Anda di halaman 1dari 57

MINI PROJECT

PROFIL PERKEMBANGAN BALITA DI TANJUNG KARANG, KOTA


MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

DISUSUN OLEH :
dr. Ayu Anandhika Septisari

PENDAMPING :
dr. Nurviana Indah Permatasari

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS PERAWATAN TANJUNG KARANG
PEMERINTAH KOTA MATARAM – NUSA TENGGARA BARAT
2018
LEMBAR PENGESAHAN
MINI PROJECT
PROFIL PERKEMBANGAN BALITA DI TANJUNG KARANG, KOTA
MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

Laporan mini project ini diajukan dalam rangka memenuhi tugas dokter
internship di Puskesmas Tanjung Karang Kota Mataram

Disetujui dan disahkan pada tanggal 12 Mei 2018

Mengetahui,

PESERTA PENDAMPING

dr. Ayu Anandhika Septisari dr. Nurviana Indah Permatasari


NIP. 19851129 201101 2 012

ii
DAFTAR ISI

Halaman pengesahan..................................................................................ii
Daftar isi .....................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................1
1.1 Pendahuluan ..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................5
2.1 Gambaran Umum Puskesmas Tanjung Karang .....................5
2.2 Perkembangan Anak .............................................................12
BAB 3. METODE PENELITIAN .............................................................19
3.1 Desain Penelitian ...................................................................19
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian................................................19
3.3 Subjek Penelitian ...................................................................19
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi .................................................19
3.5 Instrumen Penelitian ..............................................................20
3.6 Definisi Operasional Variabel ...............................................20
3.7 Alur Penelitian .......................................................................21
3.8 Analisis Data ..........................................................................21
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................22
BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN ..........................................................29
5.1 Simpulan ................................................................................29
5.2 Saran ......................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................31
LAMPIRAN ...............................................................................................33

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan merupakan salah satu komponen yang penting pada masa
kanak-kanak. American Academy of Pediatrics (AAP) menyatakan pentingnya
untuk melakukan skrining pada anak-anak untuk melihat adanya
keterlambatan perkembangan dan disabilitas secara teratur, yang
direkomendasikan pada usia 9 bulan, 18 bulan, dan 24 atau 30 bulan, serta
skrining tambahan bila anak tersebut memiliki risiko tinggi untuk gangguan
perkembangan, seperti berat badan lahir rendah, prematur, infeksi bawaan
(cytomegalovirus, toxoplasma, rubella, sifilis), atau gangguan lainnya.
Masalah perkembangan sendiri dapat diklasifikasikan menjadi gangguan
motorik kasar, motorik halus, bahasa, kognitif, dan perilaku serta sosio-
emosional.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), banyak
sekali anak-anak dengan gangguan perkembangan yang tidak terdeteksi secara
dini (terdeteksi pada stadium yang lebih lanjut). Sehingga anak-anak harus
menunggu untuk mendapatkan bantuan, yang sebenarnya sangat mereka
butuhkan lebih awal agar mereka dapat menyesuaikan diri di lingkungan
sosial dan pendidikan.
CDC menampilkan data dari studi yang ada bahwa 1 dari 6 anak di
Amerika mengalami gangguan perkembangan, dan terjadi tren yang terus
meningkat, yaitu terjadi peningkatan sebesar 17.1% dari tahun 1997-2008.
Sebagai tambahan, penelitian yang dilakukan di Iran oleh Omid Yaghini et. al.
pada tahun 2015, menunjukkan kurang lebih 12% anak mengalami gangguan
perkembangan pada anak di bawah 5 tahun yang terlihat normal. Menurut data
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), didapatkan prevalensi gangguan
perkembangan sebesar 5-10%, dan 1-3% di antaranya memiliki gangguan
perkembangan umum (global developmental delay). Berdasarkan Badan Pusat
Statistik Indonesia, terdapat kurang lebih 22.5 juta anak di bawah 5 tahun,
khususnya di Jakarta, terdapat 840 ribu anak di bawah 5 tahun, data ini

1
2

menunjukkan sekitar 84 ribu anak kurang dari 5 tahun di Jakarta diperkirakan


memiliki gangguan perkembangan.
Menurut survey yang dilakukan di India, skrining terhadap gangguan
perkembangan anak sangat sulit dilakukan di praktik umum sehari-hari,
dimana 82% penyebabnya adalah terbatasnya waktu konsultasi. Selain
masalah waktu, penelitian yang dilakukan oleh Lian, et. al. pada tahun 2003 di
Singapura terhadap pengetahuan dokter umum menunjukkan kurangnya
pengetahuan dokter umum terhadap perkembangan anak. Hal ini menunjukkan
bahwa masalah perkembangan anak yang sebenarnya merupakan masalah
serius masih belum menjadi prioritas.
Penelitian untuk mengetahui prevalensi masalah perkembangan anak di
Indonesia masih terbatas, terlebih di beberapa daerah seperti NTB. Di Kota
Mataram sendiri berlum terdapat prevalensi pasti masalah perkembangan
anak, sehingga diperlukan adanya penelitian untuk mengetahui prevalensi
masalah perkembangan anak khususnya balita melalui metode skrining. Selain
mengetahui prevalensi, gambaran terhadap faktor yang berpengaruh pada
perkembangan anak juga penting untuk dinilai. Oleh sebab itu, peneliti
melakukan penelitian terhadap prevalensi dan porfil karakteristik
perkembangan anak di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang Kota
Mataram.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai
berikut

1. Berapakah kejadian gangguang perkembangan balita di Tanjung Karang


Kota Mataram?
2. Bagaimana profil balita meliputi jenis kelamin, usia, berat badan lahir,
metode persalinan, pendidikan terakhir ibu, dan pekerjaan ibu di Tanjung
Karang Kota Mataram?
3

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui kejadian gangguan perkembangan balita di Tanjung Karang
Kota Mataram
2. Mengetahui profil balita terkait faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan balita di Tanjung Karang Kota Mataram

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pengetahuan


mengenai kejadian keterlambatan perkembangan balita dan profil balita
terkait faktor yang dapat berpengaruh terhadap perkembangannya. Penelitian
ini diharapkan menjadi acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya yang
lebih terperinci dengan cakupan yang lebih luas. Data hasil penelitian juga
dapat memberi gambaran kejadian keterlambatan perkembangan balita di
Tanjung Karang yang kemudian dapat menjadi dasar kebijakan kesehatan
balita kedepannya serta tindak lanjut bagi balita yang ditemukan memiliki
gangguan perkembangan. Hasil penelitian juga dapat bermanfaat untuk
mengedukasi masyarakat mengenai perkembangan balita dan faktor yang
dapat mempengaruhinya sehingga kedepannya masyarakat dapat lebih
memperhatikan perkembangan balita dimana hal ini akan berdampak besar
bagi kesehatan balita secara menyeluruh.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Puskesmas Tanjung Karang


2.1.1 Gambaran Kependudukan dan Keadaan Wilayah
Puskesmas Tanjung Karang adalah salah satu Puskesmas di Kota
Mataram, letaknya diapit antara Puskesmas Karang Pule dan Puskesmas
Ampenan.

Gambar 2.1 Peta Wilayah Puskesmas Tanjung Karang Tahun 2016


(Sumber: Bappeda Kota Mataram)

Adapun batas-batas administrasi adalah sebagai berikut :


 Sebelah Utara : Kelurahan Ampenan
 Sebelah Selatan : Kelurahan Jempong Baru
 Sebelah Timur : Kelurahan Karang Pule
 Sebelah Barat : Selat Lombok
Wilayah Puskesmas Tanjung Karang adalah 746 Km2, yang
termasuk dalam 2 kecamatan yaitu kecamatan Sekarbela yang terdiri dari
Kelurahan Tanjung Karang, Kelurahan Tanjung Karang Permai, dan
Kekalik Jaya, dan kecamatan Ampenan yang terdiri dari Kelurahan
Ampenen Selatan, Kelurahan Banjar dan Kelurahan Taman sari.

2.1.2 Gambaran Demografi


Berdasarkan hasil survei tahun 2017, jumlah penduduk di wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Karang tercatat 58.418 jiwa, dengan jumlah

5
6

penduduk dan sasaran penduduk menurut kelurahan di wilayah kerja


Puskesmas Tanjung Karang tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Luas Wilayah, Jumlah Lingkungan, Jumlah Penduduk dan Kepadatan
Penduduk Menurut Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Karang
Tahun 2016
No Kelurahan Luas Jumlah Jumlah Kepadatan
Wilayah Lingkungan Penduduk Penduduk/
(km2) km2
1 Tanjung Karang 2,57 6 9217
2 Tanjung Karang Permai 0,678 5 8388
3 Kekalik Jaya 1,352 5 19279
4 Taman Sari 160,708 4 9457
5 Banjar 41,371 4 7526
6 Ampenan Selatan 83,921 5 9022
Jumlah 290,6 290,6 62889 6,846
(Sumber : Dikes Kota Mataram)
Rata-rata kepadatan penduduk adalah 6.846 jiwa/km². Jika dirinci menurut
keluraha maka kelurahan dengan kepadatan penduduk tertinggi adalah
kelurahan Ampenan Selatan dengan kepadatan penduduk sebesar 8.592
jiwa/km² sedangkan kelurahan yang kepadatan penduduknya paling rendah
adalah kelurahan Banjar sebesar 5.474 jiwa/km².

2.1.3 Visi dan Misi Puskesmas Tanjung Karang


1. Visi
Terwujudnya Puskesmas Tanjung Karang dengan wilayah kerja yang
sehat dan mandiri tahun 2020.
2. Misi
 Mewujudkan petugas yang sehat dan mandiri melalui upaya
peningkatan kompetensi dan pemberdayaan tenaga berdasarkan
pertanggungjawaban wilayah kerja.
 Mewujudkan pelayanan yang sehat dan mandiri pada pelaksanaan
upaya kesehatan wajib dan pilihan melalui upaya bimbingan program,
pengawasan, dan pengendalian.
 Mewujudkan masyarakat di wilayah kerja menjadi sehat dan mandiri
melalui upaya pemberdayaan optimal UKBM.
7

 Mewujudkan manajemen yang sehat dan mandiri melalui mekanisme


perencanaan, pencatatan dan pelaporan serta evaluasi.

2.1.4 Sarana dan Fasilitas Puskesmas Tanjung Karang


a. Sarana Kesehatan
Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini
telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan secara cukup bermakna,
walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan. Hal ini
tidak terlepas dari dukungan berbagai sumber daya kesehatan yaitu
sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan
sumber daya kesehatan lainnya.
Puskesmas Tanjung Karang yang memiliki berbagai macam
fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat, tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai sangat
diperlukan dalam upaya peningkatan status kesehatan masyarakat. Hal
ini akan terwujud bila adanya dukungan pemerintah dan swasta
sekaligus. Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Tanjung
Karang tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.2 Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Tanjung Karang


Tahun 2016
No Pelayanan Kesehatan Jumlah Keterangan

1. Rumah Sakit Pemerintah 2 RSIA Permata Hati


2. Rumah Sakit Swasta 1
3. Bidan Praktek swasta 10
4. Balai Pengobatan/ Klinik 2
5. Puskesmas Pembantu 2
6. Poskesdes 2
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Tanjung Karang Tahun 2016

Penyediaan fasilitas kesehatan baik secara kualitatif maupun


kuantitatif yang dikelola Pemerintah ataupun swasta berperanan
penting dalam kondisi kesehatan masyarakat.
8

b. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat


Pentingnya peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan,
telah diakui oleh semua pihak. Hasil pengamatan menentukan terhadap
keberhasilan, kemandirian dan kesinambungan pembangunan kesehatan.

Peran serta masyarakat melalui Posyandu yang merupakan salah satu


bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM), memiliki
peranan penting masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Bentuk lain
peran serta masyarakat melalui UKBM selain Posyandu adalah Polindes,
Desa Siaga, POD, Pos UKK, TOGA, Dana Sehat dan lain-lain. Keberadaan
jenis UKBM di Puskesmas Tanjung Karang yang menunjukkan tingkat
partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan antara lain :

Tabel 36.Telaah Kemandirian UKBM di Puskesmas Tanjung Karang Tahun 2014

Pos- Pos Pos T Pos


Dana Desa
No Kelurahan Yan kes kes og SBH UK Battra
Sehat Siaga
du tren des a K
1 Tanjung Karang 6 1 0 0 -0 0 Ada Ya 0

2 Tj krg Permai 7 0 0 1 0 0 Ada Ya 3

3 Kekalik Jaya 7 0 1 1 0 0 Ada Ya 0

4 Tamam sari 4 0 0 1 0 0 Ada Ya 1

5 Banjar 4 1 0 1 0 0 Ada Ya 0
Ampenan
6 7 0 1 1 0 0 Ada Ya 2
Selatan
Puskesmas 34 2 2 5 0 0 Ada Ya 6

Sumber : Promosi Kesehatan Pkm Tan jung Karang Tahun 2015

Dari Tabel di atas ternyata upaya kesehatan yang bersumber daya


masyarakat sebagian besar berupa Posyandu sebanyak 34(100,0%) dari
UKBM yang ada.

c. Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
9

kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian


ibu dan bayi.

Puskesmas Tanjung Karang terdiridari 34 Posyandu ,Tingkat kemandirian


posyandu menunjukkan tingkatan peran serta masyarakat yang terbagi dalam
5 kelompok, yaitu : Pratama, Madya, Utama, Purnama dan Mandiri.

Tabel 37.Strata Posyandu Wilayah Puskesmas Tanjung Karang Tahun 2015

Tahun 2014 Tahun 2015


Posyandu Aktif Posyandu Aktif
Target Jumlah Jumlah
No Puskesmas Total Total
Purnama Purnama
Pos- % Pos- %
+ +
yandu yandu
Mandiri Mandiri
1 Tj Karang 40 % 6 5 100% 6 1/5/0 100%
2 Tj krg Permai 40 % 7 3 100% 7 4/3/0 100%
3 KekaliJaya 40 % 7 4 100% 7 3/4/0 100%
4 Tamam sari 40 % 4 3 100% 4 1/3/0 100%
5 Banjar 40 % 4 4 100% 4 0/3/1 100%
Ampenan
6 Selatan 40 % 7 5 100% 6 1/5/0 100%

Puskesmas 40 % 34 24 100% 10/32/1 100%


Sumber : Data Primer Tahun 2015

Dari Tabel di atas terlihat bahwa Posyandu Aktif di masing-masing


Kelurahan, Tahun 2015 tertinggi dicapai Kelurahan(100 %)

2.1.5 Tenaga Kesehatan Puskesmas Tanjung Karang


Tenaga di bidang kesehatan merupakan sumber daya manusia yang
diperlukan dalam menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan karena
keberhasilan pembangunan kesehatan tidak terlepas dari peran tenaga
kesehatan sebagai pemikir, perencanaan, penggerak dan sekaligus
pelaksana pembangunan. Oleh karena itu salah satu syarat keberhasilan
pembangunan kesehatan adalah tersedianya tenaga kesehatan dalam
jumlah, jenis dan kualitas yang mencukupi serta tersebar secara merata.
Informasi mengenai ketenagaan di bidang kesehatan mempunyai
kaitan yang sangat erat dengan upaya peningkatan kuantitas dan perbaikan
10

kualitas tenaga kesehatan. Informasi tenaga di bidang kesehatan sangat


diperlukan dalam menunjang peningkatan pengelolaan pelayanan
kesehatan, khususnya dan aspek perencanaan kebutuhan tenaga,
pendayagunaan serta peningkatan kualitas melalui pendidikan dan
pelatihan.
Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan di Puskesmas
Tanjung Karang tahun 2016 sebanyak 80 orang yang terdiri dari 62 orang
tenaga kesehatan dan 18 orang tenaga non kesehatan yang di antaranya
meliputi pejabat struktural dan staf administrasi. Proporsi tenaga kesehatan
menurut 8 jenis tenaga kesehatan berdasarkan Permenkes Nomor 75
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan yang ada di Puskesmas Tanjung
Karang Tahun 2016 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3 Jumlah Sumber Daya Manusia


No Jenis Tenaga Jumlah
1 Medik
- Dokter Umum 3
- Dokter Gigi 1
2 Sarjana Kesehatan
- S. Keperawatan / SKM 1 ( Kepala Puskesmas )
- Sarjana Kes. Lingk 1
3 Paramedik Perawatan
- S. Kep. Ners 4/0
- Akper 7
- SPK -
- Akbid 9
- Bidan -
- Akademi Perawat Gigi 3
4 Paramedik Non Perawatan
- AKL / APK 3
- AAK 3
- AKZI 3
- DIII Farmasi -
- SPAG -
- SPPH -
- SMF / SAA 2
- Pekarya Kesehatan -
- SMAK -
5 Non Medik
- Sarjana ( S1 ) 2
- Sarjana Muda ( DIII ) 2
- SLTA 3
- SMP 1
- SD -
JUMLAH 46
11

Keterapian
Fisik
1,42%
Gizi Tehnisi Medis Medis
4,64% 11,56% 20,21%

Kesmas
6,00%

Kefarmasian
7,85%

Keperawatan
48,33%

Gambar 2.2 Proporsi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Tanjung Karang 2016

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa sebagian besar Tenaga Kesehatan


yang ada di Puskesmas Tanjung Karang tahun 2016 adalah tenaga keperawatan
(60,00%) yang meliputi dokter/ dokter gigi, perawat, perawat gigi dan bidan.

2.1.6 Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Balita


Kegiatan Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
merupakan alat pemantau kinerja di posyandu dan keadaan gizi masyarakat setiap
bulan melalui indikator : D/S,N/D-O-B,BGM/D. Tabel berikut ini menunjukkan
hasil penimbangan balita di Puskesmas Tanjung Karang periode 2015.

Tabel 25. Data Hasil Penimbangan Bulanan Balita Puskesmas Tanjung Karang
Tahun 2017
NO Kelurahan D/S Riil N/D-O-B BGM/D
1 Tanjung Karang 98,0 67,0 2,8
2 TJK Permai 80,8 58,9 4,2
3 Kekalik Jaya 69,8 59,6 2,0
4 Taman Sari 74,6 70,7 0,9
5 Banjar 81,1 60,2 2,1
6 Ampenan Selatan 78,7 59,1 1,8
Puskesmas 81,0 62,1 2,3
Sumber : Rekap F/ III/GIZI Puskesmas Tanjung Karang tahun 2017

Cakupan Partisipasi masyrakat (D/S) di Puskesmas Tanjung Karang


Tahun 2017 mencapai 81,0 % dengan target 80 % dengan cakupan tertinggi
dikelurahan Tanjung Karang (98,0 % dan terendah di Kelurahan Kekalik Jaya
69,8 % .
12

Sedangkan cakupan keberhasilan program (N/D-O-B) di Puskesmas


Tanjung Karang Tahun 2017 mencapai 62,1 % belum mencapai target (80%)
dengan cakupan tertinggi di Kelurahan Taman Sari (70,7 %)dan terendah
dikelurahan Tanjung Karang Permai ( 58,9 %.)

Cakupan Balita di bawah Garis Merah (BGM) Puskesmas Tanjung


Karang Tahun 2017 sebesar 2,3 % dengan target 5% dengan cakupan tertinggi di
Kelurahan Tanjung Karang Permai (2,8%) dan Cakupan terendah dikeluran
Taman Sari 0,9 %

Indikator BGM/D yang menggambarkan besarnya intensitas masalah


gizi.

2.2 Perkembangan Anak


2.2.1 Pengertian
Usia anak dibawah lima tahun atau balita merupakan periode
penting yang dapat menentukan kualitas hidup seorang anak
kedepannya. Hal ini dikarenakan, pada masa ini proses pertumbuhan
dan perkembangan berjalan dengan cepat, baik dari segi fisik, kognitif,
keterampilan, sosial, emosi, ataupun kepribadian.16
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan
berkembang sejak konsepsi sampai masa remaja. Hal ini yang
membedakan anak dengan dewasa. Anak menunjukkan ciri-ciri
pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya.1
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus,
bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.Pertumbuhan terjadi
secara simultan dengan perkembangan. Perkembangan merupakan hasil
interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang
dipengaruhinya, misalnya sistem neuromuskuler, kemampuan bicara,
emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam
kehidupan dan kesehatan manusia secara menyeluruh.
13

2.2.2 Ciri-ciri dan Prinsip Perkembangan Anak1


a. Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan, misalnya
perkembangan kecerdasan seorang anak akan disertai dengan
pertumbuhan otak dan saraf
b. Pertumbuhan dan perkembangan anak di tahap awal menentukan
perkembangan di massa yang akan datang
Perkembangan awal merupakan waktu kritis yang akan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. Seorang anak tidak
dapat berjalan sebelum belajar berdiri, sehingga setiap tahap akan
berkaitan dengan tahap selanjutnya
c. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
d. Perkembangan memiliki pola yang tetap
Perkembangan terjadi dengan pola sefalokaudal atau dari kepala
menuju kaki. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah
proksimal lalu ke bagian distal, sehingga menyebabkan gerak
kasar akan berkembang lebih dahulu dibandingkan gerak halus
e. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap perkembangan seorang anak akan mengikuti pola yang
teratur dan berurutan, tidak dapat dibalik ataupun dilewati
f. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
Perkembangan merupakan gabungan antara proses kematangan
yang bersifat intrinsik sesuai dengan potensi individu dan proses
belajar yang bersifat ekstrinsik. Belajar dapat memaksimalkan
potensi anak untuk memperoleh perkembangan yang optimal.
g. Pola perkembangan dapat diprediksi
Pola perkembangan akan terjadi sama pada semua anak.
Perkembangan terjadi dari proses umum ke proses khusus atau
spesifik.
2.2.3 Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kualitas Perkembangan
Anak1,8
1. Faktor intrinsik
14

Faktor intrinsik yang berpengaruh pada perkembangan meliputi


ras, keluarga, usia, jenis kelamin, dan genetik.
2. Faktor ekstrinsik
a. Prenatal
Faktor prenatal yang berpengaruh pada perkembangan anak
meliputi : nutrisi selama kehamilan, paparan toksin/zat kimia,
penyakit endokrin ibu, paparan radiasi, infeksi selama
kehamilan, kelainan imunologis ibu, anoksia embrio, mekanis,
dan psikologi ibu
b. Persalinan
Komplikasi persalinan deperti trauma kepala dan sifiksia dapat
menyebabkan kerusakan otak permanen pada anak
c. Paska Persalinan
Faktor paska persalinan yang berdampak pada perkembangan
anak meliputi : gizi anak, penyakit kronis/kelainan kongenital,
lingkungan fisik dan kimia, psikologis, kelainan endoksrin,
faktor sosio ekonomi, pola asuh, stimulasi, dan obat-obatan

2.2.4 Aspek Perkembangan


Aspek perkembangan pada anak meliputi
a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh
yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan lainnya
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan melakukan gerakan yang melibatkan bagian
tubuh tertentu oleh otot-otot kecil namun membutuhkan koordinasi
yang baik, seperti menulis, mengambil benda kecil, menyusun
balok
c. Bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan memberikan respon terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, dan mengikuti perintah
15

d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan


dengan kemampuan mandiri seperti makan sendiri, membereskan
mainan, berinteraksi dengan lingkungan, dan sebagainya

2.2.5 Gangguan Perkembangan


1. Gangguan bicara dan bahasa. Kemampuan berbahasa merupakan
indikator seluruh perkembangan anak. Karena kemampuan
berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan sistem
lainnya, sebab melihat kemampuan kognitif, motor, psikologis,
emosi dan lingkungan. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan
gangguan bicara dan bahasa yang menetap
2. Cerebral palsy. Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur
tubuh yang tidak progresif karena suatu kerusakan/gangguan pada
sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang
tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.
3. Sindrom Down. Anak dangan sindrom down memiliki
keterbatasa kecerdasan yang terjadi akibat adanya jumlah
kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya lebih lambat dari
anak lainnya. Faktor lain seperti kelainan jantung kongenital,
hipotonia berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat
menyebabkan keter1ambatan perkembangan motorik dan
keterampilan untuk menolong diri sendiri.
4. Perawakan Pendek merupakan terminologi mengenai tinggi badan
yang berada dibawah -3 persentil. Penyebabnya dapat karena
varisasi normal,gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit
sistemik atau karena kelainan endokrin.
5. Gangguan Autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif
pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun.
Pervasif meliputi seluruh aspek perkembangan sangat luas dan
berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan
perkembangan yang yang dijumpai seperti masalah interaksi
sosial, perilaku, dan komunikasi
16

6. Retardasi Mental. Merupakan suatu kondisi yang ditandal oleh


intelegensia yang rendah (IQ < 70) yang menyebabkan
ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi atas hal
yang dianggap normal.
7. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
merupakan gangguan ketika anak mengalami kesulitan untuk
memusatkan perhatian dan aktivitas yang berlebih

2.2.6 Deteksi Dini Tumbuh Kembang1,19


Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dapat dilakukan di
semua tingkat layanan kesehatan
Tingkat
Pelaksana Alat Aspek
Pelayanan
Keluarga dan - Orang tua Buku KIA - Gerak kasar
Masyarakat - Kader - Gerak halus
kesehatan - Bicara dan bahasa
- Pendidik - Sosialisasi dan
PAUD kemandirian
- Pendidik - Kuesioner KPSP - Gerak kasar
PAUD - Instrumen TDD - Gerak halus
- Guru TK - Snellen E TDL - Bicara dan bahasa
terlatih - Kuesioner KMPE - Sosialisasi dan
- Kit SDIDTK kemandirian
- Buku KIA
- Formulir DDTK
Puskesmas - Dokter - Kuesioner KPSP - Gerak kasar
- Bidan - Instrumen TDD - Gerak halus
- Perawat - Snellen E TDL - Bicara dan bahasa
- Kuesioner KMPE - Sosialisasi dan
- Kit SDIDTK kemandirian
- Buku KIA - Daya lihat
- Formulir DDTK - Daya dengar
- Masalah Perilaku
Emosional
17

- Autisme
- Gangguan Pemusatan
Perhatian dan
Hiperaktif

A. Skrining Pemeriksaan Perkembangan Anak dengan Kuesioner


Pra Skrining Perkembangan (KPSP) 1,4
Tujuan skrining dengan KPSP adalah untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau menyimpang. Skrining dilakukan
oleh tenaga kesehatan, guru, dan petugas PAUD yang sudah terlatih.
Jadwal skrining rutin adalah setiap 3 bulan pada anak <24 bulan dan
setiap 6 bulan pada anak usia 24-72 bulan

a. Alat yang digunakan


Formulir KPSP sesuai dengan usia dan alat lain berupa : pensil,
kertas, bola tenis, kerincingan, kubus 2,5 cm sebanyak 6 buah,
kismis, kacang tanah
b. Cara menggunakan KPSP
1. Tentukan umur anak berdasarkan tanggal lahir, bila usia
lebih dari 16 hari maka dibulatkan menjadi 1 bulan
2. Tentukan formulir KPSP sesuai usia
3. KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan yakni yang dijawab
oleh ibu atau pengasuh dan pertanyaan yang perlu
dipraktikkan pada anak
4. Jelaskan pada orangtua agar tidak ragu menjawab ya atau
tidak
5. Tanyakan pertanyaan secara berurutan
c. Interpretasi hasil
Terdapat 9-10 jumlah jawaban YA : perkembangan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya
Terdapat 7-8 jumlah jawaban YA : perkembangan anak
meragukan
18

Terdapat 6 atau kurang jawaban YA : kemungkinan terdapat


penyimpangan
Jawaban TIDAK perlu dirinci berdasarkan jenis keterlambatan
(gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian)
d. Intervensi
Penelitian Frakenburg et.al menunjukkan bahwa jika
seorang anak yang mengalami penyimpangan tidak dilakukan
intervensi maka sebagian besar atau sebesar 89% anak
mengalami kegagalan di sekolah. (pola keterlambatan ref no
10)
Bila perkembangan anak sesuai dengan usia maka puji ibu
karena telah berhasil mengasuh anak, teruskan pola asuh sesuai
usia, beri stimulasi kepada anak sesering mungkin. Bila
perkembangan anak meragukan maka berikan petunjuk pada
ibu agar melakukan stimulasi perkembangan anak lebih sering
lagi, lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari
kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan
penyimpangan, kemudian lakukan penilaian KPSP ulang 2
minggu kemudian, jika skor menetap maka kemungkinan
terjadi penyimpangan. Bila tahapan perkembangan
menyimpang, anak dirujuk ke rumah sakit dengan ,emuliskan
jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian ini bersifat deskriptif. Penilaian untuk melihat profil
perkembangan balita di Tanjung Karang Kota Mataram. Data yang diambil
merupakan data primer dari hasil penilaian Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP) secara cross sectional.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di 16 posyandu di wilayah Tanjung Karang pada
8 Januari 2018 hingga 18 Januari 2018. Pengolahan data dilakukan setelah
semua data terkumpul.

3.3 Subjek Penelitian


a. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah semua balita yang berkunjung di posyandu
Wilayah Tanjung Karag pada Januari 2018
b. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah balita yang berusia 3 bulan sampai 5
tahun dengan orang tua yang telah menyetujui untuk dilakukan skrining
perkembangan dan saat kunjungan ke posyandu dalam kondisi sehat dan
kooperatif.
c. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel diambil dengan cara melakukan penilaian pada semua anak yang
datang ke posyandu dan memenuhi kriteria inklusi

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


a. Kriteria Inklusi
i. Balita berusia 3 bulan sampai 5 tahun
ii. Sehat secara fisik saat dilakukan pemeriksaan
iii. Orang tua menyetujui dilakukan skrining perkembangan

19
20

b. Kriteria Eksklusi
i. Anak tidak kooperatif saat dilakukan pemeriksaan
ii. Anak yang telah terdiagnosis memiliki gangguan perkembangan
sebelumnya

3.5 Insturmen Penelitian


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kit pemeriksaan
perkembangan yang terdiri atas : lonceng, wool merah, balok kubus ukuran
2x2cm berbagai macam warna, kismis/manik-manik, bola tenis, kertas warna
merah, hijau, biru, pensil.
Bahan yang digunakan adalah formulir data dan formulir KPSP sesuai
dengan usia.

3.6 Definisi Operasional Variabel


No. Variabel Definisi Operasional
1. Jenis Kelamin Jenis kelamin dinyatakan dalam kategori laki-laki dan
perempuan
2. Usia Usia dihitung dari selisih antara tanggal lahir dan tanggal
pengambilan sampel. Selanjutnya dibagi menjadi tujuh
kategori dengan masing-masing kategori berjarak 6 bulan
3. Berat Lahir Berat lahir diketahui dari penjelasan orang tua ataupun data
pada buku KIA yang kemudian dibagi dalam empat
kategori yakni BBLSR (<1500), BBLR (1500-<2500),
normal (2500-<4000), dan BBLB (>4000) dengan satuan
gram
4. Metode Persalinan Cara persalinan ibu yang dinyatakan dalam kategori
spontan, sectio caesarea, dan metode lainnya
5. Pekerjaan Ibu Pekerjaan sehari-hari ibu sampai saat pemeriksaan
dilakukan. Pekerjaan ibu terbagi dalam 4 kategori yakni ibu
rumah tangga, PNS/karyawan swasta, wiraswasta, dan
pekerjaan lainnya
21

3.7 Alur Penelitian

Balita berusia 3 bulan sampai 5 tahun yang sehat dan


kooperatif saat kunjungan dan telah disetujui orang tua
untuk dilakukan skrining perkembangan

Sampel Penelitian

Pengumpulan data hasil pemeriksaan


KPSP

Analisa data

3.8 Analisa Data


Data yang terkumpul selanjutnya akan dianalisis dan dijabarkan dalam
bentuk deskriptif. Untuk data yang bersifat rasio akan diketahui rata-rata.
Perhitungan jumlah anak yang mengalami gangguan perkembangan dinilai
dengan melakukan perhitungan hasil gangguan dibandingkan jumlah
keseluruhan anak yang diskrining dikallikan 100.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Skrining perkembangan dilakukan pada 638 balita di 16 posyandu dengan


menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) sesuai dengan usia.
Selanjutnya didapatkan hasil perkembangan balita pada tabel 1. Dari tabel 1
terlihat bahwa, perkembangan balita yang meragukan dan menyimpang
mengambil persentase sebesar 15,36% dari total perkembangan balita.

Tabel 1. Perkembangan Balita Berdasarkan Usia dengan Skrining KPSP


Hasil Skrining KPSP Jumlah (%)
Normal 540 (84,64)
Meragukan 78 (12,23)
Menyimpang 20 (3,13)

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini lebih rendah dibandingkan


dengan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 632 anak di Yogyakarta pada
tahun 2007, dengan hasil 28% anak memiliki hasil perkembangan meragukan dan
8% anak memiliki perkembangan terlambat. (risk factor of developmental delay).
Penelitian lain dilakukan di Kabupaten Bandung dengan membandingkan
prevalensi gangguan perkembangan anak di perdesaan dan perkotaan. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa keterlambatan perkembangan balita di
perdesaan terjadi sebesar 29,3% dan 18,7% di perkotaan. Hasil ini lebih tinggi
dari penelitian sebelumnya yang menemukan angka keterlambatan perkembangan
balita di Pulau Jawa sebesar 13% (pola keterlambatan perkembangan). Widyastuti
S.B pada tahun 2005 juga melakukan penelitian mengenai profil pertumbuhan dan
perkembangan anak di Jakarta. Dari 106 anak, 25 anak atau sebesar 23,6%
terbukti mengalami keterlambatan perkembangan (growth and develop).
Sementara itu, pada tahun 2011 Gunawan G. et al melakukan penelitian yang
menunjukkan hasil 9,78% anak usia 1-2 tahun memiliki perkembangan yang
meragukan.6-9
Berdasarkan beberapa penelitian diatas terlihat bahwa adanya peningkatan
keterlambatan perkembangan pada balita. Salah satu faktor penting yang

22
23

menyebabkan terjadinya peningkatan keterlambatan perkembangan adalah


semakin seringnya skrining perkembangan dilakukan oleh tenaga kesehatan,
sehingga data yang dihasilkan semakin mendekati kondisi yang terjadi di
masyarakat. 6-9,15-16
Terdapat perbedaan sebaran keterlambatan berdasarkan aspek
perkembangan yang dinilai, yakni motorik kasar, motorik halus, sosial bahasa,
serta sosialisasi dan kemandirian. Berdasarkan hasil yang didapatkan, aspek
motorik memiliki persentase keterlambatan terbesar yakni sebanyak 17,8% dari
semua aspek perkembangan, yang terbagi atas motorik kasar sebesar 8,9% dan
motorik halus 8,9%. Sementara itu, dari empat aspek perkembangan
keterlambatan paling banyak terjadi pada salah satu aspek (4,5%).

Tabel 2. Karakteristik Keterlambatan Perkembangan Balita Berdasarkan


Usia dengan Skrining KPSP
Karakteristik Jumlah (%)
Aspek Keterlambatan Perkembangan
Motorik Kasar 57 (8,9)
Motorik Halus 57 (8,9)
Bicara dan Bahasa 46 (7,2)
Sosialisasi dan Kemandirian 35 (5,5)

Total Aspek Keterlambatan


1 29 (4,5)
2 49 (7,7)
3 12 (1,9)
4 8 (1,3)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Fadlyana E. et. al aspek


keterlambatan perkembangan balita di perdesaan dan perkotaan paling banyak
terlambat pada satu aspek, dan jenis aspek tersebut adalah vokalisasi dan
pengertian bicara. Keterlambatan aspek sosialiasi dan kemandirian ditemukan
lebih tinggi di perdesaan secara signifikan (p=0,019). Di daerah perdeaan pola
keterlambatan perkembangan secara urut mulai dari yang terbanyak adalah
vokalisasi/pengertian bicara (66%), persepsi (38%), motorik halus (35%), motorik
kasar (35%), sosial (1%). Sementara itu, didaerah perkotaan terjadi keterlambatan
vokalisasi/pengertian bahasa (58%), motorik halus (38%), persepsi (36%),
motorik kasar (26%), dan sosial (12%). Penelitian lain di tempat penitipan anak di
24

Jakarta menunjukkan aspek keterlambatan yang paling banyak di jumpain adalah


bicara dan bahasa (14,2%), selanjutnya diikuti dengan gerak kasar, gerak halus,
dan sosial dengan persentase yang sama yakni 11,3%. Hal ini sedikit berbeda dari
penelitian di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada tahun 2008 menunjukkan
dari 116 anak mengalami 1 aspek keterlambatan yakni 47 pada aspek motorik dan
34 pada aspek bicara dan bahasa. Sementara itu 2,3% anak mengalami
keterlambatan perkembangan global. Keterlambatan perkembangan global
didefinisikan sebagai ditemukannya 2 atau lebih domain keterlambatan yang
bermakna. Dikatakan bermakna jika pencapaian kemampuan pasien kurang dari 2
standar deviasi jika dibandingkan rata-rata populasi usia yang sesuai. Penelitian
lain di Iran pada tahun 2013 menemukan dari 680 anak yang di skrining, 11,8%
anak terlambat dalam satu aspek perkembangan, 1,3% terlambat pada dua aspek,
dan 1,2% terlambat pada tiga aspek perkembangan. Keterlambatan tersebut
kemudian dijabarkan menjadi 4,9% pada gerak halus, 3,2% gerak kasar, 2,2%
personal-sosial, dan 1,2% komunikasi. Informasi orang tua mengenai
perkembangan anak memiliki kredibiltas yang tinggi dan meningkatkan diagnosis
kelainan. Penelitian di Kabupaten Bandung pada 24 posyandu pada tahun 2010
menyimpulkan sebanyak 30 anak memiliki perkembangan meragukan atau
sebesar 10,10% dengan aspek keterlambatan motorik kasar (6,17%), motorik
halus (0,65%), bicara dan bahasa (4,54%), dan sosialisasi dan kemandirian
(2,92%). Pada beberapa penelitian diatas terlihat adanya perbedaan aspek
keterlambatan yang paling banyak terjadi pada anak, namun rata-rata aspek
keterlambatan yang paling banyak dijumpai adalah motorik serta bicara dan
bahasa. 6-9,15-16,20
Selanjutnya, gambaran mengenai profil perkembangan balita di Tanjung
Karang dapat diamati pada tabel 3. Pada tabel nampak subjek penelitian
perempuan lebih banyak dari laki-laki dengan usia yang paling banyak dilakukan
skrining pada kelompok 25 – 36 bulan dengan rerata usia adalah 23,42 bulan.
Sementara itu, berat badan lahir anak terbanyak pada kelompok normal yakni
antara 2500-4000 gram sebanyak 87,5%. Dari 638 total anak yang mengikuti
penelitian, sebanyak 33,4% ibu berpendidikan SMA dan sebagian besar yakni
74,5% berprofesi sebagai ibu rumah tangga.
25

Tabel 3. Profil Perkembangan Balita


Variabel Jumlah Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 312 48,9
Perempuan 326 51,1

Usia (bulan)
0-6 77 12,1
7 -12 122 19,1
13 - 18 84 13,2
19 - 24 87 13,6
25 - 36 124 19,4
37 - 48 97 15,2
49 – 60 47 7,4

Berat Lahir
<1500 2 0,3
1500 - <2500 51 8,0
2500 - 4000 558 87,5
>4000 11 1,7

Pendidikan Ibu
Tidak bersekolah 20 3,1
SD 144 22,6
SLTP 171 26,8
SLTA 213 33,4
Perguruan
Tinggi/Akademi 79 12,4
Missing 11 1,7

Pekerjaan Ibu
Ibu rumah tangga 475 74,5
PNS/Swasta 36 5,6
Wiraswasta 95 14,9
Lainnya 23 3,6

Berdasarkan kelompok usia, jumlah anak yang mengalami perkembangan


meragukan dan terlambat dijabarkan pada grafik 1. Pada grafik terlihat bahwa
kelompok usia yanng memiliki perkembangan terlambat paling banyak pada usia
25 hingga 30 bulan. Pada usia ini dijumpai 2,4% anak memiliki perkembangan
meragukan dan 0,9% anak memiliki perkembangan terlambat. Idealnya, anak
dengan perkembangan terlambat dilakukan penilaian kembali 2 minggu kemudian
setelah dilakukannya stimulasi intensif oleh orang tua, kemudian dikelompokkan
26

menjadi normal atau terlambat. Namun, pada penelitian ini peneliti belum dapat
melakukan penilaian ulang dikarenakan kendala waktu dan sumber daya manusia.

3,5

3,0

2,5
Persentase

2,0

1,5

1,0

0,5

0,0
0-6 7-12 13-18 19-24 25-30 37-48 49-60
months months months months months months months
Suspected 0,6 0,0 0,3 0,3 0,9 0,5 0,5
Doubt 1,9 1,7 1,4 1,3 2,4 2,2 1,4

Grafik 1. Persentase keterlambatan perkembangan berdasarkan


kelompok usia

Berdasarkan beberapa penilitan, ditemukan faktor-faktor pada karakteristik


subjek menjadi faktor yang dapat berpengaruh pada perkembangan seorang anak.
Penelitian di Jakarta menghasilkan rata-rata usia anak yang adatang pertama kali
dan terdiagnosa keterlambatan perkembangan global adalah 21,8 bulan. Hal ini
dikarenakan sebagian besar orang tua tidak mengetahui bahwa anaknya memiliki
keterlambatan perkembangan. Keluhan utama yang paling banyak dikatakan
orang tua adalah kondisi anak yang belum dapat berjalan dan bicara. Anak laki-
laki lebih banyak mengalami keterlambatan perkembangan global dibandingkan
perempuan yakni 6% dibanding 37%. Kejadian ini belum dapat dijelaskan, namun
diperkirakan berkaitan dengan kondisi faktor x-linked. Beberapa kondisi x-linked
yang menyebabkan gangguan perkembangan diantaranya sindrom Fragile x,
sindrom Coffin-Lowry, defek creatine transporter, dan sindrom okuloserebrorenal
27

Pada penilitian Yaghini O et.al didapatkan bahwa usia anak berpengaruh


pada keterlambatan dengan p<0.000. Pada penelitian tersebut disuimpulkan
bahwa semakin tinggi umur anak maka keterlambatan semakin berkurang, namun
pada penelitian ini tidak ditentukan batasan usia diagnosis keterlambatan
perkembangan paling banyak dijumpai. Namun hal ini bertolak belakang dengan
penelitian yuang dilakukan pada tahun 2008 di Yogyakarta dengan hasil anak
diatas 2 tahun memiliki risko lebih tinggi mengalami perkembangan terlambat.
Sebanyak 46% populasi penelitian adalah laki-laki dengan hasil tidak adanya
perbedaan keterlambatan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan. Penelitian
lain di Kabupaten Bandung dilakukan di 24 posyandu pada tahun 2010
menyimpulkan 308 anak usia 1-2 tahun terdiri atas 164 laki-laki (53,2%) dan 144
perempuan (46,8%). Rerata usia pada penelitian ini adalah 17,31 bulan. Penelitian
di Yoyakarta pada tahun 2008 dengan jumlah anak 632 pada usia 3-60 bulan,
rerata usia 27 bulan. 6-9,15
Penelitian di Bandung pada tahun 2003 menunjukkan perbedaan
karakteristik pendidikan ibu antara perdesaan dan perkotaan. Di perdesaan,
sebagian besar pendidikan ibu setingkat dengan sekolah dasar (SD), sementara di
perkotaan rata-rata pendidikan ibu adalah SMA. Penelitian ini menunjukkan
semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu risiko terhadap keterlambatan
perkembangan juga semakin berkurang. Dari penelitian ini didapatkan hasil jika
seorang anak yang tinggal diperkotaan ataupun perdesaan berusia <2tahun,
memiliki ibu berpendidikan terakhir setingkat sekolah dasar, dan penghasilan
<Rp250.000 maka peluang untuk terjadinya keterlambatan perkembangan adalah
68%. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah merupakan risiko terjadinya
keterlambatan perkembangan, hal ini disebabkan karena pengetahuan dan
kemampuan dalam memberikan stimulasi untuk perkembangan anak. Hal ini juga
ditemukan pada penlitian lain di Yogyakarta pada tahun 2008. Pada penelitian
tersebut dijumpai 70% ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan 81%
berpendidikan sekolah menengah. Anak dengan ibu yang bekerja atau memiliki
pendidikan yang rendah terbukti berisiko dua kali lebih lipat untuk kejadian
keterlambatan perkembangan. Hal ini dikaitkan dengan perhatian yang kurang dan
pengetahuan yang kurang terkait perkembangan anak. Hasil penelitian ini
28

diperkuat dengan penelitian Sitraresmi et.al yang menunjukkan pendidikan ibu


yang rendah memiliki risiko untuk terjadinya keterlambatan perkembangan anak,
sebab ibu belum mengetahui cara memberikan stimulasi perkembangan pada
anak. Ibu dengan pendidikan lebih tinggi diketahui lebih terbuka untuk
mendapatkan informasi dari luar mengenai pola asuh anak, kesehatan, dan
pendidikan anak. Status ekonomi merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan anak terutama dalam kecerdasan. Hal ini berkaitan
dengan kenampuan kelurrga dalam menyediakan fasilits yang menstimulasi anak.
Pada penelitian tersebut pendidikan ibu dikelompokkan menjadi < SMU dan SMU
atau lebih denngan hasil <SMU 37% dan SMU atau lebih sebesar 63%. Kondisi
yang berbeda dijumpai pada penelitian lain pada tahun 2015 yang menunjukkan
bahwa edukasi ibu dan pendapatan keluarga tidak berpengaruh pada
perkembangan anak. Pada penelitian ini didapatkan edukasi ibu terbanyak pada
S1 yakni sebanyak 33.8% diikuti dengan diploma 32.8%, SLTP dan SLTA 10.3%,
SD 5.3%, tidak bersekolah 0.6%. Namun keterlambatan perkembangan
dipengaruhi oleh berat badan lahir. Anak dengan BBLR dan BBLSR memiliki
risiko untuk terjadinya gangguan perkembangan. Anak dengan BBLR memiliki
frekuensi keterlambatan perkembangan di aspek motorik kasar dan motorik halus
lebih tinggi dibandingkan anak dengan berat badan lahir normal. Anak yang lahir
dengan BBLR memiliki risiko 2.6 kalilebih tinggi mengalami keterlambatan
perkmbangan. Pada negara berkembang hal in berkaitan dengan mutrisi maternal
yang buruk, sehingga akan memperngaruhi perkembangan janin selama masa
kehamilan. 6-9,15-16,18-20
29
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan penilaian perkembangan anak yang dilakukan pada 638 balita
usia 3 sampai 60 bulan dijumpai 540 anak (84,64%) memiliki perkembangan
normal, 78 anak (12,23%) memiliki perkembangan meragukan, dan 20 anak
(3,13%) memiliki perkembangan menyimpang. Dari total anak yang
mengalami perkembangan menyimpang dan meragukan dijabarkan
berdasarkan aspek perkembangan yang paling banyak terlambat, yakni
motorik kasar dan motorik halus yang masing-masing berjumlah 8,9%,
diikuti dengan bicara dan bahasa sebesar 7,2%, dan sosialisasi dan
kemandirian sebesar 5,5%. Sebagian besar anak mengalami dua aspek
keterlambatan yakni sebanyak 49 anak atau sebesar 7,7%. Berdasarkan
karakteristik subjek penelitian ditemukan bahwa anak laki-laki berjumlah
48,9% dan anak perempuan 51,1%. Subjek penelitian juga dibagi menjadi
tujuh kelompok usia dengan rentang 6 bulan. Kelompok usia terbanyak yang
terdapat pada 25-36 bulan, diikuti kelompok usia 7-12 bulan, dan kelompok
usia paling sedikit adalah pada 49-60 bulan. Berdasarkan kelompok usia
tersebut, keterlambatan paling banyak dijumpai pada anak berusia 25 hingga
30 bulan. Pada kelompok usia tersebut sebanyak 2,4% anak mengalami
perkembangan meragukan dan 0,9% anak ditemukan memiliki perkembangan
terlambat. Dilihat dari berat badan saat lahir, sebagian besar anak (87,5%)
memiliki berat badan lahir yang normal yakni 2500-4000 gram. Total anak
yang memiliki berat badan lahir rendah dan sangat rendah adalah sebesar
8,3% atau sebanyak 51 anak berat badan lahir rendah dan 2 anak berat badan
lahir sangat rendah. Berdasarkan pendidikan ibu, SLTA merupakan
pendidikan terbanyak sementara pendidikan paling sedikit adalah ibu yang
tidak bersekolah. Sehingga dapat dikatakan pendidikan ibu di Wilayah
Tanjung Karang sudah dalam level menengah. Sebanyak 11 orang ibu tidak
diketahui pendidikan terakhirnya. Dari seluruh ibu, pekerjaan paling banyak

29
30

yang dilakukan adalah sebagai ibu rumah tangga, diikuti dengan wiraswasta,
PNS/karyawan swasta, dan pekerjaan lainnya.

5.2 Saran
Informasi dari penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk pembuatan
kebijakan pemantauan perkembangan balita melihat angka keterlambatan
pada balita diketahui meningkat setiap tahunnya. Peneliti juga berharap
adanya penelitian yang berkelanjutan terhadap prevalensi keterlambatan
perkembangan balita dengan cakupan yang lebih luas agar dan waktu yang
lebih lama agar dapat menggambarkan prevalensi yang sesungguhnya.
Survailans pada balita yang memiliki resiko tinggi terhadap keterlambatan
perkembangan penting untuk dilakukan, sehingga dapat mencegah terjadinya
keterlambatan perkembangan yang akan berdampak pada masa depan seorang
anak.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pelayanan, D. & Dasar, K. Pedoman pelaksanaan. (2016).


2. Mackrides, P. S. & Ryherd, S. J. Screening for Developmental Delay.
(2011).
3. Beed, M. The Role of Primary Care in Early Childhood Developmental
Screening. 1–37 (2009).
4. Artha, N. M., Sutomo, R. & Gamayanti, I. L. Kesepakatan Hasil antara
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan, Parent’s Evaluation of
Developmental Status, dan Tes Denver-II untuk Skrining Perkembangan
Anak Balita. 16, (2014).
5. Tjandrajani, A., Dewanti, A., Burhany, A. A. & Widjaja, J. A. Keluhan
Utama pada Keterlambatan Perkembangan Umum di Klinik Khusus
Tumbuh Kembang RSAB Harapan Kita. 13, 373–377 (2012).
6. Simangunsong, S. W., Machfudz, S. & Sitaresmi, M. N. Paediatrica
Indonesiana. 52, 7–10 (2012).
7. Tahun, U., Gunawan, G., Fadlyana, E., Rusmil, K. & Penelitian, B.
Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Anak Usia 1–2 Tahun. 13,
142–146 (2011).
8. Article, O., Sitaresmi, M. N., Ismail, D. & Wahab, A. Paediatrica
Indonesiana. 48, 161–165 (2008).
9. Widodo, D. P. Profil Klinis dan Etiologi Pasien Keterlambatan
Perkembangan Global di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. 10,
255–261 (2008).
10. Perspectives, P. Developmental Surveillance and Screening in Early Care
and Education:
11. DEVELOPMENTAL SCREENING IN PRIMARY CARE : THE
EFFECTIVENESS OF CURRENT PRACTICE AND
RECOMMENDATIONS FOR IMPROVEMENT Laura Sices Boston
Medical Center / Boston University School of Medicine December 2007.
(2007).
12. The, A. & Of, C. Developmental Stages of Developmental Screening :
Steps to Implementation of a Successful Program. 95, 1928–1932 (2005).
13. Ri, D. Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita. 3, 175–188
(2001).
14. Disabilities, C. W. American academy of pediatrics. 108, (2018).
15. Widyastuti, S. B. & Firmansyah, A. Paediatrica Indonesiana. 45, 275–279
(2005).
16. Pediatri, S. et al. Pola Keterlambatan Perkembangan Balita di daerah
Pedesaan dan Perkotaan Bandung, serta F aktor-faktor yang M
empengaruhinya. 4, (2003).
17. Penelitian, B. & Pengembangan, D. A. N. RISET KESEHATAN DASAR.
(2013).
18. Children, A. & Children, G. of a quality improvement initiative. 6, 98–107
(2016).
19. Canadian, T. Recommendations on screening for developmental delay. 188,
579–587 (2016).
20. Original article. 9, 17–23 (2015).
LAMPIRAN

FOTO KEGIATAN
DAFTAR ANAK MERAGUKAN DAN MENYIMPANG
CAPELLA PROJECT (8-18 JANUARI 2018)

Posyandu Kekalik Kijang 8 Januari 2018


Jumlah anak yang dianamnesis 37 anak
Jumlah anak yang dirujuk = 2 anak

ID/Kode Anak Nama Keterangan Rujuk

Skor 8
M. Denis
3/MDS050514 KPSP meragukan Sosialisasi dan TIDAK
Saputra
Kemandirian
Skor 8
4/MF060116 M. Fathan KPSP meragukan Gerak Kasar, Gerak TIDAK
Halus
Skor 8
Mazaya Zira
Gerak Halus,
7/MZS070815 Sahida KPSP meragukan TIDAK
Sosialisasi dan
Kemandirian
Skor 1
Gerak Kasar, Gerak
Fahizan Azril KPSP menyimpang
14/FAM080916 Halus, Sosialisasi YA
Musyyari TDD
dan Kemandirian

Skor 7
21/AN040814 Asyifatulnayla KPSP meragukan TIDAK
Gerak Halus
Karina Haura Skor 8
24/KHZ190814 KPSP meragukan TIDAK
Zuhda Gerak Halus
44/KH260116 Khalifa Huwaida TDD Tidak = 1 YA
49/YAK110416 Yoga Al Kismet TDD Tidak = 1 YA

Posyandu Banjar, 8 Januari 2018


Jumlah anak yang dianamnesis 21 anak, missing 3 anak
Jumlah anak yang dirujuk = 6 anak

ID/Kode Anak Nama Keterangan Rujuk

Skor 6
Penyimpangan
Gerak Kasar, Gerak
28/AA101017 Abid Aqilla Risiko gg. YA
Halus
Pendengaran
TDD Risiko
Penyimpangan Skor 5
Tri Aska
37/TAS 070815 Risiko Autisme Bicara dan Bahasa, YA
Saputra
Risiko GPPH Sosialisasi dan
Kemandirian
MCHAT dan GPPH
risiko
Valentino Skor 7
32/VR-170516 Meragukan TIDAK
Rosidi Bicara dan Bahasa
Skor 7
Meragukan
Gerak Kasar, Bicara
33/WS060118 Wisnu Saputra Risiko gg. YA
dan Bahasa
Pendengaran
TDD Risiko
Meragukan Skor 8
31/NNA250917 Kamalul Kahfi TIDAK
Gerak Kasar
Khalisa Setiara
10/KS-190615 Risiko Autisme Risiko MCHAT YA
Putri
13/AA-160417 Attaya Arasya Risiko Autisme Risiko MCHAT YA
M. Maulana Risiko Gg.
30/MMH-100917 Risiko TDD YA
Hernando Pendengaran

Posyandu Kekalik Timur, 9 Januari 2018


Jumlah anak yang dianamnesis 26 anak, missing = 10
Jumlah anak yang dirujuk = 0 anak

ID/Kode Anak Nama Keterangan Rujuk

Skor 8,
98/A-27052016 Alghifari Gerak Kasar,
Meragukan TIDAK
sosialisasi dan
kemandirian
Skor 7,
99/MNN- M. Nailun
Gerak halus,
30042014 Nabhan Meragukan TIDAK
sosialisasi dan
kemandirian
121/MZI- M. Zuwandi MCHAT Tidak
Risiko Autisme YA
03062017 Ilham sesuai 6

Posyandu Batu Ringgit Utara 9 Januari 2018


Jumlah anak yang dianamnesis 43 anak, missing 19 anak (meragukan 1 anak) = 24 anak
Jumlah anak yang dirujuk = 2 anak

ID/Kode Anak Nama Keterangan Rujuk

Skor: 6
KPSP menyimpang Gerak Kasar, Bicara
58/EJ17052014 Endra Julyadi YA
TDD dan Bahasa
Tidak: 3
Skor: 8
Rias Atiulah Gerak Kasar,
59/ KPSP meragukan TIDAK
Hasan Sosialisasi dan
Kemandirian
Skor: 7
61/MA030914 M Alfarizi KPSP meragukan Sosialisasi dan TIDAK
Kemandirian
Muzammil
66/MF210717 TDD Tidak: 2 YA
Firdaus
Skor: 7
80/W121114 Wardahsafa KPSP meragukan Gerak Kasar, Gerak TIDAK
Halus
Skor: 8
83/A201216 Abid KPSP meragukan TIDAK
Gerak Kasar
Skor: 8
93/HH151115 Hikbal Hidayat KPSP meragukan TIDAK
Gerak Halus
Skor: 8
106/INA270513 I Nabil Arka KPSP meragukan TIDAK
Bicara dan Bahasa

Posyandu Sintung, 9 Januari 2018


Jumlah anak yang dianamnesis 32 anak, missing = 10
Jumlah anak yang dirujuk = 0 anak

ID/Kode Anak Nama Keterangan Rujuk

Skor 8,
126/ ABA- Abdul Bili
Bicara bahasa,
15112014 Akbar Meragukan TIDAK
sosialisasi dan
kemandirian
Skor 7,
117/ FA-01042016 Farzana Azkya
Meragukan Sosialisasi dan TIDAK
kemandirian

Posyandu Grisak 10 Januari 2018


Jumlah anak yang dianamnesis 36 anak, missing = 3
Jumlah anak yang dirujuk = 5 anak

ID/Kode Anak Nama Keterangan Rujuk

Skor 7
Gerak Halus, Bicara
427/CS27092016 Cinta Saruina KPSP meragukan dan Bahasa, TIDAK
Sosialisasi dan
Kemandirian
Skor 7
425/L07112017 Lutfi KPSP meragukan Gerak Kasar, Gerak TIDAK
Halus
M Ghaly Skor 7
410/MGN12092016 KPSP meragukan TIDAK
Nursyamsudin Gerak Kasar
M Hamizan KPSP meragukan Skor 8
420/MHR22082017 YA
Ramli TDD Gerak Halus
Skor 1
Gerak Kasar, Gerak
Meysa Sahila
383/MSP25052016 KPSP menyimpang Halus, Bicara dan YA
Putri
Bahasa, Sosialisasi
dan Kemandirian
Skor 8
KPSP meragukan
418/RA27022015 Richi Amsyari Gerak Halus, Bicara YA
TDD
dan Bahasa
Rifqy Ihsan Skor 7
386/RIA11102016 KPSP meragukan TIDAK
Afandi Gerak Kasar
405/RN02112016 Raka Novandi TDD YA
Syakila KPSP meragukan Skor 8
413/SH20042015 YA
Hafadah TDD Bicara dan Bahasa
Skor 7
Syakira Putrinur
388/SPM09012017 KPSP meragukan Gerak Kasar, Gerak TIDAK
Mulia
Halus

Posyandu Batu Ringgit Selatan 10 Januari 2018


Jumlah anak yang dianamnesis 56 anak, missing = 1
Jumlah anak yang dirujuk = 5 anak

ID/Kode Anak Nama Keterangan Rujuk


Skor 5
Ahmad Hafiz KPSP menyimpang
258/AHA25102017 Gerak Kasar, Gerak YA
Amrozi TDD
Halus
Afifa Qonita KPSP meragukan Skor 7
214/AQP03092017 YA
Putri TDD Gerak Kasar
Skor 6
Gerak Kasar,
259/AS21032014 Aina Suhada KPSP menyimpang YA
Sosialisasi dan
Kemandirian
Skor 7
313/AR24012017 Alda Rahmasari KPSP meragukan TIDAK
Gerak Halus

312/DF27032016 Dina Fitriani TDD YA

269/HF28072014 Hidayatul Fitri KPSP meragukan Skor 8 TIDAK


Gerak Kasar
KMEE = Ya 4
264/LR01072014 Laela Ramadani KMEE + GPPH YA
GPPH = 17
Skor 8
216/MK29022012 M. Kurniawan KPSP meragukan TIDAK
Bicara dan Bahasa

Posyandu Selaparang I, 10 Januari 2018


Jumlah anak yang dianamnesis 32 anak, missing 1 anak
Jumlah anak yang dirujuk = 4 anak

ID/Kode Anak Nama Keterangan Rujuk

Skor 6
Bicara dan Bahasa,
152/KA28082015 Kayla Aquasia Penyimpangan Sosialisasi dan YA
Kemandirian, Gerak
Kasar, Gerak Halus
Skor 7
Sosialisasi dan
144/KA10042016 Keisya Apriliani Meragukan TIDAK
Kemandirian, Gerak
Kasar, Gerak Halus
Skor 7
Baiq Aisya Bicara dan Bahasa,
141/BAK02082013 Meragukan TIDAK
Kusmita Gerak Kasar, Gerak
Halus
Skor 8
Meragukan
Raditya Bicara dan Bahasa,
173/RA29012016 Risiko gg. YA
Ardiansyah Gerak Halus
Pendengaran
TDD Tidak 1
Skor 8
Aisyah Putri Sosialisasi dan
161/APA26082014 Meragukan TIDAK
Azizah Kemandirian, Gerak
Halus
MCHAT Tidak
172/ZA31122016 Zikri Ananta Risiko Autisme YA
sesuai 3
MCHAT Tidak
174/AR27052015 Aditya Rafa Risiko Autisme YA
sesuai 3

Posyandu Kekalik Barat, 11 Januari 2018


Jumlah anak yang dianamnesis 28 anak, missing = 1
Jumlah anak yang dirujuk = 0 anak

ID/Kode Anak Nama Keterangan Rujuk

554/AA-03042016 Adelia Aprilian Risiko Autisme M-CHAT tidak YA


sesuai 4
Skor 8,
548/MAS- M. Asgan
Meragukan Gerak kasar dan TIDAK
12102015 Saputra
bicara bahasa
Skor7
547/DWS- Dimas Willy Gerak Kasar, gerak
Meragukan TIDAK
27032014 Saputra halus, sosialisasi dan
kemandirian
542/IAN- Ina Attitia MCHAT Tidak
Risiko Autisme YA
15022016 Nuriah sesuai 3

Posyandu Bandega 11 Januari 2018


Jumlah anak yang dianamnesis 81 anak, missing = 11
Jumlah anak yang dirujuk = 15 anak

ID/Kode Anak Nama Keterangan Rujuk

Skor 7
Gerak Halus, Bicara
KPSP
dan Bahasa,
Penyimpangan
Ahmad Sosialisasi dan
228/AJ16102015 Risiko autisme YA
Jalalludin Kemandirian
Risiko gg
MCHAT tidak
pendengaran
sesuai 3
TDD Tidak 1
Skor 7
Gerak Kasar, Bicara
KPSP Meragukan dan Bahasa,
632/ F-111113 Felix Paul YA
Susp. Gg Emosi Sosialisasi dan
Kemandirian
KMEE Ya 7
Skor 4
KPSP Gerak Kasar, Gerak
Sumayya Penyimpangan Halus, Bicara dan
623/ SS-180116 YA
Sahida Susp Gg. Bahasa, Sosialisasi
Pendengaran dan Kemandirian
TDD Tidak 1
Skor 7
KPSP Gerak Kasar, Bicara
193/ Hilda Zahira
Penyimpangan dan Bahasa YA
HZR08072015 Ramadani
Risiko autisme MCHAT Tidak
sesuai 4
Skor 4
KPSP
Sosialisasi dan
Penyimpangan
196/ AL13092017 Aqila Larasati Kemandirian, Gerak YA
Risiko gg
Kasar, Gerak Halus
pendengaran
TDD Tidak 1
Skor 1
Gerak Kasar, Gerak
KPSP
Halus, Bicara dan
Penyimpangan
Bahasa, Sosialisasi
198/N09032015 Nazwa Risiko gg YA
dan Kemandirian
Pendengaran
TDD Tidak 2
Risiko Autisme
MCHAT tidak
sesuai 6
Ahmad Zihad Skor 8
622/AZH-051017 KPSP Meragukan TIDAK
Hidayat Motorik Halus
KPSP Meragukan Skor 8
243/AR17112016 Aska Rifaldi Risiko gg. Bicara dan Bahasa YA
Pendengaran TDD Tidak 2
MCHAT Tidak
237/AA10052016 Amru Andrianto Risiko autisme YA
sesuai 3
MCHAT tidak
297/MA14072014 M. Andika Risiko Autisme YA
sesuai 4
Risiko gg
224/KZ25052017 Kamalia Zahra TDD Tidak 1 YA
pendengaran
Risiko gg.
235/MS03102016 M. Sudes TDD Tidak 1 YA
Pendengaran
Risiko gg.
239/ZH05062017 Zaenal Haris TDD Tidak 1 YA
Pendengaran
Raiq Fauzan Risiko gg.
296/RFS08052017 TDD Tidak 1 YA
Sakhiy Pendengaran
Risiko gg. TDD Tidak 2
295/M23042014 Muanimas Pendengaran MCHAT Tidak YA
Risiko Autisme sesuai 4
MCHAT tidak
194/SN22022015 Suryani Ningsih Risiko Autisme YA
sesuai 3

Posyandu Selaparang II 11 Januari 2018


Jumlah anak yang dianamnesis 33 anak, missing 3 anak
Jumlah anak yang dirujuk = 4 anak

ID/Kode Anak Nama Keterangan Rujuk

M. Arfil
131/MAS27052016 TDD Tidak = 2 YA
Satriawan
M Davin Skor 5
KPSP menyimpang
132/MDMP24042015 Maulana Gerak Kasar, Gerak YA
TDD
Pratama Halus, Bicara dan
Bahasa
Tidak = 1
Skor 7
Gerak Kasar,
133/N21112016 Naufal KPSP meragukan TIDAK
Sosialisasi dan
Kemandirian
Skor 8
Muhammad
136/MRP09022017 KPSP meragukan Gerak Kasar, Gerak TIDAK
Rifaldi Pratama
Halus
Skor 8
Nyanyu Kanaya
169/NKA17012013 KPSP meragukan Gerak Halus, Bicara TIDAK
Aurora
dan Bahasa
Salmah
170/SH22102015 Risiko Autisme YA
Humairah
Rama Al Razih
187/RARS19012014 KMEE Skor Ya : 3 YA
Saputra

Posyandu Tangsi
Jumlah anak yang dianamnesis 47 anak, missing = 18
Jumlah anak yang dirujuk = 5 anak

ID/Kode Anak Nama Keterangan Rujuk

Skor TDD : 3
TDD Skor : 8
325/NA281116 Nawa A TIDAK
KPSP meragukan Gerak Kasar, Bicara
dan Bahasa
Skor KPSP 7
MA-29042013 Maya Apriliana KPSP Meragukan Gerak Halus, Bicara TIDAK
dan Bahasa
Skor : 3
Gerak Kasar, Gerak
KPSP
Halus, Bicara dan
374/BJ060715 Bagas Juliantara penyimpangan YA
Bahasa, Sosialisasi
TDD
dan Kemandirian
Skor TDD: 3
Skor : 1
Gerak Kasar, Gerak
KPSP YA (sudah
480/HA241115 Hafizul Amri Halus, Bicara dan
penyimpangan terapi di RSUP)
Bahasa, Sosialisasi
dan Kemandirian
Skor : 8
481/DPR120714 Dwi Pratama R KPSP meragukan Gerak Kasar, Gerak TIDAK
Halus
484/SO080114 Sobaru Omar KPSP meragukan Skor : 7 TIDAK
Gerak Kasar, Bicara
dan Bahasa
Skor : 7
485/MIA210413 M. Izzul Agam KPSP meragukan Gerak Halus, Bicara TIDAK
dan Bahasa

Posyandu Komp Bangsal 15 Januari 2018


Jumlah anak yang dianamnesis 32 anak, missing = 5
Jumlah anak yang dirujuk = 12 anak

ID/Kode Anak Nama Keterangan Rujuk

Skor 4
Penyimpangan Gerak Halus, Gerak
348/RP09082016 Ritika Putri Risiko gg. Kasar, Sosialisasi YA
Pendengaran dan Kemandirian
TDD Tidak 2
Skor 5
347/ZS02102013 Zulaika Safitri Penyimpangan Gerak Halus, Gerak YA
Kasar
Skor 2
Gerak Kasar, Gerak
Penyimpangan
Nazwatun Halus, Bicara dan
346/4112015 Risiko gg. Perilaku YA
Hasanah Bahasa, Sosialisasi
dan emosional
dan Kemandirian
KMEE YA 4
Skor 8
Muhamad
351/MR16102016 Meragukan Bicara dan Bahasa, TIDAK
Rapiansah
Gerak Kasar
Skor 7
354/A22092013 Akbar Meragukan Gerak Halus, Bicara TIDAK
dan Bahasa
Skor 8
Restu Gerak Kasar,
353/RI05032015 Meragukan TIDAK
Ikhwanhuda Sosialisasi dan
Kemandirian
Skor 8
352/A05122016 Azril Meragukan TIDAK
Bicara dan Bahasa
Skor 7
Dea Rahma
342/DRH12012014 Meragukan Gerak Halus, Gerak TIDAK
Hidayati
Kasar
Skor 7
343/PM Puput Melati Meragukan Bicara dan Bahasa, TIDAK
gerak kasar
Skor 7
344/NS28112016 Noviani Safitri Meragukan Gerak Kasar, TIDAK
Sosialisasi dan
kemandirian
Skor 8
Meragukan
Gerak Halus, Gerak
355/R03072014 Rendi Risiko gg. Emosi YA
Kasar
dan perilaku
KMEE YA 2
Gg. Emosi dan
341/NAH28032014 Nur Adila H. KMEE Ya 2 YA
Perilaku
M. Zidan Al
372/MZAH13122014 Risiko GPPH Skor GPPH 14 YA
Hakim
Risiko gg.
364/Y03042017 Yusriani TDD Tidak 2 YA
Pendengaran
MCHAT Tidak
371/A25022016 Alvaro Risiko autisme YA
sesuai 5
MCHAT Tidak
356/HI Hibab Ibrahim Risiko autisme YA
sesuai 4
MCHAT Tidak
350/MA03072016 M. Alfarezi Risiko autisme YA
sesuai 3
Risiko autisme MCHAT Tidak
Muhammad Iza
349/MIM11112016 Risiko gg. sesuai 4 YA
Mukarwani
pendengaran TDD Tidak 1
Nasya Anindia MCHAT Tidak
345/NAI1103201 Risiko autisme YA
Islami sesuai 4

Posyandu Sembalun, 16 Januari 2018


Jumlah anak yang dianamnesis 38 anak, missing 5 anak
Jumlah anak yang dirujuk = 1 anak

ID/Kode Anak Nama Keterangan Rujuk

Skor 7
538/AAF-171016 Azka Al Farisi Meragukan TIDAK
Gerak kasar
Skor 8
522/AF-150117 Asia Farid Meragukan Bicara dan bahasa, TIDAK
Gerak kasar
M. Zidan MCHAT Tidak
540/MZH-040615 Risiko Autisme YA
Hendri Sesuai 4

Posyandu Komp Brimob 16 Januari 2018


Jumlah anak yang dianamnesis 31 anak, missing = 2
Jumlah anak yang dirujuk = 1 anak

ID/Kode Anak Nama Keterangan Rujuk


Skor 8
654/SPD-230216 Safira PD Meragukan Gerak Halus, Bicara TIDAK
dan Bahasa
Skor 7
655/AN-041017 Anasya Nadira Meragukan TIDAK
Gerak Kasar
Skor 8
670/LH-141017 Latifa Habibah Meragukan TIDAK
Gerak Kasar
Dewa Ayu MCHAT Tidak
644/DAL-180215 Risiko Autisme YA
Laksmi sesuai 3

Posyandu Gatep 17 Januari 2018


Jumlah anak yang dianamnesis 51 anak, missing = 7
Jumlah anak yang dirujuk = 4 anak

ID/Kode Anak Nama Keterangan Rujuk

Skor 7
Abdul
577/AM25082017 Meragukan Gerak Halus, Gerak TIDAK
Mussawir
Kasar
Skor 7
Zhikra Gerak Halus, Gerak
581/ZA07012015 Meragukan TIDAK
Assiddiqie Kasar, Bicara dan
Bahasa
Skor 8
Meragukan Gerak Kasar,
Firman Candra
585/FCK15092015 Risiko gg. Sosialisasi dan YA
Kirana
Pendengaran Kemandirian
TDD Tidak 1
Faiz Zaidar Skor 7
587/FZH11062017 Meragukan TIDAK
Hidayat Gerak Halus
Skor 8
588/IS25092014 Inda Septiana Meragukan Gerak Halus, Bicara TIDAK
dan Bahasa
Meragukan Skor 7
Anasya
597/AAS05062017 Risiko gg. Gerak Halus YA
Androna Saila
Pendengaran TDD Tidak 1
Skor 8
Bicara dan Bahasa,
607/MH10052013 Moh. Haidar Meragukan TIDAK
Sosialisasi dan
Kemandirian
Skor 8
621/FA21082017 Fadilatul Aini Meragukan Bicara dan Bahasa, TIDAK
Gerak Halus
Skor 7
Bicara dan Bahasa,
594/AM11022015 Ami Maesarah Meragukan TIDAK
Gerak Halus, Gerak
Kasar
Fauzan Putra Risiko gg. Emosi
609/FPI08012015 Ya 9 YA
Indrayanto dan perilaku
Arya Risiko gg.
614/AF13022016 TDD Tidak 2 YA
Ferdiansyah Pendengaran

Posyandu Gatep Pantai 18 Januari 2018


Jumlah anak yang dianamnesis 46 anak, missing = 6
Jumlah anak yang dirujuk = 11 anak

ID/Kode Anak Nama Keterangan Rujuk

Skor 5
Gerak Halus, Gerak
Penyimpangan
403/F21042013 Fransisco Kasar, Sosialisasi YA
Risiko GPPH
dan Kemandirian
GPPH Skor 15
Skor 5
Penyimpangan
Gerak Halus, Gerak
409/WA15042014 Wulan Aprilia Risiko gg. Emosi YA
Kasar
dan perilaku
KMEE 8
Skor 5
Gerak halus,
Penyimpangan
sosialisasi dan
Risiko gg. Perilaku
411/SR20072013 Suci Ramadhani kemandirian, bicara YA
dan emosi
dan Bahasa
Risko GPPH
KMEE 5
GPPH 14
Skor 8
Gerak kasar,
Afina Mutia Meragukan sosialisasi dan
441/AMZ11082015 YA
Zahral Risiko autisme kemandirian
MCHAT tidak
sesuai 4
Skor 8
Moh. Alfatih Meragukan, Risiko
414/MAG01062017 Gerak halus YA
Gifari gg. Pendengaran
TDD Tidak 1
Skor 6
Sosialisasi dan
507/AR22072013 Adam Ramadan Meragukan TIDAK
kemandirian, Bicara
dan Bahasa
Skor 8
470/AM11122015 Alda Maulidia Meragukan Gerak Halus, Gerak TIDAK
Kasar
Skor 8
Fitriani Eka
465/FEW23062017 Meragukan Gerak Kasar, Gerak TIDAK
Wangi
Halus
Lilian Meragukan Skor 7
461/LMP29122016 TIDAK
Mandalani Pane Gerak Halus, bicara
dan Bahasa
Skor 7
437/BNS31072017 Baiq Najwa Sifa Meragukan Gerak Kasar, Gerak TIDAK
Halus
Skor 7
Monfari Nafiza
424/MNA29102017 Meragukan Bicara Bahasa, gerak TIDAK
Alfiana
halus
Skor 8
Meragukan Bicara dan Bahasa
401/RA14062015 Rizka Aisyah YA
Risiko autisme MCHAT tidak
sesuai 4
Skor 7
M. Khairul
417/MKI31072013 Meragukan Gerak Halus, bicara TIDAK
Imam
dan Bahasa
Skor 8
506/LA04012017 Lania Amora Meragukan Gerak halus, gerak TIDAK
Kasar
Risiko gg.
Pendengaran, risiko TDD Tidak 3
404/BN23102013 Baiyatun Nisa YA
gg. Perilaku dan KMME Ya 2
emosi
MCHAT tidak
402/WD30122014 Witriani Dewi Risiko autisme YA
sesuai 4
Risiko gg. Perilaku
KMME Ya 3
412/S30082014 Selviana dan emosi YA
GPPH skor 15
Risiko GPPH
Risiko gg.
423/P14052017 Parid TDD Tidak 1 YA
Pendengaran
Risiko gg.
Pendengaran TDD Tidak 1
Zidan Wibawa
407/ZWF14112014 Risiko gg. Emosi KMEE Ya 5 YA
Fratama
dan perilaku GPPH Skor 13
Risiko GPPH

Posyandu Barito 18 Januari 2018


Jumlah anak yang dianamnesis 26 anak, missing = 2
Jumlah anak yang dirujuk = 1 anak

ID/Kode Anak Nama Keterangan Rujuk

Skor 8
430/R03072015 Rafa KPSP meragukan Sosialisasi dan TIDAK
Kemandirian
435/BRP27102016 Banyu Resik P TDD YA
M Bilal Skor 8
453/MBR08072017 KPSP meragukan TIDAK
Rizqillah Gerak Kasar
Jumlah Jumlah Risiko Gg.
KPSP Total
Balita Balita Risiko Gg. Risiko Gg. Risiko Perilaku Risiko
No. Nama Posyandu Balita
Dianam Diskrini Pendengaran Penglihatan Autisme dan GPPH
Dirujuk
nesis ng Emosi
Sesuai Meragu Penyimpa
kan ngan
1. Kekalik Kijang 37 37 31 5 1 2 0 0 0 0 3
2. Banjar 21 18 13 3 2 3 0 3 0 1 6
3. Kekalik Timur 26 16 14 2 0 0 0 1 0 0 1
4. Batu Ringgit Utara 43 24 17 6 1 2 0 0 0 0 2
5. Sintung 32 22 20 2 0 0 0 0 0 0 0
6. Grisak 36 33 24 8 1 4 0 0 0 0 5
7. Batu Ringgit 56 55 49 4 2 3 0 0 1 1 5
Selatan
8. Selaparang I 32 31 0 4 1 1 0 2 0 0 4
9. Kekalik Barat 28 27 25 2 0 0 0 2 0 0 2
10. Bandega 81 70 62 3 5 10 0 7 1 0 15
11. Selaparang II 33 30 26 3 1 2 0 1 1 0 4
12. Tangsi 47 30 23 5 2 2 0 0 0 0 2
13. Bangsal 32 27 16 8 3 3 0 5 3 1 12
14. Sembalun 38 33 31 2 0 0 0 1 0 0 1
15. Komp Brimob 31 29 26 3 0 0 0 1 0 0 1
16. Gatep 51 44 35 9 0 3 0 0 1 0 4
17. Gatep Pantai 46 40 26 11 3 4 0 3 5 4 11
18. Barito 26 24 22 2 0 1 0 0 0 0 1
TOTAL 696 589 460 82 22 40 0 26 12 7 79
CAPELLA PROJECT
No. Kuisioner :
Nama pewawancara :

Tanggal wawancara : Waktu wawancara = : - :

DATA ORANGTUA

Nama ibu : Nama ayah :

Tempat/tanggal lahir : Tempat/tanggal lahir :

Usia ibu : Usia ayah :

Pendidikan terakhir ibu: Pendidikan terakhir ayah:

Pekerjaan ibu : Pekerjaan ayah :

Pendapatan ibu : Pendapatan ayah :

Agama ibu : Agama ayah :

Status pernikahan : Belum menikah / sudah menikah / cerai meninggal / cerai hidup

Alamat :

No Telp / HP :

DATA ANAK

Nama anak :

Jenis kelamin anak : Laki-laki / Perempuan

Tempat/tanggal lahir : /

Usia anak : bulan

Alamat : (kosongkan bila sama dengan orangtua)

Jenis keluarga : Inti / Besar

Anak ke ________ dari ________ saudara (Usia saudara : )

1
Riwayat abortus (keguguran): tidak pernah / ya ______ kali

Riwayat persalinan : normal / operasi / dengan vakum / lain-lain _____________

Tempat melahirkan : rumah / puskesmas / rumah sakit / lain-lain _____________

Penolong persalinan : bidan / dokter / dokter spesialis / lain-lain ______________

Riwayat lain-lain (sebutkan):

ANAMNESIS

Keluhan Utama :

Apakah anak memiliki masalah tumbuh kembang :

STATUS GIZI BB saat ini : kg

BB lahir : gram PB/TB saat ini : cm

PB lahir : cm LK saat ini : cm

LK lahir : cm

BB/TB : Normal / Gizi kurang / Gizi buruk

BB/U : Normal/ Kurus/ Kurus sekali

TB/U : Normal / Pendek / Sangat pendek

LK/U : Normal / Mikrosefali / Makrosefali

2
KPSP (menggunakan kuisioner KPSP ____ bulan)
Usia Anak : bulan
 Pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih muda
 Bila umur anak > 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan

No Ya Tidak 9-10 : Sesuai


1 7-8 : Meragukan
2 <6 : Pemyimpangan

3
SKOR KPSP :
4
5
Delay pada aspek:
6
 Motorik kasar
7
 Motorik halus
8
 Bicara dan Bahasa
9
 Sosialisasi dan kemandirian
10

M-CHAT (18-36 bulan) Usia Anak : bulan

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak


1 11 21

2 12 22
3 13 23
4 14
5 15 Normal : Semua jawaban YA kecuali 11, 18, 20, 22

6 16 RISIKO AUTISME
7 17 Jawaban tidak sesuai :
8 18
3 soal keseluruhan / 2 soal di BOLD (critical items)
9 19 (critical items: 2,7,9,13,14,15)
10 20
NORMAL / RISIKO AUTISME
3
1. Tes Daya Dengar
No Ya Tidak
Bila 1/> jawaban TIDAK kemungkinan anak
1
mengalami gangguan pendengaran
2
3
4
5

2. Tes Daya Lihat (36-72 bulan)


Baris E terkecil yang masih dapat dilihat
Mata Kanan / Kiri : /

3. KMEE (36-72 bulan)


No Ya Tidak Ya Tidak
1 7
Jawaban YA
2 8
3 9 1: Konseling + Evaluasi 3 bulan
4 10
2/> : RUJUK
5 11
6 12

4. GPPH (>36 bulan)


No 0 1 2 3
1
2 GPPH : SKOR 13/>
3 0 : tidak ditemukan
4 SKOR ANAK :
1 : kadang-kadang
5
2 : sering
6
3 : selalu ada
7
8
9
10

4
5

Anda mungkin juga menyukai