Anda di halaman 1dari 28

KESETIMBANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seorang pharmacist tidak akan lepas dari reaksi-reaksi kimia,


dalam kehidupan pun seperti itu baik kita sadari atau tidak. Mulai kita
bangun hingga kita terlelap lagi tidak lepas dari reaksi kimia, contoh
kecilnya adalah saat kita bernafas.
Kesetimbangan kimia adalah suatu sistem dikatakan setimbang
jika dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama atau
dengan kata lain tidak terjadi perubahan dalam sistem yang
setimbang. Salah satu indikator saat terjadi kesetimbangan adalah
tidak terjadi perubahan konsentrasi semua komponen yaitu reaktan
dan produk (Silberberg,2007).
Kesetimbangan juga mengacu pada keadaan dimana proses
ke kanan dan kekiri memiliki rentang waktu yang sama dan jumlah
pereaksinya tak berubah sepanjang waktu.
Berlangsungnya suatu reaksi dapat dilihat dari perubahan
suhu, tekanan, konsentrasi, warna, dll, tapi tak bisa di amati secara
mikroskopis, hal- hal di atas dapat menyebabkan suatu
kesetimbangan kimia mengalami pergeseran.
Jadi pada umumnya, reaksi kesetimbangan asam basa terjadi
pada reaksi asam lemah dan basa lemah. Akan tetapan
kesetimbangan dari asam lemah juga sangat mempengaruhi nilai pH
(Widhy, 2011).

NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI


15020180192
KESETIMBANGAN

1.2 Maksud Praktikum


Adapun maksud praktikum yaitu untuk, menentukan tetapan
kesetimbangan asam lemah.

1.3 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum yaitu untuk:
1) Menentukan pH larutan asam lemah dengan menggunakan
larutan indikator dan kertas pH universal/ pH meter.
2) Menentukan pengaruh pengenceran terhadap nilai pH larutan
asam lemah.
3) Menentukan tetapan kesetimbangan ionisasi asam lemah.
4) Menentukan pengaruh pengenceran terhadap nilai tetapan
kesetimbangan ionisasi asam lemah.
5) Menentukan derajat ionisasi asam lemah berdasarkan nilai
pHnya.
6) Menentukan pengaruh pengenceran terhadap nilai derajat
ionisasi asam lemah.

NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI


15020180192
KESETIMBANGAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum

Reaksi kesetimbangan merupakan reaksi reversible (dua arah)


dimana zat-zat hasil reaksi dapat bereaksi kembali membentuk zat-zat
pereaksi. Reaksi dapat balik atau berubah lagi menjadi zat-zat
semula, disebut sebagai reaksi reversiel. Reaksi dapat balik yang
terjadi dalam suatu sistem dan laju reaksi kearah hasil atau
sebaliknya sama disebut reaksi dalam keadaan setimbang atau reaksi
kesetimbangan (Silberberg, 2007 : hal. 107)
Suatu reaksi kesetimbangan bersifat khusus dan mempunyai
tetapan kesetimbangan yang berbeda-beda. Namun, harga dari
tetapan kesetimbangan terbagi atas dua jenis berdasarkan fase reaksi
yang terlibat dalam suatu raksi yakni tetapan kesetimbangan dan
tetapan kesetimbangan tekanan (Krisnadwi, 2014).
Hukum kesetimbangan yaitu : bila suatu reaksi dalam keadaan
setimbang, maka hasil kali konsentrasi zat-zat hasil reaksi
dipangkatkan koefisiennya dibagi dengan hasil kali konsentrasi zat-zat
pereaksi dipangkatkan koefisiennya akan mempunyai harga yang
tetap. Tetapan kesetimbangan bagi suatu reaksi adalah khas untuk
suatu reaksi dan harganya tetap pada suhu tertentu. Artinya setiap
reaksi akan mempunyai harga tetapan kesetimbangan yang
cenderung tidak sama dengan reaksi lain meskipun suhunya sama,
dan untuk reaksi yang sama harga K akan berubah jika suhunya
berubah (Unggul, 2006).
Oleh karena K di sini merupakan tetapan kesetimbangan asam,
maka K kemudian dituliskan dengan lambang K (Anonim, 2018: 5).

NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI


15020180192
KESETIMBANGAN

Tetapan kesetimbangan (equilibrium constant, K) adalah


tetapan yang berkaitan dengan tekanan parsial dan konsentrasi
reaktan dan produk reaksi pada kesetimbangan kimia (Bresnick,
2002).
Derajat disosiasi, ∝ yaitu menunjukkan jumlah zat yang terurai
atau terbentuk yang dinyatakan dalam persen. Pada sistem
kesetimbangan reaksi kimia dengan kondisi tertentu, derajat disosiasi
dapat ditentukan berdasarkan persamaan reaksi kimia yang telah
diketahui secara pasti (Widhy, 2011).
Pada reaksi penguraian, banyaknya zat yang terurai dapat
diketahui dari derajat penguraiannya (derajatdisosiasi). Derajat
disosiasi (α) dapat dinyatakan dalam fraksi atau dalam persentase,
dengan rumus : (Oxtoby, 2003)

mol terurai mol terurai


∝= atau ∝= x 100 %
mol mula − mula mol mula − mula

Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kesetimbangan :

1.Perubahan Konsentrasi :
 Jika pada sistem kesetimbangan salah satu komponen
ditambah, maka kesetimbangan akan bergeser kearah
yang berlawanan.
 Jika pada sistem kesetimbangan salah satu komponen
di kurangi, maka kesetimbangan akan bergeser kea
rah komponen tersebut.

NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI


15020180192
KESETIMBANGAN

2. Perubahan Tekanan :
 Jika tekanan di perbesar, kesetimbangan akan
bergeser kearah komponen yang jumlah mol nya lebih
kecil.
 Jika tekanan di perkecil, kesetimbangan akan bergeser
kearah komponen yang jumlah mol nya lebih besar.
3. Perubahan Suhu :
 Jika suhu dinaikkan, kesetimbangan bergeser kearah
reaksi eksoterm
 Jika suhu diturunkan, kesetimbangan bergeser kearah
reaksi eksoterm. (Silberberg, 2007: hal.111)
4. Katalis :
 Dalam reaksi kesetimbangan, katalis dapat
memperbesar laju reaksi maju dan reaksi balik sama
kuat, tetapi tidak mempengaruhi susunan
kesetimbangan.
 Katalis dapat mempercepat tercapainya
kesetimbangan (Oxtoby, 2003).
 Katalis pada reaksi yang memerlukan suhu tinggi
sangatlah penting, karena adanya katalis dapat
menyebabkan reaksi berlangsung pada suhu yang
lebih rendah. Hal ini penting, apabila suhu tinggi dapat
mengurangi rendemen hasil.

NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI


15020180192
KESETIMBANGAN

2.2 Uraian Bahan

1. Aquadest (Dirjen POM, 1979 : 96)


Nama Resmi : AQUADESTILLATA
Nama Lain : Air suling
Berat Molekul : 18
Rumus Molekul : H2O
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
Pemeriaan : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa, tidak
berwarna.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

2. Asam Asetat (Dirjen POM, 1979 : 647)


Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM
Nama Lain :Acetic Acid
Berat Molekul : 60
Berat Jenis : 1,040 g – 1,042 g
Rumus Molekul : CH3COOH
Rumus Struktur :

Kegunaan : Sebagai zat tambahan


Pemeriaan : Cairan jernih, tidak berwarna, bau menusuk,
rasa asam yang tajam.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, etanol,dan

NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI


15020180192
KESETIMBANGAN

gliserol.

3. Asam Formiat (Dirjen POM, 1979 : 648)


Nama Resmi : Asam Metanoat
Sinonim : Formic acid
Berat Molekul : 46,03
Rumus Molekul : CH2O2
Rumus Struktur :

Pemeriaan : Bentuk cairan, tidak berwarna, mudah


terbakar berbau tajam, berasa asam.
Kelarutan : Mudah larut air.

4. Metil Merah (Ditjen POM, 2014 : 1747)


Nama resmi : BENZOAT HIDROKSIDA
Nama lain : Metil Merah
Rumus kimia : C15 H15 N2 O3
Berat molekul : 305,76
Pemerian : Serbuk merah gelap
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan larut dalam etanol
Kegunaan : Sebagai indikator.

5. Metil Orange (Ditjen POM, 1995 : 1207)


Nama Resmi : TROPOELIN/ HELIATIN
Nama Lain : Metil Jingga
Rumus Molekul : C14H14N3NaO3S
Berat Molekul : 327,33
NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI
15020180192
KESETIMBANGAN

Pemerian : Serbuk jingga kekuningan


Kelarutan : Mudah larut dalam air panas, sukar larut
dalam air dingin, sangat sukar larut dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Larutan indicator asam basa

2.3 Prosedur Kerja (Anonim, 2016 : 8)


a. Ambil 10 cm3 larutan asam formiat 0,X M, masukkan ke dalam
labu takar 100 cm3, tambahkan air suling sampai batas tanda.
Kocok sampai merata, ambil :
o 25 mL masukan kedalam Erlenmeyer, ukur suhu dan pH
o 25 mL masukan kedalam Erlenmeyer, ukur suhu dan pH
o 25 mL masukan kedalam Erlenmeyer, ukur suhu dan pH
o Masing-masing larutan yang anda ukur pH nya, tetesi
larutan petunjuk yang sesuai.

b. Ambil 10 cm3 larutan asam formiat sisa dari percobaan a tadi,


masukkan ke dalam labu takar 100 cm 3, tambahkan air suling
sampai batas tanda. Kocok sampai merata, ambil :
o 25 mL masukan kedalam Erlenmeyer, ukur suhu dan
pH
o 25 mL masukan kedalam Erlenmeyer, ukur suhu dan
pH
o 25 mL masukan kedalam Erlenmeyer, ukur suhu dan
pH
Masing-masing larutan yang anda ukur pH nya, tetesi larutan
petunjuk yang sesuai.

NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI


15020180192
KESETIMBANGAN

c. Ambil 10 cm3 larutan asam formiat sisa dari percobaan b tadi,


masukkan ke dalam labu takar 100 cm 3, tambahkan air suling
sampai batas tanda. Kocok sampai merata, ambil :
o 25 mL masukan kedalam Erlenmeyer, ukur suhu dan
pH
o 25 mL masukan kedalam Erlenmeyer, ukur suhu dan
pH
o 25 mL masukan kedalam Erlenmeyer, ukur suhu dan
pH
Masing-masing larutan yang anda ukur pH nya, tetesi larutan
penunjuk yang sesuai.
d. Ambil 10 cm3 larutan asam fomiat sisa dari percobaan c tadi,
masukkan ke dalam labu takar 100 cm 3 dan tambah air suling
sampai batas tanda. Kocok sampai merata, ambil :
o 25 cm3 masukkan dalam Erlenmeyer, ukur suhu dan pH
o 25 cm3 masukkan dalam Erlenmeyer, ukur suhu dan pH
o 25 cm3 masukkan dalam Erlenmeyer, ukur suhu dan pH
Masing-masing larutan yang anda ukur pH nya, tetesi larutan
petunjuk yang sesuai
e. Ambil 10 cm3 larutan asam formiat sisa dari percobaan d tadi,
masukkan ke dalam labu takar 100 cm3, tambahkan air suling
sampai batas tanda. Kocok sampai merata, ambil :
o 25 mL masukan kedalam Erlenmeyer, ukur suhu dan pH
o 25 mL masukan kedalam Erlenmeyer, ukur suhu dan pH
o 25 mL masukan kedalam Erlenmeyer, ukur suhu dan pH
Masing-masing larutan yang anda ukur pH nya, tetesi larutan
penunjuk yang sesuai.
Kerjakan kembali seperti cara kerja a, b, c, d dan e, gantilah
dengan asam asetat.
NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI
15020180192
KESETIMBANGAN

BAB 3 METODE KERJA

3.1 Alat Praktikum


Alat-alat yang digunakan, yaitu : Erlenmeyer 100 ml 4 buah,
pipet volume 10 ml 1 buah, pipet volume 25 ml 1 buah, labu ukur 100
ml 2 buah dan termometer 100oC 1 buah, dan bulb 1 buah.

3.2 Bahan Praktikum


Bahan-bahan yang digunakan, yaitu : larutan asam formiat 0,1
M, larutan asam cuka 0,1 M, aquades (Air suling), kertas pH
Universal dan larutan penunjuk (metil merah dan metil orange)

3.3 Cara Kerja


3.3.1. Asam Formiat 0,01 M
a. Dipipet larutan asam formiat 0,1 M sebanyak 10 mL
menggunakan pipet skala.
b. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL.
c. Ditambahkan aquadest hingga batas tanda dan
dihomogenkan.
d. Dipipet larutan yang telah homogen dan masukkan ke
dalam erlenmeyer I dan erlenmeyer II masing-masing
sebanyak 25 mL dengan menggunakan pipet volume.
e. Ditambahkan indicator metil orange ke dalam
erlenmeyer I dan indikator metil merah ke dalam
erlenmeyer II masing-masing sebanyak 3 tetes.
f. Diukur suhu dan pH dari masing-masing erlenmeyer.
g. Diamati perubahan warna, suhu dan pH.

NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI


15020180192
KESETIMBANGAN

3.1.2 Asam Asetat 0,01 M


a. Dipipet larutan asam asetat 0,1 M sebanyak 10 mL
menggunakan pipet skala.
b. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL.
c. Ditambahkan aquadest hingga batas tanda dan
dihomogenkan.
d. Dipipet larutan yang telah homogen dan masukkan ke
dalam erlenmeyer I dan erlenmeyer II masing-masing
sebanyak 25 mL dengan menggunakan pipet volume.
e. Ditambahkan indicator metil orange ke dalam erlenmeyer I
dan indikator metil merah ke dalam erlenmeyer II masing-
masing sebanyak 3 tetes.
f. Diukur suhu dan pH dari masing-masing erlenmeyer.
g. Diamati perubahan warna, suhu dan pH.

BAB 4 HASIL PENGAMATAN

NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI


15020180192
KESETIMBANGAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Asam Asetat

Penge Suhu
Nama Asam pH Indikator Warna Ka α
nceran (oC)
Metil
Ungu
Asam asetat merah
1 5 40oC 10−8 0,001
0,01 M Metil Putih
jingga kekuningan
Metil Ungu (lebih
merah terang)
Asam asetat
2 6 41oC Putih 10−9 0,001
0,001 M Metil
kekuningan
jingga
(lebih pudar)
Metil
Pink pudar
Merah
Asam asetat Putih
3 6 42oC 10−8 0,01
0,0001 M Metil kekuningan
jingga (sangat
pudar)
Metil
Merah Bening
Asam asetat
4 6 30oC 10−7 0,1
0,00001 M Metil
jingga Bening

NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI


15020180192
KESETIMBANGAN

4.1.2 Asam Formiat

Penge Suhu
Nama Asam pH Indikator Warna Ka α
nceran (oC)
Metil
Ungu
Asam Formiat Merah
1 5 40oC 10−8 0,001
0,01 M Metil
Jingga
jingga
Metil
Pink pudar
Asam Formiat Merah
2 6 40oC 10−9 0,001
0,001 M Metil
Jingga pudar
jingga
Metil
Jingga pudar
Asam Formiat Merah
3 6 40oC 10−8 0,01
0,0001 M Metil
Jingga pudar
jingga
Metil
Bening
Asam Formiat Merah
4 6 40oC 10−7 0,1
0,00001 M Metil
Bening
jingga

NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI


15020180192
KESETIMBANGAN

4.2 Pembahasan

Kesetimbangan adalah keadaan dimana reaktan dan produk

dalam keadaan seimbang. Dalam kesetimbangan banyak hal yang

mempengaruhi sehingga kesetimbangan kadang tidak tercapai.

Kesetimbangan dapat di pengaruhi oleh suhu, tekanan, konsentrasi,

warna dan lainnya. Jika kesetimbangan di tambah maka

kesetimbangan kearah yang berlawanan, begitupun sebaliknya. Jika

tekanan diperbesar, kesetimbangan bergeser kearah komponen yang

jumlah molnya lebih kecil, begitupun sebaliknya. Jika suhu dinaikkan,

kesetimbangan bergeser ke reaksi eksoterm dan begitupun

sebaliknya. Jika salah satu zat konsentrasinya diperbesar, reaksi akan

bergeser ke arah yang berlawanan, jika salah satu zat konsentrasi

diperkecil, reaksi akan bergeser kea rah zat tersebut.

Jika tekanan pada reaksi kesetimabangan ditambah, campuran

pada sistem kesetimbangan akan berusaha mengurangi tekanan

tersebut, caranya yaitu dengan mengurangi mol gas. Pengaruh

perubahan volum merupakan kebalikan dari pengaruh perubahan

tekanan, sebab jika pada suatu sistem kesetimbangan, volum di

perkecil maka tekanan menjadi besar, jika volum diperbesar maka

tekanan menjadi kecil.

NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI


15020180192
KESETIMBANGAN

BAB 5 PENUTUPAN

5.1 KESIMPULAN
Pada hasil praktikum kesetimbangan dapat ditarik
kesimpulan, pada pengenceran asam asetat dengan konsentrasi
0,01 M pHnya 5, pada konsentrasi 0,001 M pHnya 6, pada
konsentrasi 0,0001 M pHnya 6, dan pada konsentrasi 0,00001 M
pHnya 6. Dan pengenceran asam formiat pada konsentrasi 0,01 M
pHnya 5, pada konsentrasi 0,001 pHnya 6, pada konsentrasi 0,0001
pHnya 6, dan pada konsentrasi 0,00001 pHnya 6.

5.2 SARAN
Asisten
Diharapkan untuk selalu sabar dan tidak menyerah dalam
mendampingi dan membimbing parapraktikan, serta mampu menjadi
panutan bagi para praktikan dan menjadi motivasi para praktikan
menjadi lebih baik dalam hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan
dan skill dalam laboratorium.
Laboratorium
Agar lebih dilengkapi dan diperbanyak alat-alat yang umum dan
digunakan dalam jumlah banyak agar proses praktikum berjalan
lebih cepat dan tenang.

NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI


15020180192
KESETIMBANGAN

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2018. Penuntun Praktikum Kimia Umum. Makassar : Universitas


Muslim Indonesia
Bresnick,Stephen. 2002. Intisari Kimia umum. Jakarta : Erlangga.
Chang,Raymond, kimia dasar. Konsep-konsep inti Edisi 3, jilid 2. 2005.
Jakarta : Penerbit Erlangga

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ke-III. Departemen


Kesehatan RI : Jakarta
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ke-IV. Departemen
Kesehatan RI : Jakarta
Krisnadwi . 2014. Istilah Kimia Umum. Bandung : Kimia FMIPA
Oxtoby, David W., dkk. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi 4, Jilid 1. 2001.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Purwanti Widhy H.. 2011. Tim Dosen Kimia Dasar FTP. Kesetimbangan
Kimia. Bandung : Pustaka Mandiri

Silberberg. M.S. 2007. Priciples of General Chemistry. New York : The


McGraw-Hillcompanies, Inc
Sudarno, Unggul. 2006. Kimia. Jakarta : PT Phibeta Aneka Gama

NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI


15020180192
KESETIMBANGAN

LAMPIRAN

PENGENCERAN ASAM ASETAT

HASIL PENGENCERAN 1 ASAM ASETAT 0.01 M

HASIL PENGENCERAN 2 ASAM ASETAT 0.001M

HASIL PENGENCERAN 3 ASAM ASETAT 0.0001

NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI


15020180192
KESETIMBANGAN

HASIL PENGENCERAN 4 ASAM ASETAT 0.00001 M

PENGENCERAN ASAM FORMIAT

HASIL PENGENCERAN 1 ASAM FORMIAT 0.01 M

HASIL PENGENCERAN 2 ASAM FOR,IAT 0.001 M

NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI


15020180192
KESETIMBANGAN

HASIL PENGENCERAN 3 ASAM FORMIAT 0.0001 M

HASIL PENGENCERAN 4 ASAM FORMIAT 0.00001 M

NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI


15020180192
KESETIMBANGAN

asam asetat 0.1M


pipet 25ml

pipet 100 ml 0.01M aquades

metil orange metil merah

ukur suhu dan PH

NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI


15020180192
KESETIMBANGAN

LAMPIRAN PERHITUNGAN

Perhitungan :
1. Asam Cuka

a. Asam cuka 0,01 M


 Pengenceran

pH = - log [ H+ ] M1V1 = M2V2


5 = - log [ H+ ] 0,1 M . 10 Ml = M2 . 100 mL
1 M.mL
[ H+ ] = 10-5 M2 = 100 mL

M2 = 0,01 M

 Tetapan kesetimbangan
[H+ ]2
Ka = M
[10−5 ]2
= 10−2
(10−10 )
= 10−2

= 10−8
 Derajat ionisasi

𝐾𝑎
𝛼 = √𝑀

1𝑂 −8
=√
10−2

= √10−6
= 10−3
𝛼 = 0,001
b. Asam cuka 0,001 M
 Pengenceran

NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI


15020180192
KESETIMBANGAN

pH = - log [ H+ ] M1V1 = M2V2


6 = - log [ H+ ] 0,01 M . 10 Ml = M2 . 100 mL
0,1 M.mL
[ H+ ] = 10-6 M2 = 100 mL

M2 = 0,001 M

 Tetapan kesetimbangan
[H+ ]2
Ka = M
[10−6 ]2
= 10−3
(10−12 )
= 10−3

= 10−9
 Derajat ionisasi

𝐾𝑎
𝛼 = √𝑀

1𝑂 −9
= √ 10−3

= √10−6
= 10−3
𝛼 = 0,001

c. Asam cuka 0,0001 M


 Pengenceran

pH = - log [ H+ ] M1V1 = M2V2


6 = - log [ H+ ] 0,001 M . 10 Ml = M2 . 100 mL

NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI


15020180192
KESETIMBANGAN

0,01 M.mL
[ H+ ] = 10-6 M2 = 100 mL

M2 = 0,0001 M

 Tetapan kesetimbangan
[H+ ]2
Ka = M
[10−6 ]2
= 10−4
(10−12 )
= 10−4

= 10−8
 Derajat ionisasi

𝐾𝑎
𝛼 = √𝑀

1𝑂 −8
=√
10−4

= √10−4
= 10−2
𝛼 = 0,01

d. Asam cuka 0,00001 M


 Pengenceran

pH = - log [ H+ ] M1V1 = M2V2


6 = - log [ H+ ] 0,0001 M . 10 Ml = M2 . 100 mL
0,001 M.mL
[ H+ ] = 10-6 M2 = 100 mL

M2 = 0,00001 M

NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI


15020180192
KESETIMBANGAN

 Tetapan kesetimbangan
[H+ ]2
Ka = M
[10−6 ]2
= 10−5
(10−12 )
= 10−5

= 10−7
 Derajat ionisasi

𝐾𝑎
𝛼 = √𝑀

1𝑂 −7
= √ 10−5

= √10−2
= 10−1
𝛼 = 0,1

1. Asam Formiat
a. Asam formiat 0,01 M
 Pengenceran

pH = - log [ H+ ] M1V1 = M2V2


5 = - log [ H+ ] 0,1 M . 10 Ml = M2 . 100 mL
1 M.mL
[ H+ ] = 10-5 M2 = 100 mL

M2 = 0,01 M
 Tetapan kesetimbangan

NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI


15020180192
KESETIMBANGAN

[H+ ]2
Ka = M
[10−5 ]2
= 10−2
(10−10 )
= 10−2

= 10−8
 Derajat ionisasi

𝐾𝑎
𝛼 = √𝑀

1𝑂 −8
= √ 10−2

= √10−6
= 10−3
𝛼 = 0,001

b. Asam formiat 0,001 M


 Pengenceran

pH = - log [ H+ ] M1V1 = M2V2


6 = - log [ H+ ] 0,01 M . 10 Ml = M2 . 100 mL
0,1 M.mL
[ H+ ] = 10-6 M2 = 100 mL

M2 = 0,001 M

 Tetapan kesetimbangan
[H+ ]2
Ka = M

NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI


15020180192
KESETIMBANGAN

[10−6 ]2
= 10−3
(10−12 )
= 10−3

= 10−9
 Derajat ionisasi

𝐾𝑎
𝛼 = √𝑀

1𝑂 −9
= √ 10−3

= √10−6
= 10−3
𝛼 = 0,001

c. Asam formiat 0,0001 M


 Pengenceran

pH = - log [ H+ ] M1V1 = M2V2


6 = - log [ H+ ] 0,001 M . 10 Ml = M2 . 100 mL
0,01 M.mL
[ H+ ] = 10-6 M2 = 100 mL

M2 = 0,0001 M

 Tetapan kesetimbangan
[H+ ]2
Ka = M
[10−6 ]2
= 10−4

NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI


15020180192
KESETIMBANGAN

(10−12 )
= 10−4

= 10−8
 Derajat ionisasi

𝐾𝑎
𝛼 = √𝑀

1𝑂 −8
= √ 10−4

= √10−4
= 10−2
𝛼 = 0,01

d. Asam formiat 0,00001 M


 Pengenceran

pH = - log [ H+ ] M1V1 = M2V2


6 = - log [ H+ ] 0,0001 M . 10 Ml = M2 . 100 mL
0,001 M.mL
[ H+ ] = 10-6 M2 = 100 mL

M2 = 0,00001 M

 Tetapan kesetimbangan
[H+ ]2
Ka = M
[10−6 ]2
= 10−5
(10−12 )
= 10−5

= 10−7
NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI
15020180192
KESETIMBANGAN

 Derajat ionisasi

𝐾𝑎
𝛼 = √𝑀

1𝑂 −7
= √ 10−5

= √10−2
= 10−1 = 0,1

NURUL FITRI ENO AMARILIS ARTAMI NURDIN HALADI


15020180192

Anda mungkin juga menyukai