Anda di halaman 1dari 10

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ALKALOID

OLEH:

NAMA : NURUL AWALIAH

STAMBUK : 15020180187

KELAS : C10

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2020
TUGAS FARMAKOGNOSI 2

NAMA : NURUL AWALIAH

STB : 15020180187

KELAS : C10

1. Buatlah resume tentang materi kuliah hari ini (Kamis, 12 Maret 2020)

Jawab :
Alkaloid
- Sejarah
 Derosne (Apoteker Prancis) mengisolasi senyawa narcotine
pada tahun 1803
 Serturner (Apoteker Hanoveria) mengisolasi morphine dari
opium pada tahun 1806 & 1816
 Pelletier dan Caventou mengisolasi strychnine pada tahun 1817
 Coniine Alkaloid pertama yang ditentukan strukturnya (Sehiff,
1870) dan disintesis (Ladernbug, 1819)
 Pertengahan tahun 1940 telah diisolasi 800 alkaloid

- Alkaloid : senyawa basa nitrogen asal tumbuhan yang bersifat fisiologi


aktif
- Penamaan senyawa alkaloid : akhiran –INE (inggris)
Contoh :
Genus : hydrastine, atropine
Spesies : Cocaine, Belladonine
Tumbuhan Penghasil : cryotamine

- Sifat-sifat alkaloid :
 Ditemukan dalam bentuk bebas, garam, atau dalam N-oksida
 Sebagian besar kristal yang halus, bereaksi dengan asam
membentuk garam
 Kelarutan bervariasi tergantung struktur

- Fungsi alkaloid :
 Sebagai racun, melindungi tumbuhan dari serangga
 Produk akhir reaksi detoksifikasi (metabolic lock up)
- Penggolongan alkaloid
 Non heterosiklik
Alkaloid non-heterosiklik juga dikenal dengan alkaloid atipikal
dan mengandung nitrogen pada rantai alifatik.
 Alkaloid feniletilamin

 Alkaloid tropolon

 Modifikasi diterpen

 Heterosiklik
alkaloid ini mengandung nitrogen dan struktur cincin
heterosiklik.

10 alkaloid heterosiklik :
 Piridin-Piperidin
 Tiptropan

 Kuinolina

 Isokuinolina

 Indol

 Imidazol

 Lupinon

 Terpenoid/steroid
 Amida

 Purin

- Berdasarkan prekursornya, alkaloid dibagi menjadi tiga kelompok :


 Alkaloid Sejati
Alkaloid sejati berasal dari asam amino dan menunjukkan
cincin heterosiklik dengan nitrogen.
 Protoalkaloid
Protoalkaloid adalah senyawa di mana atom N nya berasal dari
asam amino yang bukan bagian dari cincin heterosiklik
tersebut.
 Pseudoalkaloid
Pseudoalkaloid adalah senyawa dengan kerangka karbon dasar
yang tidak berasal dari asam amino.
- Untuk mengidentifikasi simplisia atau tanaman golongan alkaloid
dapat dilakukan dengan uji kimia. Berikut beberapa uji dengan
pereaksi spesifik yang digunakan dalam identifikasi simplisia atau
tanaman golongan alkaloid.
A. Uji Dragendorff
Uji ini menggunakan pereaksi Dragendorff (Kalium Bismuth
Iodida) membentuk endapan warna merah kekuningan.
B. Uji Mayer
Uji ini menggunakan reagen Mayer (kalium merkuri iodide)
membentuk endapan putih kekuningan
C. Uji Hager
Uji ini menggunakan reagen Hager (larutan jenuh asam pikrat)
membentuk endapan kristal kuning.
D. Uji Wagner
Uji ini menggunakan reagen Wagner (larutan iodin encer)
membentuk endapan coklat kemerahan.
E. Uji Asam Tanat
Uji ini menggunakan larutan asam tanat membentuk endapan
berwarna kekuningan.

2. Carilah minimal 10 tanaman yang ada di Indonesia yang mengandung


alkaloid, meliputi nama simplisia, spesies tanaman, famili, aktivitas
farmakologi, dan referensinya. Buat dalam bentuk tabel!

No Nama Tanaman Indikator


1. Brotowali Nama simplisia Tinospora Caulis
Spesies TinosporacrispaL.
(MMI II, 1978: 91)
Famili Menispermaceae
Efek farmakologi Antipiretik
2. Cabe Jawa Nama simplisia Retrofractii Fructus
Spesies Piper retrofractumVahl.
(MMI I, 1977: 80)
Famili Piperaceae
Efek farmakologi Stimulans
3. Kina Nama simplisia Cinchona Cortex
Spesies Cinchona succirubra
(MMI IV, 1980: 26)
Famili Rubiaceae
Efek farmakologi Antimalaria, antipiretik,
stomakik
4. Cincau Nama simplisia CycleaeBarbatae Folium
Spesies CycleabarbataMiers.
(MMI V, 1989: 172)
Famili Menispermaceae
Efek farmakologi Antipiretik, stomakikum
5. Urang – Aring Nama simplisia Ecliptae Folium
Spesies Eclipta prostrate L.
(MMI V, 1989: 189)
Famili Asteraceae
Efek farmakologi Adstringen
6. Dadap Serep Nama simplisia Erythrinae Folium
Spesies Erythrinasubumrans
(MMI V, 1989: 198)
Famili Papillonaceae
Efek farmakologi Antipiretik
7. Delima Nama simplisia Granati Cortex
Spesies PunicagranatumL.
(MMI V, 1989: 230)
Famili Punicaceae
Efek farmakologi Pengelat (astringen)
8. Bunga Pukul Empat Nama simplisia Mirabilis Tuber
Spesies Mirabilis jalapaL.
(MMI V, 1989: 335)
Famili Nyclaginaceae
Efek farmakologi Pencaharlemah
(laksatiflemah)
9. Kelor Nama simplisia Moringae Folium
Spesies Moringaoleifera
(MMI V, 1989: 348)
Famili Moringaceae
Efek farmakologi Analgetik, obatrematik
10. Beluntas Nama simplisia Plucheae Folium
Spesies PlucheaindicaL.
(MMI V, 1989: 413)
Famili Asteraceae
Efek farmakologi Antipiretik, diaforetik
11. Kopi Nama simplisia Coffeae Semen
Spesies Coffea sp.
(MMI V, 1989: 148)
Famili Rubiaceae
Efek farmakologi Antipiretik, diuretik.
12. Buah Nona Nama simplisia AnnonaeReticulatae
(MMI VI, 1995: 24) Cortex
Spesies Annonareticulata L.
Famili Annonaceae
Efek farmakologi Hemostatik
13. Pepaya Nama simplisia Caricae Semen
Spesies Carica papaya L.
(MMI VI, 1995: 50)
Famili Caricaceae
Efek farmakologi Antielmintik

3. Jelaskan mengapa pada identifikasi alkaloid pada umumnya terbentuk


endapan!
Jawab:
Sejumlah alkaloid yang diperoleh dari berbagai sumber tanaman dengan
baik memberikan endapan yang berbeda dengan pereaksi spesifik tertentu
sampai batas sekecil satu mikrogram (Kar, 2007). Pengambilan alkaloid harus
dilakukan dengan hati – hati dalam penerapan tes ini, karena reagen juga
memberikan endapan dengan protein. Selama ekstraksi alkaloid dari tanaman
dan penguapan berikutnya, beberapa protein tidak akan diekstraksi dan yang
lain akan dibuat tidak larut (didenaturasi) oleh proses penguapan dan dapat
disaring. Jika ekstrak asli telah terkonsentrasi pada curah rendah dan alkaloid
diekstraksi dari larutan alkali melalui pelarut organik, dan kemudian
dimasukkan kedalam asam encer (misalnya asam tartarat), larutan yang
terakhir harus bebas protein dan siap untuk menguji alkaloid. Seperti
disebutkan di atas, kafein, turunan purin, tidak mengendap (Evans, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Evan, William Charles. 2009. Trease and Evans Pharmacognosy 16th Edition.
Toronto: Saunders Elsevier.
Kar, Ashutosh. 2007. Pharmacognosy and Pharmacobiotechnology 2nd Edition.
New Delhi: New Age International(P) Ltd.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1977. Materia Medika Indonesia
Jilid I. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Materia Medika Indonesia
Jilid II. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1980. Materia Medika Indonesia
Jilid IV. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Materia Medika Indonesia
Jilid V. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Materia Medika Indonesia
Jilid VI. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Anda mungkin juga menyukai