1. Menemukan problematik pengaturan dan hierarki peraturan perundang-
undangan Indonesia berdasarkan UU No.12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Peraturan Perundang-
undangan ini mengganti peraturan sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004. Namun demikian Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 pada kenyataannya masih memunculkan beberapa problematika hukum, antara lain
a. Masuknya Ketetapan MPR dalam tata urutan perundang-udangan,
dimana tata letak Ketetapan MPR di bawah UUD 1945 yaitu urutan ke 2. Ketetapan MPR merupakan staatsgrundgesetz atau Aturan Dasar Negara/ Aturan Pokok Negara, yang berisi garis-garis besar atau pokok-pokok kebijaksanaan negara, sifat norma hukumnya masih secara garis besar, dan merupakan norma hukum tunggal dan tidak dilekati oleh norma hukum sekunder. Sifat-sifat norma yang ada dalam Ketetapan MPR ini sebenarnya sama dengan yang ada dalam Pasal-Pasal UUD, itu sebabnya norma dalam Ketetapan MPR dapat mengisi atau melengkapi norma UUD.Dengan tidak diaturnya mengenai mekanisme pengujian tersebut jelas dalam kehidupan bernegara terjadi adanya ketidak pastian hukumnya terkait dengan pengujian terhadap Ketetapan MPR maupun UU yang bertentang dengan Ketetapan MPR.
b. Kedudukannya lebih tinggi yang mana antara Peraturan Perundangan-
undangan yang dibentuk oleh lembaga negara tersebut jika dipersandingkan dengan jenis Peraturan Perundangan-undangan sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011, misalkan sebagai dasar hukum lebih tinggi mana kedudukannya antara Peraturan Bank Indonesia dengan Peraturan Pemerintah, karena dalam praktek sering terjadi hal yang demikian, sedangkan dalam UU No. 12 Tahun 2011 belum ada penjelasannya lebih lanjut. Sebagai contoh di dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1999, mengatur dengan memperbolehkan pihak asing dapat membeli maksimal 99% saham di bank Lokal, sementara dalam Peraturan Bank Indonesia No. 14/8/PBI/2012 mengatur bahwa pihak asing dapat membeli maksimal hanya 40%, dari kedua peraturan tersebut mana yang lebih tinggi kedudukannya.
c. Kedudukan Peraturan Menteri. Terkait dengan Peraturan Menteri secara
hukum diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan (Pasal 8 UU No.12 Tahun 2011). Namun dalam prakteknya banyak daerah dalam membentuk perda tidak mengacu pada Peraturan Menteri bahkan cenderung diabaikan dengan alasan tidak masuknya jenis Peraturan Menteri dalam jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia.
2. Menemukan Kelebihan Pengaturan jenis dan hierarki peraturan Perundang-
undangan Prancis dibandingkan pengaturan jenis dan hierarki peraturan peraturan perundang-undangan Indonesia.
Di Indonesia Hierarki Perundang-undangan di atur dalam UU No,12 Tahun
2011 dalam pasal 7 ayat 1 yang di urutkan menjadi 8 urutan. Berbeda dengan Prancis peraturan perundang-undangan di prancis hanya ada 4 urutan
a. Konstitusi dan Hukum yang mengubahnya, dalam aturan tertinggi Negara
Prancis dapat di ketahui bahwa sesuatu Konstitusi dan hukum yang baru dapat mengubah sebuah konstitusi dan Hukum yang lama.
b. Perjanjian Internasional yang diratifikasi, dipublikasi, dan dilaksanakan
oleh pihak lain dalam perjanjian internasional tersebut, Dalam urutan nomer 2 Perjanjian prancis ini tidak ada dalam Hierarki Perundang- undangan Indonesia. Ini lah kelebihan dari Hierarki Perundang-undangan prancis dimana perjanjian internasional masuk ke dalam hierarki perundang undangannya.
c. Lois (le pouzoir legislate) yaitu kekuasaan membentuk peraturan
perundang-undangan yang di berikan secara jelas oleh konstitusi kepada parlemen, dalam perundang-undangan ini secara jelas dan terperinci bahwa undang-undang seperti apa dan terbagi menjadi 2 yaitu Lois Organiques dan Lois Ordinance. Perbedaannya di Indonesia adalah hanya Undang-undang dan bahkan ada peraturan yang secara dengan Undang- undang, tidak di jelaskan secara rinci.
d. Kekuasaan membentuk peraturan perundang-undangan oleh pemerintah
yang dalam hal ini adalah perdana Menteri dan Menteri-menterinya, berbeda dengan Indonesia. Ini adalah urutan terakhir di Hierarki Perundang-undangan prancis.
3. Menemukan pembaharuan hukum pengaturan jenis dan hierarki peraturan
perundang-undangan Indonesia dengan bahan dari pengaturan jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan Prancis.
a. Pembentuk Undang-Undang segera melakukan pengaturan mengenai
mekanisme pengujian terhadap Ketetapan MPR, memasukkan Peraturan Menteri dalam hierarki peraturan perundangundangan, dan memberikan penjelasan lebih lanjut tentang kedudukan peraturan selain dalam hierarki peraturan perundangundangan.
b. Pengaturan dan penjelasan tersebut bisa dilakukan dengan cara
melakukan perubahan atau amandemen terhadap UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.