Anda di halaman 1dari 34

KELARUTAN 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelarutan adalah jumlah zat yang terlarut pada waktu berada dalam

keseimbangan dengan bagian padat pada suhu tertentu. Kelarutan

mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia farmasi karena

suatu obat baru dapat diabsorbsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan

usus, sehingga salah satu usaha mempertinggi efek farmakologi dari

sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya. Selain itu dapat

membantu para ahli farmasi dalam membantunya memilih medium pelarut

yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, dapat membantu

mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan

larutan farmasetis dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar uji

kemurnian, pengetahuan yang lebih mendetail mengenai kelarutan dan

sifat-sifat yang berhubungan dengan itu juga memberikan informasi

mengenai struktur obat dan gaya antarmolekul obat.

Kelarutan dari suatu senyawa bergantung pada sifat kimia dan fisika

zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada factor temperatur, tekanan,

pH dan untuk jumlah yang lebih kecil bergantung pada hal terbaginya zat

terlarut. Dalam percobaan ini akan dilakukan uji kelarutan asam benzoat

dan asam borat dalam pelarut air.

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai

konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan

tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat

melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut

dalam 500 mL air. Kelarutan juga dinyatakan dalam satuan molalitas,

molaritas dan persen.

B. Maksud Praktikum

Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan

memahami pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan suatu zat dan

pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat.

C. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu menentukan

pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan suatu zat dan pengaruh pH

terhadap kelarutan suatu zat.

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu

larutan jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran

homogen bahan yang berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas,

cairan dan bahan padat dalam cairan. Disamping itu terdapat larutan

dalam keadaan padat (misalnya gelas, pembentukan kristal campuran)

(Voigt, 1994).

Kelarutan dapat dinyatakan sebagai jumlah gram zat terlarut yang

larut dalam sejumlah mL pelarut, misalnya 1 gram natrium klorida larut

dalam 2,8 mL air. Kelarutan adalah suatu bagian dalam suatu pelarut

tertentu, menunjukkan konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat

dari bahan dan pelarut tersebut (Ansel, 1989).

Untuk menyatakan kelarutan zat kimia, istilah kelarutan dalam

pengertian umum kadang-kadang perlu digunakan, tanpa mengindahkan

perubahan kimia yang mungkin terjadi pada pelarutan tersebut.

Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan

pada suhu 20° dan kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa, 1 bagian

bobot zat padat atau 1 bagian volume zat cair larut dalam bagian volume

tertentu pelarut. Pernyataan kelarutan yang tidak disertai angka adalah

kelarutan pada suhu kamar. Kecuali dinyatakan lain, zat jika dilarutkan

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
boleh menunjukkan sedikit kotoran mekanik seperti bagian kertas saring,

serat dan butiran debu (Ditjen POM, 1979).

Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berda dalam

kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Kelarutan didefinisikan

dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan

jenuh pada temperature tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan

sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk

disperse molekuler homogenya (Martin, 1990).

Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu

larutan jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran

homogen bahan yang berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas,

cairan dan bahan padat dalam cairan. Disamping itu terdapat larutan

dalam keadaan padat (misalnya gelas, pembentukan kristal campuran)

(Voight, 1994).

Peribahasa sederhana “like dissolves like” dapat diungkapkan

dengan cara lain, yang dengan menyatakan bahwa kelarutan suatu zat

umumnya dapat diperkirakan hanya dengan cara kualitatif dan hanya

setelah mempertimbangkan polaritas, konstanta dielektrik, asosiasi,

solvasi, tekanan internal, reaksi asam basa dan faktor-faktor lain. Solvasi

adalah kombinasi khusus pelarut dengan zat terlarut. Zat terlarut sering

kali lebih larut dalam daripada dalam satu pelarut saja (Sinko, 2005).

Suatu sifat fisika dan kimia yang penting dari suatu zat obat adalah

kelarutan, terutama kelarutan sistem dalam air. Suatu obat harus

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
mempunyai kelarutan dalam air agar manjur secara terapi, agar suatu

obat masuk ke sistem sirkulasi dan menghasilkan suatu efek terapeutik, ia

pertama-tama harus berada dalam larutan (Ansel, 1989).

Senyawa-senyawa yang relatif tidak larut seringkali menunjukkan

absorpsi yang tidak sempurna atau tidak menentu. Jika kelarutan dari zat

obat kurang dari yang diinginkan, pertimbangan harus diberikan untuk

memperbaiki kelarutannya. Metode untuk membantu ini tergantung pada

sifat kimia dari obat tersebut dan tipe produk obat dibawah pertimbangan.

Sebagai contoh, jika zat obat adalah asam atau basa, kelarutan dapat

dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam pH (Ansel, 1989).

Tetapi, untuk banyak zat penyesuaian pH bukan merupakan suatu

cara efektif dalam memperbaiki kelarutan. Obat asam lemah atau basa

lemah mungkin membutuhkan pH yang ekstrem yang diterima diluar

batas-batas fisiologis atau mungkin menyebabkan masalah-masalah

kestabilan dengan bahan-bahan formulasi (Ansel, 1989).

Penyesuaian pH biasanya mempunyai efek kecil terhadap kelarutan

nonelektrolit. Dalam banyak hal, dikehendaki untuk menggunakan

konsolven atau teknik-teknik lain seperti kompleksasi, mikronisasi, atau

dispersi padatan untuk memperbaiki kelarutan dalam air. Kelarutan obat

biasanya ditentukan dengan metode kelarutan kesetimbangan, dengan

mana kelebihan obat ditempatkan dalam suatu pelarut dan diaduk pada

suatu temperatur konstan selama periode waktu yang diperpanjang

sampai kesetimbangan diperoleh (Ansel, 1989).

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
pH, Suatu zat asam lemah atau basa lemah akan sukar terlarut,

karena tidak mudah terionisasi. Semakin kecil pKanya maka suatu zat

semakin sukar larut, sedangkan semakin besar pKa maka suatu zat akan

akan mudah larut (Lund, 1994).

Selain penambahan surfaktan dapat juga ditambahkan zat-zat

pembentuk kompleks untuk menaikkan kelarutan suatu zat, misalnya

penambahan ureten dalam pembuatan injeksi khirin (Mohtar, 1989).

B. Uraian Bahan

a. Air suling (Ditjen POM, 1979 : 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Aquadest

BM/RM : H2O / 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai larutan uji

b. Parasetamol (Ditjen POM, 1979 : 37)

Nama Resmi : ACETAMINOPHENUM

Nama lain : Paracetamol

RM / BM : C8H9NO2 / 151,16

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau,

Rasa pahit

Kelarutan : larut dalam 70 bagian, dalam 7 bagian etanol

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
(95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40

bagian gliserol dan 9 bagian propilen glikol.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari

Cahaya.

Khasiat : Analgetikum, antipiretikum

c. Natrium Fosfat (Ditjen POM, 1979 : 227)

Nama resmi : DINATRII HYDROGENPHOSPHAS

Nama lain : Natrium Fosfat, Dinatrium Hidrogenfosfat

RM/BM : Na2HPO4/358,14

Pemerian : Hablur tidak berwarna, tidak berbau, rasa

asin, dalam udara kering merapuh

Kelarutan : Larut dalam 5 bagian air, sukar larut dalam

etanol (95%) P

Kegunaan : Zat tambahan

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

d. Natrium Dihidrogenfosfat (Ditjen POM, 1979 : 409)

Nama resmi : NATRII DIHYDROGENPHOSPHAS

Nama lain : Natrium Dihidrogenfosfat

RM / BM : NaH2PO4 / 156,01

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur

putih, tidak berbau, rasa asam dan asin

Kelarutan : Larut dalam 1 bagian air

Kegunaan : Zat tambahan

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

C. Prosedur Kerja (Anonim, 2019)

a. Pengaruh Pelarut Campur Terhadap Kelarutan Zat

1 Buatlah 100 ml campuran bahan pelarut yang tertera pada table

dibawah ini

Alkohol Propilenglikol%
Pelarut Air % (v/v)
96% (v/v) (v/v)

A 60 0 40

B 60 10 30

C 60 20 20

D 60 35 5

E 60 40 0

2 Ambil 5 ml campuran pelarut masukkan kedalam vial, larutkan

paracetamol sebanyak 100 mg ke dalam masing-masing campuran

pelarut.

3 Kocok larutan dengan stirrer selama 30 menit. Jika ada endapan

yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu

paracetamol sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali.

4 Saring larutan dan tentukan kadar paracetamol yang larut dengan

menggunakan spektrofotometer.

5 Buatlah kurva antara kelarutan paracetamol dengan harga

konstanta dielektrik bahan pelarut campur yang ditambahkan.

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
b. Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat

1. Buatlah 25 ml larutan dapar fosfat dengan pH 6, 8 dan 10. Masing-

masing larutan ditambahkan 100 mg parasetamol ke dalamnya.

2. Kocok larutan dengan stirer selama 1,5 jam. Jika ada endapan

yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu

parasetamol sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali.

3. Saring larutan dan tentukan kadar parasetamol yang terlarut dalam

masing-masing larutan dapar dengan cara spektofotometri UV pada

panjang gelombang 236 nm. Bila konsentrasi larutan terlalu pekat

encerkan dulu dengan larutan dapar yang sesuai

4. Buat kurva hubungan antara konsentrasi zat yang diperoleh dengan

pH larutan.

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
BAB III

METODE KERJA

A. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Botol

Semprot, Erlenmeyer, Gelas Ukur, Magnetic Stirrer, Pipet Tetes, Stirer,

Timbangan Analitik, dan Vial.

B. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Asam

Fosfat, Aquadest, KH2PO4, K2HPO4, Paracetamol.

C. Cara Kerja

c. Pengaruh Pelarut Campur Terhadap Kelarutan Zat

1. Buatlah 100 ml campuran bahan pelarut yang tertera pada table

dibawah ini

Alkohol Propilenglikol%
Pelarut Air % (v/v)
96% (v/v) (v/v)

A 60 0 40

B 60 10 30

C 60 20 20

D 60 35 5

E 60 40 0

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
2. Ambil 5 ml campuran pelarut masukkan kedalam vial, larutkan

paracetamol sebanyak 100 mg ke dalam masing-masing campuran

pelarut.

3. Kocok larutan dengan stirrer selama 30 menit. Jika ada endapan

yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu

paracetamol sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali.

4. Saring larutan dan tentukan kadar paracetamol yang larut dengan

menggunakan spektrofotometer.

5. Buatlah kurva antara kelarutan paracetamol dengan harga

konstanta dielektrik bahan pelarut campur yang ditambahkan.

d. Pengaruh pH Terhadap Kelarutan Suatu Zat

1. Buat 25 ml larutan dapar fosfat dengan pH 6, 7 dan 8

2. Masing-masing larutan ditambahkan 100 mg paracetamol ke

dalamnya

3. Kocok larutan dengan stirrer selama 30 menit. Jika ada endapan

yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah

paracetamol sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali.

4. Saring larutan dan tentukan kadar paracetamol yang terlarut dalam

masing-masing larutan dapar dengan cara spektrofotmetri UV pada

panjang gelombang 260 nm. Bila konsentrasi larutan terlalu pekat

encerkan dulu dengan larutan dapar yang sesuai.

5. Buatlah kurva hubugan antara konsentrasi zat yang diperoleh

dengan pH larutan

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tabel

a. Penentuan Persamaan Garis Lurus Paracetamol


Konsentrasi Abs

4 0,287

6 0,411

8 0,563

10 0,686

12 0,896

b. Pengaruh Pelarut Campur Terhadap Kelarutan Zat


Pelarut Konsentrasi pct (ppm) Konsentrasi pct (mg/ml)

A 27.282,46 27,282

B 60.548,86 60,548

C 26.880,85 26,880

D 45.287,81 45,287

E 57.001,83 57,001

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
c. Pengaruh pH Terhadap Kelarutan Suatu Zat

pH pelarut Konsentrasi pct (ppm) Konsentrasi pct (mg/ml)

6 11.073,62 11,073

7 23.065,59 23,065

8 22.931,72 22,931

2. Kurva

1. Kurva Hubungan Konsentrasi Zat Terlarut dan Konsentrasi

Dielektrik Pelarut

70000

60000 60,542

50000
45,287
40000

30000
26,580
20000

10000

0 0 0
58 60 63 66,75 68

2. Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
25,000
23,065 22,931

20,000

15,000

11,073
10,000

5,000

0
6 7 8

3. Perhitungan

A. Pengaruh pH

Diketahui :

a = -0,042 c = 0,9999

b = 0,0682

a) pH 6

dit : konstanta (x) ?

𝑦−𝑎 𝑣.𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
X1 = 𝑥𝑓𝑝 fp = 𝑣.𝑑𝑖𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡/𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑏

0,272−(−0,042) 50 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
= 𝑥 5000 = 𝑥
0,0682 0,1 𝑚 1 𝑚𝑙

= 23020,53 ppm = 5000


23020,53
X1 = 𝑥10 𝑚𝑙
1000

X1 = 230,2053 mg / 10 ml

b) ph 8

dit : konstanta (x) ?


KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI
KELARUTAN 2
𝑦−𝑎 𝑣.𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
X1 = 𝑥𝑓𝑝 fp = 𝑣.𝑑𝑖𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡/𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑏

0,204−(−0,042) 50 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
= 𝑥 5000 = 𝑥
0,0682 0,1 𝑚 1 𝑚𝑙

= 18035,19 ppm = 5000


18035,19
X1 = 𝑥10 𝑚𝑙
1000

X1 = 180,3519 mg / 10 ml

c) pH 10

dit : konstanta (x) ?

𝑦−𝑎 𝑣.𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛
X1 = 𝑥𝑓𝑝 fp = 𝑣.𝑑𝑖𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡/𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑏

0,783−(−0,042) 50 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
= 𝑥 5000 = 𝑥
0,0682 0,1 𝑚 1 𝑚𝑙

= 60483,87 ppm = 5000


60483,87
X1 = 𝑥10 𝑚𝑙
1000

X1 = 604,8387 mg / 10 ml

Untuk Ph 8

1. pKa = 7,21

[𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚]
pH = 𝑝𝐾𝑎 + 𝑙𝑜𝑔 [𝑎𝑠𝑎𝑚]

[𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚]
8 = 7,21 + 𝑙𝑜𝑔 [𝑎𝑠𝑎𝑚]

[𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚]
log [𝑎𝑠𝑎𝑚] = 0,79

[𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚]
= 𝐴𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔 0,79
[𝑎𝑠𝑎𝑚]

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
[𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚]
[𝑎𝑠𝑎𝑚]
= 6,166

[garam] = 6,166 [asam]

2. Ka = Antilog (-pKa) = 6,166 x 10-8

[H3O+] = Antilog (-pH) = 1 x 10-6

𝐾𝑎 [𝐻 𝑂+ ]
ß = 2,3 . C (𝐾𝑎 + [𝐻3 𝑂+])2
3

(6,166𝑥10−8 )(1𝑥10−8 )
0,01 = 2,3 . C (6,166𝑥10−8 )+(1𝑥10−8 )2

6,166 𝑥 10−16
0,01 = 2,3 . C
51,35 𝑥 10−16

0,01 = 2,3 . C . 0,12

0,01 = 0,276 . C
0,01
C = 0,276 = 0,036 𝑚𝑜𝑙/𝐿

3. C = [gram] + [asam]

0,036 = 6,166 [asam] + [asam]

0,036 = 6,166 [asam] + 1 [asam]

0,036 = 7,166 [asam]


0,036
[asam] = 7,166 = 5,024 𝑥 10−3 𝑀

[garam] = 6,166 [asam]

[garam] = 0,062 [5,024 𝑥 10−3 ]

= 30,98 x 10-3 M

4. BM NaH2PO4 = 137,99 g/mol

BM Na2HPO4 = 358,14 g/mol

Untuk asam :

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
𝑔𝑟 1000
M = 𝐵𝑀 𝑥 𝑉

𝑔𝑟 1000
5,024 𝑥 10−3 = 358,14 𝑥 100

30,98 x 10−3 𝑥 358,14


gr = 10

gr = 1,109 g

untuk garam :
𝑔𝑟 1000
M = 𝐵𝑀 𝑥 𝑉

𝑔𝑟 1000
30,98 x 10-3= 358,14 𝑥 100

30,98 x 110−3 𝑥 358,14


gr = 10

gr = 0,164 g

Untuk Ph 10

1. pKa = 7,21

[𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚]
pH = 𝑝𝐾𝑎 + 𝑙𝑜𝑔 [𝑎𝑠𝑎𝑚]

[𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚]
10 = 7,21 + 𝑙𝑜𝑔 [𝑎𝑠𝑎𝑚]

[𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚]
log [𝑎𝑠𝑎𝑚] = 2,79

[𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚]
= 𝐴𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔 − 2,79
[𝑎𝑠𝑎𝑚]

[𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚]
[𝑎𝑠𝑎𝑚]
= 616,6

[garam] = 616,6 [asam]

2. Ka = Antilog (-pKa) = 6,166 x 10-8

[H3O+] = Antilog (-pH) = 1 x 10-10

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
𝐾𝑎 [𝐻 𝑂+ ]
ß = 2,3 . C (𝐾𝑎 + [𝐻3 𝑂+])2
3

(6,166𝑥10−8 )(1𝑥10−10 )
0,01 = 2,3 . C [(6,166𝑥10−8 )+(1𝑥10−10 )]2

6,166 𝑥 10−18
0,01 = 2,3 . C 38,14 𝑥 10−16

0,01 = 2,3 . C . 0,162 x 10-2

0,01 = 0,3726 x 10-2. C


1
C = 0,3776 = 2,68 𝑚𝑜𝑙/𝐿

3. C = [gram] + [asam]

2,68 = 6,166 [asam] + [asam]

2,68 = 616,6 [asam] + 1 [asam]

2,68= 617,6 [asam]


2,68
[asam] = 617,6 = 4,34 𝑥 10−3 𝑀

[garam] = 6,166 [asam]

[garam] = 0,062 [4,34𝑥 10−3]

= 2,68 M

4. BM NaH2PO4 = 137,99 g/mol

BM Na2HPO4 = 358,14 g/mol

Untuk asam :
𝑔𝑟 1000
M = 𝐵𝑀 𝑥 𝑉

𝑔𝑟 1000
5,024 𝑥 10−3 = 137,99 𝑥 100

4,34 x 10−3 𝑥 137,99


gr = 10

gr = 0,06 g
KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI
KELARUTAN 2
untuk garam :
𝑔𝑟 1000
M = 𝐵𝑀 𝑥 𝑉

𝑔𝑟 1000
2,68= 358,14 𝑥 100

2,68−3𝑥 358,14
gr = 10

gr = 96,98 g

B. Pengaruh Surfaktan

Diketahui:

a : 8,67 x 10-4
b : 0,0327
r : 0,999
Konsentrasi 1% :
y-a volume dipipet
1. X = x FP FP =
b volume sampel

0,812–8,67 x 10−4 100 mL


= x 1000 =
0,0327 0,1 mL
= 24805,29 ppm = 1000 kali
24805,29 ppm
= x 5 mL = 124,026 mg/ 5 mL
1000 mL

124,026 mg 1000 mg
10 mL
= X
124,026 . X = 10 . 1000
10000
=
124,026
= 80,63 (agak sukar larut)

Konsentrasi 2% :
y-a volume dipipet
2. X = x FP FP =
b volume sampel

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
0,805– 8,67 x 10−4 100 mL
= x 1000 =
0,0327 0,1 mL
= 24591,2 ppm = 1000 kali
24591,2 ppm
= x 5 mL = 122,96 mg/ 5 mL
1000 mL

122,96 mg 1000 mg
=
10 mL X
122,96 . X = 10 . 1000
10000
=
122,96
= 81,33 (agak sukar larut)

Konsentrasi 3% :
y-a volume dipipet
3. X = x FP FP =
b volume sampel

0,798– 8,67 x 10−4 100 mL


= x 1000 =
0,0327 0,1 mL
= 24377,16 ppm = 1000 kali
24377,16 ppm
= x 5 mL = 121,89 mg/ 5 mL
1000 mL
121,89 mg 1000 mg
10 mL
= X
121,89 . X = 10 . 1000
10000
=
121,89
= 82,02 (agak sukar larut)

Konsentrasi 4% :
y-a volume dipipet
4. X = x FP FP =
b volume sampel

0,275– 8,67 x 10−4 100 mL 10 mL


= x 16660 = X
0,0327 0,1 mL 0,6 mL
= 139665,31 ppm = 1000 X 16,66
KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI
KELARUTAN 2
= 16660
139665,31 ppm
= x 5 mL = 698,33 mg/ 5 mL
1000 mL

698,33 mg 1000 mg
10 mL
= X
698,33 . X = 10 . 1000
10000
=
698,33
= 14,32 (larut)

Konsentrasi 5% :
y-a volume dipipet
5. X = x FP FP =
b volume sampel

0,888– 8,67 x 10−4 100 mL


= x 1000 =
0,0327 0,1 mL
= 27129,45 ppm = 1000 kali
27129,45 ppm
= x 5 mL = 135,65 mg/ 5 mL
1000 mL
135,65 mg 1000 mg
=
10 mL X
135,65 . X = 10 . 1000
10000
=
135,65
= 73,72 (agak sukar larut)

Konsentrasi 6% :
y-a volume dipipet
6. X = x FP FP =
b volume sampel

0,777– 8,67 x 10−4 100 mL


= x 1000 =
0,0327 0,1 mL
= 23734,95 ppm = 1000 kali
23734,95 ppm
= x 5 mL = 118,67 mg/ 5 mL
1000 mL
KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI
KELARUTAN 2
118,67 mg 1000 mg
10 mL
= X
118,67 . X = 10 . 1000
10000
=
118,67
= 82,27 (agak sukar larut)

Konsentrasi 7% :
y-a volume dipipet
7. X = x FP FP =
b volume sampel

0,928– 8,67 x 10−4 100 mL


= x 1000 =
0,0327 0,1 mL
= 28352,69 ppm = 1000 kali
28352,69 ppm
= x 5 mL = 141,76 mg/ 5 mL
1000 mL
141,76 mg 1000 mg
10 mL
= X
141,76 . X = 10 . 1000
10000
=
141,76
= 70,54 (agak sukar larut)

Konsentrasi 8% :
y-a
8. X = x FP
b
0,802– 8,67 x 10−4
= x1
0,0327
= 24,5 ppm
24,5 ppm
= x 5 mL = 0,1225 mg/ 5 mL
1000 mL
0,1225 mg 1000 mg
10 mL
= X
0,1225 . X = 10 . 1000

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
10000
=
0,1225
= 81632,6 (praktis tidak larut)

Konsentrasi 9% :
y-a
9. X = x FP
b
0,666– 8,67 x 10−4
= x1
0,0327
= 20,34 ppm
20,34 pmm
= x 5 mL = 0,102 mg/ 5 mL
1000 mL
0,102 mg 1000 mg
=
10 mL X
0,102 . X = 10 . 1000
10000
=
0,102
= 98039,22 (praktis tidak larut)
Konsentrasi 10%:
y-a
10. X= x FP
b
0,458 – 8,67 x 10−4
= x1
0,0327
= 13.98 ppm
13,98 ppm
= x 5 mL = 0,069 mg/ 5 mL
1000 mL

0,069 mg 1000 mg
=
10 mL X
0,069 . X = 10 . 1000
10000
=
0,069
= 144927,54 (praktis tidak larut)
KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI
KELARUTAN 2
B. Pembahasan

Kelarutan adalah suatu kemampuan suatu zat yang dapat larut

dalam pelarut tertentu. Larutan adalah campuran homogen antara zat

pelarut dan zat terlarut. Larutan pada umumnya dibagi menjadi tiga yaitu

larutan jenuh adalah larutan yang zat terlarutnya dapat melarut dalam zat

pelarutnya dalam konsentrasi yang maksimal. Larutan lewat jenuh terjadi

pada saat zat terlarut sudah melewati batas maksimal zat pelarut untuk

melarutkannya yang biasanya ditandai dengan terbentuknya endapan.

Lautan tak jenuh terjadi saat zat terlarut belum mencapai batas maksimal

zat pelarut untuk melarutkannya.

Larutan dapar adalah larutan yang mengandung campuran asam lemah

dan basa konjugasi atau sebaliknya. Dapar adalah senyawa-senyawa

atau campuran senyawa yang dapat memindahkan perubahan pH

terhadap penambahan sedikit asam atau basah. Pemindahan perubahan

pH tersebut dikenal sebagai aksi dapar.

Kapasitas dapar adalah parameter kuantitatif yang menunjukkan

kekuatan (resistensi) untuk mempertahankan pH. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pH larutan dapar yaitu penambahan garam-garam netral

ke dalam larutan dapar dapat mengubah pH larutan dengan berubahnya

kekuatan ion.

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk menentukan

pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat, menentukan pengaruh

surfaktan terhadap kelarutan suatu zat.

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
Praktikum kali ini kita mengujikan 3 macam percobaan yaitu,

pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat,

pembuatan larutan dapar dan pengaruh Ph terhadap kelarutan suatu zat.

Dari hasil percobaan yang dilakukan pada pada percobaan pertama,

pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat, dibuat

larutan tween 80 dengan konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7%, 8%,

9%, dan 10% setelah ditambahkan 100 mg paracetamol ke dalam masing-

masing larutan. Dikocok dengan menggunakan stirer selama 30 menit,

jika ada endapan yang larut maka ditambahkan lagi paracetamol hingga

diperoleh larutan jenuhnya kembali. Setelah itu disaring larutan

menggunakan kertas saring lalu ditentukan kadar paracetamol yang larut.

Adapun penambahan parasetamol pada konsentrasi 3% yaitu sebanyak

101mg pada menit ke 00:00:00 dan penambahan 202mg parasetamol

pada menit 00:38:00 dan berakhir pada 30:01:09, sedangkan pada

konsentrasi 7% penambahan pertama 100mg parasetamol pada menit

00:00:00 dan penambahan kedua 203mg paracetamol pada menit

00:42:16 dan berakhir pada 30:01:09.

Pada percobaan pengaruh penambahan surfaktan terhadap

kelarutan didapatkan hasil praktikum yaitu penggunaan pelarut dengan

konsentrasi tween 1% jumlah pelarut yang dibutuhkan untuk melarutkan 1

gr parasetamol yaitu 80, 64 mL termasuk istilah kelarutan agak sukar

larut. Pada penggunaan pelarut dengan konsentrasi Tween 2% jumlah

pelarut yang dibutuhkan untuk melarutkan 1 gr parasetamol yaitu 81,33

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
mL termasuk dalam istilah kelarutan agak sukar larut. Pada penggunaan

pelarut dengan konsentrasi Tween 3%, jumlah pelarut yang digunakan

untuk dapat melarutkan 1 gr parasetamol yaitu 82, 041 mL termasuk

dalam istilah kelarutan Agak sukar larut. Pada penggunaan pelarut

dengan konsentrasi Tween 4%, jumlah pelarut yang digunakan untuk

dapat melarutkan 1 gr parasetamol yaitu 14, 319 mL termasuk dalam

istilah kelarutan larut. Pada penggunaan pelarut dengan konsentrasi

Tween 5%, jumlah pelarut yang digunakan untuk dapat melarutkan 1 gr

parasetamol yaitu 73, 719 mL termasuk dalam istilah kelarutan agak sukar

larut. Pada penggunaan pelarut dengan konsentrasi Tween 6%, jumlah

pelarut yang digunakan untuk dapat melarutkan 1 gr parasetamol yaitu 84,

267 mL termasuk dalam istilah kelarutan agak sukar larut. Pada

penggunaan pelarut dengan konsentrasi Tween 7%, jumlah pelarut yang

digunakan untuk dapat melarutkan 1 gr parasetamol yaitu 70, 541 mL

termasuk dalam istilah kelarutan agak sukar larut. Pada penggunaan

pelarut dengan konsentrasi Tween 8%, jumlah pelarut yang digunakan

untuk dapat melarutkan 1 gr parasetamol yaitu 81.632,65 mL termasuk

dalam istilah kelarutan praktis tidak larut. Pada penggunaan pelarut

dengan konsentrasi Tween 9%, jumlah pelarut yang digunakan untuk

dapat melarutkan 1 gr parasetamol yaitu 98.039,21 mL termasuk dalam

istilah kelarutan praktis tidak larut. Pada penggunaan pelarut dengan

konsentrasi Tween 10%, jumlah pelarut yang digunakan untuk dapat

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
melarutkan 1 gr parasetamol yaitu 144.927,53 mL termasuk dalam istilah

kelarutan praktis tidak larut.

Dari hasil yang diperoleh didapatkan nilai KMK (konsentrasi misel

kritik) dari tween 80 konsentasi 6%, walaupun ditingkatkan hingga 100%

tidak akan merubah kelarutan dari obat tersebut karena konsentrasinya

sudah mencapai batas maksimum sehingga tidak dapat lagi menurunkan

tegangan permukaan dari parasetamol.

Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya

tegangan permukaan larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu,

tegangan permukaan akan konstan walaupun konsentrasi surfaktan

ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi konsentrasi ini maka

surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi terbentuknya

misel ini disebut Konsentrasi Misel Kritik (KMK). Tegangan permukaan

akan menurun hingga KMK tercapai. Setelah KMK tercapai, tegangan

permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi

jenuh dan terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan dinamis

dengan monomernya.

Pada grafik pengaruh surfaktan terhadap kelarutan KMK atau

konsentrasi misel kritik terjadi pada saat penambahan tween 80

konsentrasi 6% dimana pada konsentrasi tersebut grafik mengalami

penurunan secara konstan.

Jika konsentrasi tween 80 terus dinaikkan tercapailah suatu titik

dimana antar muka maupun dalam cairan menjadi penuh dengan

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
monomer. Keadaan inilah yang disebut dengan Konsentrasi Misel Kritik.

Jika surfaktan terus ditambah lagi hingga berlebih, maka akan beragregasi

terus membentuk misel.

Digunakan tween 80 karena dapat menurunkan tegangan

antarmuka antara obat dan medium sekaligus membentuk misel sehingga

molekul obat akan terbawa oleh misel larut ke dalam medium. Salah satu

sifat penting dari surfaktan adalah kemampuan untuk meningkatkan

kelarutan bahan yang tidak larut atau sedikit larut dalam medium dispersi.

Surfaktan pada konsentrasi rendah, menurunkan tegangan permukaan

dan menaikkan laju kelarutan obat.

Pada percobaan kedua, pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat,

hasil praktikum yang didapatkan yaitu pada pH 6 jumlah pelarut yang

digunakan untuk dapat melarutkan 1 gr parasetamol yaitu 4, 344 mL

termasuk dalam istilah kelarutan mudah larut. Dan pada pH 8 jumlah

pelarut yang digunakan untuk dapat melarutkan 1 gr parasetamol yaitu

55,55 mL termasuk dalam istilah kelarutan agak sukar larut. Sedangkan

pada pH 10 jumlah pelarut yang digunakan untuk dapat melarutkan 1 gr

parasetamol yaitu 16,556 mL termasuk dalam istilah kelarutan Larut. Dari

data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pH maka

akan semakin tinggi kelarutan suatu obat (parasetamol).

Berdasarkan grafik pengaruh pH terhadap kelarutan paracetamol,

diperoleh bahwa grafik kelarutan akan meningkat seiring dengan

meningkatnya pH. Hal ini berarti bahwa kelarutan paracetamol akan

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
semakin meningkat kelarutannya searah dengan meningkatnya pH

larutan. Maka, paracetamol akan semakin banyak larut pada pH yang

lebih tinggi atau basa. Jika pH dinaikkan, artinya nilai [H+] turun, maka

kesetimbangan akan bergeser ke kanan, artinya akan semakin banyak

asam yang larut. Dengan demikian akan meningkatkan kelarutan zat.

Faktor kesalahan pada percobaan ini hasil yang diperoleh tidak

sesuai dengan literatur hal itu dikarenakan kurangnya ketelitian pada saat

menimbang bahan, kurangnya keteliti dalam melihat endapan, waktu

pengocokan yang tidak sesuai waktu yang ditentukan sehingga

parasetamol belum sempurna larut.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
A. Kesimpulan

Pada praktikum kali ini yaitu pengaruh penambahan surfaktan

berdasarkan grafik KMK dapat disimpulkan bahwa keadaan konstan

tween 80 terjadi pada konsentrasi 6% yaitu sebesar 82,27 gr/ml hal yang

demikian terjadi karena adanya misel. Pada percobaan pengaruh pH

terhadap kelarutan yaitu semakin tinggi pH suatu zat maka semakin tinggi

tingkat kelarutan dari suatu zat.

B. Saran

Sebaiknya sebelum praktikum, alat dan bahan yang akan digunakan

dalam keadaan baik agar diperoleh hasil yang murni dari percobaan

tersebut, dan bagi praktikan agar kiranya untuk hati-hati dalam

menggunakan alat.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, C Howard. 2004. Kalkulasi Farmasetik. Penerbit Buku Kedokteran


EGC. Jakarta
KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI
KELARUTAN 2
Anonim, 2018. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Universitas Muslim
Indonesia
Ditjen POM.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta
Lund, Walter. 1994. The pharmaceutical codex twelfth edition
principlesand practice of pharmaceutics. The pharmaceutical
press. London
Martin, Alfred. 1990. Farmasi Fisik. UI Press. Jakarta

Mohtar. 1989. Farmasi Fisika. UGM Press. Yogyakarta.

Sinko, P.J. Martin’s Physical Pharmacy and Pharmaceutical Science :


Physical Chemical and Biopharmaceutical Principle in the
Pharmaceutical Science 5th edition Lippicolt William and Wilkins
: Philadelpia.
Voight R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi Kelima. Penerbit
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

LAMPIRAN

Lampiran I. Skema Kerja

a. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat


KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI
KELARUTAN 2
Buatlah larutan tween 80 dengan konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4%,
5%, 6%, 7%, 8%, 9%, dan 10%

Tambahkan 100 mg parasetamol kedalam masing-masing larutan


Kocok larutan dengan stirer selama 30 menit


Saring larutan dan tentukan kadar parasetamol yang larut


Buatlah kurva antara kelarutan parasetamol dengan konsentrasi
tween 80 yang digunakan

Tentukan konsentrasi misel kritik (KMK) tween 80

b. Membuat larutan dapar

Hitung jumlah asam dan garamnya atau basa dan garamnya yang
digunakan untuk membuat larutan dapar 6, 8 dan 10

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
Buatlah dapar perhitungan diatas


Ukur pH larutan yang dibuat

c. Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat

Buatlah 25 ml larutan dapar fosfat dengan pH 6, 8 dan 10


Masing-masing larutan ditambahkan 100 mg parasetamol ke
dalamnya

Kocok larutan dengan stirer selama 30 menit


Saring larutan dan tentukan kadar parasetamol yang terlarut dalam
masing-masing larutan dapar dengan cara spektofotometri UV
pada panjang gelombang 236 nm.

Bila konsentrasi larutan terlalu pekat encerkan dulu dengan larutan
dapar yang sesuai

Buatlah kurva hubungan antara konsentrasi zat yang diperoleh
dengan pH larutan

Lampiran II. Gambar

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI


KELARUTAN 2
,

Tween konsentrasi 7% Tween konsentrasi 3%

Tween 80 yang sudah di larutkan Pada saat menstirer


dengan air

KELOMPOK 3 CHANTYA AMALIA PUTRI

Anda mungkin juga menyukai