg/cm 2)
0 5 10 15 20 konvensional dan penggunaan data uji lapangan,
0
dan metode transfer beban.
1
2
Pada gambar 10 ditunjukkan kurva
3
hubungan antara hasil uji pembebanan tiang
4 dengan hasil model Coyle & Castello (1966). Hasil
Kedalaman
Penurunan (mm)
lempung lanau pasir
40
0.0 50
1.0 1.0
Uji Pembebanan Tiang
60
1.0 70
2.0 2.0
80
2.0 90
3.0 3.0
100
3.0
K e d a l a m a n (m )
K e d a la m a n ( m )
K e d a la m a n ( m )
4.0 4.0
Gambar 10 : Kurva Beban Terhadap Penurunan
4.0
5.0 5.0
5.0
Rumusan empirik dari Denver & Skov (1988),
6.0
6.0 6.0
Svinkin (1996), dan Bogard & Matlock (1990)
digambarkan pada gambar 11. Rumusan empirik
7.0 7.0
7.0
KEY
U DB VII
DB IVA
DB V
Stratifikasi Tanah Potongan DB VI, DB IV
DB VI
DB IV
Proyek : Wisma Central Asia
DB II
Skala Vertikal 1:500
Skala Horizontal 1:400
DB I DB III
DB VI DB IV
0 20 40 60 0 20 40
0 0
Clay
Clay
Clay
10 10
Silt Silt
Silt
Sand 20 20
Clay
Sand
Clay 30 30
Sand
Clay
40 40
15
40
Gambar 13 menunjukkan N SPT terhadap
20
kedalaman pada seluruh titik. Dari gambar Dengan menggunakan data NSPT untuk
20
0 tersebut terlihat bahwa pada lokasi proyek kondisi setelah setup diperoleh daya dukung ultimit
250 5 10 15 20
Hasil Interpretasi Uji Pembebanan Statik
terdapat
Metode Schmertmann & Nottingham (1975)
2 (dua)
t (hari
0.5
) lapisan tanah pendukung untuk
0.5
desain sebesar 308 ton dengan menggunakan
30
pondasi dalam (NSPT > 50 pukulan), yaitu pada metode transfer beban dari Coyle & Castello
35
kedalaman 15.0 – 20.0 m dan 28.0 – 36.0 m dari (1966). Untuk kondisi sebelum adanya pengaruh
40 permukaan tanah. setup, diperoleh nilai daya dukung ultimit sebesar
DB-1 DB-2 DB-3 DB-4
ton (gambar 16). Hasil uji PDA (gambar 15) Dari kedua kasus ditunjukkan bahwa disipasi
menunjukkan nilai daya dukung yang hampir air pori berjalan lebih cepat pada tanah pasir
serupa yaitu sebesar 291.0 ton. dibandingkan pada tanah lempung. Namun, dari
kedua kasus di atas menunjukkan bahwa dapat
terjadi peningkatan daya dukung. Kasus pada
tanah pasiran di atas menunjukkan bahwa setup
berjalan dalam waktu yang relatif lebih cepat
dibandingkan dengan tanah lempung.
Beban (ton)
0.0 100.0 200.0 300.0 400.0
0.00
Penurunan (cm)
Gambar 14: Uji Pembebanan Tiang dengan Sistem
0.40
Kentledge (September 2005)
C oyle & C astello (1966)
0.60 Oktober 1997
5. KESIMPULAN
· Daya dukung pondasi tiang secara umum
Gambar 15: Hasil Uji PDA pada Tiang P182 mengalami peningkatan akibat setup untuk
Budijanto Widjaja, Kajian Pengaruh Setup pada Tiang Pancang 25
kondisi sebelum tiang dipancang dan setelah Coduto, Donald P.. Foundation Design
pemancangan baik untuk metode Principles and Practices. New Jersey:
konvensional maupun berdasarkan hasil SPT, Prentice-Hall, Inc1994.
CPT, dan DMT serta metode transfer beban.
Coduto, Donald P.. Foundation Design
· Berdasarkan hasil interpretasi uji pembebanan
Principles and Practices. 2 nd ed. New
tiang di lapangan untuk tanah pasir, diperoleh
Jersey: Prentice-Hall, Inc.2001
daya dukung ultimit antara 129 – 159 ton.
· Berdasarkan rumusan empirik Denver & Coduto, Donald P. .Geotechnical Engineering
Skov (1988), Svinkin (1996), dan Bogard & Principles and Practices. Delhi, India:
Matlock (1990), daya dukung tiang pada tanah Pearson Education.1999
pasir meningkat sebesar 2.6 – 3.9 kali lebih Das, Braja M.. Principles of Foundation
besar akibat setup yang terjadi. Engineering. 5th ed. Pacific Grove: Brooks/
· Pada tanah lempung menggunakan rumusan Cole-Thomson Learning.2004
empirik dari Guang-Yu (1988), Svinkin (1996),
Erbland, Philip J. and McGillivary, Ross T.. Effects
dan Bogard & Matlock (1990). Daya dukung
of Pile Setup on Pile Design and
mengalami peningkatan sebesar 3.0 kali.
Construction: A Case History. Current
· Kasus pada tanah pasiran di atas
Practices and Future In Deep Foundation.
menunjukkan bahwa setup berjalan dalam
Geotechnical Special Publication No.125: 66
waktu yang relatif lebih cepat dibandingkan
– 76.2004
dengan tanah lempung dikarenakan
perbedaan sifat fisik dan mekanik tanah. Fellenius, Bengt H.. Basic of Foundation
Design. Calgary, Alberta: eLib AB.2004
DAFTAR PUSTAKA Guang-Yu, Z.. Wave Equation Applications for
Airhart, TP, et al.. Pile-Soil System Response Piles in Soft Ground. Proceeding Third
in a Cohesive Soil. Performance of Deep International Conference on the Application
Foundations STP 444. New York: John Wiley of Stress-Wave Theory to Piles. Canada :
& Sons, Inc : 264-294, 1969 Ottawa : 831-836.1998
ASCE.. Bearing Capacity of Soils. New York: GW & Associates. . Laporan Teknis:
ASCE Press. 1993 Peningkatan Daya Dukung Pondasi Tiang
Pancang Wisma Asia II Jakarta. Bandung.
Astriani, D., Widjaja, B. and Rustiani, S.. Daya
2005
Dukung Pondasi Tiang Bor dan
Continuous Flight Auger Pada Tanah Pasir Komurka, Van E.. Incorporating Set-Up and
di Porto, Portugis. Aspek Geoteknik Dalam Support Cost Distributions into Driven Pile
Pelaksanaan Konstruksi Sipil: Peran dan Design. Current Practices and Future In Deep
Resiko Bagi Perancana, Pelaksana dan Foundation. Geotechnical Special Publication
Pengawas. Pertemuan Ilmiah Tahunan-VIII: No.125: 16 – 49. 2004
107 – 111.2004 McCarthy, David F. Essentials of Soil
Budhu, M.. Soil Mechanics & Foundations. Mechanics and Foundations Basic
New York: John Wiley & Sons, Inc.2000 Geotechnics. 6th ed. New Jersey: Prentice-
Hall, Inc.2002
26 JURNAL TEKNIK SIPIL, Volume III, No. 1. Januari 2006: 16 - 26
Olson, Roy E. and Shantz, Thomas J.. Axial Load Tan, Siew L., Cuthbertson, J. and Kimmerling,
Capacity of Piles in California In Robert E.. Prediction of Pile Set-Up in Non-
Cohessionless Soils. Current Practices and Cohesive Soils. Current Practices and Future
Future In Deep Foundation. Geotechnical In Deep Foundation. Geotechnical Special
Special Publication No.125: 1 – 15.2004 Publication No.125: 50 – 65. 2004
Poulos, HG and E.H. Davis. Pile Foundation Whitlow, R.. Basic Soil Mechanics. 3rd ed.
Analysis and Design. New York: John Wiley Malaysia: Longman Malaysia, PP.1998
& Sons, Inc.1980
Widjaja, B.. Prediction of Behavior of Driven,
Prakash, Shamser and H.D. Sharma. 1990. Pile Bored, and CFA Piles. Universitas Katolik
Foundations in Engineering Practice. New Parahyangan, Bandung. 2003
York: John Wiley & Sons, Inc.1990
Widjaja, B., A.S. Lestari, dan L. Widjayanti. 2005.
Simon, N. and Menzes, B.. A Short Course in Pengaruh Pemancangan Tiang pada
Foundation Engineering. 2nd ed. Guildford: Tanah Pasiran. Seminar Nasional PILE.
Thomas Telford.1999 Universitas Katolik Parahyangan,
Bandung.2005
Soderberg, L.. Consolidation Theory Applied
to Foundation Pile Time Effects. Widjayanti, L.. Studi Banding Daya Dukung
Geotechnique. Vol. 12 : 217 – 225. 1962 Tiang Pancang pada Tanah Pasiran: Studi
Kasus Porto Portugis. Skripsi tidak
dipublikasikan. Universitas Katolik
Parahyangan, Bandung.2005