PENDAHULUAN
1.4. Hipotesa
1. Semakin tinggi jumlah konsentrasi NaOH pada tahap deasetilasi pembuatan
chitosan maka akan semakin banyak pula kandungan asetil yang akan hilang
dari chitosan tersebut.
2. Semakin banyak chitosan yang dilarutkan dengan asam asetat maka akan
mempertahankan tekstur, aroma, dan rasa tahu itu sendiri.
3. Pemberian chitosan pada tahu dapat mengawetkan tahu selama 2 hari pada
kondisi suhu kamar maupun dingin.
1.5. Ruang Lingkup
1. Variabel bebas pada penelitian ini adalah jumlah konsentrasi NaOH pada
tahap deasetilasi dan persen chitosan dalam larutan asam asetat 1%.
2. Variabel terikat pada penelitian ini adalah rendemen chitosan, kadar air pada
chitosan, dan uji organoleptik pada tahu.
3. Variabel tetap pada penelitian ini adalah berat sampel (cangkang kerang
darah) yang digunakan sebanyak 50 gram, konsentasi HCl 1 N pada tahap
demineralisasi, kondisi operasi pada tahap demineralisasi yaitu suhu 25-
30℃ dengan waktu operasi selama 2 jam, penggunaan HCl pada tahap
demineralisasi yaitu 1:10 (g/ml) dari perbandingan sampel, konsentrasi
NaOH 1 M pada tahap deproteinasi, kondisi operasi pada tahap deproteinasi
yaitu suhu 60-70℃ dengan waktu operasi selama 1 jam, penggunaan NaOH
pada tahap demineralisasi yaitu 1:10 (g/ml) dari perbandingan sampel, dan
kondisi operasi pada homogenasi pembuatan edible coating yaitu suhu 50℃
dengan waktu operasi 1 jam.
1.6. Manfaat
1. Memberikan informasi mengenai pengaruh jumlah konsentrasi NaOH pada
tahap deasetilasi selama proses pembuatan chitosan.
2. Memberikan informasi mengenai pengaruh banyak chitosan yang digunakan
sebagai pengawet terhadap uji organoleptik pada tahu.
3. Memberikan informasi mengenai pengaruh pemberian chitosan terhadap
lama waktu pengawetan pada tahu.