Anda di halaman 1dari 4

Kisah Pohon Tomat dan Pohon Mangga

Alkisah di suatu negeri tumbuhan, tinggalah dua pohon yang bersahabat dekat.
Sejak kecil mereka bermain bersama setiap harinya. Ya, Pohon Tomat dan
Pohon Mangga bersahabat dekat. Mereka bukan hanya bermain bersama, tetapi
juga sering saling curhat tentang keadaan masing-masing.

Setelah mereka betumbuh, Pohon Tomat dan Pohon Mangga tidak bisa bermain
bersama-sama lagi. Hal ini dikarenakan Pohon Tomat tidak bisa mengikuti
pertumbuhan Pohon Mangga. Pohon Tomat yang kalah tinggi dan besar
dibandingkan Pohon Mangga akhirnya merasa minder melihat dirinya.

Perbedaan tinggi dan besar Pohon Tomat dan Pohon Mangga membuat
persahabatan mereka menjadi renggang. Pohon Tomat tidak bisa menerima
keadaannya yang kalah tinggi dan besar dibandingkan Pohon Mangga. Dia
merasa bahwa Tuhan tidak adil. Dia ingin tinggi dan besar seperti Mangga.

Pada suatu hari Tomat bangun dan menyadari ada yang berubah dalam
tubuhnya. Dia pun melihat bahwa ternyata dia sudah berbuah. Ada buah-buah
kecil yang tumbuh di ujung ranting-rantingnya. Pohon Tomat dengan
bangganya menemui Pohon Mangga dan memamerkan buahnya.

Pohon Mangga yang memang belum waktunya berbuah pun iri dengan buah
yang tumbuh di Pohon Tomat. Pohon Mangga sedih karena dia tidak memiliki
buah. Kesedihan yang akhirnya membuat dia mengurung diri.

Hari berganti hari, Pohon Tomat akhirnya berbuah dengan lebatnya. Pohon
Mangga yang melihat di kejauhan tetap dalam kesedihannya. Dia hanya
meratap nasibnya yang tidak memiliki buah. Dia masih berharap bisa cepat
memiliki buah supaya bisa pamer dengan Pohon Tomat.

Akhirnya Pohon Tomat memiliki buah yang ranum dan siap dipetik. Akhirnya
buah di Pohon Tomat dipetik oleh manusia tanpa meninggalkan satu buah pun.
Pohon Tomat dengan bangga merasa senang bahwa dirinya telah memberikan
manfaat bagi manusia.

Pohon Mangga yang masih mengurung diri di kamar tiba-tiba mendengar berita
yang menyedihkan. Pohon Tomat yang adalah sahabat karibnya telah mati.
Pohon Mangga yang penasaran akhirnya bertanya kepada Pohon Beringin Tua,
pohon tua yang bijaksana. Usia pohon ini sudah ratusan tahun dan punya
pengetahuan yang luas.

"Pohon Tomat memang cepat menghasilkan buah. Namun, usianya hanya


sampai dia berbuah. Setelah dipanen buah-buahnya, maka Pohon Tomat akan
mati. Usianya tidak lebih dari 5 bulan." Kata Pohon Beringin Tua menjawab
pertanyaan Pohon Mangga.

"Lalu mengapa aku belum berbuah juga?? Tanya Pohon Mangga penasaran.

"Kamu itu memang lama baru bisa berbuah. Pada usia 4 atau 5 tahunlah dirimu
baru berbuah. Usiamu juga bisa bertahan lama sampai puluhan tahun." Terang
Pohon Beringin Tua.

"Kamu harus bisa menerima dirimu apa adanya. Pohon Mangga tetap adalah
Pohon Mangga, begitu juga dengan Pohon Tomat tetap adalah Pohon Tomat.
Temanmu Pohon Tomat juga pernah iri melihat tubuhmu yang tinggi dan besar,
setelah dijelaskan dia tetap tidak mau menerima. Sekarang tergantung dirimu
apakah mau menerima atau tidak keadaan dirimu." Kata Pohon Beringin Tua
menambahkam.

"Berapa Pohon yang bertanya akan hal ini??" Tanya Pohon Mangga seraya
berbisik.

"Semua Pohon." Kata Pohon Beringin Tua.

Pohon Mangga akhirnya pulang dengan pemahaman baru dalam hidupnya. Dia
tidak lagi iri dengan keadaan pohon-pohon lain yang punya kelebihan
dibandingkan dirinya. Karena setiap pohon ternyata punya kekurangan masing-
masing juga. Tetapi yang lebih penting, Pohon Mangga disadarkan bahwa
setiap pohon diciptakan berbeda satu dengan yang lainnya. Kita harus bangga
dengan keadaan diri kita apa adanya.
KISAH SI POHON APEL
DAN SI CACING

Illustrasi : agus karianto

Saat pagi buta ketika matahari belum menampakkan sinar


kehangatannya, nampak seekor cacing berjalan-jalan di sela-sela akar
pohon apel. Dia bergerak ke kiri dan ke kanan. Berkali-kali kepalanya
membentur akar pohon apel. Hal ini membuat pohon apel terbangun
karena tidurnya terganggu. Dan tanpa pikir panjang, benda yang
mengganggu akarnya dilemparkan jauh-jauh. "Wushhhhh..." Dan si
cacing terkejut karena tubuhnya tiba-tiba melayang ke udara dan jatuh
ke atas tanah.
"Aughh....sakiiit! Sialan, pagi-pagi tubuhku sudah dilemparkan
pohon apel!" teriak si Cacing. "Dasar apel sialan! Tubuhku jadi sakit,
nih!"
"Ooo jadi kamu yang mengganggu tidurku, ya?!" bentak pohon
apel. "Rasain tuh! Memangnya ngapain kamu pagi-pagi sudah
mengganggu tidurku ? Kini aku jadi tidak bisa tidur lagi, khan !"
"Tapi....badanku jadi sakit semua, Pel! Awas ya... kamu harus
bertanggung jawab kalau tubuhku sampai patah tulang."
"Hihihihi....Lalu, maumu apa, Cing?"
"Pokoknya aku minta keadilan. Aku minta ganti rugi....ganti
rugi....."
"Lho, kamu yang salah kok aku yang dimintai ganti rugi? Mana
ada ceritanya di dunia ini yang salah mendapat ganti rugi atas
kesalahannya sendiri?"
"Nggak bisa ! pokoknya aku minta ganti rugi!" teriak si cacing.
Saat si Cacing dan pohon apel berdebat tentang siapa yang benar dan
siapa yang salah, datanglah seekor kupu-kupu untuk melerai
perdebatan mereka.
"Selamat pagi, teman-teman," sapa kupu-kupu "Masih pagi kok
sudah bertengkar? Memangnya ada persoalan apa? Adakah yang bisa
saya bantu?"
Mendengar sapaan si kupu-kupu, membuat si cacing dan pohon apel
berhenti bertengkar. Lalu mereka menceritakan penyebab kejadian
pertengkaran mereka.
"O jadi itu permasalahannya?" kata si kupu-kupu sambil
mengangguk-anggukan kepala.
"Begini teman-temanku," lanjut si kupu-kupu mencoba
memecahkan persoalan yang mereka hadapi. "Sebenarnya di antara
kalian berdua telah terjadi salah paham. Tidak ada yang salah maupun
yang benar dalam persoalan ini. Bukankah Alloh SWT menciptakan
semua isi alam semesta ini pasti ada gunanya. Si cacing berjalan di
dalam tanah saat pagi hari untuk mencari makanan. Mungkin si apel
merasa terganggu. Bekas jalan yang ditinggalkan si cacing sebenarnya
berguna bagi akar-akar si pohon apel untuk bernafas. Kalau akar-akar
mendapat udara segar maka si apel akan tumbuh dengan sehat. Dan
kamu si apel, seharusnya berterima kasih kepada cacing karena tanah
di sekitarmu jadi subur. Jangan mau menang sendiri. Akupun perlu
menghisap madu di bunga apel dan bunga-bunga yang lain untuk
makananku. Akupun juga jadi perantara bunga-bunga mengadakan
penyerbukan untuk menghasilkan buah. Semua makhluk hidup itu saling
membutuhkan. Tidak ada makhluk yang merasa paling berjasa. Merasa
paling berguna di antara makhluk hidup yang lain. Allah SWT
menciptakan makhluk di alam semesta ini pasti ada gunanya. Tidak
boleh ada makhluk yang berkata dia tidak berguna hidup di dunia.
Semuanya pasti ada gunanya."
Pohon apel dan si cacing saling mengangguk-anggukkan kepala.
Mereka sadar akan kekhilafannya. Memang tidak sepantasnya sebagai
makhluk ciptaan Allah swt merasa sok mulia dan merasa sok berharga
dibandingkan dengan makhluk yang lain. Semua makhluk memiliki
kedudukan yang sama di hadapan sang pencipta. Kita diciptakan untuk
saling menghargai dan menyayangi sesama makhluk Allah swt.
"TERNYATA SEMUA MAKHLUK HIDUP ITU BERGUNA YA,
CING" kata si apel sambil memeluk tubuh si cacing sebagai tanda
mereka telah saling memaafkan. Dan si kupu-kupu tersenyum sambil
beterbangan di atas mereka

Anda mungkin juga menyukai