Anda di halaman 1dari 33

TERJEMAHAN BAB BENTUK BUMI DAN GRAVITASI DARI BUKU

FUNDAMENTAL OF GEOPHYSICS 2nd EDITION

KARYA WILLIAM LOWRIE

Disusun oleh

Puji Nurlaili (11160970000015)

Nur’aini (11160970000023)

Nanda Ridki Permana (11160970000031)

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M
2.4 BENTUK BUMI DAN GRAVITASI

2.4.1 Bentuk dari Bumi

Permukaan Bumi yang sebenarnya ialah tidak rata dan tidak beraturan,
sebagian terdiri dari tanah dan sebagian yang lain adalah air. Untuk kepentingan
geofisika bentuk bumi ini digambarkan dengan sebuah permukaan halus yang
tertutup disebut dengan bentuk bumi. Konsep awal dari bentuk ini diatur oleh
agama, takhayul dan kepercayaan non-ilmiah. Navigasi pertama dari Bumi, yang
telah diselesaikan pada tahun 1522 oleh kru Magellan, menyatakan bahwa mungkin
Bumi berbentuk bulat. Sebelum era dari kebangkitan ilmiah, bentuk bumi diyakini
seperti sebuah bola. Seperti yang telah dikonfirmasi oleh beberapa foto dari
pesawat ruang angkasa, hal ini sebenarnya merupakan perkiraan pertama yang
sangat baik untuk bentuk Bumi yang memadai untuk menyelesaikan banyak
masalah. Perkiraan yang benar yakni bahwa bentuk Bumi ialah seperti sebuah bola
pipih dikutub dianggap sama dengan Newton, yakni seseorang byang
menggunakan argumen hidrostatik untuk menjelaskan pemerataan kutub. Bentuk
yang agak rata memungkinkan penjelasan mengapa jam yang tepat di Paris
kehilangan waktu ketika dekat dengan garis khatulistiwa (Lihat bagian 2.1).

Bentuk Bumi berkaitan erat dengan gravitasi. Bentuk Bumi adalah bentuk
yang memiliki bidang potensial yang sama dengan gravitasi, khususnya yang
bertepatan dengan permukaan laut rata-rata. Perkiraan matematis terbaik adalah
sebuah bola berbentuk elips atau bola bulat (gambar 2.20). Penentuan dimensi
Bumi yang tepat (misal; jari-jari kutub dan khatulistiwa) adalah tujuan utama dari
ilmu geodesi. Hal ini membutuhkan pengetahuan tentang medan gravitasi Bumi,
penjelasan yang merupakan tujuan dari gravimetri.
Gbr. 2.20 Perbandingan dimensi referensi elips
internasional dengan volume bola yang sama

Analisis modern terhadap bentuk Bumi didasarkan pada pengamatan yang


tepat dari orbit satelit Bumi buatan. Data ini digunakan untuk
menentukan/menggambarkan bentuk elips yang paling cocok disebut Referensi
Elips Internasional. Pada tahun 1930-an para ahli geodesi dan ahli geofisika
mendefinisikan Referensi Elips optimal berdasarkan data yang paling bagus yang
tersedia pada waktu tersebut, dimensi dari bentuk ini kemudian disempurnakan
sebagai data yang lebih tepat yang telah tersedia. Pada tahun 1980, asosiasi
internasional geodesi mengadopsi Geodetik Referensi System (GRS80) dimana
referensi elips memiliki sebuah radius khatulistiwa (a) yang sama dengan yang
diperkirakan 6378.137 km dan radius kutub (c) sama dengan 6356.752 km.
Penentuan selanjutnya hanya menghasilkan sedikit perbedaan dalam parameter
geodetik yang paling penting. Beberapa nilai saat ini tercantum dalam Tabel 2.1.
Jari-jari bola ekuivalen (R) diperoleh dari R = (a2c)1/3 menjadi 6371.000 km.
Dibandingkan dengan bola yang paling tepat, bola diratakan sekitar 14.2 km
disetiap kutub dan garis khatulistiwa sekitar 7.1 km. Perataan kutub f
didefinisikan sebagai rasio

F= (2.4.3)
Perataan referensi elips optimal yang didefinisikan pada tahun 1930 persis
1/297. Elips ini, dan variasi gravitasi di permukaannya, menjadi dasar survei
gravimetri selama bertahun-tahun, sampai era satelit geodesi dan gravimeters
yang sangat sensitif menunjukkan bahwa itu terlalu tidak tepat. Perkiraan terbaik
terbaru mengenai perataan adalah f = 3.35287 x 10-3 (misal., f = 1/298.252).

Jika Bumi diasumsikan sebagai fluida berputar dengan kesetimbangan


hidrostatik sempurna (seperti yang diasumsikan oleh teori Newton), diperkirakan
bahwa perataannya harus 1/299.5, sedikit lebih kecil dibandingkan dengan nilai
yang diamati. Kondisi hidrostatik mengasumsikan bahwa Bumi tidak memiliki
kekuatan internal. Penjelasan yang mungkin tentang adanya perbedaan kecil
dalam f ini adalah bahwa Bumi memiliki kekuatan yang cukup untuk
mempertahankan bentuk non-hidrostatik, dan bentuk yang sekarang diwarisi dari
waktu rotasi yang lebih cepat. Atau bentuk Bumi yang sedikit lebih rata mungkin
disebabkan oleh perbedaan kepadatan yang dalam, yang bisa menjadi
konsekuensi dari konveksi yang lambat didalam mantel Bumi. Hal ini akan
berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan dapat menyebabkan distribusi
massa yang tidak hidrostatik.

Tabel 2.1 Beberapa Parameter Mendasar yang Relevan dengan Bentuk, Rotasi, dan Orbit
Bumi. Sumber : [1] Mohr dan Taylor, 2005; [2] McCharthy dan Petit, 2004; [3] Groten,
2004
Penyebab perataan kutub adalah efek deformasi dari percepatan
sentrifugal. Ini merupakan kecepatan maksimum di khatulistiwa dimana
percepatan gravitasi terkecil. Parameter m didefinisikan sebagai rasio dari
percepatan sentrifugal khatulistiwa yang sebanding dengan kecepatan gravitasi
khatulistiwa :

Nilai m berdasarkan nilai geodetik saat ini (Tabel 2.1) adalah 3.46139 x 10-3
(misal., m = 1/288.901).

Sebagai hasil dari pendataan tersebut, distribusi secara besar-besaran akan


terjadi di Bumi tidak hanya bergantung pada radius. Momen inersia di Bumi
tentang rotasi poros (c) dan poros apapun dalam bidang equatorial (A) tidak sama.
Seperti yang disebutkan dibagian sebelumnya, ketimpangan mempengaruhi
secara menyeluruh respon Bumi terhadap gelombang gravitasi eksternal dan
merupakan faktor penentu dalam gangguan rotasi Bumi. Momen inersia untuk
menentukan eliptisitas yang dinamis :

Eliptisitas dinamis diperoleh dari pengamatan yang tepat terhadap orbit


satelit buatan Bumi (lihat Bagian 2.4.5.1). Nilai maksimum H saat ini adalah
3.2737875 x 10-3 (misal., H = 1/305.457).
Gbr. 2.21 Parameter Elips yang digunakan dalam Formula
MacCullagh. A, B dan C adalah momen inersia tentang sumbu
x, y, z dan I adalah momen inersia garis OP.

2.4.2 Potensial Gravitasi dari Bumi Bulat

Bentuk elips mengubah potensial gravitasi Bumi dari bola yang tidak
terdeformasi/berbentuk. Pada tahun 1849 J. Mac Cullagh mengembangkan rumus
berikut untuk potensial gravitasi benda apapun pada jarak yang jauh dari pusat
massanya :

Istilah pertama, dari orde r-1, adalah potensial gravitasi sebuah titik massa
atau bola dengan massa E (Persamaan (2.10) dan (2.14)); untuk Bumi ini
menggambarkan potensial yang tidak terdeformasi oleh globe. Jika sumbu referensi
dipusatkan dibadan pusat massa, tidak ada keadaan dalam r-2. Keadaan kedua, dari
orde r-3, adalah karena adanya penyimpangan dari bentuk bola. Untuk Bumi yang
datar itu merupakan hasil dari perpindahan massa karena deformasi rotasi.
Parameter A, B, dan C adalah momen inersia di badan dan I adalah momen inersia
garis OP yang bergabung dengan pusat massa ke titik pengamatan (Gbr. 2.21).
Dalam hal ini, untuk menunjukkan potensial yang akurat dari jumlah yang tak
terbatas, syarat orde yang lebih tinggi di r diperlukan. Dalam hal ini Bumi dapat
diabaikan, karena keadaan berikutnya adalah sekitar 1000 kali lebih kecil dari
periode kedua. Untuk badan pusat dengan bidang simetri I adalah kombinasi
sederhana dari momen inersia atur A sama dengan B untuk rotasi simetri, dan
mendefinisikan sudut antara OP dan sumbu rotasi menjadi , bentuk untuk I adalah

Rumus MacCullagh untuk Bumi elips menjadi :

Fungsi (3cos2 -1) / 2 adalah polinomial orde kedua pada cos dan dapat
ditulis sebagai ditulis sebagai P2 (cos ). Dimana termasuk dalam keluarga fungsi
yang disebut polinomial Legendre (Kotak 2.2). Menggunakan notasi rumus
MacCullagh untuk gravitasi potensial elips menjadi :

Ini dapat dituliskan dalam bentuk alternatif :

Teori potensial memiliki syarat bahwa potensial grafitasi Bumi bulat harus
memenuhi suatu persamaan penting yakni persamaan Laplace (Kotak 2.3). solusi
dari persamaan ini adalah jumlah dari jumlah yang tak terbatas dari jumlah yang
meningkat dalam 1/r, masing-masing melibatkan yang sesuai Polinomial Legendre.

Dalam persamaan ini, koefisien J mengalikan Pn (cos ) untuk menentukan


kepentingan relatif keadaan dan urutan ke-n. Nilai dari Jn yang diperoleh dari
satelit geodesi : J2 = 1082.6 x 10-6; J3 = - 2.54 x 10-6; J4 = - 1.59 x 10-6; urutan
yang lebih tinggi tidak signifikan. Koefisien yang paling penting adalah urutan
kedua, faktor bentuk dinamis J2 yang menggambarkan efek dari perataan kutub
pada potensial gravitasi Bumi. Perbandingan keadaan dalam persamaan (2.48) dan
(2.51) memberikan hasil :

Keadaan urutan berikutnya lebih tinggi (n=3) pada persamaan (2.51)


menggambarkan deviasi dari referensi elips yang sesuai dengan Bumi berbentuk
seperti buah pir (gambar 2.22). penyimpangan-penyimpangan ini berkisar diantara
7 – 17 m, seribu kali lebih kecil dari penyimpangan elips terhadap sebuah bola
yang berkisar antara 7 – 14 km.

2.4.3 Gravitasi dan Potensialnya


Potensial gravitasi (Ug) adalah jumlah dari potensial gravitasi dan
sentrifugal. Ini sering disebut geopotensial. Pada titik di permukaan spheroid yang
berputar dapat ditulis :

Jika permukaan bebas adalah permukaan gravitasi ekuipotensial, maka Ug


berada di mana-mana konstan di atasnya. Bentuk permukaan ekuipotensial dibatasi
menjadi spheroid dengan pelebaran ƒ. Dalam kondisi ini, sebuah hubungan
sederhana ditemukan antara konstanta ƒ, m dan J2:

Dengan menyamakan Persamaan. (2.52) dan (2.54) dan menggunakan


kembali ketentuan sedikit kita mendapatkan hubungan berikut :
Ini menghasilkan informasi yang berguna tentang variasi kepadatan di
dalam Bumi. Kuantitas ƒ, m dan (C-A) / C masing-masing sama dengan sekitar
1/300. Memasukkan nilainya dalam persamaan menghasilkan C = 0.33ER2.
Bandingkan nilai ini dengan momen-momen utama inersia cangkang bulat
berongga (0,66ER2) dan bola padat dengan kerapatan seragam (0,4ER2).
Konsentrasi massa di dekat pusat menyebabkan pengurangan faktor pengali dari
0,66 menjadi 0,4. Nilai 0,33 untuk Bumi menyiratkan bahwa, dibandingkan dengan
bola padat yang seragam, kerapatan harus meningkat menuju pusat Bumi.

Box 2.2: Polinomial legendre


Dalam segitiga yang digambarkan pada Gambar. B2.2, sisi u terkait dengan dua
sisi lain r dan R dan sudut yang mereka tutupi oleh hukum kosinus. Ekspresi untuk 1 /
u kemudian dapat ditulis :

Gbr. B2.2 Referensi segitiga untuk


derivasi polinomial Legendre.

yang berkembang menjadi :

Rangkaian istilah yang sangat panjang dalam (r / R) ini disebut rumus jarak
timbal balik. Itu dapat ditulis dalam bentuk steno sebagai :
Sudut dalam ungkapan ini menggambarkan deviasi sudut antara sisi r dan sisi
referensi R. Fungsi Pn (cos ) dalam penjumlahannya disebut polinomial Legendre biasa
dari urutan n dalam cos . Mereka dinamai sesuai dengan ahli matematika Prancis
Adrien Marie Legendre (1752–1833). Setiap polinomial adalah koefisien (r / R) n dalam
jumlah tak terbatas untuk (1 / u), dan demikian juga dengan urutan n. Menulis cos θ = x,
dan Pn (cos θ) = Pn (x), beberapa polinomial pertama, masing-masing untuk n = 0,1,2,
dan 3, adalah sebagai berikut :

Dengan mengganti cos untuk x, ekspresi ini dapat dikonversi menjadi fungsi
cos . Legendre menemukan bahwa polinomial memenuhi persamaan diferensial urutan
kedua berikut, di mana n adalah bilangan bulat dan y = Pn (x):

Ini, dinamai untuk menghormatinya, adalah persamaan Legendre. Ini memainkan


peran penting dalam teori potensial geofisika untuk situasi yang dinyatakan dalam
koordinat bola yang memiliki simetri rotasi tentang suatu sumbu. Misalnya, kasus untuk
tarikan gravitasi spheroid, bentuk sederhana dari bentuk Bumi.

Derivasi polinomial individu dari orde n agak membosankan jika ekspresi


diperluas untuk (1 / u) digunakan. Rumus sederhana untuk menghitung polinomial
Legendre untuk setiap urutan dan dikembangkan oleh ahli matematika Prancis lainnya,
Olinde Rodrigues (1794–1851). Formula Rodrigues :

Pendekatan dari persamaan ini yang ditemui dalam banyak masalah teori
potensial adalah persamaan Legendre terkait, yang ditulis sebagai fungsi x adalah
Solusi persamaan ini melibatkan dua bilangan bulat, orde n dan derajat m. Seperti
dalam persamaan Legendre biasa, solusinya adalah polinomial dalam x, yang disebut
polinomial Legendre terkait dan tertulis . Modifikasi rumus Rodrigues
memungkinkan perhitungan fungsi-fungsi ini dari polinomial Legendre biasa :

Untuk menyatakan polinomial Legendre terkait sebagai fungsi , mis. , Lagi-lagi


hanya perlu mengganti cos untuk x.

2.4.4 Normal Gravitasi


Arah gravitasi pada suatu titik didefinisikan sebagai tegak lurus terhadap
permukaan ekuipotensial melalui titik tersebut. Ini

Box 2.3: Bola Harmonik


Banyak gaya alamiah yang diarahkan ke titik pusat. Contohnya adalah medan listrik dari
muatan titik, medan magnet dari kutub magnet tunggal, dan percepatan gravitasi menuju
pusat massa. Astronom dan matematikawan Prancis Pierre Simon, marquis de Laplace
(1749–1827) menunjukkan bahwa, untuk memenuhi kondisi fisik dasar ini, potensi
medan harus memenuhi persamaan diferensial urutan kedua, persamaan Laplace. Ini
adalah salah satu persamaan paling terkenal dan penting dalam fisika dan geofisika,
karena ini berlaku untuk banyak situasi dalam teori potensial. Untuk potensial gravitasi
Ug, persamaan Laplace ditulis dalam koordinat Cartesian (x, y, z) sebagai

Dalam koordinat kutub bola persamaan Laplace menjadi


Variasi dengan azimuth Φ menghilang untuk simetri tentang sumbu rotasi. Solusi umum
persamaan Laplace untuk simetri rotasi (mis., Untuk Bumi berbentuk bola) adalah

dimana Pn (cos θ) adalah polinomial Legendre orde biasa dari n dan koordinat θ adalah
deviasi sudut dari titik pengamatan dari sumbu referensi (lihat Kotak 2.1). Dalam
koordinat geografis, θ adalah garis lintang. Jika bidang potensial tidak simetris secara
rotasi - seperti halnya, misalnya, untuk bidang geoid dan medan magnet Bumi - solusi
persamaan Laplace bervariasi dengan azimuth Φ serta dengan jari-jari r dan sudut aksial
θ yang diberikan oleh :

dimana dalam kasus ini polinomial Legendre terkait dengan n dan tingkat m seperti
yang dijelaskan dalam Box 2.2. Persamaan ini pada gilirannya dapat ditulis dalam bentuk
yang dimodifikasi sebagai

Fungsinya

disebut fungsi harmonik bola, karena memiliki nilai yang sama ketika θ atau Φ
meningkat dengan kelipatan integral 2π. Ini menggambarkan variasi potensial dengan
koordinat θ dan Φ pada permukaan bola (yaitu, dimana r adalah konstanta). Fungsi
harmonik bola digunakan, misalnya, untuk menggambarkan variasi potensi gravitasi dan
magnet, ketinggian geoid, dan aliran panas global dengan lintang dan bujur di permukaan
bumi.
menentukan garis vertikal pada titik, sedangkan bidang tangensial ke permukaan
ekuipotensial menentukan garis horizontal (Gbr. 2.20). Konsekuensi dari bentuk bola
Bumi adalah bahwa arah vertikal umumnya tidak radial, kecuali di ekuator dan di kutub.

Di Bumi yang bulat tidak ada ambiguitas dalam cara kita mendefinisikan garis
lintang. Itu adalah sudut di pusat bumi antara jari-jari dan garis khatulistiwa, pelengkap
sudut kutub . Ini mendefinisikan garis lintang geosentris λ’. Namun, garis lintang
geografis yang umum digunakan tidak didefinisikan dengan cara ini. Ini ditemukan
dengan pengukuran geodetik dari sudut ketinggian bintang tetap di atas cakrawala. Tetapi
bidang horizontal bersinggungan dengan ellipsoid, bukan ke bola (Gambar 2.20), dan
arah vertikal (yaitu, arah gravitasi lokal) memotong garis khatulistiwa pada sudut λ yang
sedikit lebih besar dari garis lintang geosentris λ’. (Gbr. 2.23). Perbedaan (λ - λ’) adalah
nol di garis khatulistiwa dan kutub dan mencapai maksimum pada garis lintang 45˚, di
mana jumlahnya hanya 0,19˚ (sekitar 12’). Referensi Internasional Ellipsoid adalah
gambar referensi standar Bumi. Nilai teoritis gravitasi pada ellipsoid yang berputar dapat
dihitung dengan membedakan potensi gravitasi (Persamaan (2.53)). Ini menghasilkan
komponen gravitasi radial dan transversal, yang kemudian digabungkan untuk
memberikan rumus berikut untuk gravitasi yang normal bagi ellipsoid:

Dimana, untuk urutan kedua dalam f dan m,


Gambar 2.23 Gravitasi di Bumi ellipsoidal adalah jumlah vektor percepatan gravitasi
dan sentrifugal dan tidak radial; akibatnya, lintang geografis ( λ) sedikit lebih besar dari
lintang geosentris (λ’).

Persamaan (2.56) dikenal sebagai rumus gravitasi normal. Konstanta dalam


rumus, yang didefinisikan pada tahun 1980 untuk Sistem Referensi Geodetik (GRS80)
yang masih umum digunakan, adalah : ge = 9.780 327 ms2; β1 = 5.30244 x 103; β2 = -
5.8x106. Mereka memungkinkan perhitungan gravitasi normal di lintang apa pun dengan
akurasi 0,1 mgal. Instrumen modern dapat mengukur perbedaan gravitasi dengan presisi
yang lebih besar, dalam hal ini formula yang lebih tepat, akurat hingga 0,0001 mgal,
dapat digunakan. Formula gravitasi normal sangat penting dalam analisis pengukuran
gravitasi di Bumi, karena memberikan variasi teoritis gravitasi normal (gn) dengan garis
lintang pada permukaan ellipsoid referensi.

Gravitasi normal dinyatakan dalam ge, nilai gravitasi di ekuator. Istilah orde
kedua ƒ2, m2 dan ƒm sekitar 300 kali lebih kecil dari syarat orde pertama ƒ dan m.
Konstanta β2 adalah sekitar 1000 kali lebih kecil dari β1 . Jika kita menjatuhkan syarat
orde kedua dan menggunakan λ= 90˚, nilai gravitasi normal pada kutub adalah gp = ge
(1+ β1), jadi dengan mengatur ulang dan mempertahankan hanya pertama kali -
Ketentuan pemesanan, kita dapatkan :
Ungkapan ini disebut teorema Clairaut. Ini dikembangkan pada 1743 oleh
seorang ahli matematika Prancis, Alexis-Claude Clairaut, yang pertama kali
menghubungkan variasi gravitasi di Bumi yang berputar dengan pembesaran spheroid.
Formula gravitasi normal menghasilkan gp = 9.832,186 ms2. Secara numerik, ini
memberikan peningkatan gravitasi dari ekuator ke kutub sekitar 5.186 x 102 ms2, atau
5186 mgal.

Gambar 2.24 (a) Massa di luar ellipsoid atau (b) kelebihan massa di bawah
ellipsoid meningkatkan geoid di atas ellipsoid. N adalah undulasi geoid.

Ada dua alasan yang jelas untuk peningkatan gravitasi di kutub. Jarak ke pusat
massa Bumi lebih pendek di kutub daripada di khatulistiwa. Ini memberikan percepatan
gravitasi yang lebih kuat (ag) di kutub. Perbedaannya adalah

Ini memberikan kelebihan gravitasi sekitar 6600 mgal di kutub. Pengaruh gaya
sentrifugal dalam penurunan gravitasi terbesar di khatulistiwa, di mana ia sama dengan
(mag), dan nol di kutub. Hal ini juga menghasilkan peningkatan kutub di bawahnya.
gravitasi, berjumlah sekitar 3375 mgal. Angka-angka ini menunjukkan bahwa gravitasi
harus meningkat dengan total 9975 mgal dari khatulistiwa ke kutub, bukannya perbedaan
yang diamati dari 5186 mgal. Perbedaan ini dapat diselesaikan dengan
mempertimbangkan faktor ketiga. Perhitungan perbedaan dalam gaya tarik gravitasi tidak
begitu sederhana seperti yang ditunjukkan oleh Persamaan. (2.59). Tonjolan khatulistiwa
menempatkan kelebihan massa di bawah khatulistiwa, meningkatkan gaya tarik gravitasi
khatulistiwa dan dengan demikian mengurangi penurunan gravitasi dari khatulistiwa ke
kutub.

2.4.5 Geoid

Referensi elips internasional merupakan sebuah pendekatan untuk


permukaan bidang equipotensial dan gravitasi yang mudah dipahami secara
matematis.Fisis permukaan potensial dari gravitasi disebut Geoid. Hal ini
mencerminkan distribusi massa didalam bumi dan berbeda dari teoritis elips dalam
jumlah kecil.

Gbr. 2.25 Peta dunia undulasi Geoid Relatif terhadap perataan referensi
Elips f = 1/298.257 (setelah lerch et al., 1979)
Bertolak belakang dengan dataran Geoid yang sependapat dengan
permukaan laut bebas, didalamnya tidak mengatasi efek dari pasang surut dan
angin. Di seluruh benua, Geoid dipengaruhi oleh massa dari dataran diatas
permukaan laut (Gambar 2.24a). Massa didalam elips menyebabkan adanya daya
tarik gravitasi kebawah menuju pusat bumi, tetapi untuk sebuah bukit atau gunung
yang merupakan pusat gravitasi diluar elips menyebabkan adanya daya tarik keatas.
Hal ini menyebabkan adanya ketinggian lokal Geoid diatas elips. Perpindahan
antara Geoid dan elips disebut undulasi Geoid; ketinggian tersebut disebabkan oleh
massa diatas elips yang merupakan undulasi positif.

2.4.5.1 Undulasi Geoid

Dalam menghitung nilai teoritis bumi, distribusi massa dibawah elips


dianggap homogen. Kelebihan massa dibawah elips akan membelokkan dan
memperkuat gravitasi secara lokal. Potensial ellips yang dicapai lebih jauh dari
pusat bumi.Permukaan equipotensial dibuat melengkung keatas agar tetap normal
terhadap gravitasi. Hal ini menyebabkan adanya undulasi Geoid positif yang
disebabkan karena adanya kelebihan massa dibawah elips (Gambar 2.24b).
sebaliknya, jika kekurangan massa dibawah elips akan membelokkan geoid
dibawah elips, sehingga menimbulkan undulasi geoid negative. Sebagai hasil dari
topografi yang tidak merata dan distribusi massa internal yang heterogen, Geoid
merupakan sebuah permukaan equipotensial bergelombang.

Potensial geoid digambarkan secara matematis oleh fungsi harmonic bola


yang merupakan Polinomial Legendre (box 2.3). Hal ini lebih rumit dibandingkan
dengan polinomial legendre yang biasa digunakan untuk menggambarkan
potensial gravitasi dari elips (Persamaan (2.49) – (2.51). hingga saat ini kami
hanya mempertimbangkan variasi potensial dengan jarak r dan dengan sudut
lintang . Ini merupakan sebuah penyederhanaan karena variasi kerapatan di
bumi mengenai sumbu rotasi tidak simetris. Geoid merupakan permukaan
equipotensial untuk distribusi kecepatan yang sebenarnya di bumi, oleh karena itu
potensial geoid bervariasi dengan bujur sekaligus lintangnya.Variasi ini
diperhitungkan dengan mengekspresikan potensial sebagai jumlah dari fungsi
harmonic bola, seperti yang dijelaskan dalam kotak 2.3. Representasi
geopotensial ini beragam terhadap gambaran yang lebih sederhana untuk
potensial gravitasi bumi simetris yang berotasi menggunakan serangkaian
Polinomial Legendre (persamaan (2.51)).

Dalam analisis modern koefisien dari setiap istilah dalam geopotensial


mirip dengan koefisien Jn dalam persamaan (2.51); dan dapat dihitung hingga
tingkat harmonic yang tinggi. Istilah tersebut sampai padatahap seleksi kemudian
digunakan untuk menghitung pemodelan lama geoid dan medan gravitasi bumi.
Sebuah kombinasi dari data satelit dan pengukuran gravitasi permukaan yang
digunakan untuk membangun Goddart Earth Model (GEM) 10.Sebuah
perbandingan ukuran global antara elips dengan rata-rata 1/298,257 dan
permukaan geoid yang diukur/dihitung dari model GEM 10 menunjukkan panjang
gelombang undulasi geoid (gambar 2.25).undulasi negative terbesar (-105 m)
berada di Samudra Hindia selatan India dan undulasi positif terbesar (+73 m)
berada di Samudra Pasifik khatulistiwa utara Australia. Fitur skala besar ini terllu
luas jika dianggap sebagai kerak atau litosfer anomaly massa. Mereka
diperkirakan heterogen yang memanjang jauh ke mantel yang lebih rendah,
namun asalnya belum diketahui..

2.4.6 Geodesi Satelit

Sejak awal 1960 pengetahuan tentang geoid telah dikembangkan oleh


ilmu Geodesi satelit.
Gbr. 2.26 Presisi Retrogade dari Orbit Satelit menyebabkan garis node (CN1, CN2)
Untuk mengubah posisi pada lintasan khatulistiwa secara berurutan

Gerakan satelit buatan dalam orbit bumi dipengaruhi oleh distribusi massa
bumi. Interaksi yang paling penting adalah keseimbangan antara gaya sentrifugal
dan daya tarik gravitasi dari massa bumi, yang menentukan jari-jari orbit satelit.
Analisis presisi poros rotasi bumi (bagian 2.3.4.4) menunjukkan bahwa ia
ditentukan oleh eliptisitas dinamis H, yang tergantung pada perbedaan antara
momen inersia yang dihasilkan dari perataan rotasi. Pada prinsipnya, daya tarik
gravitasi dari sebuah satelit buatan pada pertambahan ekuator bumi juga turut
menyebabkan presisi, tetapi efeknya terlalu kecil untuk dapat diukur. Akan tetapi,
terdapat daya tarik terbalik dari pertambahan equator pada satelit yang
menyebabkan orbit satelit mengelilingi poros rotasi. Bidang orbit memotong
bidang ekuatorial digaris node. Ini dapat digambarkan oleh garis CN 1 pada
gambar 2.26. Pada bagian selanjutnya dari satelit disekitar bumi presisi yang
dimiliki orbit garis node dipindahkan ke posisi baru CN2. Presisi orbital dalam
kasus ini adalah retrograde; garis node regresi. Untuk orbit satelit yang memiliki
pengertian yang sama seperti rotasi bumi menentukan garis bujur dari jalur node
yang secara bertahap bergerak kearah barat; jika orbit memiliki arti yang
berlawanan dengan rotasi bumi maka garis bujur dari jalur node secara berangsur-
angsur bergerak kearah timur. Karena presisi dari orbit membentuk jalur sebuah
satelit yang pada akhirnya menyelimuti bumi secara menyeluruh, yaitu antara
lingkar utama dan selatan garis lintang yang ditentukan oleh perubahan posisi
orbit. Jumlah data satelit yang berkualitas tinggi merupakan sumber terbaik untuk
menghitung elips dinamis atau J2 yang terkait dengan potensial gravitasi.
Pengamatan tentang orbit satelit sangat tepat sehingga gangguan kecil dari orbit
dapat berhubungan dengan bidang gravitasi dengan Geoid.

Gbr. Perubahan jarak busur antara Satellite Laser Ranging (SLR) satelit di Australia dan Hawaii
ditentukan dari pengamatan LAGEOS selama empat tahun. Tingkat rata-rata
konvergensi, 63 ± 3 mm yr-1, sepakat dengan tingkat 67 mm yr-1 yang disimpulkan dari
lempeng tektonik (setelah tapley et al., 1985)

2.4.6.1 Satelit Laser-Ranging (SLR)

Lintasan yang akurat dari orbit satelit dapat dicapai dengan satelit laser-
ranging (SLR). Permukaan bola dari target satelit ditutupi dengan retro-reflektor.
Pemantul retro-reflektor terdiri dari tiga cermin orthogonal yang membentuk
sudut sebuah kubus; yang dimana dapat memantulkan cahaya yang ada
disepanjang jalurnya. Getaran singkat dari cahaya laser dengan panjang
gelombang sebesar 532 nm dikirimkan dari stasiun pelacak di bumi ke satelit, dan
penjalaran dua arah – waktu yang diukur dari getaran yang dipantulkan. Dengan
mengetahui kecepatan cahaya, jarak satelit dari stasiun pelacakan dapat diperoleh.
Akurasi sebuah pengukuran tunggal yakni sekitar 1 cm. Satelit Laser Geodynamic
Amerika (LAGEOS 1) dan satelit Starlette Prancis telah dilacak selama bertahun-
tahun. LAGEOS 1 terbang pada ketinggian 5858-5958 km dengan kemiringan
orbitnya adalah 110 (misal; nilai orbit berlawanan dengan rotasi bumi), dan garis
node dari orbit naik pada 0,343 perhari. Sedangkan Starlette terbang pada
ketinggian 806-1108 km, orbit cenderung miring pada 50 dan garis node
menurun pada 3,95 perhari.

Gbr. 2.28 Permukaan laut rata-rata seperti yang ditentukan dari satelit altimetri
SEASAT dan GEOS-3, setelah pemindahan fitur panjang gelombang panjang
GEM-10B Geoid sesuai urutan dan derajat 12 (dari Marsh et al., 1992).
Permukaan digambarkan seolah-olah diterangi dari barat laut

Lintasan satelit dapat terganggu oleh banyak faktor, termasuk diantaranya


adalah medan gravitasi bumi, pasang surut matahari dan bulan efek serta
hambatan atmosfer. Pengaruh gangguan dari faktor-faktor ini dapat dihitung dan
dizinkan. Untuk akurasi yang sangat tinggi kini telah dicapai dalam hasil SLR,
variasi dalam koordinat stasiun pelacak dapat diperoleh. LAGEOS 1 diluncurkan
pada tahun 1976 dan telah dilintasi oleh lebih dari dua puluh stasiun lintasan laser
lima lempeng tektonik. Perubahan posisi relative antara 2 pasang stasiun dapat
dibandingkan dengan nilai yang dihasilkan oleh gerak lempeng tektonik yang
diambil dari data geofisika laut. Sebagai contoh, profil dari stasiun pelacak
Yaragadee di Australia dan stasiun pelacak di Hawai yang melintasi batas
lempeng yang menghubungkan antara lempeng Indo-Australia dan Pasifik
(Gambar 2.27). Hasil dari empat tahun pengukuran menunjukkan bahwa jarak
antara dua stasiun berada pada tingkat 63 3 mm yr-1.Pendapat ini sesuai dengan
perbandingan yang disimpulkan dari rotasi lempeng tektonik dengan 67 mm yr-1.

2.4.6.2 Satelit Altimetri

Dari pengukuran Satelit Laser Ranging (SLR) ketinggian sebuah pesawat


ruang angkasa dapat ditentukan relative terhadap referensi elips dengan presisi
dalam kisaran sentimeter. Dalam satelit altimetry, satelit yang dilacak membawa
pemancar dan penerima sinyal gelombang mikro (radar). Sebuah pulsa
elektromagnetik dipancarkan dari pesawat ruang angkasa dan dipantulkan dari
permukaan bumi. Waktu penjalaran gelombang dua arah dikonversi
menggunakan kecepatan cahaya sebuah estimasi ketinggian satelit diatas
permukaan bumi. Perbedaan yang jelas antara ketinggian satelit diatas elips dan
diatas permukaan bumi memberikan ketinggian topografi relative terhadap
referensi elips. Presisi diatas area daratan lebih buruk daripada diatas lautan,
tetapi diatas permukaan tanah yang halus seperti gurun dan badan air pedalaman
keakuratan yang lebih baik dari satu meter dapat diperoleh.

Satelit altimetri paling cocok digunakan untuk survei kelautan, dimana


tingkat akurasi dalam sub-meter sangat mungkin.Satelit GEOS-3 terbang dari
1975-1978, SEASAT diluncurkan ditahun 1978 dan GEOSAT diluncurkan tahun
1985. Dirancang khusus untuk studi geofisika kelautan, satelit altimetri ini
mengungkapkan hal yang luar biasa dari Geoid kelautan. Panjang gelombang
undulasi geoid (gambar 2.25) memiliki amplitude yang besar sampai beberapa
meter dan dipertahankan oleh konveksi lapisan yang luas. Fitur panjang
gelombang pendek ditekankan dengan menghilangkan ketinggian geoid yang
dihitung sampai tingkat dan urutan yang diketahui. Data disajikan dengan cara
menekankan daerah-daerah yang dtinggikan dan tertekan dipermukaan laut
(gambar 2.28).

Terdapat korelasi yang kuat antara panjang gelombang pendek


diketinggian permukaan laut rata-rata dan faktor topografi dasar laut.Diatas
system punggung samudrera dan rantai gunung bawah laut permukaan laut rata-
rata (geoid) dinaikkan. Lokasi zona fraktur, dimana satu sisi relatif tinggi terhadap
yang lain terlihat jelas. Daerah yang sangat gelap menandai lokasi palung laut
dalam, karena kekurangan massa dalam palung akan menekan geoid. Ke arah laut
dari palung laut dalam, permukaan laut rata-rata dinaikkan sebagai akibat dari
kelenturan litosfer keatas sebelum menukik kebawah di zona subduksi.

2.4.6.3 Satelit Sistem Penentuan Posisi Global (GPS)

Geodesi merupakan ilmu untuk menentukan koordinat tiga dimensi dari


suatu posisi dipermukaan bumi.Menerima peningkatan yang penting dengan
munculnya era satelit. System navigasi satelit global pertama, system navigasi
Angkatan Laut AS yang dikenal sebagai TRANSIT terdiri dari enam satelit dalam
orbit kutub sekitar 1.100 km diatas permukaan bumi. Sinyal yang ditransmisikan
dari satelit ini digabungkan dalam sebuah penerima (receiver) di bumi dengan
sinyal yang dihasilkan padafrekuensi yang sama di penerima. Karena adanya
gerakan satelit, frekuensi sinyal tersebut dimodifikasi oleh Efek Doppler dan
dengan demikian sedikit berbeda dari sinyal yang dihasilkan penerima,
menghasilkan frekuensi getaran.
Gbr. 2.29 Tingkat perpindahan tahunan di Italia Tenggara, Kepulauan Ionia dan Yunani
Barat relatif terhadap Matera (Italia), ditentukan dari survei GPS pada tahun 1989 dan 1992.
Panah perpindahan jauh lebih besar daripada kesalahan pengukuran dan menunjukan
pergerakan barat daya dari Yunani Barat relatif ke Italia (Setelah Kahle et al., 1995)

Menggunakan cahaya, sinyal getaran dikonversi ke jarak miring yakni


jarak antara satelit dengan penerima. Dengan mengintegrasikan sinyal getaran
pada interval waktu yang dipilih, perubahan jangkauan ke satelit didalam orbit
satelit diketahui dengan tepat dari stasiun pelacak didarat. Dengan demikian
posisi dari kapal selam rudal balistik yang mendukung kapal selam tahun 1960-
an, system ini diperluas untuk keperluan navigasi sipil, terutama untuk
memperbaiki posisi kapal dilaut.Program TRANSIT dihentikan pada tahun 1996
dan digantikan oleh program GPS yang lebih tepat.System navigasi pengaturan
waktu satelit dan Global Positioning System (NAVSTAR GPS atau lebih umum
GPS).

Sistem navigasi pengaturan waktu satelit dan Global Positioning System


(GPS) menggunakan satelit yang jauh lebih tinggi, pada ketinggian sekitar 20.200
km (yaitu jarak radial 26.570 km) dengan periode orbit setengah hari
sidereal.Sistem GPS terdiri dari 24 satelit. Terdapat empat satelit di masing-
masing enam bidang orbit, yang berjarak sama masing-masing 600 interval
disekitar khatulistiwa dan cenderung ke khatulistiwa sekitar 559. Antara lima dan
delapan satelit GPS terlihat pada setiap waktu dan lokasi di bumi. Setiap satelit
menyiarkan posisi dan sinyal referensi setiap enam detik.Perbedaan waktu antara
emisi dan penerimaan di bumi memberikan “rentang semu” dari satelit,
Dinamakan demikian karena harus dikoreksi terlebih dahulu pada jam penerima
dan pembiasan troposfer. Pengukuran rentang semu ke empat atau lebih satelit
dengan posisi yang diketahui memungkinkan perhitungan kesalahan jam dan
posisi tepat dari penerima. Ketepatan yang digunakan untuk menentukan titik
tergantung pada kualitas penerima dan pemrosesan sinyal. Penerima tunggal
berkualitas rendah yang berukuran besar memiliki tingkat akurasi posisi sekitar
100 m. Dalam misi ilmiah dan militer, sebuah keliling receiver digunakan secara
bersamaan dengan stasiun dasar (receiver/penerima tetap) dan pengolahan sinyal
diferensial meningkatkan keakuratan posisi/lokasi menjadi sekitar 1 cm.

Sistem GPS memungkinkan penentuan perubahan yang tepat dalam jarak


antara titik observasi. Contohnya, pengukuran GPS jaringan kepadatan dilakukan
di Italia Tenggara, Kepulauan Ionian dan Yunani Barat bergerak secara sistematis
ke Barat relative terhadap Matera di Italia pada tingkat rata-rata 20-40 YR-1
(Gambar 2.29).

2.4.6.4 Pengukuran Gravitasi dan Geoid dari Orbit Satelit

Permukaan equipotensial dari gravitasi, Geoid (bagian 2.4.5) ditandai


dengan undulasi yang disebabkan oleh distribusi massa inhomogen di bumi.
Sampai saat ini, pembangunan pemodelan global dari geoid sangatlah sulit karena
dibutuhkan untuk menggabungkan data dari berbagai sumber variable yang
berbeda.Pengukuran permukaan gravitasi yang dibuat didarat atau dilaut
ditambah dengan data dari sejumlah besar satelit yang mengorbit didunia.Gambar
yang dihasilkan menunjukkan fitur berskala besar (gambar 2.25).Tetapi rincian
yang halus tidak mungkin untuk menentukan secara akurat. Satelit dengan orbit
yang relative rendah, beberapa ratus kilometer diatas permukaan bumi, sekarang
dapat digunakan bersamaan dengan satelit GPS yang mengorbit pada ketinggian
(20.000 km) untuk mengukur medan gravitasi global dan geoid dengan tingkat
keakuratan yang lebih baik daripada sebelumnya.
Pada tahun 2000, satelit German CHAMP (Challenging Mini Satellite
Payload) dimasukkan kedalam orbit yang hamper mendekati lingkaran, hamper
kutub dengan ketinggian awal 450 km. Pada ketinggian ini atmosfer tipis masih
mampu menahan tekanan, yang menurunkan ketinggian satelit menjadi sekitar
300 km dalam rentang waktu satu tahun. Akselerometer partikel yang sensitive
pada satelit memungkinkan korelasi untuk gaya non-gravitasi, seperti gaya
hambat atmosfer atau tekanan radiasi matahari. Penerima GPS yang sangat akurat
pada papan satelit CHAMP, menggunakan data posisi hingga 12 satelit GPS
secara bersamaan, memungkinkan pengambilan posisi CHAMP dengan
keakuratan beberapa sentimeter. Sedangkan orbit satelit sebelumnya di kompilasi
dari banyak jalur yang relatif pendek diukur ketika satelit dilihat dari stasiun dasar
yang berbeda, orbit CHAMP terus dilacak dan dimodelkan. Model-model medan
gravitasi bumi dan Geoid global yang berasal dari data CHAMP sangat
ditingkatkan dalam akurasi dan definisi atas midel-model sebelumnya.

Berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari CHAMP sebuah proyek


gabungan Amerika-Jerman, Gravity Recovery and Climate Experience (GRACE),
diluncurkan pada tahun 2002. Misi GRACE menggunakan dua satelit yang
hampir identik dalam orbit kutub yang hampir melingkar (kemiringan 89,5˚ ke
khatulistiwa) awalnya sekitar 500 km diatas permukaan Bumi. Satelit kembar
masing-masing membawa penerima GPS, yang memungkinkan penentuan posisi
mutlak keduanya diatas Bumi setiap saat. Satelit melakukan perjalanan bersama-
sama dibidang orbit yang sama. Dipisahkan sekitar 220 km di sepanjang lintasan
keduanya. Perubahan gravitasi di sepanjang orbit ditentukan dengan mengamati
perbedaan kecil dalam pemisahan dua satelit. Hal ini dicapai dengan
menggunakan sistem rentang gelombang mikro yang sangat akurat. Setiap satelit
membawa antena gelombang mikro yang mentransmisikan dalam rentang
frekuensi k-band (panjang gelombang ~1 cm) dan diarahkan secara akurat ke
satelit lainnya. Dengan sistem ini, pemisahan kedua satelit dapat diukur dengan
keakuratan (1 .
Sebagai pasangan satelit yang mengorbit Bumi, melintasi variasi dalam
medan gravitasi karena distribusi massa yang tidak homogen di Bumi. Jika
terdapat kelebihan massa, permukaan ekuipotensial menonjol keatas dan gravitasi
ditingkatkan secara lokal. Satelit utama yang menemukan anomali ini pertama
dan menjauhi satelit yang mengikutinya. Perubahan kecil dalam pemisahan antar
2 satelit saat bergerak di sepanjang lintasan terdeteksi oleh sistem jangkauan
gelombang mikro yang akurat. Dalam hubungannya dengan lokasi yang akurat
dari satelit dengan perangkat GPS on-board, satelit GRACE memberikan definisi
skala – baik dari medan gravitasi dan penentuan Geoid dari satu sumber. Selain
itu, satelit mengukur medan gravitasi sepenuhnya dalam waktu sekitar 30 hari.
Dengan demikian, perbandingan data dari survei yang dipilih dari suatu daerah
dapat menyatakan perubahan gravitasi yang sangat kecil, tergantung waktu yang
dihasilkan, contohnya dari efek sementara seperti perubahan tingkat air tanah atau
pencairan gletser di wilayah yang diamati. Instrumen lain diatas satelit GRACE
melakukan pengamatan lebih lanjut untuk penelitian atmosfer dan ionosfer.

2.4.6.5 Pengamatan Deformasi Kerak dengan Satelit-Borne Radar


Diantara banyaknya satelit di orbit Bumi, beberapa (diidentifikasi oleh
akronim seperti ERS1, ERS2, JERS, IRS. RADARSAT, Envisat, dll) yang secara
khusus dirancang untuk refleksi dari permukaan Bumi. Synthetic Aperture Radar
(SAR) merupakan teknik penginderaan jauh yang memungkinkan untuk merekam
fitur permukaan Bumi secara detail berdasarkan refleksi radar ini. Dalam
penyelidikan khas SAR, sejumlah besar data radar dikumpulkan dan dialihkan ke
data-data yang kompleks. Hal ini membutuhkan daya komputasi yang besar dan
biasanya dilakukan dilapangan setelah survei dilakukan.
Sinyal radar, seperti cahaya tampak, dapat dipantulkan, dibiaskan dan
difraksi (fenomena ini dijelaskan pada bagian 3.6.2 untuk gelombang seismik).
Difraksi (lihat gambar 3.55) membelokkan cahaya yang melewati lensa
sedemikian rupa sehingga sumber titik menjadi difusi. Ketika dua sumber titik
yang berdekatan diamati dengan lensa, gambar difusnya tumpang tindih jika
keduanya sangat dekat mungkin tidak dilihat sebagai titik yang berbeda daya tarik
dari sebuah alat optik, seperti lensa yang ditentukan oleh pemisahan sudut terkecil
( dari dua titik bahwa instrumen membedakan dengan jelas. Untuk lensa yang
diberikan, sudut ini bergantung terbalik pada diameter (d) celah lensa yang
memungkinkan cahaya melewati lensa, dan langsung pada panjang gelombang
( cahaya. Hal ini diberikan oleh perkiraan hubungan ~ . Resolusi tinggi
membutuhkan rincian objek yang jaraknnya dekat dapat dibedakan, misalnya
resolusi sudut harus berjumlah kecil. Dengan demikian, semakin besar celah
lensa, semakin tinggi resolusi optiknya.
Prinsip yang sama berlaku untuk radar. Alih-alih bergantung pada
diameter lensa optik, resolusi sistem radar ditentukan oleh panjang antena. Ketika
dipasang di satelit, dimensi fisik antena dibatasi hanya beberapa meter. SAR
memanfaatkan gerakan antena dan pemrosesan data yang kuat untuk mengatasi
keterbatasan ini.
Antena radar dipasang sehingga mengarahkan sinarnya pada sudut kanan
ke arah gerakan pesawat ruang angkasa. Balok itu “menerangi” lapisan
permukaan tanah, yang masing-masing partikel memantulkan sinyal ke antena.
Ratusan pulsa radar dikirim keluar per detik (misal., Furopean Radar Satellites
(FRS) memancarkan 1700 pulsa per detik); ini menghasilkan sejumlah besar
sinyal yang dipantulkan saat pesawat bergerak maju, deretan iluminasi bergerak
melintasi permukaan target. Setiap partikel target memantulkan ratusan pulsa
radar sejak pertama kali diberi energi sampai tidak lagi ditutupi sinar. Selama
waktu ini pesawat (dan antena asli) bergerak agak jauh disepanjang lintasan.
Dalam pemrosesan data selanjutnya, sinyal-sinyal yang dipantulkan dari target
digabungkan dan dikoreksi untuk mengubah posisi antena sedemikian rupa
sehingga tampak telah dikumpulkan oleh antena sepanjang jarak bergerak di
sepanjang lintasan. Jarak ini disebut synthetic aperture dari radar. Sebagai contoh,
penyelidikan SAR dengan satelit ERS1 di orbit 800 km diatas permukaan Bumi
menciptakan synthetic aperture sekitar 4 km. Daya resolusi tinggi yang dicapai
dengan aperture besar ini menghasilkan gambar SAR dari fitur-fitur dasar dengan
resolusi sekitar 30 m.
Aspek penting dari reduksi data adalah kemampuan merekonstruksi jalur
setiap refleksi secara tepat. Ini dicapai dengan menggunakan efek Doppler,
prinsip yang dijelaskan dalam Kotak 1.2. Refleksi dari fitur target di depan
pesawat ruang angkasa yang bergerak memiliki frekuensi tinggi; mereka yang
dari belakang telah menurunkan frekuensi. Mengoreksi frekuensi setiap sinyal
untuk perubahan Dopplernya diperlukan untuk mendapatkan geometri pantulan
yang sebenarnya.

Perkembangan lebih lanjut dari metode SAR adalah Interferometrik SAR


(InSAR). Teknik ini menganalisis fase sinyal radar yang dipantulkan untuk
menentukan perubahan kecil dalam topografi antara bagian-bagian satelit yang
berulang di suatu daerah. Fase gelombang adalah ukuran waktu tunda
pengalaman gelombang dalam transit antara pemancar dan penerima. Untuk
mengilustrasikan hal ini, bayangkan bentuk gelombang sebagai suatu perubahan
puncak dan lembah, yang meninggalkan satelit saat amplitudonya maksimum
(mis., pada puncak). Jika sinyal yang digunakan kembali ke satelit sebagai tanda,
bahwa ia memiliki fase yang sama dengan sinyal transmisi. Amplitudo dapat
diekspresikan oleh persamaan . Hal ini akan terjadi jika jalur
gelombang yang dipantulkan ke dan dari target adalah jumlah yang tepat dari
panjang gelombang. Di sisi lain, jika pantulan kembali ke satelit sebagai sebuah
wadah, ia persis di luar fase dengan gelombang asli. Ini terjadi ketika panjang
jalurnya adalah jumlah ganjil dari setengah panjang gelombang. Secara umum,
panjang lintasan bukanlah jumlah setengah panjang gelombang genap atau ganjil,
dan persamaan gelombang pantul harus dituliskan , dimana
perbedaan fase tergantung pada panjang jalur. Teknik InSAR yang
dikembangkan pada 1990-an didasarkan pada analisis fase-fase yang melekat
pada setiap refleksi yang direkam oleh satelit.

Jika gambar SAR dibuat dari area target selama satu orbit, itu harus
direproduksi tepat pada orbit berikutnya yang meninjau kembali lokasi yang sama
(ini tidak persis benar, tetapi jalur yang berulang dalam beberapa ratus meter
dapat diperbaiki untuk perbedaan geometrik). Khususnya, karena setiap titik
target adalah jarak yang sama dari pemancar, fase dari sinyal yang dicitrakan
harus identik. Namun, jika peristiwa geologis telah menyebabkan perpindahan
permukaan antara waktu dari dua gambar akan ada perbedaan fase antara kedua
gambar. Ini dibuat terlihat dengan menggabungkan kedua gambar sehingga
mereka saling mengganggu.

Gambar. 2.30 pola interferometrik Synthetic Aperture Radar (InSAR) dari pinggiran
gangguan yang menunjukkan perubahan ketinggian Gunung Etna, Sisilia, mengikuti siklus
letusan 1992-1993. Keempat pasang pinggiran terang dan gelap berhubungan dengan
penurunan puncak gunung sekitar 11 cm magma mengalir keluar dari gunung berapi
(setelah Massonnet, 1997).

Ketika sinyal harmonik dengan fase berbeda dicampur, mereka saling


mengganggu satu sama lain. Gangguan konstruktif terjadi ketika sinyal memiliki
fase yang sama; jika mereka ditumpangkan, sinyal gabungan diperkuat. Gangguan
destruktif terjadi ketika sinyal berada diluar jangkauan; sinyal gabungan
melemah. Pola interferensi yang dihasilkan dari pencampuran dua bentuk
gelombang terdiri dari zona-zona penyangga dan pengurangan sinyal,
menmbentuk urutan yang disebut “pinggiran gangguan”. Penggunaan warna
sangat meningkatkan dampak visual dari pinggiran gangguan.

Ketika prosedur ini dilakukan dengan gambar SAR, pola interferensi yang
dihasilkan memungkinkan untuk menginterpretasikan gerakan tanah di area yang
luas dengan detail yang jauh lebih besar daripada yang dimungkinkan dari
pengamatan di darat. Metode ini telah digunakan untuk merekam berbagai
pemindahan tanah berskala besar yang terkait, misalnya, gempa bumi, patahan
tektonik, dan vulkanisme. Gambar 2.30 menunjukkan pola interferensi yang
ditempatkan di atas topografi latar belakang Gunung Etna, di Sisilia, mengikuti
siklus letusan pada tahun 1992 dan 1993. Gambar radar berturut-turut dari titik
pandang umum diperoleh 13 bulan terpisah oleh satelit ERS1, yang
mentransmisikan sinyal radar dengan panjang gelombang 5,66 cm. Untuk
mengubah jarak sepanjang jalur ke dan dari target dengan panjang gelombang
penuh, tanah harus bergerak dengan setengah panjang gelombang yang tegak
lurus terhadap jalur, dalam hal ini ialah 2,83 cm.

Gbr. 2.31 Fluktuasi skala halus dalam LOD diamati oleh VLBI, dan
variasi LOD diharapkan dari perubahan momentum sudut atmosfer
(setelah Carter, 1989).

Lingkaran gelap dan terang konsentris di sekitar kawah memperlihatkan


empat siklus gangguan, sesuai dengan perubahan ketinggian di puncak gunung
sekitar 11 cm. Pinggiran hasil dari penurunan kawah sebagai magma yang keluar
darinya mengikuti siklus erupsi.

2.4.6.6 Interferometri Garis Dasar yang Sangat Panjang


Sumber radio ekstra-galaksi (quasar) paling banyak membentuk sistem
koordinat inersia yang paling stabil yang belum diketahui untuk pengukuran
geodetik. Sinyal radio ekstra-galaksi tersebut terdeteksi hampir bersamaan oleh
antena radio-astronomi di observatorium di berbagai benua. Mengetahui arah
sinyal yang masuk, perbedaan kecil dalam waktu kedatangan muka gelombang
sinyal di berbagai stasiun diproses untuk memberikan panjang garis dasar antara
pasangan stasiun. Teknik geodetik yang sangat akurat ini, yang disebut Very
Long Baseline Interferometry (VLBI), memungkinkan penentuan pemisahan
observatorium yang terpisah beberapa ribu kilometer dengan keakuratan beberapa
sentimeter. Meskipun bukan semata-mata teknik berbasis satelit, teknik ini
dimasukkan dalam bagian ini karena penggunaan sinyal non-terestrial untuk
pengukuran geodetik resolusi tinggi.
Dengan menggabungkan pengamatan VLBI dari stasiun yang berbeda,
orientasi Bumi ke sistem koordinat inersia ekstra-galaksi dari sumber radio
diperoleh. Penentuan yang berulang menghasilkan catatan orientasi Bumi dan
tingkat rotasi dengan akurasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Gerak dari
sumbu rotasi (mis., Goyangan Chandler, Bagian 2.3.4.3) dapat dijelaskan secara
optik dengan resolusi 0,5-1 m; data VLBI memiliki akurasi 3-5 cm. Periode rotasi
sudut dapat ditentukan lebih baik dari 0,1 milidetik. Hal ini telah memungkinkan
pengamatan yang sangat akurat tentang penyimpangan dalam tingkat rotasi Bumi,
yang dinyatakan sebagai perubahan panjang hari (LOD).
Perubahan urutan pertama dan terpenting dalam LOD adalah karena
pengereman rotasi bumi oleh pasang surut bulan dan pasang surut matahari (Bagian
2.3.4.1). Variasi LOD non-pasang surut yang paling signifikan dikaitkan dengan
perubahan momentum sudut atmosfer akibat pergeseran komponen-komponen angin
dari bagian timur-barat. Untuk menghemat momentum sudut total Bumi perubahan
momentum sudut atmosfer harus dikompensasi oleh perubahan yang sama dan
berlawanan dalam momentum sudut kerak dan mantel. Transfer musiman sebagian
besar momentum sudut berkorelasi baik dengan variasi frekuensi tinggi dalam LOD
yang diperoleh dari hasil VLBI (Gambar 2.31).
Gambar. 2.32 Perubahan frekuensi tinggi dalam LOD setelah koreksi untuk efek
akibat momentum sudut atmosfer (titik) dan variasi teoritis yang diharapkan dari
pasang-surut Bumi (setelah Carter, 1989).

Jika efek pengereman pasang surut laut dan perpindahan non-pasang surut
perubahan momentum sudut atmosfer diperhitungkan, penyimpangan residu kecil di
LOD tetap ada. Ini berhubungan dengan pasang surut di Bumi yang padat (Bagian
2.3.3.5). Gaya pasang surut bulan dan matahari merusak Bumi secara elastis dan
sedikit mengubah eliptisitasnya. Penyesuaian kembali distribusi massa mensyaratkan
perubahan yang sesuai dalam laju rotasi Bumi untuk menghemat momentum sudut.
Perubahan yang diharapkan dalam LOD karena pengaruh pasang surut di Bumi padat
dapat dihitung. Perbedaan nilai LOD ditentukan dari hasil VLBI sepakat dengan
fluktuasi yang diprediksi oleh teori pasang-surut Bumi (Gbr. 2.32).

Anda mungkin juga menyukai