Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


PADA PASIEN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
DI RUANG DRUPADI RSJ GRHASIA YOGYAKARTA

Di Susun Oleh :

1. Anggraeni Elisa A (P16112)


2. Beti Indah C (P16117)
3. Rham Hakim S (P16091)
4. Sriatin (P16100)
5. Vivi Yosisca (P16104)
6. Zulkarnain Lubis (P16108)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2018
A. TOPIK : Stimulasi Persepsi Umum Melihat Gambar

Terapis : Seluruh anggota kelompok

Sasaran : Klien dengan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi

B. TUJUAN

1. Umum

a. Klien dapat menyebutkan nama gambar yang dilihat

b. Klien dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat klien lain

2. Khusus

Melatih konsentrasi klien

C. KRITERIA KLIEN

1. Endang

2. Isnurida

3. Nunuk

4. Kariyati

5. Sunariyah

6. Erni

7. Wening

8. Ratih
D. URAIAN STRUKTUR KELOMPOK

1. Leader : Zulkarnain Lubis

2. Co Leader : Sriatin

3. Observer : Rham Hakim Sultan & Vivi Yosisca

4. Fasilitator : Anggraeni Elisa & Beti Indah

E. METODE

1. Dinamika Kelompok

2. Diskusi dan Tanya jawab

F. LANDASAN TEORI

1. Definisi

Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera

tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada system

penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik.

Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima

rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan kata lain klien

berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh

klien dan tidak dapat dibuktikan (Fitria, 2009).

Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien

mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan

pancaindra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami
suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu

(Stuart, 2008).

Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan.

Klien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap

meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang tertujup ada kelima indera tersebut

(Rasmun, 2011).

2. Macam – Macam Halusinasi

a. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara
dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana
klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang dapat membahayakan.
b. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
geometris,gambar kartun,bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan
bias menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
c. Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu
sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
f. Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makan atau pembentukan urine
g. Kinisthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak (Rasmun, 2011).

3. Factor Predisposisi

Menurut Stuart (2008), faktor predisposisi terjadinya halusinasi adalah:


a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami.
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang
dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau
tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana
alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.

4. Factor Presipitasi

Menurut Stuart (2008), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi


adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.

5. Tanda dan Gejala

a. Fase Pertama / comforting / menyenangkan


Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah,
kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal
yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stress.
b. Fase Kedua / comdemming
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal
dan eksternal, klien berada pada tingkat “listening” pada halusinasi.
Pemikiran internal menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi
halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien takut apabila orang
lain mendengar dan klien merasa tak mampu mengontrolnya. Klien
membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan
seolah-olah halusinasi datang dari orang lain.
c. Fase Ketiga / controlling
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi
terbiasa dan tak berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan
psikotik.Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol,
menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak
berdaya terhadap halusinasinya.
d. Fase Keempat / conquering / panik
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah
menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat
berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya
klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam waktu singkat,
beberapa jam atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak
dilakukan intervensi (Fitria, 2009).

6. Akibat Terjadinya Masalah

Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat


beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko
mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/
membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.Klien yang mengalami
halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga bisa membahayakan diri
sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (resiko mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan) (Fitria, 2009).
7. Pohon Masalah

Resiko menciderai diri sendiri

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

Isoalasi sosial

G. ANTISIPASI MASALAH

Ada beberapa langkah yang diambil dalam mengantisispasi kemungkinan


yang akan terjadi pada pelaksanaan TAK. Langkah-langkah yang diambil adalah
1. Apabila ada klien yang telah bersedia untuk mengikuti TAK, namun pada saat
pelaksanaan TAK tidak bersedia, maka langkah yang diambil adalah
mempersiapkan klien cadangan yang telah diseleksi sesuai dengan kriteria dan
telah disepakati oleh anggota kelompok lainnya.
2. Apabila dalam pelaksanaan ada anggota kelompok yang tidak mematuhi tata
tertib yang telah disepakati, maka berdasarkan kesepakatan ditegur terlebih
dahulu dan bila tidak cooperative maka dikeluarkan dari kegiatan
3. Bila ada anggota kelompok yang melakukan kekerasan, leader
memberitahukan kepada anggota TAK bahwa perilaku kekerasan tidak boleh
dilakukan.

H. KRITERIA EVALUASI

1. Kemampuan Verbal
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

Mampu
1
menyebutkan nama
gambar
2 Memberi pendapat
tentang gambar
3 Member tanggapan
terhadap pendapat
klien lain
4 Mengikuti kegiatan
sampai selesai
Jumlah

2. Kemampaun Non-Verbal

Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1 Kontak mata

2 Duduk tegak dan


releks
3 Menggunakan
bahasa tubuh yang
sesuai
4 Mengikuti kegiatan
sampai selesai
Jumlah

I. PROSES EVALUASI

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap


kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
J. SETTING TEMPAT

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

2. Ruangan nyaman dan tenang

1 2

Keterangan :

1 : Leader

2 : Co Leader

: Fasilitator

: Observer

: Peserta
K. MEDIA / ALAT

1. Beberapa gambar

2. Buku catatan dan pulpen

L. URAIAN PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Hari / tanggal : Jum’at , 14 Desember 2018

2. Tempat Pertemuan kegiatan : Wisma Drupadi

3. Waktu : 08.00 WIB

4. Langkah – langkah kegiatan :

4.1 Persiapan

a. Perawat

1. Leader

Tugas

a. Memimpin jalannya therapy aktifitas kelompok.

b. Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya therapy.

c. Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.

d. Memimpin diskusi kelompok.

2. Co. Leader

Tugas

a. Membuka acara.

b. Mendampingi Leader.

c. Mengambil alih posisi leader jika leader bloking.


d. Menyerahkan kembali posisi kepada leader.

e. Menutup acara diskusi.

3. Fasilitator

Tugas

a. Ikut serta dalam kegiatan kelompok.

b. Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok

untuk aktif mengikuti jalannya therapy.

4. Observer

Tugas

a. Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format

yang tersedia).

b. Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai persiapan,

proses, hingga penutupan.

5. Operator

Operator adalah seseorang yang berperan sebagai pembantu

pebicara dalam sebuah diskusi dan membantu mempersiapkan

segala sesuatu yang di perlukan untuk diskusi.

b. Peserta : Klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi

4.2 Orientasi

a. Salam Terapeutik

Salam dari terapis kepada klien


b. Evaluasi / validasi

- Menanyakan perasaan klien sa’at ini

- Menanyakan masalah yang dirasakan

- Menanyakan penerapan TAK yang lalu

c. Kontrak

- Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu melihat gambar

- Menjelaskan aturan main, sebagai berikut :

 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus

meminta izin kepada terapis

 Lama kegiatan 45 menit

 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

4.3 Tahap Kerja

a. Tentukan 1 atau 2 gambar yang umum dikenal orang

b. Tunjukan gambar pada klien ( jika besar dapat di depan saja, jika kecil

diedarkan )

c. Tanyakan pendapat seorang klien mengenai gambar yang dilihat

d. Tanyakan pendapat klien lain terhadap pendapat klien sebelumnya

e. Berikan pujian / penghargaan atas kemampuan klien member pendapat

f. Ulangi c, d dan e sampai semua klien mendapat kesempatan

g. Beri kesimpulan pada tiap gambar yang dipaparkan

4.4 Tahap Terminasi

a. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasan klien setelah mengikuti TAK

 Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b. Rencana Tindak Lanjut

 Menganjurkan klien untuk melatih, melihat gambar ( di TV, koran,

majalah, album) dan mendiskusikannya dengan orang lain

 Membuat jadwal melihat gambar

c. Kontrak yang akan datang

 Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang

 Menyepakati waktu dan tempat


Daftar Pustaka

Keliat Budi Ana. 2014. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi 2. Jakarta: EGC

Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta: Salemba
Medika

Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan
Jiwa Berat. Jakarta : Salemba Medika.

Rasmun, (2011). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan


Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi
(API). Jakarta: Fajar Interpratama.

Stuart dan Sundeen . 2008 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai